KEDUDUKAN FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 | TALAWE | Legal Opinion 8934 29335 1 PB

KEDUDUKAN FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN
DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
GABRIEL TALAWE
D 101 13 397
PEMBIMBING I : DR. H. IDHAM CHALID, SH., M.H.
PEMBIMBING II : ABDURRAHIM ARIEF, SH., M.H.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan fungsi dan
wewenang Dewan Perwakilan Daerah berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta urgensi penguatan fungsi Dewan
Perwakilan Daerah sebagai perwakilan daerah dalam pengambilan kebijakan
nasional ditingkat pusat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian hukum yuridis normatif yang menitikberatkan pada penelitian
kepustakaan, yakni penelusuran bahan-bahan hukum yang terdiri atas bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
untuk
memperoleh data sekunder dari bahan-bahan hukum. Pendekatan normatif
dilakukan dengan cara mengkaji ketentuan atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pada dasarnya keberadaan Dewan Perwakilan Daerah melalui
amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dilatarbelakangi akan adanya 2 (dua) faktor yaitu demokratisasi dan upaya
mengakomodasi daerah dalam pengambilan kebijakan nasional, secara teoritis
keberadaan Dewan Perewakilan Daerah dimasudkan untuk menerapkan prinsip
Cheks and balances antar lembaga negara, yaitu adanya proses saling
mengawasi dan mengimbangi antar lembaga Negara. Hal tersebut dilakukan
untuk memperkuat hubungan pusat dan daerah demi menjaga keutuhan dan
kesatuan Negara kesatuan republik Indonesia. Namun, berdasarkan hasil
amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tersebut kewenangan Dewan Perwakilan Daerah untuk menjalankan fungsinya
sebagai perwakilan daerah masih belum memadai, sehingga keinginan untuk
menerapkan prinsip Cheks and balances antar lembaga Negara masih belum
dapat terwujud.

Kata Kunci : Dewan Perwakilan Daerah, Kedudukan, Fungsi, Wewenang.

1

I.PENDAHULUAN


oleh badan yang terdiri atas kaum

A. Latar Belakang Masalah

bangsawan dan orang-orang yang
mulai

dipilih untuk mewakili rakyat, yang

dicanangkan sejak tahun 1998 telah

masing-masing memiliki majelis dan

menghasilkan suatu perubahan yang

pertimbangan mereka sendiri-sendiri,

sangat


sistem

juga pandangan dan kepentingan

dimana

sendiri-sendiri.1 Pernyataan tersebut

lakukan

mengindikasikan

Ide

reformasi

yang

fundamental


ketatanegaraan
perubahan

pada

Indonesia

tersebut

di

bahwa

badan

dengan diamandemennya Undang-

perwakilan seharusnya tidak hanya

Undang Dasar 1945 (UUD 1945)


dijalankan oleh satu badan saja tetapi

yang dilakukan

empat

dimungkinkan untuk lebih, demi

kali. Amandemen UUD 1945 yang

mengakomodir seluruh kebutuhan

pertama dilakukan melalui sidang

rakyat.

umum

Majelis


sebanyak

Dibentuknya lembaga DPD

Permusyawaratan

Rakyat (MPR) pada tahun 1999.

sejalan

Sementara untuk amandemen UUD

mengakomodasi keterlibatan daerah

1945 yang kedua, ketiga dan yang

dalam

keempat dilakukan melalui sidang


nasional dan juga sesuai dengan

tahunan MPR, yang dilakukan secara

prinsip check and balances yang

berurut pada tahun 2000, 2001 dan

ingin di terapkan oleh pemerintah

2002.

pada waktu itu.2

mendudukan

semangat

pengambilan


untuk

kebijakan

DPD sebagai lembaga legislatif

Hasil amandemen ke 3 (tiga)
UUD 1945 telah

dengan

juga

diikutkan

dalam

proses


Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

pembentukan

sebagai

legislatif. DPD

yang berkaitan langsung dengan

bersanding dengan lembaga Dewan

daerah sebagaimana ketentuan Pasal

lembaga

Perwakilan rakyat
komposisi
Montesquieu


(DPR) dalam

keanggotaan
sendiri

MPR.

berpendapat

bahwa badan perwakilan rakyat atau
lembaga legislatif harus dijalankan

perundang-undangan

1

Efriza, Studi parlemen dan lanskap politik
Indonesia, setara press, Malang 2014,
hlm.167-168
2

M.yusuf, Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia (Arsitektur Histori,
Peran Dan Fungsi DPD RI Terhadap
Daerah Di Era Otonomi Daerah) ,Graha
Ilmu, Yogyakarta 2013, hlm.35.

2

22D Undang-Uundang Dasar Negara

undang-undang

Republik Indonesia Tahun 1945

Pendapatan Belanja Negara (APBN)

(UUD NRI 1945) menetapkan bahwa

dan rancangan undang-undang yang

:

berkaitan

Pasal 22D Ayat (1) UUD NRI 1945 :

pajak,pendidikan,dan agama”.

“Dewan Perwakilan Daerah dapat
mengajukan

kepada

Anggaran

dengan

Rumusan Pasal 22D Ayat (1) dan

Dewan

Ayat (2) UUD NRI 1945 diatas jelas

rancangan

membatasi kewenangan DPD dalam

berkaitan

hal pembentukan Undang-Undang,

dengan otonomi daerah,hubungan

DPD sebagai wakil daerah di tingkat

pusat dan daerah, pembentukan dan

pusat sudah selayaknya diberikan

pemekaran

penggabungan

kewenangan

sumber

daya

pembentukan Undang-Undang yaitu,

alam dan sumber daya ekonomi

seharusnya dalam Pasal 22D Ayat

lainnya,serta perimbangan keuangan

(1) dan Ayat (2) Pasal 22D UUD

pusat dan daerah ’’.

NRI 1945

Perwakilan

Rakyat

undang-undang

yang

serta

daerah,pengelolaan

Pasal 22D Ayat (2) UUD NRI 1945 :

penuh

dalam

tersebut kewenangan

DPD bukan hanya sebatas ataupun
hanya

sampai

pada

tahap

“Dewan Perwakilan Daerah ikut

pembahasan.

membahas

DPD diberikan kewenangan hingga

undang

rancangan

yang

berkaitan

undangdengan

sampai

Namun,

semestinya

pada

tahap

otonomi daerah,hubungan pusat dan

persetujuan/penetapan suatu undang-

daerah; pembentukan, pemekaran,

undang, agar benar apa yang menjadi

dan

kebutuhan

penggabungan

daerah;

ataupun

kepentingan

pengelolaan sumber daya alam dan

daerah dapat diakomodir oleh DPD

sumber daya ekonomi lainnya,serta

secara maksimal ataupun optimal

perimbangan keuangan pusat dan

dalam

daerah;serta

nasional.

pertimbangan

memberikan
kepada

Dewan

Perwakilan Rakyat atas rancangan

pengambilan
Tentunya

bertujuan
ketimpangan

untuk
dalam

kebijakan
hal

tersebut

menghindari
pengambilan

3

kebijakan

nasional

tersebut

namun

diharapkan

mewujudkan

kesetaraan

hal

pusat dalam pengambilan kebijakan

dapat

nasional, hal tersebut dapat dilihat

dalam

dari banyaknya pengajuan gugatangugatan

pembangunan nasional.
Pada

dasarnya

maksud

undang-undang

UUD NRI 1945 yang diajukan ke

pembentukan DPD sebagai wakil

Mahkamah

daerah adalah untuk mengakomodir

gugatan

kepentingan dan kebutuhan daerah

Tahun

serta mewujudkan prinsip check and

Permusyawaratan

balances antar lembaga legislatif

Perwakilan

dalam

Perwakilan

pengambilan

kebijakan

terhadap

Konstitusi,
undang-undang

2014

tentang
Rakyat,

Rakyat,
Daerah,

seperti
No.17
Majelis
Dewan
Dewan

dan

Dewan

nasional dalam hal ini yaitu antara

Perwakilan Rakyat Daerah terhadap

DPD

tersebut

UUD NRI 1945. Gugatan tesebut

dilakukan untuk memberikan rasa

diajukan oleh DPD yang menyatakan

kepercayaan rakyat daerah kepada

bahwa

pemerintah

kewenangan

dan

DPR,

hal

pusat,

sehingga

telah

terjadi
DPD

pengerdilan

akan

adanya

memperkuat hubungan pusat dan

undang-undang

daerah serta menjaga keutuhan dan

tersebut diterima dan dikabulkan

kesatuan Negara Kesatuan Republik

oleh

Indonesia.

dengan

tersebut menandakan bahwa dengan

kewenangan DPD saat ini yang

kewenangan DPR yang jauh lebih

belum memadai,

harapan untuk

kuat dibandingkan DPD membuka

mengakomodir aspirasi masyarakat

peluang akan adanya kesewenang-

daerah

prinsip

wenangan DPR serta pemerintah

checks and balances antara DPD dan

pusat dalam pengambilan kebijakan

DPR tidak dapat terwujud, sebab

nasional

pada

berkaitan

Namun,

serta

penerapan

kenyataannya

dengan

tersebut,gugatan

Mahkamah

Konstitusi.

yaitu dalam
dengan

hal

Hal

ini

pembentukan

kewenangan DPR yang jauh lebih

undang-undang.Sehingga keberadaan

kuat dibandingkan DPD, masih saja

DPD

terjadi kesewenang-wenangan yang

checks and balances bersama DPR

guna

menerapkan

prinsip

dilakukan DPR juga pemerintah

4

dalam

parlemen

tidak

dapat

terwujud.

dibagi menjadi 2 (dua) golongan
yaitu sebagai lembaga Negara utama
(state main organ) dan lembaga
bantu

auxiliary

(state

organ).

Lembaga utama mengacu kepada

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar

paham

trias

politica

yang

penulis

memisahkan kekuasaan menjadi tiga

merumuskan permasalahan sebagai

poros (eksekutif, legislative, dan

berikut:

yudikatif), lembaga Negara utama

belakang

diatas,

maka

yaitu lembaga Negara yang dibentuk
1.

Bagaimana kedudukan fungsi
dan

wewenang

Dewan

Perwakilan

Daerah

berdasarkan Undang-Undang
Dasar

Negara

Republik

Indonesia Tahun 1945 ?
2.

dan diberi

kewenangan langsung

oleh UUD (konstitusi), sementara
lembaga Negara bantu yaitu lembaga
Negara yang dibentuk dan diberi
kewenangan

oleh

undang-undang

semata.

Apa urgensi penguatan fungsi
Dewan Perwakilan Daerah ?

Mengacu

pada teori organ

tersebut, sesuai UUD NRI Tahun
1945 maka yang dapat dikategorikan
sebagai

II PEMBAHASAN

adalah

Kedudukan dan Penguatan Fungsi
Dewan Perwakilan Daerah

lembaga

negara

utama

MPR, Presiden dan Wakil

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) Badan Pemeriksa Keuangan

A. Kedudukan

Fungsi

Dan

Wewenang Dewan Perwakilan
Daerah Berdasarkan UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Berdasarkan

teori

(BPK), Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi (MK), dan
Komisi Yudisial (KY), dalam hal ini
kedudukan DPD sebagai lembaga
legislatif

organ

Negara, kedudukan lembaga Negara

sejajar

ataupun

setara

dengan DPR yaitu sebagai lembaga
negara utama,dikarenakan nama dan

5

kewenangan DPD termuat secara
eksplisit dalam UUD NRI Tahun

Kewenangan

1945. Sebagaimana diatur pada Bab

dimiliki

VIIA

lembaga

tentang DPD pasal 22C dan

yang

DPD

sebagai
legislatif

22D UUD NRI 1945, disebutkan

sebagaimana diatur pada

bahwa :

Pasal 22D UUD NRI

Pasal

22C

UUD

NRI

1945

sebagaimana ditegaskan :
Ayat (1) “Anggota dewan perwakilan

Ayat (1) “Dewan perwakilan daerah
dapat

provinsi

kepada

dewan

perwakilan

rakyat

melalui

(2)

“Anggota

dewan

perwakilan daerah dari
setiap provinsi jumlahnya
sama dan jumlah seluruh
anggota
perwakilan

dewan
daerah

itu

tidak lebih dari sepertiga
jumlah anggota dewan
perwakilan rakyat”.
Ayat

:

daerah dipilih dari setiap
pemilihan umum”.
Ayat

1945 menyatakan bahwa

(3)

“Dewan Perwakilan

mengajukan

rancangan

undang-

undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah,
hubungan

pusat

daerah, pembentukan dan
pemekaran

serta

penggabungan

daerah,

pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan

Daerah bersidang sedikitnya sekali

perimbangan

dalam setahun”.

pusat dan daerah”.

Ayat (4)

“susunan dan kedudukan

dan

keuangan

Ayat (2) “Dewan perwakilan Daerah

dewan perwakilan daerah

ikut

diatur dengan undang-

rancangan

undang”.

undang yang berkaitan

membahas
undang-

6

dengan otonomi daerah;

penggabungan

hubungan

hubungan

pusat

daerah;pembentukan;pem

daerah,

pengelolaan

ekaran,dan

sumber daya alam dan

penggabungan

sumber

daerah;pengelolalaan

lainnya”.

pusat

dan

sumber daya

ekonomi

DPD

untuk

itu

memperkuat

ikatan daerah-daerah dalam wadah

lainnya,serta
keuangan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

pusat dan daerah;serta

(NKRI) dan memperteguh persatuan

memberikan

kebangsaan seluruh daerah-daerah.

perimbangan

pertimbangan
Dewan

kepada
Perwakilan

Juga untuk meningkatkan agregasi
dan

akomodasi

aspirasi

dan

Rakyat atas rancangan

kepentingan

daerah-daerah

undang-undang anggaran

perumusan

kebijakan

pendapatan dan belanja

berkaitan dengan negara dan daerah-

Negara dan rancangan

daerah.

undang-undang

yang

mendorong percepatan demokrasi,

dengan

pembangunan dan kemajuan daerah-

dan

daerah secara serasi dan seimbang

berkaitan
pajak,pendidikan

“Dewan Perwakilan
Daerah dapat melakukan
pengawasan

atas

pelaksanaan

undang-

undang
otonomi
pembentukan
pemekaran,

Disamping

untuk

agama”
Ayat (3)

dimaksudkan

dan

ekonomi

Dibentuknya

sumber daya alam dan

daerah,

mengenai;
daerah,
,
dan

mewujudkan

dalam
nasional

itu

untuk

kesejahteraan

rakyat.3
Sementara

dasar

pertimbangan teoritis dibentuknya
DPD

antara

lain

adalah

untuk

membangun mekanisme kontrol dan
keseimbangan (check and balances)
antar cabang kekuasaan negara dan
3

http://www.kompasiana.com/amfatwa/pera
n-dpd-dalam-sistem-ketatanegaraanindonesia-1_550ee143813311c52cbc6608

7

antar

lembaga

legislatif

sendiri.

ketatanegaraan

di

negara-negara

Namun, dalam perjalanannya, sangat

demokrasi modern yang berdasarkan

dirasakan

konstitusi,

bahwa

fungsi

dan

lazimnya

memberikan

wewenang sebagaimana tercantum

peran, fungsi, dan kewenangan yang

dalam Pasal 22D UUD NRI 1945

memadai

setelah

perwakilan sebagai wujud kedaulatan

amandemen

sulit

pada

mewujudkan maksud dan tujuan

rakyat,

pembentukan DPD.

mekanisme saling mengawasi dan

Demikian juga sulit bagi
anggota

DPD

mempertanggungjawabkan

yang

lembaga-lembaga

diwujudkan

dalam

mengimbangi (check and balances).

untuk

Lembaga DPD

masih relatif baru,

secara

berbeda dengan DPR

yang sudah

moral dan politik kepada pemilih dan

lama berdiri, bahkan sejak tahun

daerah pemilihannya. Pasal 22D

1918 sudah ada, yang bernama

UUD NRI 1945 tersebut juga tidak

Volksraad. Dalam menapaki periode

dapat mencerminkan prinsip checks

pertama

and balances antara dua lembaga

peran, fungsi dan kewenangannya

perwakilan (legislatif). Padahal, DPD

belum

sebagai lembaga negara memiliki

dirasakan seolah-olah dimarginalkan.

legitimasi yang sangat kuat karena

4

DPD

Sebagai
tentunya

lembaga

DPD

harus

negara,
memiliki

dapat

pelaksanaan

maksimal

karena

Fungsi legislatif yang dimiliki

anggotanya dipilih secara langsung
oleh rakyat.

berdirinya,

masih

mengajukan
rancangan

terbatas
dan

yaitu

membahas

undang-undang

dan.

dengan

itupun tidak ikut dalam pengambilan

yang

keputusan, Demikian juga dalam

membedakannya adalah fungsi dan

fungsi penganggaran, dan fungsi

tugasnya.

pengawasan. Dalam UUD NRI 1945

kedudukan
lembaga

yang
negara

sama
lainnya,

Karena

mengalami

keterbatasan itu, wajarlah apa yang

yang

dilakukan DPD untuk penguatan

dinyatakan dalam pasal 22 D bahwa

peran dan kewenangannya. Faktor

4

Kendala

DPD

Dalam

sistem

sudah

diamandemen,

http://www.kompasiana.com/amfatwa/pera
n-dpd-dalam-sistem-ketatanegaraanindonesia-1_550ee143813311c52cbc6608

8

DPD

memiliki

legeslasi,

fungsi

bidang

pengawasan,

pertimbangan,

dan

yaitu:

Dapat

pusat

dan

daerah,

pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi

lainnya,

pelaksanaan

mengajukan kepada DPR rancangan

anggaran pendapatan dan belanja

undang-undang

negara,

yang

berkaitan

pajak,

pendidikan,

dan

dengan otonomi daerah, hubungan

agama serta menyampaikan hasil

pusat dan daerah, pembentukan dan

pengawasannya itu kepada DPR

pemekaran

sebagai bahan pertimbangan untuk

serta

penggabungan

daerah, pengelolaan sumber daya

ditidak lanjuti.5

alam dan sumber daya ekonomi

Apa yang disebutkan dalam

lainnya, serta yang berkaitan dengan

pasal 22D UUD NRI 1945 di atas

perimbangan keuangan pusat dan

menunjukkan

daerah. Ikut membahas rancangan

kewenangan DPD sangat terbatas

undang-undang

berkaitan

jika dikaitkan bahwa DPD adalah

dengan otonomi daerah, hubungan

sebagai lembaga perwakilan yang

pusat dan daerah; pembentukan,

ditetapkan oleh UUD NRI 1945. Hal

pemekaran

penggabungan

itu merupakan kendala yang dihadapi

daerah, pengelolaan sumber daya

DPD. Kendala itu secara ringkas bisa

alam dan sumber daya ekonomi

disebutkan

lainnya, serta perimbangan keuangan

kewenangannya di bidang legislasi

pusat dan daerah; serta memberikan

hanya

pertimbangan

membahas tetapi tidak ikut dalam

yang

dan

kepada

rancangan

DPR

atas

undang-undang

bahwa

fungsi

antara

dan

lain:

sebatas mengusulkan dan

pengambilan

keputusan;

dalam

pendapatan dan belanja negara dan

bidang pengawasan hanya sebatas

rancangan

yang

memberikan masukan kepada DPR

berkaitan dengan pajak, pendidikan,

sebagai bahan pertimbangan; tidak

dan

melakukan

ada ketentuan yang mengatur hak

pelaksanaan

DPD untuk meminta keterangan dari

undang-undang mengenai otonomi

pejabat negara, pejabat pemerintah

daerah,

5

undang-undang

agama.

pengawasan

Dapat
atas

pembentukan,

pemekaran

dan penggabungan daerah, hubungan

http://www.kompasiana.com/amfatwa/pera
n-dpd-dalam-sistem-ketatanegaraanindonesia-1_550ee143813311c52cbc6608

9

dan lainnya seperti yang diberikan

tingkat pembicaraan yang mana hal

kepada DPR. Pada hal anggota DPD

tersebut diatur dalam UU No.12

berkewajiban

tahun

menyerap,

menghimpun,

menampung

dan

2011

tentang

peraturan

pembentukan perundang-undangan,

menindaklanjuti aspirasi masyarakat

kewenangan

dan

harapan

pembicaraan tingkat 2 (dua) hanya

kepada DPD besar sekali karena

untuk menyampaikan pendapat mini,

diharapkan dapat menjadi solusi atas

sementara pembicaraan tingkat II

praktik sentralisme pada masa lalu

sesungguhnya

yang dialami oleh masyarakat di

pengambilan keputusan dalam rapat

daerah dengan adanya ketimpangan

paripurna dengan kegiatan :

daerah.

Sementara

DPD

dalam

merupakan

dan ketidakadilan. Bahkan pernah

1.Penyampaian

laporan

timbul

yang

proses,

gejolak

di

daerah

yang

berisi

penyampaian

pendapat

daerah yang mengarah pada indikasi

mini

pendapat

ancaman terhadap keutuhan wilayah

mini DPD, dan hasil

negara dan persatuan nasional. Pada

pembicaraan tingkat I;

hal

juga

2.Pernyatan persetujuan

memperkuat

atau penolakan dari tiap-

dikenal

dengan

pemberontakan

keberadaan

DPD

dimaksudkan

untuk

integrasi

nasional

mengembangkan

dan
demokrasi

fraksi,

tiap fraksi dan anggota
secara

lisan

yang

khususnya yang berkaitan dengan

dimintaoleh

daerah.6

rapat

paripurna.

dalam

hal

Berdasarkan ketentuan pasal

pimpinan
Jika

persetujuan

22D UUD NRI 1945, kewenangan

tidak dapat dicapai secara

DPD dalam pembentukan Undang-

musyawarah

Undang dibatasi sampai pada tahap

mufakat,

pembahasan,

keputusan

proses

pembahasan

sendiri dilakukan dengan 2 (dua)

berdasarkan

6

terbanyak.

http://www.kompasiana.com/amfatwa/pera
n-dpd-dalam-sistem-ketatanegaraanindonesia-1_550ee143813311c52cbc6608

untuk
pengambilan
dilakukan
suara

10

3.Penyampaian pendapat

B.

akhir

Perwakilan Daerah

presiden

yang

dilakukan oleh menteri
yang ditugasi.
Jika RUU tidak mendapat
persetujuan bersama antara DPR dan
Presiden, RUU tersebut tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan
DPR masa itu. Namun RUU dapat
ditarik kembali sebelum dibahas
bersama oleh DPR dan Presiden.
RUU yang dibahas hanya dapat
ditarik

kembali

berdasarkan

persetujuan

bersama

DPR

Presiden.

Berdasarkan

penjelasan

tersebut,

dan
uraian

menyatakan

bahwa benar DPD juga diikutkan
pada pembicaraan tingkat II, namun
keikutsertaan DPD tersebut hanya
untuk

sekedar

menyampaikan

pendapat mini, pada tingkat ini DPR
serta

Presiden

yang

memegang

peranan untuk menetapkan RUU.7

Urgensi Keberadaan Dewan

Keberadaan DPD merupakan
pertemuan dari dua gagasan yaitu
demokratisasi

dan

upaya

mengakomodasi kepentingan daerah
demi terjaganya intregasi nasional.
Pendapat ini juga dikemukakan oleh
Sri Soemantri Martosoewignjo dan
Mochamad
yang

Isnaeni

Ramadhan

menyatakan

bahwa,

pembentukan DPD tidak terlepas dari
dua hal, yaitu; pertama, adanya
tuntutan

demokratisasi

anggota

lembaga

mengikutsertakan

pengisian

agar
rakyat

selalu
pemilih.

Keberadaan Utusan Golongan dan
Utusan Daerah Dalam Komposisi
MPR digantikan dengan keberadaan
DPD. Kedua, karena adanya tuntutan
penyelenggaraan

otonomi

daerah

yang jika tidak dikendalikan baik
akan

berujung

pada

tuntutan

separatisme. DPD dibentuk sebagai
representasi rakyat di daerah8.
Kedua latar belakang tersebut
dapat dilihat dari proses pembahasan
7

A. Rosyid Al Atok, Konsep Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
Teori,
Sejarah,
Dan
Perbandingan
Dengan
Beberapa Negar Bikameral, setara press,
Malang 2015, hlm.163.

8

http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/k
onstruksi-DPD.pdf

11

perubahan UUD 1945. Berkaca dari

dengan isu disintegrasi bangsa dalam

masa lalu, dimana salah satu cara

bentuk ancaman bebrapa daerah

melestarikan otoritarianisme adalah

untukmemisahkan diri dari Negara

dengan mengukuhkan dukungan dari

kesatuan republik Indonesia. Isu ini

MPR

selanjutnya

dan

DPR

melalui

cara

bergeser

pengisian sebagian besar anggota

pewacanaan

MPR dengan cara pengangkatan,

berujung pada pemberian otonomi

munculah

semua

yang luas, nyata, dan bertanggung

anggota perwakilan, yaitu DPR dan

jawab melalui Undang-Undang 22

MPR dipilih oleh rakyat. Bahkan

Tahun 1999.

tuntutan

agar

negara

kearah

federal

dan

Upaya lain untuk menjaga

pendapat ini mengemuka hampir
disetiap daerah forum uji sahih

integrasi

rancangan perubahan UUD 1945

memberikan ruang kepada daerah

yang dilakukan di 13 (tiga belas)

ikut serta menentukan kebijakan

daerah.

semua

nasional yang menyangkut masalah

anggota lembaga perwakilan harus

daerah melalui utusan daerah yang

dipilih oleh rakyat

disempurnakan

Pendapat

bahwa

dapat dilihat

nasional adalah dengan

menjadi

Oleh

lembaga

diantaranya dalam sidang komisi A

tersendiri.

MPR pada rapat komisi A pada 5

pembentukan, DPD dapat dikatakan

November 2001.

sebagai

upaya

karena

itu

institusionalisasi

kedua

representasi territorial keterwakilan

pembentukan DPD adalah untuk

wilayah. Latar belakang tersebut

mengakomodasi kepentingan daerah

dapat

dalam

kebijakan

beberapa anggota PAH I BP MPR

nasional demi menjaga integrasi

pada saat pembahasan perubahan

nasional. Kecenderungan sentralisasi

UUD 1945 mengenai DPD. Anggota

kekuasaan padan masa orde baru

Panitia Ad Hoc I BP MPR, I Dewa

telah melahirkan ketimpangan pusat

Gede Palguna, menyatakan sebagai

dan daerah yang banyak melahirkan

berikut :

Latar

belakang

pengambilan

rasa kekecewaan dan ketidakadilan
pada daerah. Masalah ini menguat

dilihat

dari

pernyataan

“Pembentukan
perwakilan

daerah

dewan
-

dengan

12

sejumlah wewenang yang diberikan

maka dalam pengambilan keputusan

kepadanya,

akan

politik Negara di tungkat nasional

dijelaskan pada uraian berikutnya,

haruslah tercerminkan bekerjanya

adalah sebagai upaya konstitusional

mekanisme yang memadukan prinsip

untuk memberi saluran sekaligus

keterwakilan rakyat disatu pihak

peran kepada daerah-daerah untuk

(yang dalam hal ini mewujud dalam

turut

lembaga

yang

serta

nanti

dalam

pengambilan

DPR

)

dan

unsur

keputusan politik terhadap masalah-

representasi wilayah atau daerah

masalah yang berkaitan dengan

(yang

daerah.

jika

DPD). Setiap daerah (provinsi),

merasa

tanpa memandang luas dan jumlah

diperhatikan dan diperankan dalam

penduduknya akan memandang jatah

pengambilan

sama di lembaga DPD itu. Anggota-

Asumsinya

daerah-daerah

adalah,

telah

keputusan-keputusan

mewujud

dalam

lembaga

menyangkut

anggota dari kedua lembaga atau

kepentingannya maka alas an untuk

badan itulah yang mencerminkan

memisahkan diri itu akan kehilangan

bekerjanya

argumentasinya rasionalnya.”9

permusyawaratan/perwakilan (yang

politik

yang

Pernyataan

tersebut

diatas

kembali ditegaskan oleh Palguna
dalam sebuah artikel yang ditulisnya
di Bali Pos Online menyatakan latar
belakang

gagasan

pembentukan

DPD10 sebagai berikut :

bahwa

kalau

mewujud dalam kelembagaan MPR).
Ketika

suara

diperhatikan

daerah

dalam

sudah

pengambilan

keputusan politik di tingkat nasional
terutama

untuk

berkaitan

dengan

soal-soal

yang

daerah,

maka

secara hipotesis kecil kemungkinan

“Gagasan ini berangkat dari
pemikiran

prinsip

Negara

kesatuan ini dikehendaki tetap ajeg

timbulnya tuntutan pemisahan diri
yang akan mengancam persatuan
nasional.”11

9

http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/k
onstruksi-DPD.pdf
10

http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/
konstruksi-DPD.pdf

11

http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/
konstruksi-DPD.pdf

13

DPD yang pada dasarnya

Pernyataan dari I Dewa Gede
Palguna

di

atas

sangat

mempunyai

fungsi

untuk

menggambarkan bagaimana urgensi

mengakomodasi aspirasi masyarakat

dari keberadaan DPD, yaitu bahwa

daerah dalam pembentukan suatu

pada dasarnya pembentukan

undang-undang,

DPD

dimana

untuk

dimaksudkan untuk mengakomodasi

menjalankan fungsi tersebut, dalam

aspirasi dan ataupun mandat dari

hal legislasi DPD diberi kewenangan

masyarakat

oleh

daerah

pengambilan

dalam

kebijakan

hal

nasional,

UUD

NRI

1945

untuk

mengajukan kepada DPR rancangan

sehingga masyarakat daerah juga

undang-undang

merasa diperhatikan oleh pemerintah

langsung

pusat dimana hal tersebut dilakukan

sebagaimana tertuang dalam ayat (1)

untuk menghindari adanya tuntutan

pasal

masyarakat daerah yang mengancam

kemudian pada ayat yang ke 2 (dua)

memisahakan

Negara

pasal 22D UUD NRI 1945, dalam

kesatuan republik Indonesia. Dalam

pembentukan suatu undang-undang

pengambilan

DPD diberikan kewenangan untuk

diri

dari

keputusan

politik

Negara di tingkat nasional haruslah

memadukan

berkaitan

dengan

22D

UUD

daerah

NRI

1945,

ikut dalam pembahasan.

tercerminkan bekerjanya mekanisme
yang

yang

Dengan kewenangan tersebut

prinsip

yang diberikan UUD NRI 1945

keterwakilan rakyat disatu pihak

kepada DPD setelah amandemen,

(yang dalam hal ini mewujud dalam

sama sekali belum dapat menjamin

lembaga

terakomodasinya

DPR

)

dan

unsur

secara

representasi wilayah atau daerah

maksimal/optimal apirasi masyarakat

(yang

daerah,

mewujud

dalam

lembaga

dimana

dalam

tahap

DPD). Namun dengan kewenangan

persetujuan UUD NRI 1945 sama

yang dimiliki DPD saat ini,sangat

sekali

sulit untuk menjalankan fungsinya

kewenangan kepada DPD untuk ikut

sebagai lembaga legislatif.

menetapkan/menyetujui

tidak

memberikan

suatu

rancangan undang-undang menjadi
undang-undang, namun kewenangan

14

tersebut hanya diberikan kepada
DPR sebagai pihak legislatif dan

masih

menimbulkan

perdebatan.

banyak

12

Dengan kewenangan DPD

Presiden sebagai pihak eksekutif, hal
tidak

yang kurang memadai saat ini, maka

mencerminkan prinsip cheks and

prinsip Cheks and balances yang

balances

selama ini di harapkan hanya akan

tersebut

sangatlah

yaitu

pengawasan

adanya

dan

suatu

perimbangan

menjadi

sebuah

wacana

semata.

kekuasaan antara DPR dan DPD

Sebab jika benar-benar ingin untuk

sebagai

melakukan

pengawasan

Kewenangan yang sangat terbatas

perimbangan

kekuasaan

mengindikasikan bahwa keberadaan

parlemen maka dibutuhkan suatu

DPD

kekuatan yang seimbang antara DPR

lembaga

hanya

legislatif.

dan
dalam

sebagai

formalitas

belaka

disebabkan

kompromi

yang

Lebih lanjut, masih pada ayat

pelaksanaan

(2) Pasal 22D UUD NRI 1945,

amandemen. Seperti diketahui ketika

tertulis bahwa “DPD…memberikan

gagasan amandemen muncul secara

pertimbangan kepada kepada Dewan

kuat, muncul pula penentangan dari

Perwakilan Rakyat atas rancangan

kelompok-kelompok

tertentu

undang-undang anggaran pendapatan

sehingga ada dua arus ekstrem yang

dan belanja Negara (APBN) dan

berhadapan ketika itu. Pertama, arus

rancangan

yang menghendaki perubahan UUD

berkaitan dengan pajak, pendidikan,

1945 karena selalu menimbulkan

dan agama”.

konstitusional
oleh

melatarbelakangi

dan DPD.

undang-undang

yang

sistem politik yang tidak demokratis.

Penulis berpendapat, bahwa

Kedua, arus yang menghendaki agar

ayat dalam UUD NRI 1945 tersebut

UUD

diatas adalah sebuah kekeliruan,

1945

dipertahankan
karena

APBN (anggaran pendapatan dan

merupakan hasil karya para pendiri

belanja negara) anggaran yang pada

Negara yang sudah sangat baik.

dasarnya adalah anggaran Negara

Sehingga hasil amandemen

12

sebagaimana

dilakukan

adanya

sebagaimana

yang

sekarang

Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum
Tata Negara pasca amandemen konstitusi,
Rajawali Pers, Jakarta 2013, hlm.70-71.

15

yang

diperuntukkan

pembangunan

bagi

nasional,

dimana

undang-undang perpajakan sangat
dibutuhkan.

Demi

pembentukan

anggaran tersebut juga diadakan

suatu undang-undang yang dibentuk

untuk pembangunan daerah-daerah

dengan

diseluruh tanah air, namun dalam

keadaan yang ada disetiap daerah.

pembentukan

Bukan karena hanya kepentingan

undang-undang

mempertimbangkan

berkenaan dengan anggaran tersebut,

politik.

DPD sebagai wujud keterwakilan

pendidikan, tak bisa di sangkal

daerah (repesentasi wilayah) yang

bahwa di Indonesia ada daerah-

adalah

masyarakat

daerah

terpencil

daerah dalam menyalurkan aspirasi

sangat

membutuhkan

ataupun mandat masyarakat daerah,

khusus

ataupun

hanya mempunyai wewenang sebatas

pemerintah pusat untuk mendukung

memberikan pertimbangan kepada

keberlangsungan

DPR (yang lebih cenderung berpihak

daerah-daerah

tersebut,

hingga

pada kepentingan politik). Bukankah

daerah-daerah

tertinggal

tersebut

justru untuk menjaga hubungan pusat

tidak terus tertinggal dalam bidang

dan

pendidikan sebab hal tersebut juga

wadah

bagi

daerah

maka

dalam

Begitu

berpengaruh

inilah

Indonesia sendiri.

daerah

akan

melihat keseriusan pemerintah pusat

dengan

yang

memang
perhatian

ekstra

dari

pendidikan

pembentukan undang-undang APBN
masyarakat

juga

pada

masa

di

depan

Membahas urgensi ataupun

untuk memberikan ruang bagi daerah

pentingnya

ikut

pembangunan

berkenaan

pembentukan

undang-undang di bidang keagamaan

mendukung

daerah

melalui

undang-undang APBN.
Selanjutnya,
pembentukan
perpajakan,

dengan

DPD

pembentukan

maka penulis mengambil contoh
dalam

undang-undang

peristiwa

proses pengubahan sila

pertama dalam Pancasila, dimana

perbedaan

pada saat itu datang utusan-utusan

tingkat biaya hidup yang ada di

rakyat dari Indonesia timur yang

setiap daerah maka kehadiran DPD

menyatakan bahwa rakyat di daerah

untuk

timur keberatan atas sila pertama

ikut

dengan

keberadaan

dalam

pembentukan

16

pancasila

yang

terdapat

dalam

hanya

sekedar

maupun

sebatas

piagam Jakarta, menurut rakyat di

memberi pertimbangan kepada DPR,

belahan indonesia timur sila pertama

tetapi

pancasila tersebut adalah sebuah

pembahasan

bentuk diskriminasi bagi agama non

penetapan/penyetujuan.

juga

ikut

dalam

tahap

pada

tahap

sampai

muslim dan apabila tidak diadakan

Penguatan fungsi DPD juga

perubahan maka rakyat di belahan

adalah hal sangat wajar dilakukan, m

Indonesia

lebih

memilih

mengingat legitimasi yang dimiliki

dari

Negara

DPD jauh lebih besar dibandingkan

Indonesia,

DPR, dimana sistem pemilihan yang

Sehingga demi menjaga keutuhan

digunakan untuk pemilihan anggota

Negara kesatuan republik Indonesia,

DPD adalah sistem distrik yaitu

di adakanlah perubahan pada sila

Single-member

pertama pancasila pada sidang PPKI,

daerah pemilihan memilih beberapa

yaitu tujuh kata setelah Ke-Tuhanan,

orang

yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan,

constituency disebut juga dengan

dengan

kewajiban

menjalankan

sistem distrik. Dalam sistem distrik,

syariat

Islam

bagi

pemeluk-

wilayah Negara dibagi berdasarkan

diubah

menjadi

timur

memisahkan

diri

Kesatuan

Republik

pemeluknya”
Ketuhanan

Yang

Berdasarkan

Maha

Esa.

uraian-uraian

constituency

wakil).

daerah-daerah
pemilihan).
pemilihan

(satu

Single-member

pemilihan

(distrik

Pembagian

daerah

disesuaikan

dengan

penjelasan

tersebut,jelaslah bahwa

berapan jumlah kursi legislatif yang

keberadaan

DPD

wakil

akan diperebutkan. Dalam sistem

daerah sangatlah diperlukan dalam

distrik, satu wilayah kecil memilih

hal

undang-undang

satu

dengan

pajak

pluralitas (suara terbanyak). Dengan

pendidikan serta agama. Dalam hal

demikian berdasarkan sistem ini

ini dalam pembentukan undang-

maka setiap daerah pemilihan akan

yang

pembentukan
berkaitan

sebagai

wakil

tunggal

atas

dasar

undang berkenaan dengan pajak,
pendidikan, serta agama seharusnya
DPD

diberi

kewenangan

bukan

17

diwakili oleh satu orang wakil rakyat

paparkan pada bab sebelumya maka

13

dalam hal ini penulis menyatakan

Pemilhan yang berdasarkan

bahwa :

terpilih.

territorial/wilayah, berbeda dengan
sistem

yang

memilih

digunakan

anggota

DPR

yang

menggunakan sistem proporsional.
Hal tersebut dapat dilihat pada
persyaratan pencalonan bagi anggota
DPD, berdasarkan Undang-Undang
No.8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dan

Dewan

Daerah,

Perwakilan

dengan

Rakyat

legitimasi

yang

begitu besar dari setiap anggota DPD
maka penguatan fungsi DPD sudah
seharusnya dilakukan. Hal tersebut
tidak lain dilakukan demi menjaga
keutuhan

Negara

Berdasarkan

untuk

Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Tahun1945,

UUD

Kedudukan

NRI
Dewan

Perwakilan Daerah adalah sebagai
lembaga tinggi negara setara dengan
DPR yang juga sebagai lembaga
tinggi Negara yang berfungsi sebagai
lembaga legislatif, pada prinsipnya
fungsi DPD yaitu untuk melibatkan
daerah dalam pengambilan kebijakan
publik

yang mana hal

dilakukan

untuk

tersebut

memperkuat

hubungan pusat dan daerah demi
memperkuat keutuhan dan kesatuan
Negara Republik Indonesia. Namun
wewenang

Dewan

Perwakilan

Daerah berdasarkan ayat (1) dan (2)
Pasal 22D UUD NRI Tahun 1945
masih belum memadai, sehingga
untuk menjalankan fungsinya DPD

III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisis
dan pembahasan yang telah penulis

jelas

mengalami

hambatan,

hal

tersebut juga membuat keinginan
untuk menerapakan prinsip checks
and balances dalam parlemen tidak
dapat terwujud.
Penguatan fungsi DPD adalah

13

Khairul Fahmi, Pemilihan Umum &
Kedaulatan, Rakyat, Rajawali Pers (Pt
Rajagrafindo), Jakarta 2012, hlm.56.

hal yang sangat urgen, dimana
penguatan

wewenang

tersebut

18

dilakukan

agar

DPD

dapat

memaksimalkan

dan

DPD sebagai wakil daerah dalam hal
pembentukan

undang-undang

mengoptimalkan perannya sebagai

melalui amandemen UUD NRI 1945,

wakil daerah dalam hal pengambilan

sehingga prinsip checks and balances

kebijakan nasional. Penguatan fungsi

yang selama ini diimpikan dapat

DPD tidaklah lain agar supaya

terwujud, penguatan fungsi DPD

daerah

dalam

dilakukan agar ada perimbangan

nasional,

kekuasaan antara DPR dan DPD

sehingga kepercayaan daerah kepada

dalam pembentukan suatu undang-

pemerintah

undang hal tersebut dimasudkan agar

juga

pengambilan

dimana

diikutkan
kebijakan

pusat

semua

tetap
dilakukan

terjaga
demi

pemerintah

dalam

menjaga Keutuhan Negara Kesatuan

kebijakan

Indonesia.

menimbulkan ketimpangan, namun
terwujudnya

B.Saran

sampaikan

tidak

kesetaraan

akan

dalam

pembangunan nasional, penguatan

Adapun saran yang penulis
ingin

nasional

mengambil

yaitu

bahwa

fungsi DPD sendiri dapat dilakukan
dengan perubahan UUD NRI 1945.

perlunya diadakan penguatan fungsi

19

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
A.Rosyid Al Atok, Konsep Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Teori, Sejarah, Dan Perbandingan Dengan Beberapa Negar Bikameral, setara
press, Malang 2015.
Efriza, Studi Parlemen Sejarah, Konsep, Dan Lanskap Politik Indonesia,
Setara Pres, Malang 2014.
Khairul Fahmi, Pemilihan Umum & Kedaulatan, Rakyat, Rajawali Pers (Pt
Rajagrafindo), Jakarta 2012.
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara pasca amandemen

konstitusi, Rajawali Pers, Jakarta 2013.
M.Yusuf, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (Arsitektur
Histori,Peran Dan Fungsi DPD Terhadap Daerah Di Era Otonomi Daerah),
Graha Ilmu, Yogyakarta 2013.

B. PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang No.8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, lembaran Negara No.117 Tahun 2012.

C. INTERNET
Diunduh Tgl 7 Mei 2017 pukul 16.30 wita
http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/konstruksi-DPD.pdf
Diunduh Tgl 7 Juni 2017 pukul 08.30 Wita
http://www.kompasiana.com/amfatwa/peran-dpd-dalam-sistem-ketatanegaraanindonesia-1_550ee143813311c52cbc6608

20

BIODATA PENULIS

NAMA

: GABRIEL TALAWE

TEMPAT/TANGGAL LAHIR

: OPO,14 JANUARI 1995

ALAMAT

: PERDOS UNTAD BLOK A8 NO.8

EMAIL

: gabrilgabrieltalawe@gmail.com

NOMOR TELEPON/HP

: 085299550559

21