PENDEKATAN JOYFUL LEARNING PADA PROSES P

PENDEKATAN JOYFUL LEARNING
PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
(KAJIAN TEORITIS DAN NEUROSAINS)
Subuh Anggoro
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh Kembaran Banyumas 53182
Telp. 0281-636751, Fax. 0281-637239
email : [email protected]
Pendahuluan
Siswa Indonesia adalah yang paling bahagia di sekolah. Berdasarkan hasil survei
Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 terhadap siswa usia 15 – 16

tahun dari 65 negara 2012 diketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat tertinggi di dunia
berdasarkan indeks kebahagiaan, sedangkan Korea Selatan menduduki peringkat terakhir. Akan
tetapi indeks kebahagiaan ini tidak berbanding lurus dengan prestasi belajar siswa. Indonesia
menempati peringkat 64 dari 65 negara untuk Matematika dan Sains (OECD, 2013).
Berdasarkan hasil survei prestasi belajar yang lain, Mutu pendidikan Indonesia
menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh
firma pendidikan Pearson, mutu pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama
Meksiko dan Brasil, sedangkan tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan
(Kompas, 27 Nopember 2012). Hal ini bertolak belakang dengan pengakuan sebagian negaranegara Asia (Singapura, Hongkong dan Korea Selatan) sebagai negara-negara yang menempati

peringkat tertinggi untuk bidang matematika, sains dan membacayang dikeluarkan oleh peneliti
dari Boston College Amerika Serikat (Kompas, 12 Desember 2012).
Menurut survei Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2011 menyatakan
bahwa

siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-50 dari 52 negara dalam hal prestasi

matematika dan di ranking ke-40 dari 42 negara dalam hal prestasi Sains. Berdasarkan hasil
survai PISA 2009 dan TIMSS 2011 diketahui bahwa 90% siswa Indonesia hanya mampu
menguasai ranah kognitif pada tingkatan C1 dan C2 untuk mata pelajaran IPA.

Dengan

demikian siswa Indonesia baru mencapai taraf memahami materi pelajaran. Hal ini menunjukkan
sebagian besar materi pelajaran IPA masih bersifat hafalan. Anak-anak Indonesia ternyata hanya
mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal

0

berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa

menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran Sains seharusnya bertujuan untuk
mendorong siswa agar mengamati dan mengeksplorasi lingkungan mereka, untuk memahami
hubungan di alam, hubungan antara manusia dan alam, dan untuk belajar memahami manusia
sebagai bagian integral dari mata rantai kehidupan. Sehingga belajar Sains akan dapat menjadi
lebih menyenangkan, baik untuk siswa dan guru, apabila didasarkan pada pengalaman nyata
(Hart et. al. 2000). Disamping itu dalam proses pembelajaran Sains, mendengar dan melihat saja
tidak cukup untuk belajar. Jika siswa bisa melakukan sesuatu dengan informasi yang diperoleh,
siswa akan memperoleh umpan balik seberapa bagus pemahamannya.
Setiap pembelajaran seharusnya dikembangkan sedemikian rupa supaya siswa merasa
bahwa kondisi dalam pembelajaran memiliki suasana yang fleksibel, menyenangkan, dan
inpiratif. Bila suasana itu terjadi dalam pembelajaran maka kegiatan belajar siswa akan penuh
kebermaknaan serta aktivitas dan kreativitas yang dilakukan siswa dapat dicapai secara optimal
(Ruhimat, 2009).
Joyful Learning atau pembelajaran yang menyenangkan merupakan alternatif pendekatan

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains di sekolah dasar. Anak
akan bersemangat dan gembira dalam belajar karena mereka tahu apa makna dan gunanya
belajar, karena belajar sesuai dengan minat dan hobinya (meaningful learning) karena mereka
dapat memadukan konsep pembelajaran yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan seharihari, bahkan dengan berbagai topik yang sedang “in” berkembang di masyarakat (Marsh, 2008;

Willis, 2011 dan Kholil, 2009).
Joyful Learning
Joyful menurut Oxford English Dictionary adalah “ kind of feeling, expressing and
causes great pleasure”. Sedangkan Joyful Learning adalah sebuah pendekatan proses

pembelajaran atau pengalaman belajar yang membuat pembelajar merasa nyaman (feel pleasure)
yang merupakan bagian dari proses atau strategi pembelajarannya.
Joyful Learning merupakan metode pembelajaran yang melibatkan rasa senang, bahagia,

dan nyaman dari pihak-pihak yang sedang berada dalam proses belajar mengajar. Di sini terdapat
keterikatan cinta dan kasih sayang antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik.
Keterikatan hati di dalam proses belajar mengajar akan membuat masing-masing pihak berusaha
1

memberikan yang terbaik untuk menyenangkan pihak lain. Guru dengan semangat menggebugebu akan berusaha optimal memimpin kelas dengan cara yang paling menarik, sedangkan
peserta dengan antusias dan berlomba-lomba ikut aktif ambil bagian dalam setiap kegiatan.
Dengan demikian, Joyful Learning menjadi sarana yang membuat guru maupun peserta didik
menjadi betah menjalani sesi demi sesi pelajaran sehingga hasilnya akan maksimal.
Joyful learning sebenarnya merupakan strategi, konsep dan praktik pembelajaran yang


merupakan

sinergi

dari

pembelajaran

bermakna,

pembelajaran

kontekstual,

teori

konstruktivisme, pembelajaran aktif (active learning) dan psikologi perkembangan anak. Dengan
demikian walaupun esensinya sama, bahkan metodologi pembelajaran yang dipilih juga sama,
tetap ada spesifikasi yang berbeda terkait dengan penekanan konseptualnya yang relevan dengan
perkembangan moral dan kejiwaan anak. Anak akan bersemangat dan gembira dalam belajar

karena mereka tahu apa makna dan gunanya belajar. Belajar yang sesuai dengan minat dan
hobinya (meaningful learning) karena mereka dapat memadukan konsep pembelajaran yang
sedang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari, bahkan dengan berbagai topik yang sedang
“in” berkembang di masyarakat (Kholil, 2009).
Sejarah telah menunjukkan bahwa anak-anak pada jaman Yunani Kuno telah
menganggap sekolah sebagai suatu kegiatan yang mengasyikkan dan menyenangkan karena
mereka dapat mempelajari berbagai hal yang ingin mereka ketahui diwaktu senggang. Sehingga
pada saat kali pertama disebut kata school, asal mula kata sekolah berasal dari bahasa latin yakni
kata skhole, scola, scolae atau schola , kata itu secara harfiah berarti “waktu luang” atau “waktu
senggang” (Topatimasang dalam Kholil, 2011). Kata skhole, scola, scolae dan schola digunakan
untuk menyebut sebuah kegiatan yang dilakukan oleh orang Yunani Kuno untuk mengisi waktu
luangnya. Menggunakan waktu senggangnya untuk mengunjungi suatu tempat atau seseorang
pandai tertentu untuk mempertanyakan dan mempelajari hal-ikhwal yang mereka rasakan
memang perlu dan butuh untuk mereka ketahui. Semua asal kata sekolah ini mempunyai arti
yang sama yaitu ”waktu luang yang digunakan secara khusus untuk belajar” (leisure devoted to
learning).

Hubungan antara Joyful Learning dengan Perkembangan Otak
Wills (2011) menyatakan berdasarkan riset otak, ketika kegembiraan dan kenyamanan
dihapuskan dari kelas dan digantikan dengan homogenitas, dan ketika spontanitas digantikan


2

dengan kepatuhan pada perintah, otak siswa dijauhkan dari pemrosesan informasi dan
penyimpanan jangka panjang yang efektif.
Berdasarkan studi pencitraan syaraf pada amigdala, hippocampus, dan bagian sistem
limbik lainnya, melalui pengukuran dopamin dan transmitter lainnya, tingkat kenyamanan siswa
memiliki dampak yang amat penting pada transmisi dan penyimpanan informasi di dalam otak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan ini- rasa percaya diri, kepercayaan dan
sikap positip terhadap guru, ruang kelas dan komunitas sekolah yang mendukung- semuanya
terkait langsung terhadap kondisi pikiran yang kompatibel dengan pembelajaran, pengingatan
dan berpikir tingkat tinggi yang sukses. Atmosfir “penemuan yang menyenangkan” dimana
siswa dari segala tingkat umur akan mempertahankan antusisme masa taman kanak-kanak yang
menjalani setiap hari dengan penuh suka cita dalam belajar (Kohn, 2004).
Otak dan tubuh manusia merespons secara positip pada tertawa yang melepaskan
endorfin, epineferin (adrenalin), dan dopamin, serta meningkatkan volume oksigen dalam proses
pernapasan. Ketika siswa belajar dalam lingkungan belajar yang diperkaya dan dengan stimulus
indra yang beragam maka siswa akan memberi perhatian yang lebih besar dengan lebih banyak
kesempatan untuk terhubung secara personal dan interpersonal dengan materi yang disampaikan
dan merasa bahwa informasi tersebut relevan dengan kehidupan mereka (Willis, 2007).

Di dalam kelas, semakin banyak ragam model pembelajaran yang diperkenalkan kepada
otak untuk mempelajari sebuah materi, semakin banyak banyak jalur-jalur dendritik yang
terbentuk. Di sana akan terdapat lebih banyak jembatan penghubung sinaptik dari sel-ke-sel, dan
jalur-jalur ini

apabila digunakan lebih sering, menjadi semakin kuat dan tetap aman dari

prunning (pemangkasan sel). Menyampaikan informasi secara visual akan membentuk koneksi

dengan loba-loba normal occipital (loba-loba posterior otak yang memproses input optikal).
Kemudian dengan membuat siswa mendengar informasi secara berkesinambungan

akan

mengaitkan sebuah sirkuit dendritik dengan loba temporal (loba-loba yang ada pada sisi-sisi otak
yang memproses input auditori dan berperan penting dalam pengaturan emosi dan pemrosesan
memori). Hal ini akan mempercepat akses otak kepada informasi yang tersimpan (Kohn, 2004).
Ketika anak-anak berusia 6 – 12 tahun, neuron-neuron mereka menumbuhkan sinapssinaps yang semakin banyak yang digunakan sebagai jalur-jalur baru untuk mengirimkan isyarat
bagi syaraf. Penebalan grey matter (percabangan dari neuron-neuron dan koneksi sinaptik yang
dibentuk) dibarengi dengan penebalan pada white matter (selubung myelin berlemak yang

3

mengisolasi akson-akson pembawa informasi dari neuron dan membuat transmisi sinyal syaraf
menjadi lebih cepat dan efisien).Ketika otak menjadi efisien, sirkuit-sirkuit yang tidak sering
digunakan akan terpangkas, tetapi koneksi-koneksi yang paling sering digunakan menjadi lebih
tebal sehingga membuatnya lebih efisien (Guild, 2004).
Beberapa studi tentang otak telah menemukan bahwa ketika siswa berada dalam kondisi
emosional positif seperti dalam keadaan senang, bermain, dan nyaman dan disertai dengan
beberapa stimuli yang mengandung tantangan.Dalam kondisi emosional positif, apabila siswa
diberi ujian, berdasarkan pencitraan syaraf menunjukkan memori berjalan lebih baik, kefasihan
verbal meningkat, berpikir lebih fleksibel dan menghasilkan gagasan kreatif untuk pemecahan
masalah. Mereka bahkan menunjukkan perilaku sosial yang lebih positif-suka membantu,
mampu bersosialisasi, fokus, sabar, serta memiliki kemampuan mengambil keputusan yang lebih
baik (Wills, 2011).
Siswa memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengingat dan memahami dengan baik
apa yang mereka pelajari apabila hal itu menarik atau mengandung bagian yang membuat
mereka harus menemukan sendiri jawabannya. Ketika ketertarikan siswa tinggi, stres dan
kegelisahan akan menurun, sehingga siswa lebih dapat menerima kesalahan mereka dan mau
mencoba kembali. Dengan demikian karena fokus mereka meningkat, siswa akan lebih mudah
memahami materi yang diberikan guru.

Hasil-hasil Penelitian tentang Joyful Learning
Berdasarkan penelitian

Chen, et. al. (2010) dan

Kirikkaya, et al. (2010) joyful

perception memberikan pengaruh positif terhadap motivasi belajar peserta didik. Sejumlah
educational gamesdengan pendekatan joyful learning telah dikembangkan dan didasarkan pada

teori dan strategi ilmu pendidikan/pedagogika (Chen & Tsai, 2009; Kebritchi & Hirumi, 2008).
Pendekatan Joyful Learning Classroom Learning System (JCLS) telah digunakan untuk
membantu anak-anak untuk pembelajaran perkalian dalam matematika. Berdasarkan hasil uji
coba dan uji lapangan menunjukkan bahwa JCLS memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang materi pelajaran melalui kegiatan hands-on exercises. Banyak keuntungan yang
diperoleh siswa melalui hands-on exercises, salah satunya adalah peserta didik memiliki waktu
berpikir lebih lama dalam membangun pengetahuan yang diperoleh. Disamping itu dengan
menggunakan JCLS secara simultan meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan
joyful perception selama proses pembelajaran. JCLS diketahui juga mendukung guru


4

memperoleh informasi kemampuan tiap siswa secara cepat dan akurat sehingga dapat
menentukan in-class instructional strategy dan memberikan after-school assistances (Wei, et.
al, 2011).
Jadal (2012)a dan Jadal (2012)b memaparkan tentang pelaksanaan pendekatan activitybased joyful learning (ABJL) di sekolah dasar di Maharastra India.

Pendekatan ABJL

merupakan sebuah strategi pembelajaran yang keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses
pembelajaran. Pendekatan ABJL mengacu prinsip-prinsip learning by playing, learning by
doing, learning by enjoying & learning by problem solving . Pendekatan pembelajaran ini

memerlukan keterlibatan multi sensory organs siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan
beberapa penelitian yang menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda yang mengacu pada
joyful learning activities memberikan hasil yang positif.

Joyful learning juga dikembangkan di Bangladesh melalui program IDEAL. Melalui
program ini model pembelajaran yang sebelumnya menggunakan pola hafalan (rote learning)
dan teacher-centered dimodifikasi menjadi pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna

(meaningful learning) serta child-centered. Guru maupun peserta didik merasakan suasana yang
menyenangkan ketika berada di sekolah. Anak-anak sangat menyukai kondisi kelas yang cerah
dengan dekorasi yang menarik. Setiap peserta didik mendapat space tersendiri untuk berekspresi.
Meja dan kursi terbuat dari bahan yang ringan sehingga mudah dipindah dan disesuaikan
kebutuhan.
Guru tidak terlalu lama berdiri di depan kelas untuk menerangkan pelajaran. Materi yang
diberikan menggunakan strategi pembelajaran role playing, dance, stories and drawing, serta
peserta didik diajak untuk bekerjsama dalam kelompok. Guru menggunakan media yang
bervariasi seperti gambar, realia, boneka maupun kartu bergambar untuk mendukung
pembelajaran.
Chopra dan Chabra (2013) memaparkan tentang modeI sekolah yang menggunakan
pendekatan Joyful Learning di India. Tujuan pendidikan yang dikembangkan di Dirgantar School
adalah (1) ‘help the child become an independent and motivated learner’; (2) ‘help should be
provided to each and every child’; dan yang ketiga adalah ‘learning process builds upon the

child’s life experience’. Dalam pandangan manajemen sekolah tersebut, merupakan
tanggungjawab masyarakat sekolah untuk menciptakan anggota masyarakat sekolah yang
memiliki hak dan kewajiban yang setara. Sedangkan dalam proses pembelajaran, manajemen
5

sekolah berpandangan ketrampilan dan pemahaman peserta didik hanya dapat dibangun melalui
pengalaman belajar yang luas dengan lingkungan.
Berdasarkan pandangan orang tua peserta didik diketahui bahwa Dirgantar School adalah
sekolah yang sangat baik bagi anak-anak mereka. Guru memperlakukan siswa dengan penuh
perhatian, kecintaan dan kesabaran. Anak-anak menganggap guru sebagai teman, pembimbing
dan ‘philosopher’. Guru memiliki ‘patience’

yang besar terhadap peserta didik dan mereka

mengunjungi komunitas orangtua mereka setiap minggu untuk mendiskusikan perkembangan
anak-anak. Orangtua memiliki kepercayaan yang besar terhadap sekolah dan anak-anak tidak
mempermasalahkan jauhnya rumah mereka dengan sekolah. Bahkan mereka sangat gembira
ketika berangkat dan mengikuti pelajaran (Chopra dan Chabra, 2013).
Siswa di Dirgantar School merasakan bahwa sekolah merupakan hadiah terbesar yang
Tuhan berikan. Mereka menganggap guru sebagai teman karena tidak pernah meremehkan
mereka. Mereka merasa terlindung dan aman bersekolah di Dirgantar School. Guru suka
mengajak bernyanyi, bermain dan menari bersama siswa sehingga mereka menikmati proses
pembelajaran (Chopra dan Chabra, 2013).
Guru memiliki hubungan yang sangat erat dengan siswa. Siswa senang berbagi suka dan
duka dengan guru.

Siswa sangat mempercayai guru dan tidak takut mengekspresikan harapan

dan keinginan mereka. Guru memperhatikan kemampuan siswa sejak awal dan memberikan
tugas berdasar kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa. Bagi guru berlaku anggapan bahwa
‘We never beat any child as we believe love , attention and care is the need of the hour for the
holistic development of the child’ (Chopra dan Chabra, 2013)..

Guru di Dirgantar School menggunakan pendekatan teori pendidikan yang kontekstual
dan tidak menggunakan prinsip-prinsip pendidikan secara ‘taken for granted’ sebelum digunakan
di kelas. Berdasarkan hasil observasi di kelas, guru biasa bisa menjadi luar biasa ketika mereka
diberi kebebasan untuk untuk mengembangkan proses pembelajaran dan membangun hubungan
yang hangat dengan siswa. Rasa sayang dan kepercayaan terhadap guru merupakan faktor
terpenting yang membuat siswa merasa bertanggungjawab dan perhatian terhadap kemajuan
belajarnya (Chopra dan Chabra, 2013).
Pendekatan joyful learning meningkatkan partisipasi anak-anak perempuan di
Bangladesh untuk bersekolah. Mereka menjadi termotivasi untuk bersekolah dan orang tua
memahami pengtingnya pendidikan bagi anak mereka.
6

Guru memiliki hubungan yang sangat erat dengan siswa. Siswa senang berbagi suka dan
duka dengan guru.

Siswa sangat mempercayai guru dan tidak takut mengekspresikan harapan

dan keinginan mereka. Guru memperhatikan kemampuan siswa sejak awal dan memberikan
tugas berdasar kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa. Bagi guru berlaku anggapan bahwa
‘We never beat any child as we believe love , attention and care is the need of the hour for the
holistic development of the child’ (Chopra dan Chabra, 2013)..

Guru di Dirgantar School menggunakan pendekatan teori pendidikan yang kontekstual
dan tidak menggunakan prinsip-prinsip pendidikan secara ‘taken for granted’ sebelum digunakan
di kelas. Berdasarkan hasil observasi di kelas, guru biasa bisa menjadi luar biasa ketika mereka
diberi kebebasan untuk untuk mengembangkan proses pembelajaran dan membangun hubungan
yang hangat dengan siswa. Rasa sayang dan kepercayaan terhadap guru merupakan faktor
terpenting yang membuat siswa merasa bertanggungjawab dan perhatian terhadap kemajuan
belajarnya (Chopra dan Chabra, 2013).
Pendekatan joyful learning meningkatkan partisipasi anak-anak perempuan di
Bangladesh untuk bersekolah. Mereka menjadi termotivasi untuk bersekolah dan orang tua
memahami pengtingnya pendidikan bagi anak mereka.
Penutup
Joyful Learning merupakan metode pembelajaran yang melibatkan rasa senang, bahagia,

dan nyaman dari pihak-pihak yang sedang berada dalam proses belajar mengajar. Di sini terdapat
keterikatan cinta dan kasih sayang antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik. Tak
ubahnya seperti ikatan cinta antara sepasang kekasih, keterikatan hati di dalam proses belajar
mengajar akan membuat masing-masing pihak berusaha memberikan yang terbaik untuk
menyenangkan pihak lain. Guru dengan semangat menggebu-gebu akan berusaha optimal
memimpin kelas dengan cara yang paling menarik, sedangkan peserta dengan antusias dan
berlomba-lomba ikut aktif ambil bagian dalam setiap kegiatan. Dengan demikian, Joyful
Learning menjadi sarana yang membuat guru maupun peserta didik menjadi betah menjalani sesi

demi sesi pelajaran sehingga hasilnya akan maksimal.

7

DAFTAR PUSTAKA

Chopra, V. dan S. Chabra,.2013. Digantar In India: A Case Study For Joyful Learning. Journal
of Unschooling and Alternative Learning 2013 Vol. 7 Issue 13.
Hayes, D. 2007 . Joyful Teaching and Learning in Primary School. Great Britain by Bell & Bain
Ltd, Glasgow
Hongkong Arts Development Council. 2005. Joyful Learning The Arts-in Education Program.
Hongkong Arts Development Council. Hongkong
Jadal M.M., 2012a. Use of Activity Based Joyful Learning Approach in Teaching Environmental
Science Subject At Primary Level. Indian Streams Research Journal Volume 2, Issue.
7, Aug 2012, pp.1-5 . Available online at www.isrj.net
--------------, 2012b.Increasing The Achievement Of Students By Using The Activity Based Joyful
Learning Approach.Journal of Arts and CultureVolume 3, Issue 2, 2012, pp.-110114.ISSN: 0976-9862 & E-ISSN: 0976-9870, Available online at
http://www.bioinfo.in/contents.php?id=53.
Kebritchi, M., & Hirumi, A. (2008). Examining the pedagogical foundations of modern
ducational computer games. Computers & Education, 51(4), 1729-1743
Kholil, A. 2009. Joyful Learning sebagai Landasan Pembelajaran Siswa Aktif. [Online] tersedia
http.kholil.blogspot.com

Kirikkaya, E. B., İşeri, Ş., & Vurkaya, G. (2010). A Board Game about Space and Solar System
for PrimarySchool Students. The Turkish Online Journal of Educational Technology,
9(2), 1-13.
Kompas. 2013. Siswa Indonesia Peringkat 64 Dari 65 Negara,Tapi Paling Bahagia di Dunia 06
Desember 2013 [Online] tersedia : www.kompas.com
Kompas, 2012. Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia. 27 Nopember 2012 [Online] tersedia :
www.kompas.com
Kompas, 2012. Pendidikan Asia Nomor Satu di Dunia. 12 Desember 2012 [Online] tersedia :
www.kompas.com
Nurihsan, A. J dan A. Mubiar. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja Tinjauan
Psikologi, Pendidikan dan Bimbingan. Bandung: Refika Aditama
Ruhimat, Toto. 2009. Pengembangan Pembelajaran Siswa Aktif (Active Learning). [Online]
tersedia. http//www.repository. upi.edu [21 September 2012]

8

Sardiman. 2004. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar .Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Willis, Judy. 2011. Understanding How the Brain Thinks. [Online] tersedia:
http://www.edutopia.org/blog/willis_judemd/Understanding How the Brain Thinks
Wei, Chun-Wang, I-Chun Hung, Ling Lee, Nian-Shing Chen, 2011. A Joyful Classroom
Learning System With Robot Learning Companion For Children To Learn
Mathematics Multiplication.TOJET: The Turkish Online Journal of Educational
Technology – April 2011, volume 10 Issue 2

9

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25