PERAN GURU DALAM PENYELENGGARAAN BIMBING

PERAN GURU DALAM PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling
(guru BK) melainkan menjadi tanggung jawab bersama semua guru, baik guru kelas maupun
guru mata pelajaran di bawah koordinasi guru bimbingan dan konseling. Sekalipun tugas dan
tanggung jawab utama guru kelas maupun guru mata pelajaran adalah menyelenggarakan
kegiatan belajar dan pembelajaran, bukan berarti dia sama sekali lepas dari kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru kelas dan guru mata
pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisiensi pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah, bahkan dalam batas-batas tertentu guru kelas maupun
guru mata pelajaran dapat bertindak sebagai pembimbing (konselor) bagi siswanya. Salah satu
peran yang harus dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing yang baik guru harus memiliki pemahaman tentang siswa yang dibimbingnya.
Lebih jauh, Makmun (2003) menyatakan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk
mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan
diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu
pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan
atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor
profesional.
Berkenaan peran guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling,

Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan
kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan
asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno dkk (2004) memerinci peran, tugas
dan tanggung jawab guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
sebagai berikut:
1.
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
2.
Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3.
Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing/konselor
4.
Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut
guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti
pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5.
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswasiswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6.

Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan.

7.
8.

Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Peran guru kelas maupun guru mata pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling sangatlah penting. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
sekolah akan sulit dicapai tanpa peran serta guru kelas ataupun guru mata pelajaran di sekolah
yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman (2001:142) mengemukakan
sembilan peran guru yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling
di sekolah, yaitu:
1. Sebagai Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun

umum.
2. Sebagai Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Sebagai Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses
belajar dan pembelajaran.
4. Sebagai Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Sebagai Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Sebagai Transmitor, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7. Sebagai Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Sebagai Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Sebagai Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sembilan peran guru sebagaimana telah dikemukakan terkait erat
dengan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Kesulitan-kesulitan

atau permasalahan yang timbul dalam implementasi kesembilan peran tersebut pada dasarnya
juga merupakan permasalahan yang berada dalam wilayah penyelenggaraan kegiatan
bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru kelas maupun guru mata pelajaran
membutuhkan kehadiran guru bimbingan dan konseling, sebaliknya guru bimbingan dan
konseling juga membutuhkan informasi, bantuan, dan kerja sama dengan guru kelas dan guru
mata pelajaran untuk melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya.