Formulasi dan Uji Efektivitas Sedian Krim yang Mengandung Minyak Biji Anggur (Grapeseed Oil)

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Anggur (Vitis vinifera) 2.1.1 Asal usul tanaman anggur

Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman Miosen yaitu 23 juta tahun yang lalu. Dugaan ini berdasarkan daun, potongan cabang, serta biji buahnya yang didapat di daerah Eropa dan Amerika Utara. Selain itu, ditemukan juga tumpukan fosil biji buah anggur di sebuah danau di Eropa Tengah. Dari semua penemuan inilah kemudian terlacak bahwa pada masa lalu sebagian besar tanaman anggur lebih banyak tumbuh di daratan Eropa, Amerika Utara, dan daerah dingin dekat Kutub Utara (Setiadi, 2007).

Sekitar abad ke-2 sesudah Masehi, orang mulai mengenal anggur sebagai minuman, buah meja, dan kismis. Pengenalan ini berkat jasa orang-orang Romawi kuno yang membawa varietas anggur ini yang dikenal sebagai Vitis vinifera. Varietas ini kemudian menyebar ke bagian timur Mediterania sampai Afrika Utara. (Setiadi, 2007).

2.1.2 Klasifikasi anggur

Klasifikasi anggur sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Vitales

Family : Vitaceae Genus : Vitis


(2)

5 2.1.3 Minyak biji anggur

Minyak biji anggur adalah minyak alami yang berasal dari biji anggur jenis Vitis vinifera yang banyak tumbuh di Spanyol, Italia, dan Prancis. Anggur jenis ini biasanya digunakan untuk pembuatan wine (minuman beralkohol hasil fermentasi dari anggur segar). Minyak dengan warna kekuningan dan bau tidak menyengat ini memiliki kandungan asam linoleat (omega 6) yang tinggi yaitu 60 - 76%, asam oleat 12 - 27%, asam stearat 3 - 6%, asam palmitat 6 - 8% serta antioksidan yang kuat sehingga baik digunakan dalam formulasi kosmetik (Martinez, 2006).

Minyak biji anggur diperoleh dari ekstraksi biji anggur dengan metode cold pressed. Metode ini sederhana, tidak melibatkan pemanasan ataupun zat kimia. Menggunakan suatu alat dengan cara memasukkan biji ke alat tersebut, kemudian ditekan sampai menghasilkan minyak dan ampas yang sudah terpisah (Martinez, 2006).

Minyak biji anggur mengandung antioksidan yang bermanfaat dalam merawat kulit. Antioksidan yang terdapat di dalamnya yaitu vitamin E dan juga oligomeric proanthocianidins (OPC). OPC ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang merusak jaringan kulit. OPC dapat memperbaiki kolagen yang telah dirusak oleh radikal bebas, sehingga mencegah terjadinya kerutan di kulit (Sarvanthi, 2013). Kandungan vitamin E dalam minyak biji anggur juga bermanfaat bagi kulit, dimana vitamin E membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit dan mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012).


(3)

6 2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan organ hidup yang melapisi seluruh permukaan tubuh manusia, berfungsi untuk melindungi dan menerima rangsangan dari lingkungan (Tyas, 2014).

2.2.1 Sruktur kulit

Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan). Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit sebelah luar. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan paling luar di permukaan kulit, stratum lusidum yang terdapat langsung di bawah lapisan korneum, stratum granulosum terdiri atas sel-sel bergranula yang lama-kelamaan akan mati, kemudian terdorong ke atas menjadi bagian lapisan tanduk, stratum spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar, dan stratum basale (stratum germinativum) merupakan lapisan yang mengandung sel-sel yang aktif membelah diri untuk membentuk sel-sel kulit baru, menggantikan sel-sel mati pada lapisan korneum pada lapisan ini terdapat pigmen melanin. Pigmen inilah yang menentukan warna kulit seseorang dan melindungi jaringan kulit dari bahaya sinar ultraviolet (Achroni, 2012).

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat (Achroni, 2012). Pada


(4)

7

lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk struktur penunjang pada kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan, dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan sitem pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak. Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona (Bentley, 2006).

Lapisan hipodermis atau jaringan subkutis, lapisan hipodermis terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah, dan serabut saraf. Fungsi dari jaringan subkutis atau lapisan hipodermis adalah untuk penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi (Achroni, 2012).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu fungsi perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar matahari, polusi, bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh, sisa metabolisme ini dikeluarkan bersama dengan keringat. Mengatur suhu tubuh, ketika suhu udara panas, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak dan akan memperlebar pembuluh darah sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh, demikian sebaliknya ketika suhu udara dingin. Dengan adanya sistem pengaturan suhu ini, suhu tubuh akan selalu dalam kondisi stabil. Kulit juga berfungsi sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit, dan beragam tekstur (Achroni, 2012).


(5)

8 2.2.3 Jenis-jenis kulit wajah

 Kulit Normal: wajah terlihat lebih lembut, cerah, sehat, kelembaban cukup, tidak kering, dan pori-pori masih tampak, tetapi tidak terlalu besar.

 Kulit Berminyak: produksi minyak berlebihan sehingga apabila diraba akan terasa berminyak, terlihat mengkilap dan pori-pori terlihat besar. Jenis kulit ini lebih sering mengalami masalah, seperti jerawat dan sering terkesan kotor.

 Kulit Kering: memproduksi sedikit minyak sehingga kulit terasa kencang dan kering, bahkan menjadi bersisik halus. Jenis kulit ini cenderung cepat berkeriput dengan garis-garis yang jelas sehingga terkesan lebih tua dibanding usianya.

 Kulit Kombinasi: merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan berminyak. Kulit wajah akan terlihat berminyak dan timbul jerawat di daerah tertentu seperti bagian dahi, hidung, dan dagu (bagian T), sedangkan bagian lain tidak berminyak (Wirakusumah, 2008).

2.3 Penuaan Dini

Memiliki kulit yang sehat, segar, cerah, kencang, halus, dan bersinar tentu menjadi dambaan semua orang. Dengan kualitas kulit yang demikian, seseorang akan tampak bugar, awet muda, dan tentu saja penampilan menjadi menawan. Hanya saja, sebagaimana seluruh organ tubuh, kulit pun pasti akan mengalami penurunan kondisi dan kualitas sejalan dengan perputaran waktu. Seiring dengan


(6)

9

pertambahan usia, kulit akan kehilangan keremajaannya dan mengalami kemunduran (Achroni, 2012).

Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh semua makhluk hidup. Penuaan dapat terjadi pada semua bagian tubuh, mulai dari pembuluh darah, organ tubuh serta kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan proses penuaan tersebut (Putro, 1997).

Proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013).

2.3.1 Proses terjadinya penuaan dini

Gejala dan tanda penuaan dini dapat terjadi di semua organ tubuh manusia, terutama pada kulit (Bogandeta, 2012). Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan ‘photo aging’. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses ‘photo aging’ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV yang berlebihan. Paparan sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini


(7)

10

selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis (Suryadi, 2012).

2.3.2 Penyebab penuaan dini

Sinar UV hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum sinar matahari, namun sangat berpengaruh untuk memicu terjadinya penuaan dini pada kulit manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan kanker kulit (Satiadarma, 1986).

Faktor yang menyebabkan terjadinya penuaan dini terbagi dua, yaitu: a. Faktor internal

Faktor internal merupakan proses alamiah yang tidak mungkin dihindari setiap manusia (Basuki, 2001). Pada umumnya disebabkan oleh gangguan dari dalam tubuh misalnya sakit yang berkepanjangan dan kurangnya asupan gizi (Putra, 2012). Ras dan faktor genetik juga memegang peranan dalam terjadinya penuaan. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari sehingga lebih mudah mengalami gejala penuaan dibanding kulit berwarna gelap (Noormindhawati, 2013).

Faktor internal juga dipicu oleh perubahan hormonal dan tingkat stres yang dialami oleh seseorang (Putra, 2012). Pada wanita yang menopause, penurunan produksi esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan progesteron meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum dan pembentukan melanin. Berkurangnya hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas (Putro, 1997). Pada saat stres, akan terjadi peningkatan hormon


(8)

11

adrenalin yang meningkatkan hormon kortisol. Hormon kortisol berfungsi untuk mengatur banyaknya gula yang diserap ke dalam tubuh dan mengikat protein serta menghentikan fungsinya. Protein ini berfungsi untuk membentuk jaringan ikat kulit dan apabila fungsinya dihentikan, maka kulit akan kehilangan kelenturan dan kehalusannya (Kelly, 2010). Faktor Internal tidak dapat dihindari tetapi dapat dikurangi efeknya. Misalnya dengan perawatan wajah yang cepat, mengurangi stres, dan asupan makanan yang baik (Basuki ,2001).

b. Faktor eksternal

Sinar matahari merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya penuaan dini (Putra, 2012). Para ahli kulit memperkirakan sekitar 80% garis kerutan, keriput, kendur, dan kasar pada kulit disebabkan langsung oleh sinar UV (Bentley, 2006). Paparan sinar matahari yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis yang akan memecahkan kolagen kulit (Zelfis, 2012).

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya. Radikal bebas dapat timbul dari proses metabolisme dalam tubuh dan dapat juga berasal dari lingkungan, seperti pencemaran udara, bahan kimia, makanan , alkohol, rokok, radiasi UV, dan sebagainya. Radikal bebas ini bersifat reaktif dan tidak stabil sehingga untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul tersebut. Proses ini pada akhirnya akan menimbulkan radikal bebas baru terhadap molekul yang elektronnya diambil sehingga jumlahnya terus bertambah. Oleh karena itu, reaksi radikal bebas cenderung berupa reaksi berantai. Reaksi berantai ini akan terus


(9)

12

menerus berlangsung dalam tubuh dan bila tidak segera dicegah dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Hal ini akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker jantung, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Untuk mengantisipasi kerusakan akibat radikal bebas tersebut maka tubuh memerlukan suatu substansi penting, yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas (Youngson, 2005)

Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara pegunungan dan arus angin akan mempercepat penguapan air pada kulit, akibatnya kelembaban kulit akan menurun dan menyebabkan kulit menjadi kering (Putra, 2012).

Beberapa gaya hidup juga memicu terbentuknya kerutan pada wajah, di antaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan kulit terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Banyaknya frekuensi kedipan mata serta kebiasaan menyipitkan mata menyebabkan otot-otot di sekitar alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga memperparah kerutan di area dahi. Nikotin dari rokok yang terserap ke dalam tubuh menyebabkan aliran darah ke kulit berkurang sehingga asupan gizi dan regenerasi kulit menjadi terhambat (Setiabudi, 2014).

Indonesia termasuk daerah tropis yang dapat menyebabkan penduduknya mudah terkena sengatan sinar matahari yang mengandung sinar UV A dan UV B yang dapat menyebabkan kerusakan kulit (Achroni, 2012). Intensitas sinar paling kuat pada pukul 10.00 hingga 15.00 (Basuki, 2001). Kedua jenis sinar tersebut dapat menembus lapisan kulit epidermis dan dermis dan memicu terjadinya penuaan dini pada kulit (Suryadi, 2012).


(10)

13

Sering diduga bahwa hanya UV B yang menjadi ancaman besar bagi kulit, namun sekarang ini telah diketahui bahwa sekitar 80% sinar UV A yang menggosongkan kulit justru mampu mecapai lapisan dermis. Pada lapisan dermis UV A dapat merusak struktur kulit dengan mengubah susunan DNA dan RNA pada inti sel serta mengubah susunan kolagen dan elastin. Sel yang dirusak tersebut menghasilkan kembali mutasi yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah garis dan kerutan, penurunan kekencangan dan kelenturan kulit, juga turunnya kemampuan epidermis untuk menjaga kelembaban kulit (Bentley, 2006).

Sinar UV A memiliki panjang gelombang 320 – 400 nm. UV A menembus kulit lebih dalam dari UV B yakni menembus sampai dermis (lapisan kedua dari kulit) dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. UV B memiliki panjang gelombang 290 – 320 nm, sinar UV B biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (Darmawan, 2013). 2.3.3 Tanda-tanda penuaan dini

Tanda-tanda penuaan dini lebih sering terlihat pada kulit, tertama kulit wajah, yaitu berupa:

1. Flek atau bercak hitam.

Terbentuknya flek hitam atau hiperpigmentasi merupakan kondisi menggelapnya warna kulit karena terjadi penumpukan melanin yang tidak teratur dalam sel epidermis. Melanin dihasilkan oleh melanosit di lapisan bawah kulit dan sintesisnya akan ditingkatkan oleh adanya sinar matahari (Putra, 2012).


(11)

14 2. Tekstur kulit tampak kasar

Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kita mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak (Bogadenta, 2012). Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit kering dan kasar (Noormindhawati, 2013).

3. Pori-pori kulit tampak membesar

Pembesaran pori-pori juga terkait dengan penuaan dini. Seiring dengan bertambahnya usia, pori-pori tumbuh lebih besar karena penumpukan sel kulit mati di sekitar pori-pori. Pembesaran pori-pori dapat dikurangi dengan pengelupasan kulit secara teratur. Namun jika sering terkena sinar matahari secara terus-menerus, bisa membuat pori-pori membesar, karena sel-sel kulit mati menumpuk (Bogadenta, 2012).

4. Keriput

Munculnya keriput disebabkan oleh menurunnya fungsi kolagen dan elastin pada kulit, hingga kulit terlihat mengendur dan kehilangan elastisitasnya (Bogadenta, 2012). Faktor utama terjadinya keriput sebelum waktunya adalah sinar ultraviolet. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen tanda-tanda penuaan kulit pada orang dewasa adalah hasil akumulasi sinar ultraviolet pada saat masa remaja, sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah perenggangan (Darmawan, 2013).


(12)

15

2.4 Anti-aging

Sesuai dengan asal katanya, anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti penuaan, apabila diartikan anti-aging adalah menahan atau melawan terjadinya penuaan. Anti-aging merupakan suatu proses untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan supaya seseorang terlihat lebih segar, cantik, dan awet muda (Kelly, 2010). Kosmetik anti-aging pada umumnya berupa bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.1 Antioksidan

Merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat meghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007)

2.5 Krim

Krim didefinisikan sebagai bentuk sediaan setengah padat, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air untuk penggunaan kosmetika (Ditjen POM, 1995).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan dalam kosmetik perawatan (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(13)

16 2.6 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging adalah sebagai berikut:

a. Propilen glikol

Propilen glikol adalah salah satu bahan pembantu dalam formulasi sediaan semi padat yang berfungsi sebagai kosolven (Reynolds, 1982). Propilen glikol digunakan sebagai emulsifier untuk menstabilkan dua atau lebih campuran yang tidak bercampur. Digunakan dalam industri kosmetik dimana minyak dan air harus dicampur untuk menghasilkan krim (Chatterje dkk, 2011)

b. Trietanolamin

Trietanolamin berupa cairan kental jernih berwarna kuning pucat sampai tidak berwarna, berbau amoniak yang samar. Bahan ini banyak digunakan pada formulasi sediaan topikal terutama sebagai emulgator. Trietanolamin jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk membentuk emulsi minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk mengemulsikan asam stearat adalah 8 – 20% (Reynolds, 1982).

c. Setil alkohol

Setil alkohol berbentuk granul, butiran atau kubus yang seperti lilin. Setil alkohol banyak digunakan pada formulasi topikal sebagai emolien, emulgator lemah dan sebagai peningkat konsistensi. Sebagai bahan peningkat konsistensi setil alkohol digunakan sebesar 2 – 10% (Lieberman dkk, 1994).


(14)

17 d. Asam stearat

Asam stearat berbentuk serbuk padatan mengkilat atau kristal berwarna putih atau kekuningan. Pada formulasi topikal konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan berkisar antara 1 – 20%. Larut dalam etanol, heksan dan propilen glikol (Reynolds, 1982)

e. Nipagin

Nipagin berbentuk kristal tidak berwarna atau putih yang tidak berbau. Digunakan secara luas sebagai pengawet pada kosmetika, produk makanan dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan paraben lain. Kekuatan pengawet meningkat dengan penambahan propilen glikol 2 – 5 %. Penggunaan topikal nipagin berkisar antara 0,02 – 0,3%. Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam alkohol, aseton dan propilen glikol (Reynolds, 1982)

2.7 Skin Analyzer

Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja. Terutama di Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Berbagai cara penelitian dan usaha dilakukan untuk mendapatkan zat atau obat yang bisa membuat manusia tampak lebih muda. Telah ditemukan berbagai produk yang popular digunakan untuk menghambat proses penuaan dini dikenal dengan produk anti-aging. Produk anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit, sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(15)

18

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada analisa konvensional diagnose dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami (Aramo, 2012).

Menurut Aramo (2012) pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Parameter Hasil

Moisture (% kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51- 100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore (Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot (Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle (Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0 – 19 20 – 52 53 – 100

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter


(16)

19

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).


(1)

14 2. Tekstur kulit tampak kasar

Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kita mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak (Bogadenta, 2012). Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit kering dan kasar (Noormindhawati, 2013).

3. Pori-pori kulit tampak membesar

Pembesaran pori-pori juga terkait dengan penuaan dini. Seiring dengan bertambahnya usia, pori-pori tumbuh lebih besar karena penumpukan sel kulit mati di sekitar pori-pori. Pembesaran pori-pori dapat dikurangi dengan pengelupasan kulit secara teratur. Namun jika sering terkena sinar matahari secara terus-menerus, bisa membuat pori-pori membesar, karena sel-sel kulit mati menumpuk (Bogadenta, 2012).

4. Keriput

Munculnya keriput disebabkan oleh menurunnya fungsi kolagen dan elastin pada kulit, hingga kulit terlihat mengendur dan kehilangan elastisitasnya (Bogadenta, 2012). Faktor utama terjadinya keriput sebelum waktunya adalah sinar ultraviolet. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen tanda-tanda penuaan kulit pada orang dewasa adalah hasil akumulasi sinar ultraviolet pada saat masa remaja, sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah perenggangan (Darmawan, 2013).


(2)

15 2.4 Anti-aging

Sesuai dengan asal katanya, anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti penuaan, apabila diartikan anti-aging adalah menahan atau melawan terjadinya penuaan. Anti-aging merupakan suatu proses untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan supaya seseorang terlihat lebih segar, cantik, dan awet muda (Kelly, 2010). Kosmetik anti-aging pada umumnya berupa bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.1Antioksidan

Merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat meghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007)

2.5 Krim

Krim didefinisikan sebagai bentuk sediaan setengah padat, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air untuk penggunaan kosmetika (Ditjen POM, 1995).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan dalam kosmetik perawatan (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(3)

16 2.6 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging adalah sebagai berikut:

a. Propilen glikol

Propilen glikol adalah salah satu bahan pembantu dalam formulasi sediaan semi padat yang berfungsi sebagai kosolven (Reynolds, 1982). Propilen glikol digunakan sebagai emulsifier untuk menstabilkan dua atau lebih campuran yang tidak bercampur. Digunakan dalam industri kosmetik dimana minyak dan air harus dicampur untuk menghasilkan krim (Chatterje dkk, 2011)

b. Trietanolamin

Trietanolamin berupa cairan kental jernih berwarna kuning pucat sampai tidak berwarna, berbau amoniak yang samar. Bahan ini banyak digunakan pada formulasi sediaan topikal terutama sebagai emulgator. Trietanolamin jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk membentuk emulsi minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk mengemulsikan asam stearat adalah 8 – 20% (Reynolds, 1982).

c. Setil alkohol

Setil alkohol berbentuk granul, butiran atau kubus yang seperti lilin. Setil alkohol banyak digunakan pada formulasi topikal sebagai emolien, emulgator lemah dan sebagai peningkat konsistensi. Sebagai bahan peningkat konsistensi setil alkohol digunakan sebesar 2 – 10% (Lieberman dkk, 1994).


(4)

17 d. Asam stearat

Asam stearat berbentuk serbuk padatan mengkilat atau kristal berwarna putih atau kekuningan. Pada formulasi topikal konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan berkisar antara 1 – 20%. Larut dalam etanol, heksan dan propilen glikol (Reynolds, 1982)

e. Nipagin

Nipagin berbentuk kristal tidak berwarna atau putih yang tidak berbau. Digunakan secara luas sebagai pengawet pada kosmetika, produk makanan dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan paraben lain. Kekuatan pengawet meningkat dengan penambahan propilen glikol 2 – 5 %. Penggunaan topikal nipagin berkisar antara 0,02 – 0,3%. Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam alkohol, aseton dan propilen glikol (Reynolds, 1982)

2.7 Skin Analyzer

Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja. Terutama di Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Berbagai cara penelitian dan usaha dilakukan untuk mendapatkan zat atau obat yang bisa membuat manusia tampak lebih muda. Telah ditemukan berbagai produk yang popular digunakan untuk menghambat proses penuaan dini dikenal dengan produk anti-aging. Produk anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit, sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(5)

18

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada analisa konvensional diagnose dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami (Aramo, 2012).

Menurut Aramo (2012) pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Parameter Hasil

Moisture (% kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51- 100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore (Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot (Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle (Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0 – 19 20 – 52 53 – 100

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter


(6)

19

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).