PENGARUH STATUS EKONOMI ORANG TUA TERHAD

PENGARUH STATUS EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG
SKRIPSI

MUHAMMAD BANGUN QIAN SANTANG
12040564059

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN ILMU SOSIAL
PRODI S1 SOSIOLOGI
2016

PENGARUH STATUS EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA
SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya
Untuk memenuhi persyaratan penyelesaian
Program Sarjana Sosial
Oleh

MUHAMMAD BANGUN QIAN SANTANG
12040564059

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI
2016

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Oleh

:

Muhammad Bangun Qian Santang

NIM

:


12040564059

Judul
: Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP
Muhammadiyah 1 Jombang

Surabaya, 12 Juli 2016
Pembimbing,

Dr.Ari Wahyudi, M.Si
NIP 196505101989031004

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi oleh

:

Muhammad Bangun Qian Santang


NIM

:

12040564059

Judul
: Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP
Muhammadiyah 1 Jombang ini telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada tanggal 03 Mei
2016.

Dewan Penguji,

Tanda Tangan

Tanggal Selesai
Revisi

Penguji I

Dr.Sugeng Harianto, M.Si
NIP 196403211993021001

Penguji II
Drs.FX Sri Sadewo, M.Si
NIP 196505151990021001

Penguji III (Dosen Pembimbing)
Dr.Ari Wahyudi, M.Si
NIP 196505101989031004

Mengesahkan,

Mengetahui,

Dekan FISH UNESA

Ketua Jurusan Ilmu Sosial

Prof. Dr. Sarmini, M.Hum.


Dr.Sugeng Harianto, M.Si.

NIP 196808081993032002

NIP 196403211993021001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI

Kampus Ketintang
Jalan Ketintang, Surabaya 60231
Telepon: +6231-8280009

SURAT PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama
: Muhammad Bangun Q.S
Tempat, Tanggal lahir
: Jombang, 22 Februari 1994
NIM
: 12040564059
Program studi / angkatan : S1. Sosiologi / 2012
Alamat
: Perumtas III Blok M7 No.36, Kepuh Kemiri, Tulangan, Sidoarjo, Jawa
Timur
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. skripsi yang diujikan ini benar-benar hasil kerja saya sendiri (bukan hasil jiplakan baik sebagian
maupun keseluruhan),
2. apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya akan menaggung resiko
sesuai kaidah dan norma-norma akademik, serta saksi hukum lainnya oleh Jurusan Pendidikan
Sejarah Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya
Demikian surat pernyataan yang saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 12 Juli 2016
Yang Menyatakan,


Muhammad Bangun Q.S
NIM 12040564059

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

HIDUP ITU ADALAH MASALAH, JADI KITA DI HIDUPKAN OLEH ALLAH SWT
UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TERSEBUT.

TIDAK ADA KATA TAK MAMPU, SUSAH, TAK PUNYA, MISKIN, DAN TAK
BISA. KARENA SEMUA ITU ADALAH BUDAYA YANG MENDARAH DAGING
PADA SEJAK MANUSIA DILAHIRKAN NAMUN JIKA KALIAN BERBICARA
PADA DIRI KALIAN
“ YOU THINK CAN, YOU CAN ”
DONE ALL PROBLEMS IN YOURSELF

AKU ADALAH AKU, AKU ADA KARENA AKU BERFIKIR DAN TUJUAN AKU
HIDUP ADALAH UNTUK MEMBUAT DAN MELIHAT KALIAN SEMUA
TERSENYUM BAHAGIA, KARENA ITU AKU ADA UNTUK KALIAN.
( NATHANOLOGI )


HARUS SELALU KONSISTEN DALAM MENEKUNI SUATU DISIPLIN ILMU
YANG ANDA PELAJARI, KARENA DENGAN KONSISTEN, ANDA BISA SEPERTI
SAYA
( B, J HABIBIE )

SOSIOLOGI ADALAH ILMU YANG MENURUT SAYA SEJAJAR DENGAN ILMU
FILSAFAT KARENA SOSIOLOGI MENGAJARKAN KITA UNTUK BERFIKIR

DENGAN LOGIKA KITA KARENA KETIKA KITA BERFIKIR MAKA KITA
DIANGGAP ADA

MANUSIA ADALAH TEKS JADI KITA BERUSAHA MENJADIKAN DIRI
KITASEBAGAI SUBJEK ATAU OBYEK
UNTUK MENUNJUKKAN ESSENSI DAN EKSISTENSI DIRI KITA
( NATHANOLOGI )
Skripsi yang masih belum maksimal dan banyak kekurangan ini ku dedikasikan untuk


Almarhum Bapak ( H.M.Arie Haryono ) yang selalu mendidik anak – anaknya untuk jadi

terbaik supaya mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat untuk yang lain,
untuk Bundaku ( Sutifah ) yang selalu aku susahkan dan sering ku buat khawatir dengan
kebandelanku, orang yang selalu ada disampingku, orang yang sudah mengajarkan aku apa
itu kehidupan dan orang yang terbaik dan tak akan ada penggantinya dalam hidupku
sampai matiku. Aku akan baik-baik saja, panjenengan berdua tidak perlu terlalu khawatir,
tolong selalu doakan yang terbaik untukku, untuk adek tercintaku ( Nur Surya Arie Farum
Quzang ) yang selalu menjadi adek terbaikku, menjadi semangat hidupku, yang
menjadikanku untuk menjadi pecontoh baik dan yang selalu ada untu aku, dan keluarga –
keluarga yang selalu mendo’akan ku yang terbaik dan semoga aku dapat membahagiakan



kalian semua dalam sisa umurku ini,
Teman hidupku, Aulia Amanda Fikasara, sosok wanita yang diciptakan hanya untuk aku
dan aku untuk Aulia, wanita yang selalu ada disampingku, kuat untuk membimbingku
dan memberikanku motivasi untu menjalin sebuah hubungan yang serius hingga maut
yang memisahkan kita. semoga ini menjadi awal menuju kemudahan hubungan kita.
Terima kasih untuk semuanya, semoga kisah kita akan berlanjut sampai seterusnya, aku
tahu, ini semua butuh proses dan Alhamdulillah kita berhasil menikmati dan melewatinya




bersama,
Keluarga besar 3 IDIOT ( Tatik Inayah dan M.Syahirul Aliem)terima kasih untuk canda
tawa, waktu, motivasi, kejahilan kalian selama akhir masa studiku ini, untuk temanku Eko

Surya Pranata terima kasih atas pertemanan kita yang mungkin baru 2 tahun namun kamu
bisa membuat saya tersenyum di rumah dengan canda tawa kita dan main PS, untuk
Adhani A.P, Nugroho Rizal Pamungkas, Mbak Fitri, Pak Nanang, Abah Parkiran, madam


jahara ( Deni Satrio Aji ), SAMPAI MATI JADI SAHABAT,
Teman-temanku Fagetologi ( Sosiologi 2012 ), terima kasih untuk cerita-cerita selama 4
tahun di prodi kita tercinta. Ada banyak kekuranganku sebagai teman, kawan atau sahabat



tapi memori ini tak akan aku lupakan,
Dosen-dosenku di Program Studi Sosiologi, terima kasih atas seluruh ilmu dan
kemudahan-kemudahan yang sudah panjenengan sekalian berikan serta terima kasih

untuk pengalaman di lapangan yang cukup banyak. Sebagai seorang Sosiolog, tidak cukup



di balik meja tetapi juga di lapangan. Sosiolog harus kuat dan peka,
Teman-temanku semua, keluarga besar Jurusan Administrasi Publik UNESA, teman –
teman Fungsionaris BEM FAKULTAS ILMU SOSIAL 2014/2015, kelompok 15 KKN
Kalipadang, dan semuanya yang sudah memberikan dukungan, tidak bisa ku sebutkan
semua namanya, tidak ada cerita yang lengkap tanpa kalian.

Allah memberikan banyak kisah selama 22 tahun ini, ada yang mudah, ada yang sulit. Semua
ada hikmahnya, kita sebagai manusia, hanya bisa berusaha. Maksimalkan usaha dan
pasrahkan hasilnya pada Allah SWT. Tidak ada kesulitan di luar kemampuan kita ^_^

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP
Muhammadiyah 1 Jombang” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi dalam penelitian ini tidak berarti
mutlak hasil pemikiran penulis sendiri, tapi terdapat peran serta dari berbagai pihak
dalam membantu penyusunan skripsi penelitian ini. Maka sewajarnya dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Prof. Dr. Warsono, M.S, Selaku Rektor Universitas Negeri Surabaya

2.

Prof. Dr. Sarmini, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data dan
menyelesaikan skripsi ini sesuai batas waktu yang telah ditentukan,

3.

Dr. Sugeng Harianto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosial yang telah
mempermudah penulis dalam administrasi akademik sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan tepat waktu,

4.

Dr. Sugeng Harianto, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi yang
mempermudah penulis untuk menyelesaikan penelitian dalam skripsi ini,

5.

Dr. Arie Wahyudi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing, yang selalu membimbing
penulis, memberikan masukan, dan memberikan kemudahan dalam setiap
prosesnya mulai dari penyusunan proposal hingga revisi skripsi,

6.

Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Jombang, Staf dan Bapak / Ibu Guru dan
teman – teman jombang yang membantu selesainya penelitian di SMP
Muhammadiyah 1 Jombang,

7.

Para Orang Tua dan Siswa – Siswi kelas VII sampai IX SMP Muhammadiyah 1
Jombang yang sudah rela meluangkan waktu untuk mengisi angket penelitian ini
,

8.

Kedua Orang Tua, Adek, dan Seluruh Keluargaku yang senantiasa berdoa untuk
kesuksesan dan keberhasilan, serta memberikan dukungan baik dari materiil
maupun moriil kepada penulis,

9.

Teman Hidupku “Aulia Amanda Fikasara beserta Keluarganya” yang selalu
berdoa dan menguatkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan
tepat waktu,

10. semua pihak yang turut memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis pun mengetahui kekurangan pada penulisan skripsi ini. Penulis berharap
adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Atas
perhatian pembaca, penulis sampaikan terima kasih.

Surabaya, 12 Juli 2016

Penulis

ABSTRAK
PENGARUH STATUS EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG

Nama

: Muhammad Bangun Qian Santang

NIM

: 12040564059

Program Studi

: S1 Sosiologi

Jurusan

: Ilmu Sosial

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Hukum

Nama Lembaga

: Univesitas Negeri Surabaya

Dosen Pembimbing

: Dr. Ari Wahyudi, M.Si

Pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah salah satu cara untuk membangun negara ini.
Dimana pada saat ini pendidikan sudah diwajibkan untuk seluruh warga negara inidonesia dan
sesuai dengan UU RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Namun dalam realita
masih banyak anak – anak warga Indonesia tidak mengenyam bangku pendidikan dikarenakan
status ekonomi orang tua. Status ekonomi orang tua terdapat tiga tingkat yaitu: tinggi, sedang, dan
rendah yang sudah ditentukan oleh pihak BPS dilihat dari keluarga tersebut bisa memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, dan papan pada setiap hari. Status ekonomi orang tua ini sangat
berperan penting untuk menunjang motivasi belajar siswa agar dapat merasakan pendidikan di
Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh diskripsi tentang (1) keadaan status sosial
ekonomi orang tua siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang, ( 2 ) motivasi belajar siswa,
mengetahui ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh status ekonomi orang tua terhadap
morivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek penelitian siswa SMP
Muhammadiyah 1 Jombang dengan jumlah siswa sebanyak 402 anak, ketetapan yang diambil
untuk sampel adalah berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suharsi Arikunto, bahwa
penelitihan ini menggunakan seluruh populasi yang ada. Data yang dikumpulkan dengan
menggunakan observasi, wawancara dan menyebarkan angket terhadap siswa dan orang tua siswa
SMP Muhammadiyah 1 Jombang dan setelah mendapatkan data tersebut akan dikelola
menggunakan uji korelasi product moment.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi orang tua siswa SMP
Muhammadiyah tergolong rendah yaitu 190 orang atau 47,3% dengan nilai rata – rata yaitu: 34,2.
Motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang tergolong dalam kriteria sedang yaitu 238
orang atau 59,2% dari 402 sampel dengan nilai rata – rata 49,6. Dan nilai dari korelasi yang
menggunakan uji korelasi product moment adalah r = 0,027 dan tabel r dengan sampel 402 pada
taraf signifikan 5% = 0,098 dan taraf signifikan 1% = 0,128.
Hasil dari perhitungan tersebut Ho diterima. Penelitihan korelasional, jika hasil hitung tidak
0 ( Nol ), maka dapat dinyatakan masih ada korelasi antara variabel X ( status ekonomi orang tua
) dengan variabel Y ( motivasi belajar siswa ) meskipun bersifat lemah.

Kata Kunci: Pendidikan, Status Ekomoni Orang Tua, Motivasi Belajar Siswa.

ABSTRACT
STATUS OF ECONOMIC EFFECT ON MOTIVATION PARENT STUDENT
LEARNING SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG
Name

:

Muhammad Bangun Qian Santang

NIM

:

12040564059

Study Program

:

S1 Sociology

Majors

:

History Education

Faculty

:

Social Science

Institute name :

Surabaya State University

Counsellor

Dr. Ari Wahyudi, M.Si

:

Education in Indonesia at this time is one way to build this country. At this point
where education is already required for all citizens inidonesia and in accordance with
Republic Act No.20 of 2003 on the national education system. But in reality there are still
many children - citizens of Indonesian children do not get an education bench due to the
economic status of parents. Economic status of parents, there are three levels, namely:
high, medium, and low set by the BPS views of the family can meet the needs of food,
clothing, and shelter on a daily basis. Economic status of parents is very important role
to support the students' motivation in order to feel the education in Indonesia. The
purpose of this study was to obtain descriptions of (1) the state of socio-economic status
of parents of students of SMP Muhammadiyah 1 Jombang, (2) student motivation,
knowing there was an effect and how much influence the economic status of parents of
students learning morivasi SMP Muhammadiyah 1 Jombang.
This study uses a quantitative approach to the subject of research students of SMP
Muhammadiyah 1 Jombang by the number of students as many as 402 children,
provisions taken for the sample is based on the theory advanced by Suharsi Arikunto,
that these researches use the entire population. Data collected by using observation,

interviews and distributing questionnaires to students and parents of students of SMP
Muhammadiyah 1 Jombang and after getting the data will be managed using a product
moment correlation test.
Results from the study showed that the economic status of parents of SMP
Muhammadiyah relatively low at 190 people or 47.3% by value - average ie: 34.2. Student
motivation SMP Muhammadiyah 1 Jombang classified under the criteria being that is 238
people or 59.2% of 402 samples with value - average 49.6. And the value of correlation
using product moment correlation test was r = 0.027 and r table with 402 samples on a
significance level of 5% = 0.098 and significant level of 1% = 0.128.
The results of these calculations Ho accepted. Correlational researches, if the results
do not count 0 (Zero), it can be stated is no correlation between the variables X (economic
status of parents) with a variable Y (the students' motivation), though this is weak

Keywords: Education , economic status of parents , Student Motivation

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................... ....................................................... i
Halaman Persetujuan ................................................ ........................................................ ii
Halaman Pengesahan ................................................ ........................................................ iii
Surat Keorisinilan Skripsi ......................................... ........................................................ iv
Halaman Persembahan ............................................. ........................................................ v
Kata Pengantar ........................................................... ........................................................ viii
Abstrak ........................................................................ ........................................................ x
Abstract ......................................................................... ........................................................ xii
Daftar Isi ...................................................................... ........................................................ xiv
Daftar Gambar ............................................................ ..........................................................xvi
Daftar Tabel ................................................................ .........................................................xvii
Daftar Lampiran ......................................................... .........................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang Masalah .......................

1

2.

Rumusan Masalah ................................

7

3.

Tujuan Penelitian ..................................

7

4.

Manfaat Penelitian ................................

8

BAB II KAJIAN TEORI
1. Teori Stratifikasi .................................... 11
2. Motivasi Belajar ..................................... 19

3. Hipotesis..............................................................

29

BAB III METODE PENELITIAN
1. Sifat Penelitian ....................................... 37
2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............. 38
3. Definisi Operasional ............................. 39
4. Subyek Penelitihan ............................... 42
5. Teknik Pengumpulan Data...............................

42

6. Teknik Analisis Data ............................ 43
BAB IVDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
1. Kondisi Wilayah Penelitian..............................

47

BAB V TEMUAN DATA dan Pembahasan
1. Temuan Data.......................................................

55

2. Analisis Data
a. Analisis Deskripsi.......................................

67

b. Analisis Statistik..........................................

71

3. Pembahasan........................................................

82

BAB VI PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................ 89
2. Saran ....................................................... 91
3. Penutup...............................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

92

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1.Pendidikan Orang Tuan Laki – laki Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
..................................................................................... 55

Gambar. 2.Pendidikan Orang Tua Perempuan Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
..................................................................................... 56
Gambar. 3.Jenis Pekerjaan Orang Tua Laki – laki Siwa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
......................................................

57

Gambar. 4.Jenis Pekerjaan Orang Tua Perempuan Siswa SMP Muhammadiyah 1
Jombang ......................................................

59

Gambar. 5.Penghasilan Rata – rata Orang Tua Laki – laki Siswa SMP Muhammadiyah 1
Jombang .............................................

61

Gambar. 6.Penghasilan Rata – rata Orang Tua Perempuan Siswa SMP Muhammadiyah
1 Jombang .............................................

62

Gambar. 7.Jumlah Anggota Keluarga Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
......................................................................................

63

Gambar. 8.Pendukung Proses Pendidikan Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
........................................................ 65

Gambar. 9.Pemberian Fasilitas Terhadap Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
.......................................................

66

Gambar. 10.Diagram Status Ekonomi Orang Tua Siswa SMP Muhammadiyah 1
Jombang .......................................................

69

Gambar. 11.Diagram Motivasi Belajar Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
......................................................................................

71

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Daftar Distribrusi Frekuensi Status Ekonomi Orang Tua Siswa SMP
Muhammadiyah 1 Jombang .................................... 68

Tabel 2.Daftar Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa SMP Muhammadiyah 1
Jombang ...................................................................... 70

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Responden Variabel X

Lampiran 2. Responden Variabel Y

Lampiran 3. Responden Tebel Pengolahan Data

Lampiran 4. Diagram Tingkat Pendidikan Orang Tua Laki – laki

Lampiran 5. Diagram Tingkat Pendidikan Orang Tua Perempuan

Lampiran 6. Diagram Pekerjaan Orang Tua Laki – laki

Lampiran 7. Diagram Pekerjaan Orang Tua Perempuan

Lampiran 8. Diagram Penghasilan orang Tua

Lampiran 9. Diagram Status Kepemilikan Tempat Tinggal

Lampiran 10. Diagram Jumlah Anggota Keluarga

Lampiran 11. Diagram Pendukung Proses Pendidikan Siswa

Lampiran 12. Diagram Pemberian Fasilitas belajar Siswa

Lampiran 13. Diagram Variabel X

Lampiran 14. Diagram Variabel Y

Lampiran 15. Tabel Uji r

Lampiran 16. Koeisioner Variabel X

Lampiran 17. Koeisioner Variabel Y

Lampiran 18. Dokumentasi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan potensi Sumber Daya Alam (SDA)
maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Dilihat dari letak Indonesia yang sangat strategis, yang
seharusnya bisa dijadikan modal bangsa ini untuk maju dan sejahtera. Namun saat indonesia belum
sepenuhnya menjadi negra maju yang besar kemandiriannya, baik dalam bidang ekonomi, bidang
keamanan, maupun politik.
Kondisi reformasi pada saat 1998 masih terasa pada saat ini, dimana masih banyaknya
pengangguran dan kemiskinan, sehingga membuat rakyat bangsa Negara Indonesia susah
memenuhi kebutuhan pokok, sandang, pangan dalam kehidupan sehari – hari1. Bahkan sering kita
lihat dalam kurun sehari banyak media massa yang memberitakan akan terpuruknya perekonomian
bangsa Indonesia ini, dimana rata – rata angka kemiskinan di Indonesia setiap tahun meningkat.
Hal itu dibuktikan dalam media masa yang menerangkan bahwa angka kemiskinan Indonesia
secara rutin dirilis oleh badan pusat statistic ( BPS ), dan data yang terakhir diambil pada bulan
September 2014 lalu ada 27,73 juta jiwa yang berarti sekitar 10,96% penduduk Indonesia secara
keseluruhan2, dimana pada tahun 2013 kemiskinan di Indonesia mencapai 8,38%.
Oleh karena itu bangsa ini dibilang krisis akan perekonomiannya, hal ini membuat mereka
sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, seperti sandang pangan, kesehatan serta pendidikan.
Hal ini terasa sangat berat dan beban untuk generasi bangsa Indonesia selanjutnya, dimana banyak
dari keluarga mereka yang terbelakang dan tergolong miskin membuat para generasi bangsa ini

1

Suharyadi dkk, Kewirausahaan, membangun usaha sukses sejak usia muda , Jakarta: salemba empat, 2008, hlm v.

2

http://suguhin.com/ib/62130/bps-angka-kemiskinan-bisa-lebih-tinggi-di-2015-akibat-kenaikan-bbm

gantung sepatu dan buku, bagi mereka yang mampu bertahan terpaksa harus bekerja dan
bersekolah untuk memenuhi kehidupan sehari – hari dalam keluarga dan biaya pendidikan yang
mereka tempuh.
Bangsa indonesia membutuhkan manusia – manusia yang mempunyai kompetensi dan
komitmen yang baik untuk membangun bangsa indonesia. Salah satu cara untuk membentuk
karakter, dan menumbuhkan kompetensi dan komitmen dalam setiap warga indonesia adalah
melalui pendidikan. Pendidikan merupakan rekayasa modal sosial yang paling efektif untuk
menyiapkan masa depan warna dan bangsa negara indonesia, bisa dikatakan bahwasannya
pendidikan adalah sebuah mobilitas untuk menjadikan perubahan yang kompetentif dalam
masyarakat indonesia.
Pada dasarnya pendidikan adalah cara atau alat untuk menumbuhkembangkan potensi –
potensi para pelajar indonesia atau pemuda generasi penerus bangsa dengan cara lembaga –
lembaga pendidikan mampu mendorong dan menfasilitasi lingkungan pendidikan sebagai alat
untuk berkembangnya peserta didik. Secara detai dijelaskan dalam Undang – Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab 1 ( I ) menjelaskan bahwa:


Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar

dan tercerna

untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi
dirinya

untuk

kepribadian,

memiliki

kekuatan spiritual

keagamaan,

pengendalian

diri,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara 3.

Pendidikan yang sudah diatur dalam perundang – undangan di UU RI No.23 tahun 2003,
tanpa disadari menegaskan bahwa sesunggunya setiap pendidikan atau peserta didik dalam instansi

3

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 5

pendidikan mendapatkan biaya dari pemerintah langsung dan secara tidak langsung seluruh
instansi pendidikan dan anak didik atau peserta didik harus merasakan fasilitas – fasilitas yang
dijadikan sebagai acuan atau alat untuk kemajuan pendidikan di indonesia.
Kementrian pendidikan dan kebudayaan menyelenggarakan pendidikan, meliputi
ketersediaan layanan pendidikan yang bermutu, terjangkau dan dapat dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Pembagunan kebudayaan diselenggarakan dalam rangka
peningkatan sosial budaya dan kehidupan beragama yang terkait erat dengan pengembangan
kualitas hidup tercapainya suasana kehidupan masyarakat indonesia yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab secara harmonis dalam kehidupan yang sejalan dengan
nilai – nilai kebangsaan.
Rencana pembanguan pendidikan II ( 2010 – 2014 ) dengan fokus pada penguatan
pelayanan telah memasuki tahun kelima atau tahun terakhir pada periode renstra 2010 – 2014.
Beberapa capaian kinerja yang telah dihasilkan sampai dengan tahun 2014 antara lain seperti APK
PAUD Kemendikbud mencapai 68.10%, APM SD/SDLB/Paket A mencapai 84.11%, APK
SMP/SMPLB/Paket B mencapai 74.24%, APK SMA/SMALB/Paket C 71.6%, APK PT dan PTA
mencapai 29.15%, menurunkan presetase penduduk tuna aksara menjadi sebesar 3.76% dan masih
banyak lagi.
Untuk mendukung ketercapaian sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam perjanjia
kinerja tahun 2014 tersebut, kemendikbud mengalokasikan total pagu anggaran sebesar Rp.
81.390.058.521.000 yang akan digunakan untuk meningkat produktivitas pendidikan di indonesia.
Anggaran tersebut terbagi menjadi beberapa bagian untuk jenjang – jenjang pedidikan di
indonesia, antara lain : 1. Untuk APK PAUD Kemendikbud mengeluarkan pagu anggaran sebesar

Rp. 2.338.034.530, 2. Untuk APM dan APK SD/SDLB/Paket A, SMP/SMPLB/Paket Bsebesar
Rp. 16.238.814.870, 3. Untuk APK dan APM SMA/SMALB/Paket C sebesar Rp. 14.881.960.000.
Dilihat dari data diatas banyak pagu anggaran yang turun dari pemerintah untuk
produktivitas pendidikan di tingkat dasar dan menegah, di tingkat menengah pemerintah
melakukan upaya untuk meningkatkan APK di SMP dengan melalui pembangunan USB (Unit
Sekolah Baru) SMP sebanyak 147 unit, pembangunan Ruang Kelas Baru ( RKB ) SMP sebanyak
1.677 ruang, Rehabilitasi ruang belajar SMP sebanyak 2.832 ruang, Layanan SMP terbuka di 1.532
sekolah, Pemberian Beasiswa Siswa Miskin sebanyak 2.673.404 siswa.
Dari semua pagu anggaran pemerintah untuk Sekolah Menengah Pertama di Indonesia bisa
dibilang menguras APBN negara ini, namun semua itu ditujukan untuk kemajuan, produktivitas
pendidikan di indonesia. Namun semua itu masih belum berjalan dengan lancar atau sesuai dengan
program – program kemendikbun, fakta yang ada bahwasannya presentase peserta didik
SMP/SMPLB yang putus sekolah masih banyak, dimana pada tahun 2014 terdapat 1,42% yang
dtargetkan oleh kemendibud namun hanya 1% yang tertarget. Jumlah siswa SMP/SMPLB pada
tahun 2014 sebanyak 9.987.510 siswa, sedangkan peserta didik yang putus sekolah sebesar
137.436 siswa. Masih tinggi angka putus sekolah ini disebabkan faktor sosial dan budaya
masyarakat, seperti adanya siswa SMP yang tidak mau menyelesaikan sekolahnya dengan alasan
bekerja untuk membantu perekonomian orang tua meskipun pemerintah telah menyediakan
beberapa program untuk meningkatkan partisipasi sekolah antara lain: Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin ( BSM ), Program Paket B, dan Program SMP
Terbuka dan Program Afirmasi untuk daerah khusus4.

4

Lakip Kementrian dan Kebudayaan Indonesia 2014

Dalam konsep dan pelaksanaan pendidikan dikenal komponen komponen pendidikan
seperti, pendidik, peeserta didik, kurikulum, proses belajar-mengajar, dan sarana-prasarana. Dari
beberapa komponen pendidikan tersebut yang menarik adalah pada proses pembelajaran. Karena
dalam komponen ini terjadi interaksi timbal balik antar individu, yaitu antara guru dan murid.
Selain itu proses pembelajaran menjadi faktor penentu terserap atau tidaknya ilmu pengetahuan
yang diajarkan.
Dalam proses pembelajaran factor motivasi anak dalam belajar menjadi tantangan
tersendiri yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Selain bertugas untuk
menyampakan materi pelajaran, guru juga berkewajiban untuk membankitkan motivasi belajar
siswa.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya
motovasi belajar akan melemahkan prestasi.pada siswa5. Unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar antara lain; cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa,
kondisi lingkungan siswa, unsure-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan upaya guru
dalam membelajarkan siswa6.
Salah satu unsur yang mempengaruhi motivasi belajar di atas yaitu kondisi lingkungan
siswa. Kondisi lingkungan siswa ini termasuk kondisi ekonomi orang tua. Kondisi ekonomi
orang tua sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, baik positif maupun negatif.
Status ekonomi adalah dimana individu, kelompok, organisasi dan masyarakat berada dalam
rana tertentu di skala ekonomi. Rana tersebut terbagi menjadi 3 tingkatan/strata, diantara lain: status
ekonomi tinggi, menengah dan rendah. Strata status ekonomi bisa di dapatkan dari mereka melakukan

5
6

Dimyati & Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 239
Ibid hal 97 - 100

kerja keras agar mereka mendapatkan ekonomi yang lebih dari standart yang di tetapkan oleh BPS,
sehingga mereka berada di strata atas dalam status ekonominya.
Status ekonomi yang rendah adalah mereka yang pendapatannya dibawah garis ketentuan
yang ditentukan BPS, namun tidak hanya dilihat dari pendapatan melainkan dari segi pekerjaan,
memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan untuk mengetahui bahwa keluarga tersebut berada
di status ekonomi rendah. Sedangkan status ekonomi menegah adalah dimana keluarga tersebut
memiliki pendapatan yang pas untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, dimana pendapatan
mereka tidak kurang dari standart yang diberikan oleh BPS sebagai acuan utuk penggolongan status
ekonomi dikalangan masyarakat indonesia. Sedangkan status ekonomi tinggi adalah dimana individu,
masyarakat, dan kelompok sudah melebihi kriteria yang ada di BPS tentang standart ekonomi,serta
mereka dilebel sebagai masyarakat modern atau kaum kaya.
Status ekonomi orang tua sangat berperan penting untuk menunjang motivasi belajar siswa,
hal itu karena orang tua adalah salah satu pendorong eksternal untuk keberhasilan seorang siswa
dalam belajar. Sebagai contoh, dimana siswa membutuhkan fasilitas yang memadai atau harus
melakukan extra belajar diluar sekolah dan ketika itu orang tua berada di status ekonomi rendah maka
orang tua tidak bisa memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, yang ditakutkan anak tersebut tidak
bersemangat untuk bersekolah atau tidak memiliki motivasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk meningkatkan motivasi siswa memang banyak cara yang ditempuh salah satunya
seperti skripsi diatas. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mencoba melihat bagaimana stat us
ekonomi orang tua bisa atau tidak membangkitkan motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah
1 Jombang.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditulis diatas, maka rumusan masalah dalam penelitihan
ini adalah:
1.

Bagaimana Kondisi Status Ekonomi Orang Tua Siswa SMP Muhammadiyah 1
Jombang?

2.

Bagaimana Kondisi Motivasi Belajar Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang?

3.

Adakah Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa
SMP Muhammadiyah 1 Jombang?

4.

Seberapa Besar Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua terhadap Motivasi Belajar
Siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitihan ini adalah untuk:
1. Mendiskripsikan keadaan status sosial ekonomi orang tua SMP Muhammadiyah 1
Jombang
2. Mendiskripsikan motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang
3. Mengetahui ada atau tidak ada pengaruh status ekonomi orang tua terhadap
motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang.
4. Mengetahui seberapa besar pengaruh status ekonomi orang tua terhadap motivasi
belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dicapai dalam penelitihan ini adalah:
1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik
terutama dibidang pendidikan sosial masyarakat. Kemampuan ekonomi sebuah keluarga dan
motivasi belajar siswa merupakan bahasan yang menarik untuk dikaji. Mengingat kemampuan
ekonomi keluarga merupakan dasar bagi siswa untuk mendorong dirinya supaya menjadi lebih dari
yang sekarang. Dengan kata lain untuk membangkitkan motivasi seorang siswa dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi sekolah manapun, dinas – dinas
manapun dalam pembuatan kebijakan. Bagi sekolah penelitihan ini dapat dijadikan dasar
pertimbangan peserta didiknya bahwa mereka berasal dari tingkat ekonomi keluarga yang berbeda
– beda. Sedangkan bagi dinas – dinas yang lain, misalnya dinas perekonomian, penelitihan ini
dapat dijadikan dasar bahwa masyarakat Indonesia masih tergolong relative miskin dan bisa jadi
dibawah garis kemiskinan.
Maka dari itu dunia perekonomian dan pendidikan harus berjalan seimbang untuk
membentuk. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia agar perekonomian di Indonesia juga
ikut membaik.

BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 DESKRIPSI TEORI
A. Status Ekonomi
1. Teori Stratifikasi
Dalam masyarakat terdapat sistem lapisan kelompok-kelompok yang dalam sosiologi
dikenal dengan istillah stratifikasi sosial (social stratification). Pitirim A. Sorokin dalam Soekanto
menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis)7.
Menurut Said Gatara dan Dzulkiah Said, stratifikasi sosial adalah struktur sosial yang
memiliki lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat8. Selanjutnya menurut Henslin, stratifikasi sosial
(social stratification) merupakan suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam lapisanlapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka9. Penting untuk
dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak merujuk pada individu. Stratifikasi sosial merupakan cara
untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia ke dalam suatu hirarki sesuai dengan
hak-hak istimewa relatif mereka.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Yang bisa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat

7

Soekanto, Soerjono. 2003. Soosiologi Suatu Pengantar . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.hal 228
Said gatara, A.A, dan Dzulkiah Said, Moh. 2007. Sosiologi Politik, Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian .
Bandung: CV Pustaka Setia.hal 49
9
Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, jilid 1, edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga hal
178
8

seorang kepala masyarakat, mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang
dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.
Di dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social class).
Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas, juga
tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem
kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat
disebutclass-system artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu
diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah
paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah,
kekuasaan atau dasar lainnya.
Dalam Soekanto, Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan
dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan10.
Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam
bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Disamping itu, Max Weber masih
menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan
dinamakannya stand.
Joseph Schumpeter dalam Soekanto, mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam
masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluankeperluan yang nyata11. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat
dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.
Soekanto (2003:237-238) membagi empat dasar lapisan masyarakat:

10
11

Soekanto, Soerjono. 2003. Soosiologi Suatu Pengantar . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.hal 235
Ibid hal 235 - 236

a.

Ukuran kekayaan. Barangsiap yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk
dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah
yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta
bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal
dan seterusnya.

b.

Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.

c.

Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuranukuran kekayaan dan/ atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau
mereka yang pernah berjasa.

d.

Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadangkadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa
bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar
kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk
mendapat gelar, walau tidak halal.

Kedudukan di atas tidaklah limitatif karena masih ada ukuran yang lain yang dapat
digunakan, akan tetapi ukuran-ukuran di atas sangat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem
lapisan dalam masyarakat tertentu. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, golongan
pembuka tanahlah yang dianggap memiliki status yang paling tinggi, menyusul para pemilik tanah,
setelah itu mereka yang hanya memiliki tanah pekarangan rumah saja. Dalam masyarakat

perkotaan status sosial ditentukan oleh standar keahlian yang dimiliki atau berada pada standar
penilaian ilmu pengetahuan.
2. Keadaan Status Ekonomi Orang Tua
Dalam kehidupan masyarakat proses terjadinya pelapisan social atau penggolongan status
social dapat terjadi dengan sendirinya atau sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Penggolongan tingkat ekonomi keluarga berbeda antara satu dengan yang lain dalam masyarakat.
Menurut pendapat seorang ahli bahwa “golongan social ekonomi dapat dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu tinggi, menengah atau sedang dan rendah.
Dengan adanya tingkatan ekonomi masyarakat itulah, maka sangat mempengaruhi gaya
hidup, tingkah laku, sikap mental seseorang di masyarakat. Perbedaan itu akan nampak pada
pendidikan, cara hidup keluarga, jenis pekerjaan, tempat tinggal, atau rumah dan jenis barang yang
dimiliki setiap keluarga baik orang tuanya maupun anaknya.
Masyarakat yang tingkat sosial ekonominya tinggi atau kaya secara teoritis mereka tidak
mengalami hambatan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani
maupun rohani. Dengan demikian terpenuhilah kebutuhannya, karena alat atau sarana untuk
mendapatkan kebutuhan tersebut ada dan tersedia, sehingga dapat menambah semangat dan
gairah hidup dalam usahanya untuk meraih prestasi yang cita-citakan.
Sedangkan keluarga dimana tingkat sosial ekonominya menengah atau sedang, maka
dengan ketat mengatur ekonomi rumah tangga dan memilih serta mengutamakan kebutuhan
keluarga yang pokok dan dianggap penting, dengan demikian berarti ruang gerak atau kesempatan
anak untuk mendapatkan kebutuhannya terbatas, yang penting-penting saja dan pas, tidak
berlebihan yang wajar dan sederhana.

Adapun anak yang perlu mendapatkan perhatian adalah anak - anak yang dari keluarga
social ekonominya rendah, dimana segala kebutuhan serba terbatas dan kekurangan bahkan anak
dituntut untuk membantu bekerja orang tuanya atau bekerja untuk biaya sekolahnya dan kebutuhan
hidupnya.
Adanya perbedaan tingkat ekonomi keluarga di masyarakat, maka standar kehidupan
setiap keluarga tidak sama, sebab standar kehidupan setiap keluarga adalah suatu tingkatan hidup
yang telah dipilih oleh keluarga dan pada tingkatan hidup inilah keluarga berusaha menempatkan
dirinya dan standar kehidupan menentukan batasan-batasan yang diakui seseorang dalam
usahanya mencapai tujuan hidup.
Standar kehidupan merupakan gambaran mental suatu keyakinan yang paling dalam dari
suatu yang di anggap penting dan diperlukan untuk menjadikan hidup ini dapat diterima dengan
baik. Maka jika standar kehidupan itu tercapai orang akan puas, sebaliknya bila yang telah
ditetapkan dan dicita-citakan tidak tercapai akan mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan.
Standar kehidupan merupakan gambaran mental untuk bertindak, tetapi bila keadaan
tersebut tidak tercapai, kegagalan yang dialami akan mengakibatkan suatu rasa ketidaksenangan
dan ketidak tenangan jiwa. Bahkan dapat mendorong seseorang untuk bertindak nekat kearah
negative merugikan diri sendiri dan orang lain, atau merusak, meresahkan masyarakat.
Pencapaian standar kehidupan perlu dilakukan dengan cara yang dapat diterima oleh orang
lain atau kelompoknya. Sesuai dengan nilai atau norma yang

berlaku di masyarakat, bila

bertentangan dapat merusak ketertiban umum atau merugikan dan menyusahkan orang lain.
Dalam mencapai standar kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap keluarga
sesuai dengan kemampuan keluarga. Sebab dalam kenyatannya keadaaan ekonomi masyarakat

dan standar kehidupannya tidak sama. Ada yang tergolong tinggi atau kaya, mewah, ada yang
menengah atau sedang atau cukup dan rendah atau miskin.
Biro Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas garis kemiskinan berdasarkan data
konsumsi dan pengeluaran komoditas pangan dan non pangan. Komoditas pangan terpilih terdiri
dari 52 macam, sedangkan komoditas non pangan terdiri dari 27 jenis untuk kota dan 26 jenis
untuk desa. Garis kemiskinan yang telah ditetapkan BPS dari tahun ketahun mengalami perubahan.
Menurut Indonesian Nutrition Network (INN) tahun 2003 adalah Rp 96.956 untuk
perkotaan dan Rp 72.780 untuk pedesaan. Kemudian menteri sosial menyebutkan berdasarkan
indikator BPS garis kemiskinan yang diterapkannya adalah keluarga yang memilki penghasilan di
bawah Rp 150.000 perbulan. Bahkan Bappenas yang sama mendasarkan pada indikator BPS tahun
2005 batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah Rp 180.000 perbulan.
Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai
(BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah
disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang
memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu:
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang
b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
k. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5
ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.
l. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
m. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000,
seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.
Ada satu kriteria tambahan lagi, hanya tidak terdapat dalam leaflet bahan sosialisasi
Departemen Komunikasi dan Informatika tentang kriteria rumah tangga miskin, yaitu rumah
tangga yang tidak pernah menerima kredit usaha UKM/KUKM setahun lalu12.
Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah
memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang
mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan
sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Menurut Hamalik dalam Maftukhah (2007) bahwa
keadaan sosial ekonomi yang baik dapat yang menghambat ataupun mendorong dalam belajar 13.
Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya

12

http://famuin.blogspot.co.id/2013/07/inilah-kriteria-miskin-versi-bps.html diakses pada tanggal 07-12-2015
Maftukhah. 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas
VIII SMPN 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/200, skripsi diajukan untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan geografi pada Universitas Nsegeri Semarang (Online),
(digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0152/.../doc.pdf diakses pada tanggal 7-12-2015).
13

pendidikan akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi
tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai
pengaruh yang tinggi terhadap motivasi belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak
yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berarti “daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”.
Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk
melakukan aktivitas tertentu dan mencapai suatu tujuan14.
Woodwort (1955) mengatakan: A motive is a set predisposes the individual of certain
activities and for seeking certain goals.

Suatu motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan –
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang dapat
menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau
tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung pada
motive yang dimilikinya.

Hal ini seperti diungkapkan Arden (1957) motives as internal condition arouse sustain,
direct and determain the intensity of learning effort, and also define the set satisfying
consequences of goals. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kuat lemahnya atau semangat

tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan oleh
kuat lemahnya motive yang dimiliki orang tersebut.

14

W.S Winkel SJ.Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar .( Jakarta:Gramedia, 1984 )hal.27

Abraham Maslow mengembangkan model Hierarki Kebutuhan dan teori Hierarki
Kebutuhan sampai saat ini tetap digunakan dalam memahami motivasi manusia, pelatihan
manajemen, dan pengembangan pribadi. Abraham Maslow dianggap sebagai bapak Psikologi,
Humanistik Psikologi Humanistik menggabungkan aspek-aspek Psikologi Behavioral dan
Psikologi Psikoanalistik. Penganut behaviorisme meyakini bahwa perilaku manusia dikendalikan
oleh faktor lingkungan eksternal. Psikologi psikoanalitik didasarkan pada gagasan bahwa perilaku
manusia dikendalikan oleh kekuatan bawah sadar internal. Meski mempelajari Psikologi
Behavioral dan Psikoanalitik sekaligus, Maslow menolak gagasan bahwa perilaku manusia

dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal saja.
Teori Motivasi Maslow menyatakan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh kedua
faktor tersebut, yakni internal dan eksternal. Selain itu, Teori Maslow juga menyatakan bahwa
manusia mempunyai kemampuan unik untuk membuat pilihan dan melaksanakan pilihan mereka
sendiri. Penelitian yang dilakukannya membuat dirinya yakin bahwa orang memiliki kebutuhan
tertentu yang tidak berubah dan asli secara genetis. Kebutuhan-kebutuhan ini sama dalam semua
kebudayaan serta bersifat fisiologis dan psikologis. Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis, dalam bukunya
Motivation and Personality, diterbitkan pada tahun 1954 (edisi kedua 1970) Maslow

memperkenalkan Hierarchy of Needs.
Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow mengacu pada
lima kebutuhan pokok yang disusun secara hirarkis. Tata lima tingkatan motivasi secara secara
hierarkis ini adalah sbb:
1. Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini terlihat
dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan

akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti
rumah, kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi
efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi.
2. Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs) Kebutuhan ini
mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam
kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai
karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias