PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (2)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Dosen : Ratri Adi, S.H., M.H., M.Si.

“KEDAULATAN NEGARA”

Di Susun Oleh :
Chandra Kirana Dimas
NIM : 2016211459

2016
i

KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap Syukur Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dengan pokok bahasan Kedaulatan Negara.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi, namun dengan
semangat dan dibantu semua pihak akhirnya penyusunan makalah ini terselesaikan.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Ratri Adi, S.H.,
M.H., M.Si. selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah membantu

mengarahkan penyusunan materi makalah. Penyusun sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan sarannya yang membangun sangat penyusun harapkan
agar dapat berbuat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca pada umumnya.

PENYUSUN

ii

DAFTAR ISI

Judul Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi
iii

i
ii


BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan Kedaulatan Negara
2.1 Pengertian Negara
4
2.2 Pengertian Konstitusi
7
2.3 Hubungan Negara Dengan Konstitusi
14
2.4 Pancasila Dan Konstitusi Di Indonesia
14
2.5 Sejarah Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
BAB III Penutup
Daftar Pustaka

20
22


iii

17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena yang menjadi
penyebab tragedi nasional (mulai dari gagalnya suksesi kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis
sosial-politik, bobroknya managemen negara yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa
keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan) adalah UUD
Republik Indonesia 1945.
Itu terjadi karena ketatanegaraan yang dibangun UUD 1945 bukan demokratis yang secara jelas dan
tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses
pemerintahan kepada penyelenggara negara.
Maka dalam penerapannya bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak
untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan nasional rezim orde
lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang
berkuasa dengan masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan penguasa

sebelumnya.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah mengalami
beberapa perubahan. Pada hakekatnya merupakan penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang
dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi juga perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah
sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap
elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945.
Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam
situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari
proses perubahan konstitusi itu.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusanrumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam
artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama.
Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya.
Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1 Untuk mengetahui pengertian dari negara.
2 Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi.

3 Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.
4 Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia. 
1

BAB II
PEMBAHASAN
KEDAULATAN NEGARA
2.1 PENGERTIAN NEGARA
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang ada di wilayahnya.
Dalam suatu wilayah ada organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan
organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan).
Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu
wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam
banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi lainnya.
Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara. Elemen-elemen tersebut
adalah:
1. Masyarakat

Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesnya
suatu tatanan dalam pemerintahan.
2. Wilayah (teritorial)
Pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas. Paul Renan (Perancis) menyatakan
satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk menjadi suatu negara ialah keinginan
bersatu (le desir de’etre ansemble). Pada sisi lain Otto Bauer menyatakan, ukuran itu lebih
diletakkan pada keadaan khusus dari wilayah suatu negara.
3. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki kekuasaan atas
semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada dalam
wilayah negara.
Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan :
A. Kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit)
Kekuasaan pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan.
B. Kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)
Semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara.
Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara
adalah memiliki kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek
dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan kedaulatan negara sebagai pokok
pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah adalah “alat negara”.


C. Kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)

2

Semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe
dalam buku Die Moderne Staats Idee.
D. Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit).
Semua kekuasaan dalam suatu negara didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama).
J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu
perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan
dalam suatu negara.
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5
yaitu rakyat, wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan Internasional
(secara de facto maupun de jure).

2.2 PENGERTIAN KONSTITUSI
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata `“constituer” (Perancis) atau membentuk.
Yang dibentuk adalah negara, mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundangundangan tentang Negara. `Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undangundang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum. `Indonesia menggunakan istilah Grondwet
menjadi Undang-undang Dasar.

Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk
menjalankan suatu organisasi pemerintahan Negara. Termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan
Negara
Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan konstitusi tidak tertulis
(Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat
dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan.
Dalam karangan “Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia
mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada.
A. Tujuan Dari Konstitusi
Mengadakan tata tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara
berbagai kepentingan yang ada di tengah masyarakat.
B. Klasifikasi Konstitusi
Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) klasifikasi konstitusi sebagai berikut:
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and unwritten
constitution).
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution)
3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not
supreme constitution).
4. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution)

5. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President
Executive and Parliamentary Executive Constitution).
3
Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:
a. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki

`kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
c. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat `
` `memerintahkan pemilihan umum.
Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi
itu adalah rakyat. Konstitusi merupakan hukum yang paling tinggi.
Menurut Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi campuran. UndangUndang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan
Presidensial maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam tubuh
UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan
parlementer.
2.3 HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar
negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD
(Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara

Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar Negara.

2.4 PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan filosofische grondslag
dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul suatu permasalahan yang
mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan
mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan
bahwa pancasila berada di atas dan diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental
negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai validitas
yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori
tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan theorie von
stufenufbau der rechtsordnung.
Susunan norma menurut teori Nawiaky adalah:
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm);
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);
3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).
Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau
Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara.

4

Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi memban-dingkannya dengan teori Kelsen dan
menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata
hukum Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky.

Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah:
1) Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
2) Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi Ketatanegaraan.
3) Formell gesetz: Undang-Undang.
4) Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah hingga
Keputusan Bupati atau Walikota.
Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali oleh
Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam
Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat
dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Dengan menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan pancasila berada di
atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas
konstitusi.
Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila merupakan
staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi?
Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische grondslag sebagai
fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan didirikan bangunan negara
Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila
adalah lima dasar atau lima asas.
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag ataupun
Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam Jakarta yang
selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan Philosofische
grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila.

2.5 Sejarah Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
Pada akhirnya, Belanda mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia dalam konferensi
yang diadakan di Den Haag. Penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilaksanakan pada tanggal
27 Desember 1949 sehingga Indonesia menjadi sebuah negara merdeka yang berbentuk serikat atau
Republik Indonesia Serikat (RIS).
Pada tanggal 6 – 14 Desember 1949 KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) mengadakan segala
persiapan berkenaan dengan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan alat
kelengkapan negara, selanjutnya mengadakan sidang untuk membahas hasil-hasil KMB dan selanjutnya
berhasil menyepakati Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) RIS.
Kemudian pada tanggal 16 Desember 1949 Ir. Soekarno dipilih untuk menjabat sebagai Presiden RIS dan
Drs. Moh. Hatta dipilih sebagai wakil Presiden RIS.

Presiden dan Wapres I dilantik pada tanggal 17 Desember 1949. menurut konstitusi RIS,
tanggungjawab pemerintahan dipegang oleh Menteri dan Presiden dalam menjalankan tugasnya tidak
dapat diganggu gugat dalam arti bahwa presiden tidak dapat dimintai pertanggungjawaban dalam
pemerintah. RIS menganut sistem Demokrasi Parlementer sehinggas setiap keputusan presiden harus
ditandatangani oleh menteri yang bersangkutan.
Dalam konstitusi RIS dikenal dengan adanya Kern Kabiner atau kabinet inti yang terdiri dari :
1. Perdana Menteri
2. Menteri Urusan Luar Negeri
3. Menteri Urusan Pertahanan
4. Menteri Urusan Keuangan dan Ekonomi
Kabinet yang terbentuk dalam Kern Kabinet juga merupakan Zaken Kabinet, artinya sebuah kabinet yang
lebih mengutamakan keahlian para anggotanya.
Presiden Soekarno membentuk formatur kabinet yang terdiri dari Moh. Hatta, Anak Agung Gde Agung,
dan Sultan Hamid II untuk memenuhi konstitusi RIS, kabinet tersebut bertugas untuk membentuk
Kabinet RIS dan kemudian kabinet tersebut dilantik pada tanggal 20 Desember 1949, susunan Kabinet
RIS adalah sebagai berikut :
• Perdana Menteri Sementara Merangkap Menteri Luar Negeri : Drs. Moh. Hatta
• Menteri Pertahanan : Sultan Hamengku Buwono IX
• Menteri Dalam Negeri : Anak Agung Gde Agung
• Menteri Keuangan : Mr. Syarifudin Prawiranegara
• Menteri Kemakmuran : Ir. Juanda
• Menteri Perhubungan Tenaga Dan Pekerjaan Umum : Herling Laoh
• Menteri Kehakiman : Dr. Supomo
• Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan : Dr. Abu Hanifah
• Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena
• Menteri Perburuhan : Mr. Wilopo
• Menteri Sosial : Mr. Kosasih Purwanegoro
• Menteri Agama : Abdul Wachid Hasyim
• Menteri Penerangan : Arnold Mononutu
• Menteri Negara : Sultan Hamid II
• Menteri Negara : Mr. Moh. Roem
• Menteri Negara : Dr. Supomo
Bentuk Negara Serikat di Indonesia lahir sebagai akibat dari siasat politik yang ditempuh oleh pemimpin
kita untuk segera memperoleh pengakuan kedaulatan.

6

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

1.

2.

3.
4.

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui
adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya
Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang
menopang berdirinya suatu negara.
Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena melaksanakan
konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa.
Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan
mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan
sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.

3.2 SARAN
Kepada para pembaca `saya menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang berkaitan
dengan Negara atau Konstitusi agar lebih memahami kedua hal tersebut.

3.3 DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.com
http://www.prince-mienu.blogspot.com
http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah.html