KASUS ETIKA BISNIS BANK DUTA DI UJUNG TA

UAS ETIKA BISNIS DAN PROFESI
OLEH : Rizki Kurniasari / PPAK 23 (Kelas Malam)

BANK DUTA DIUJUNG TANDUK
1. Apakah Dicky melakukan korupsi.
Iya.
Dicky yang memiliki sifat dasar pribadi sebagai seorang yang senang berjudi dan
risk taker, mengelola bank Duta dengan cara yang biasa ia lakukan. Dicky memutuskan
untuk menempatkan dana di bursa trading yang memiliki tingkat pengembalian dan risiko
yang beesar karena sector kredit tidak memberikan pemasukan yang besar untuk bank.
Kelalaian Dicky terletak pada pengelolaan dana bank yang dia lakukan dengan cara-cara
yang dia miliki. Penggunaan open position fiktif dan pelanggaran trading limit yang
dilakukan Dicky memang bukan untuk memperkaya diri sendiri, namun efeknya
merugikan banyak pihak.
Korupsi yang dilakukan Dicky berupa praktik perdagangan uang yang
menyebabkan bank merugi sehingga mengalami kebangkrutan. Hal ini berimbas pada
adanya dana masuk yang dialirkan dari yayasan-yayasan yang menaungi bank Duta.
Dana yang digunakan untuk menutupi kerugian Bank Duta ini yang seharusnya dapat
digunakan untuk Negara. Pelanggaran yang dilakukan Dicky yaitu pelanggaran trading
limit dan opening position memang merupakan pelanggaran internal yang dilakukannya
terhadap perusahaan. Tetapi efek yang ditimbulkan berakibat pada Negara sehingga hal

ini masuk dalam tindak pidana korupsi. Hal lain yang menguatkan tindakan Dicky sebagi
tindakan korupsi, ialah adanya unsur penipuan Negara dan masyarakat yang melingkupi
Bank Duta, yaitu bantuan kredit likuiditas yang diberikan BI terhadap Bank Duta. Dana
kredit likuiditas inilah yang tidak dapat dikembalikan sehingga merugikan Negara serta
pembuatan laporan kredit fiktif untuk menutupi kerugian cut loss yang diderita Bank
Duta.
2. Apakah akuntan ikut bersalah.

Iya. Akuntan yang professional akan menggunakan pertimbangan moral dan professional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Selain itu, akuntan juga bertanggung jawab
terhadap kepentingan public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalsimenya. Hal ini yang tidak terjadi pada akuntan Bank Duta.
Tidak adanya dokumentasi terhadap setiap transaksi dan audit yang telah terjadi
menunjukkan tidak adanya sikap professional mendasar dari akuntan Bank Duta.
Diperparah dengan sikap emiten yang tidak terbuka dan memberikan data-data palsu
untuk diolah yang tidak ditelusuri kembali sehingga akuntan memberikan informasi yang
tidak akurat dan menyesatkan. Pembuatan laporan ganda yang ditujukan untuk
kepentingan direksi dan kepentingan BI juga merupakan kesalahan karena merupakan
usaha manipulasi laporan keuangan.
3. Apakah Dicky sendirian yang bersalah.

Tidak, dari kasus Bank Duta, terungkap bahwa Dicky memang seorang yang bernai
mengambil resiko dan memiliki kebiasaan buruk pribadi yaitu berjudi. Tapi dilihat dari
sisi bisnis yang dijalankan, kesalahan bukan hanya pada Dicky. Kurangnya control dari
internal bank, adanya pelanggaran trading limit dan opening position, dan juga tidak
terdokumentasikannya transaksi dengan baik dan akurat juga membuat kecurangan yang
dilakukan Dicky tidak terdeteksi sampai kerugian yang muncul begitu besar. Selain itu,
pembuatan laporan kredit palsu yang ditandatangani oleh komite kredit dan direktur
kredit juga membuktikan bahwa bukan hanya Dicky yang bersalah dalam kasus ini,
karena ada beberapa pihak yang bersama-sama memanipulasi kondisi Bank Duta yang
sebenarnya.