FAKTOR KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJA

FAKTOR KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI HEMODIALISA
Bertalina 1)
Dewi Sri Sumardilah 2)
1)
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
e_mail : bertalina@yahoo.com
Abstract : Factors Compliance Diet of Patients Chronic Renal Failure which Undergoing
Hemodialysis. Kidney disease is one cause of death in Indonesia, where the number of patients
continues to grow. The purpose of research to determine the factors associated with adherence to
the diet of patients with chronic renal failure (CRF) undergoing hemodialysis at the RSUD Abdul
Moeloek Province Lampung. The study used a cross-sectional population of CRF patients
undergoing hemodialysis in Haemodialysis of space with the number of respondents (sample) as
many as 71 people. Data collection using questionnaires and interviews, and then processed
statistically (univariate and bivariate). Bivariate analysis using Chi Square test and logistic
regression for the most dominant variable. Results showed respondents abiding by 49.3%.
Bivariate results obtained variables related to dietary compliance is knowledge, attitude and family
support. Multivariate results showed that the most dominant variable is the knowledge (pv = 0.003
and OR = 5938) after controlling the variables attitude and family support.
Key Words: diet, interaction with health workers, family support
Abstrak : Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa.

Penyakit ginjal merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia, dimana jumlah penderita
terus bertambah. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani hemodialisa di RSUD. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan
populasi pasien GGK yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa dengan jumlah
responden (sampel) sebanyak 71 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan
wawancara langsung dan kemudian diolah secara statistik (univariat dan bivariat). Analisis
bivariat menggunakan Chi Square serta untuk melihat variabel yang paling dominant digunakan
uji Regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan responden yang patuh sebesar 49.3%. Hasil
bivariat didapat variabel yang berhubungan dengan kepatuhan diet adalah pengetahuan, sikap dan
dukungan keluarga. Hasil multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan adalah
pengetahuan (pv=0,003 dan OR = 5.938) setelah dikontrol dengan variabel sikap dan dukungan
keluarga.
Kata Kunci : diet, interaksi dengan petugas kesehatan, dukungan keluarga

Kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, bahwa setiap kegiatan dalam upaya
untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya
dilaksanakan
berdasarkan prinsip non diskriminatif,
partisipasi dan berkelanjutan dalam
rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional, setiap hal yang
menyebabkan
terjadinya
gangguan
kesehatan pada masyarakat Indonesia

akan menimbulkan kerugian ekonomi
yang besar bagi Negara, dan setiap upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat

juga berarti investasi bagi pembangunan
harus
dilandasi
dengan
wawasan
kesehatan masyarakat dan merupakan
tanggung jawab semua pihak baik
pemerintah maupun masyarakat (UU
Kesehatan No 36, 2009).
Meningkatnya angka kegemukan,
diabetes dan tekanan darah tinggi sangat
mempengaruhi peningkatan risiko gagal
ginjal. Angka kejadian gagal ginjal di
dunia secara global lebih dari 500 juta
orang dan yang harus menjalani hidup
dengan bergantung pada cuci darah
(hemodialisis) 1,5 juta orang. Prevalensi
di Amerika Serikat yang terkena gagal

ginjal sebanyak 300 ribu orang dengan

hemodialisis sebanyak 220 ribu orang.
Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia
sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani
hemodialisis 10 ribu orang (wati, 2011).
Salah satu pelayanan kesehatan yang
ada di rumah sakit adalah Pelayanan Gizi
Rumah Sakit (PGRS) bagi pasien rawat
inap, dimana secara teoritis memerlukan
tiga jenis asuhan, yaitu asuhan medik,
asuhan keperawatan dan asuhan gizi.
Tujuan asuhan gizi adalah memenuhi
kebutuhan gizi pasien secara optimal.
Asuhan gizi pada pasien rawat inap
meliputi lima rangkaian kegiatan yaitu
pengkajian
status
gizi,
penentuan
kebutuhan gizi, penentuan macam diet,
konseling atau konsultasi gizi dan evaluasi

serta tindak lanjut pelayanan gizi (Depkes
RI, 2003).
Di zaman sekarang ini banyak
ditemukan
kelainan
pada
ginjal
diantaranya gagal ginjal. Pasien gagal
ginjal memerlukan penanganan dengan
hemodialisa, dialisis peritoneal atau
hemofiltrasi untuk mencegah komplikasi
serius, lamanya penanganan tergantung
pada penyebab dan luasnya kerusakan
ginjal. Pasien dan keluarga memerlukan
bantuan, penjelasan dan dukungan selama
masa hemodialisa. Anggota keluarga
mungkin takut untuk menyentuh dan
mengajak bicara kepada pasien selama
prosedur dilakukan namun demikian
mereka perlu didorong dan dibantu untuk

melakukannya (Smeltzer, 2002).
Penderita yang berada pada stadium
akhir
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidupnya diperlukan terapi
pengganti yaitu hemodialisa (HD),
peritoneal
dialisis
mandiri
berkesinambungan
Continuos
Ambulantory Peritoneal Dialysis (CAPD)
atau transplantasi ginjal (Wilson & Price,
1994). Bagi penderita gagal ginjal kronik,
hemodialisa akan mencegah kematian.
Namun demikian, hemodialisa tidak
menyembuhkan
atau
memulihkan

penyakit ginjal dan tidak mampu
mengimbangi
hilangnya
aktifitas
metabolik
atau
endokrin
yang

dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari
gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas
hidup pasien. Pasien harus menjalani
dialisis sepanjang hidupnya atau sampai
mendapat ginjal baru melalui operasi
pencangkokan (Smeltzer, 2002).
Pengaturan diet pada penyakit gagal
ginjal yang menjalani hemodialisa
sedemikian kompleks, pengaturan diet
tersebut sangat sukar untuk dipatuhi oleh
pasien sehingga memberikan dampak

terhadap status gizi dan kualitas hidup
penderita (Sidabutar, 1992). Menurut
Niven (2002) dan Stein (1986), factorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan
adalah pemahaman tentang instruksi
(pengetahuan), kualitas interaksi, isolasi
sosial dan keluarga, keyakinan sikap dan
kepribadian serta pendidikan. Berdasarkan
penelitian tahun 2004 di rumah Sakit
Umum dr.Pringadi Medan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan
dalam mengurangi asupan cairan pada
penderita Gagal Ginjal Kronik yang
menjadi hemodialisa, menunjukan 67,3%
penderita yang patuh dan 32,75 penderita
yang tidak patuh. Hal tersebut antara lain
karena dipengaruhi faktor keterlibatan
tenaga kesehatan dan faktor lamanya (> 1
tahun) menjalani hemodialisa (Ikaristi,
2007).
Di rumah Sakit Umum dr.Pringa di
Medan jumlah penderita gagal ginjal yang

menjalani hemodialisa di ruangan
hemodialisa pada tahun 2006 sebanyak
12,83 dari seluruh pasien rawat jalan di
bagian penyakit dalam. Tahun 2007
meningkat menjadi 14,48%, dan tahun
2008 menununjukkan 23,5%. Dengan
meningkatnya proporsi penderita gagal
ginjal kronik harus dicermati bagaimana
pola konsumsi pangan penderita gagal
ginjal tersebut. Karena dengan adanya
pengaturan diet yang baik maka penderita
gagal ginjal kronik dapat hidup normal
kembali, dan produktif serta dapat
menunda menjalani dialisis untuk jangka
waktu yang cukup lama (Ikaristis, 2007).
Berdasarkan hasil survei Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun
1990 sampai 1992 menunjukkan bahwa

Bertalina, dkk, Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa


13% dari sekitar 50.000 orang pasien
rawat inap di rumah sakit di seluruh
Indonesia
menderita
gagal
ginjal.
Penderita gagal ginjal tahap akhir/
terminal di Indonesia bertambah sekitar
100 orang pasien setiap 1 juta penduduk/
tahun dan hanya 3000 orang yang
menjalani terapi dialisis dari 150 ribu
orang penderita gagal ginjal di Indonesia
saat ini (Sapri, 2004).
Pengaturan diet pada penyakit GGK yang
menjalani HD sedemikian komplek,
pengaturan diet sukar untuk dipatuhi oleh
pasien sehingga memberikan dampak
terhadap status gizi dan kualitas hidup
penderita (sidabutar,1992). Menurut Sapri,

( 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
asupan cairan menunjukkan 32,7%
penderita yang tidak patuh hal tersebut
diantaranya
dipengaruhi
faktor
keterlibatan tenaga kesehatan dan faktor
lamanya menjalani HD dan menurut
Utami,(2010) ada pengaruh dukungan
keluarga terhadap kepatuhan
dalam
pembatasan diet dan asupan keluarga.
Jumlah pasien penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani Hemodialisis di
RSUD Hi. Abdul Moeloek pada tahun
2006 sebanyak 2.028 orang, tahun 2010
meningkat menjadi 2.100 orang dan tahun
2011 meningkat lagi menjadi sebanyak
2.340 orang. Hasil penelitian Azizah
(2011), asupan cairan pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di
RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2011, 50% melebihi dari
kebutuhan.Dengan meningkatnya jumlah
penderita
GGK
yang
menjalani
hemodialisis, maka perlu dicermati
bagaimana tingkat kepatuhan penderita
gagal ginjal tersebut terhadap diet yang
diberikan,
karena
dengan
adanya
pengaturan diet yang baik maka penderita
dapat hidup normal dan produktif serta
dapat menunda dialisis (ikaristri,2007).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian yang lebih lanjut mengenai
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik yang menjalani Hemodialisa
RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2012”.
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah cross sectional,
dimana
pengukuran dan pengumpulan data
dilakukan hanya satu kali pada satu saat
yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien GGK yang menjalani
hemodialisa dalam 1 bulan di ruang
hemodialisa di RSUD Abdul Moeloek ,
yaitu sebanyak 195 orang.
Sampel penelitian ini adalah Pasien
GGK yang menjalani Hemodialisa yang
dihitung
dengan rumus perhitungan
menurut
Lemeshow
(1997).
Dari
perhitungan tersebut didapat 71 sampel.
Teknik pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling yaitu metode
pengampilan sampel dengan mengambil
responden
secara
acak.
Waktu
pengumpulan data dilaksankan pada bulan
Juni-Juli 2012. Data diolah secara statistik
: univariat, bivariat untuk melihat
hubungan dan multivariat untuk melihat
faktor yang paling dominan dengan uji
regresi logistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Univariat
Hasil univariat yang akan sajikan
meliputi
usia, jenis kelamin, lama
menjalani hd, pengetahuan, pendidikan,
interaksi dengan nakes, dukungan
keluarga, sikap dan kepatuhan diet
sebagaimana terlihat pada Tabel berikut
ini.
Tabel 1: Distribusi Responden
berdasarkan Usia, jenis
kelamin, Lama Menjalani HD,
Pengetahuan, Pendidikan,

Interaksi dengan Nakes,
Dukungan keluarga, Sikap dan
Kepatuhan Diet Pasien GGK
Yang Menjalani Hemodialisa
Variabel
Usia
18-40
41-60
>60
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Lama Menjalani
Hemodialisa
< 5 tahun
≥ 5 tahun
Pengetahuan
Baik
Kurang
Pendidikan
Tinggi
Rendah
Interaksi dgn
nakes
Tinggi
Rendah
Dukungan
Keluarga
Baik
Kurang
Sikap
Positif
Negatif
Kepatuhan Diet
Patuh
Tidak Patuh

Jumla Persentas
h n=71 e (%)
16
38
17

22.5
53.5
23.9

40
31

56.3
43.7

47
24

66.2
33.8

pendidikan tinggi ≥ SMA,
59,2 %
responden mempunyai interaksi tinggi
dengan tenaga kesehatan, 53.5 %
responden mempunyai dukungan keluarga
baik, 50.7% responden mempunyai sikap
negatif dan 50.7% responden tidak patuh
terhadap diet.
Hasil Bivariat
Tabel 2. Distribusi Kepatuhan Diet
berdasarkan Pengetahuan,
Pendidikan,
Interaksi
dengan Nakes, Dukungan
Keluarga,
dan
Sikap
Pasien
GGK
yang
Menjalani Hemodialisa
Variabel

4
67

5.6
94.4

34
37

47.9
52.1

48
23

67.6
32.4

42
29

59.2
40.8

38
33

53.5
46.5

Pengetahu
an
Baik
Kurang
Pendidikan
Tinggi
Rendah

Interaksi
dgn Nakes
- Tinggi
- Rendah

Duk.Klg
Baik

35
36

49.3
50.7

35
36

49.3
50.7

Hasil univariat menunjukkan distribusi
responden terbanyak pada usia 41-60
tahun yaitu sebanyak 53,5%, jenis
kelamin laki-laki 56,3%, 66,2 % dari
responden bekerja, 94.4% responden telah
menjalani hemodialisa ≥5tahun, 52,1%
responden
mempunyai
pengetahuan
kurang, 67.6% responden mempunyai

Kurang
Sikap
Positif
Negatif

Kepatu
han Diet
Patuh

Total

P Value

Tidak
Patuh

24
(70.6%)
11
(29.7%)

10
(29.4%)
26
(70.3%)

34
(100%)
39
(100%)

0.001

25
(52.1%)
10
(43.5%)

23
(47.9%)
13
(56.5%)

48
(100%)
23
(100%)

0.671

21
(50.0%)
14
(48.3%)

21
(50.1%)
15
(51.7%)

42
(100%)
29
(100%)

1.0

24
(63.2%)
11
(33.3%)

14
(36.8%)
22
(66.7%)

38
(100%)
33
(100%)

0,023

24
(65.6%)
11(30.6
%)

25
(69.4%)
36(50.7
%)

35
(100%)
36(100
%)

0,003

Hasil penelitian menunjukkan pasien
dengan pengetahuan baik yang patuh
terhadap dietnya sebesar 70.6% dan
pasien dengan pengetahuan kurang yang
patuh terhadap dietnya 29.7%. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p=0.001, yang
berarti ada hubungan yang bermakna

Bertalina, dkk, Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa

antara pengetahuan dengan kepatuhan
diet. Hasil penelitian juga menunjukkan
pasien dengan pendidikan tinggi yang
patuh terhadap dietnya sebesar 52.1% dan
pasien dengan pendidikan rendah yang
patuh terhadap dietnya 43.5%. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p=0.671, yang
berarti tidak ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan dengan kepatuhan diet.
Responden dengan interaksi tinggi
dengan tenaga kesehatan yang patuh
dengan dietnya 50.0% dan responden
yang interaksinya rendah dengan petugas
kesehatan yang patuh terhadap dietnya
48.3%. hasil uji statistik diperoleh nilai
p=1.0, yang berarti yidak ada hubungan
yang bermakna antara tingginya interaksi
tenaga kesehatan dengan kepatuhan diet.
Responden dengan dukungan keluarga
baik yang patuh terhadap diet yang
dianjurkan 63.2% dan responden dengan
dukungan keluarga kurang yang patuh
terhadap dietnya hanya 33.3%.hasil uji
statistik diperoleh nilai p=0.023, maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dan
kepatuhan diet.
Hasil penelitian juga menunjukkan
responden yang mempunyai sikap positif
yang patuh terhadap dietnya adalah 65,6%
dan responden dengan sikap negatif yang
patuh terhadap dietnya adalah 30.6%.
hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.003,
maka dapat disimpulkan ada hubungan
yang bermakna antara sikap dengan
kepatuhan diet.

Kepatuhan Diet Pasien GGK
yang Menjalani Hemodialisa

Varia P
OR
bel
Value
Indep
enden
Pengetahua
5.93
0.003
n
8
Dukungan
3.94
0.024
Keluarga
5
Sikap
2.94
0.060
7

CI 95%
Lowe Uppe
r
r

1.808
1.198
0.957

19.50
2
12.99
3
9.077

Berdasarkan Tabel
diatas terlihat
bahwa variabel yang memiliki hubungan
bermakna dengan kepatuhan diet adaah
pengetahuan dan dukungan keluarga
dengan pv0.005) merupakan variabel
counfounding
(pengganggu) pada
penelitian ini.
Pembahasan
Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa

Hasil Multivariat
Hasil multi variat dengan uji regresi
logistik model akhir antar variabel
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel

3. Hasil Uji regresi Logistik
Model
Akhir
Antara
Pengetahuan,
Sikap
dan
Dukungan Keluarga dengan

Hasil
penelitian
menunjukkan
responden yang tidak patuh terhadap diet
penyakit yang diderita adalah 36 orang
(50.7%) dan responden yang patuh 35
orang (49.3%). Hasil ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penelitian ikaristi
(2007) dimana pasien yang patuh hanya
35.8% di RS Panti rapih Jogyakarta.
Namun hasil ini lebih rendah bila
dibandingkan hasil penelitian Kamaluddin
dan Rahayu (2009), dimana responden

yang patuh dengan asupan cairan
sebanyak 67,3 % di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto dan lebih
rendah dari hasil penelitian Utami (2010),
dimana responden yang patuh (57,5%)
terhadap pembatasan diet dan asupan
cairan.
Kepatuhan
diet
yang
rendah
dimungkinkan karena dalam penelitian ini
kepatuhan tidak hanya melihat konsumsi
cairan tetapi juga melihat melihat
konsumsi sehari-hari pasien dengan
melihat pola makan, konsumsi protein
dan konsumsi natrium, kalium dan
kalsium.
Hubungan Antara Pengetahuan dengan
Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil analisis hubungan antara tingkat
pengetahuan dan kepatuhan diet diperoleh
bahwa
ada
sebanyak
24(70.6%)
responden dengan pengetahuan baik patuh
terhadap diet yang dianjurkan dan
responden dengan pengetahuan rendah
11 (29.7%) patuh terhadap diet yang
dianjurkan. Hasil uji statistic diperoleh
nilai p =0.001 maka dapat disimpulkan
ada
perbedaan
proporsi
kejadian
kepatuhan diet antara responden dengan
pengetahuan baik dan kurang (ada
hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan diet).
Pada penderita yang mempunyai
pengetahuan
yang
lebih
baik
memungkinkan
pasien
itu
dapat
mengontrol dirinya dalam mengatasi
masalah yang dihadapi, mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi, berpengalaman
dan menpunyai perkiraan yang tepat
bagaimana mengatasi kejadian serta
mudah mengerti tentang apa yang
dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan
dapat mengurangi kecemasan sehingga
dapat membantu individu tersebut dalam
mengambil keputusan. Hasil penelitian ini
didukung
dengan
teori
dimana
pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk

terbentuknya suatu tindakan, perilaku
yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada yang tidak didasari
kesehatan (Notoatmojo,2003)
Pengetahuan
seseorang
tentang
penyakit Gagal Ginjal Kronis dapat
mempengaruhi kemampuannya dalam
memilih
dan
memutuskan
terapi
hemodialisa
yang
sesuai
dengan
kondisinya,
dengan
pengambilan
keputusan yang tepat ketaatan klien dalam
menjalani terapi hemodialisa dapat
dipertahankan.
Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Kemampuan kognitif akan
membentuk cara berfikir seseorang
termasuk kemampuan untuk memahami
factor-faktor yang berhubungan dengan
penyakit dan menggunakan pengetahuan
tentang
kesehatan
untuk
menjaga
kesehatan sendiri (Arianto dalam Fitriani,
2010).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Kamaluddin dan Rahayu (2009) di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto,
menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan dalam
mengurangi asupan cairan (p value=
0.001). Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian Hakim (2010), dengan judul
Analisis faktor yang berhubungan dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien GGK di
Instalasi
Hemodialisis RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, dimana ada hubungan
antara pengetahuan dengan kepatuhan
diet dengan p value sebesar 0.005.
Hubungan Antara Pendidikan Dengan
Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Menurut Notoatmojo (2003), tingkat
pendidikan yang rendah akan mempersulit
seseorang atau masyarakat menerima dan
mengerti pesan-pesan kesehatan yang
disampaikan
sedangkan
tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan seseorang atau masyarakat
untuk
menyerap
informasi
dan

Bertalina, dkk, Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa

mengimplementasikannya dalam perilaku
dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
dalam hal kesehatan dan gizi.
Hasil
penelitian
menunjukkan
responden dengan pendidikan tinggi
52.1% yang patuh dengan dietnya dan
responden dengan pendidikan rendah
43.5% yang patuh terhadap dietnya,
terlihat ada perbedaan, namun hasil uji
statistic menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan (p value = 0.671) antara
tingkat pendidikan dengan kepatuhan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian Kamaluddin
dan Rahayu
(2008), dimana ada hubungan antara
tingkat pendidikan dan kepatuhan diet
dengan p value = 0.000. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Utami (2010),
dimana ada hubungan antara pendidikan
dengan kepatuhan pembatasan diet dan
asupan cairan dengan p value sebesar
0.004.
Tingkat pendidikan pasien dapat
meningkatkan
kepatuhan,
sepanjang
pendidikan
tersebut
merupakan
pendidikan yang aktif yang diperoleh
secara mandiri lewat tahapan-tahapan
tertentu. Gunarso dalam Suparyanto
(2010), menyatakan semakin tua umur
seseorang maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak tidak
secepat ketika berusia belasan tahun.
Hubungan Antara Interaksi Dengan
Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan
Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil analisis hubungan antara interaksi
dengan petugas kesehatan dan kepatuhan
diet diperoleh bahwa ada sebanyak 21
(50.0%) responden yang interaksi dengan
petugas kesehatan tinggi yang patuh
terhadap dietnya
dan responden yang
interaksi dengan petugas kesehatannya
rendah 14 (48.3%) yang patuh terhadap
dietnya. Hasil uji statistic diperoleh nilai

p =1.0 maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi kejadian kepatuhan
diet antara responden dengan interaksi
dengan tenaga kesehatan baik dan kurang
dengan kata lain tidak hubungan yang
signifikan antara interaksi dengan petugas
dengan kepatuhan diet.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian Utami (2010), dimana ada
hubungan antara interaksi dengan petugas
kesehatan dengan kepatuhan pembatasan
diet dan asupan cairan dengan p value
sebesar 0.011. Hasil penelitian ini juga
tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kamaluddin dan Rahayu
(2009), yang menunjukkan adanya
hubungan antara keterlibatan tenaga
kesehatan dengan kepatuhan
asupan
cairan (p value= 0.001).
Salah satu faktor yang mendukung
kepatuhan adalah meningkatnya interaksi
profesional kesehatan dengan pasien.
Pasien membutuhkan penjelasan tentang
kondisinya, apa penyebabnya dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan
kondisi seperti itu. Untuk meningkatkan
interaksi tenaga kesehatan dengan pasien,
diperlukan suatu komunikasi yang baik
oleh
tenaga
kesehatan.
Dengan
komunikasi, seorang tenaga kesehatan
dapat memberikan informasi yang lengkap
guna meningkatkan pengetahuan pasien
dalam setiap instruksi yang diberikan
kepadanya, sehingga diharapkan lebih
dapat meningkatkan kepatuhan pasien
dalam menjalankan terapi (Niven, 2002).
Menurut Niven (2002), kualitas interaksi
antara professional kesehatan dengan
pasien merupakan bagian penting dalam
dalam menentukan derajat kepatuhan,
orang-orang yang merasa menerima
perhatian dari seseorang atau kelompok
biasanya
cenderung
lebih
mudah
mengikuti nasehat medis daripada pasien
yang kurang mendapat dukungan sosial.
Komunikasi yang baik oleh petugas
kesehatan dalam memberikan pendidikan
kesehatan haruslah dipahami oleh pasien
yang menjalani terapi hemodialisa,
sehingga
dapat
meningkatkan

pengetahuan pasien tentang diet yang
dianjurkan (Smeltzer, 2002). Dalam hal
ini peran petugas kesehatan sangat penting
untuk memberikan dorongan positif
kepada pasien untuk mengontrol dietnya
(Grodner, et.al. 1996). Keterlibatan tenaga
kesehatan sangat diperlukan dalam hal
sebagai pemberi pelayanan kesehatan,
memberi informasi bagi pasien dan
keluarga serta rencana pengobatan
selanjutnya. Berbagai aspek keterlibatan
tenaga kesehatan dengan pasien misalnya
informasi dan pengawasan yang kurang,
ketidakpuasan terhadap asfek hubungan
emosional serta ketidakpuasan terhadap
pelayanan akan mempengaruhi ketaatan
pasien. Namun pada penelitian ini
menunjukka tidak ada hubungan yang
bermakna
antara
interaksi
tenaga
kesehatan dengan kepatuhan diet, hal ini
dimungkinkan karena pasien yang
menjalani hemodialisa 94,4% pasien telah
menjalani terapi hemodialisa sudah diatas
5 tahun. Menurut Kamaluddin (2009),
semakin
lama
pasien
menjalani
hemodialisa maka adaptasi pasien
semakin baik karena pasien telah banyak
mendapat informasi kesehatan dan mampu
mengontrol
diet
dalam
menjaga
kesehatannya sehingga pasien menjadi
lebih patuh.
Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal
Ginjal yang Menjalani Hemodialisa
Keluarga juga merupakan factor yang
berpengaruh dalam menentukan program
pengobatan pada pasien, derajat dimana
seseorang terisolasi dari pendampingan
orang lain secara negatif berhubungan
dengan kepatuhan. Keluarga dan teman
dapat membantu mengurangi tingkat
kecemasan yang disebabkan oleh penyakit
yang dideritanya,
dapat mengurangi
godaan dari ketidaktaatan dan dapat
menjadi kelompok pendukung dari
ketidakpatuhan (Niven,2000).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden dengan dukungan keluarga baik
mempunyai tingkat kepatuhan 63,2% dan

responden dengan dukungan keluarga
rendah mempunyai tingkat kepatuhan
33.3% terlihat ada perbedaan proporsi
antara dukungan keluarga baik dan kurang
dengan tingkat kepatuhan. Hasil uji
statistic menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet dengan p value =
0.023.
Hasil ini sesuai dengan penelitian
Kamaluddin
dan Rahayu (2009),
,
dimana ada hubungan antara tingkat
keterlibatan keluarga dan kepatuhan diet
dengan p value = 0.000. Penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian Utami
(2010), dimana ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan
pembatasan diet dan asupan cairan
dengan p value sebesar 0.014. Penelitian
ini juga sesuai dengan penelitian Hakim
(2010), dimana ada hubungan antara

Bertalina, dkk, Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
dengan p value sebesar 0.003.
Hubungan Antara Sikap dengan
Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa
Sikap pasien dan keluarga yang harus
menjalani hemodialisa perasaan mereka
pertama sedih takut dan cemas, tetapi
pasien lama-lama tidak takut, ihklas
menerima,berdoa mungkin ada mukzizat
jadi harus mau dijalani, berhati-hati baik
makan maupun minum, menyadari cuci
darah penting pasien mau menerima dan
keluarga mendukung memotivasi pasien
untuk menjalani cuci darah dengan sabar
mengantar dan menemani pasien sesuai
pernyataan pasien saat di wawancara.
Sikap mengandung motivasi berarti sikap
mempunyai daya dorong bagi individu
untuk berperilaku secara tertentu terhadap
objek yang dihadapinya. Seseorang
memiliki sikap yang berbeda-beda
terhadap tindakan hemodialisa. Hal ini
disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan
pengalaman pasien menjalani terapi
hemodialisa. Sikap merupakan faktor
penentu dalam tingkah laku seseorang
termasuk dalam memutuskan untuk selalu
taat menjalani terapi hemodialisa. Sikap
pasien terhadap ketaatan yang dijalaninya
dapat dinilai dari waktu kedatangan,
tingkat keparahan penyakit, komplikasi
penyerta, gagal ginjal yang makin
memburuk. (Arianto dalam Fitriani ,
2010).
Penelitian menunjukkan bahwa hasil
analisis hubungan antara sikap
dan
kepatuhan diet diperoleh bahwa ada
sebanyak 24 (65.6%) responden dengan
sikap positif yang patuh terhadap dietnya
dan responden dengan sikap negatif 11
(30.6%) yang patuh terhadap diet. Hasil
uji statistic diperoleh nilai p =0.003 maka
dapat disimpulkan
ada perbedaan
proporsi kejadian kepatuhan diet antara
responden dengan sikap positif dan
responden dengan sikap negative atau ada

hubungan yang signifikan antara sikap
responden dengan kepatuhan diet.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Utami (2010), dimana ada
hubungan antara sikap dengan kepatuhan
pembatasan diet dan asupan cairan
dengan p value sebesar 0.005 dan hasil
penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian Kamaluddin
dan Rahayu
(2008),
dimana ada hubungan antara
sikap dan kepatuhan diet dengan p value =
0.016.
Faktor Dominan yang berhubungan
dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa
Hasil
analisis
multivariat
pada
penelitian ini didapat bahwa variabel yang
paling berhubungan adalah adalah
pengetahuan dan dukungan keluarga.
Hasil analisis didapat
variabel
pengetahuan memiliki OR terbesar yaitu
5.938 artinya responden yang memiliki
pengetahuan baik mempunyai peluang
5.938 kali untuk patuh terhadap dietnya
setelah
dikontrol
dengan
variabel
dukungan keluarga dan sikap. Variabel
dukungan keluarga memiliki OR sebesar
yaitu 3.945 artinya responden yang
memiliki dukungan keluarga baik
mempunyai peluang 3.9845 kali untuk
patuh terhadap dietnya setelah dikontrol
dengan variabel pengetahuan dan sikap.
Pengetahuan dalam penelitian ini
berkaitan
dengan
fungsi
ginjal,
kemodialisa, diet ginjal, pembatasan
makanan dan cairan berkaitan dengan
penyakitnya. Pada responden yang
memiliki pengetahuan yang lebih luas
memungkinkan
responden
dapat
mengontrol dirinya dalam mengatasi
masalah yang dihadapi, mempunya rasa
percaya diri yang tinggi, berpengalaman
dan mempunyai pikiran yang tepat
bagaimana mengatasi kejadian dan dapat
mengurangi kecemasan sehingga dapat
membantu individu tersebut dalam
mengambil keputusan.

Menurut Notoatmojo (2005), perilaku
yang didukung dengan pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak
didasari
oleh
pengetahuan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang penting dalam membentuk
tindakan
seseorang.
Fitriani(2010),
menyatakan kemampuan kognitif akan
membentuk cara berpikir seseorang
termasuk kemampuan untuk memahami
faktor-faktor yang yang berhubungan
dengan penyakit dan menggunakan
pengetahuan tentang kesehatan.
SIMPULAN
Responden gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa terbanyak pada
usia 41-60 tahun yaitu 53.5%, sebanyak
56,3%
berjenis
kelamin
laki-laki,

DAFTAR RUJUKAN
Almatsier, Sunita. (2006). Pemilihan Diet.
Edisi Baru, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
PT Rineka Cipta : Jakarta.
Edenton, James.J, Gagal Ginjal dan
Faktor-Faktor Pemburuknya, (Bandung
: FK. UNPAD RS. Hasan Sadikin,
1985).
Fitriani, 2010, Pengalaman Pasien gagal
Ginjal
Kronik
yang
menjalani
Perawatan
Hemodialisa
di
RS
Tegalrejo Semarang Tahun 2010
(Skripsi)
Fakultas
kedokteran
Universitas
Diponegoro
Tersedia
(http://eprints.undip.ac.id/10495/1/Arti
kel... pdf) (23 Juli 2012)
Fuad, Ihsan, 2008, Dasar- Dasar
Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta

sebanyak
94.4%
telah
menjalani
hemodialisa >5 tahun, yang
patuh
terhadap diet
penyakit yang diderita
sebanyak 49.3%, berpengetahuan kurang
52.1%, berpendidikan tinggi sebanyak
67.6%, yang interaksi dengan tenaga
kesehatan tinggi 58.2%. dengan dukungan
keluarga baik 53.5%, dan responden
dengan sikap negative sebanyak 50.7%.
Ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan, dukungan keluarga, dan
sukap yang positif dengan Kepatuhan
diet. Tidak ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan, interaksi dengan tenaga
kesehatan, dengan kepatuhan diet. Hasil
analisis multivariat didapat faktor yang
paling berhubungan dengan kepatuhan
diet adalah pengetahuan (pv = 0.003 dan
OR = 5.938) dan dukungan keluarga
(pv=0.024 dan OR=3.945).

Friedman, Marilyn (1998), Keperawatan
keluarga Teori dan Praktek. EGC,
Jakarta
Gizi, instalasi, ASDI, Persagi, (2006),
Penuntun Diet, Edisi baru. Gramedia
Pustaka Utama Jakarta
Hakim, Prima, Sulthonul, (2008), Analisis
Faktor yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Diet Pasien Penyakit Ginjal
Kronik di Instalasi hemodiaisis RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, Skripsi
Fakultas Ilmu Keperawatan UNAIR
Hastono, Susanto, Priyo, (2007), “Analisis
Data Kesehatan” Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Jakarta
Ikaristi, S, 2003, Kepatuhan Diet dan
Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal
Kronik yang Dilakukan Terapi
Hemodialisa di Rumah Sakit Panti
Rapih,
Skripsi,
PSIK
Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Kamaluddin dan Rahayu, 2009, Analisis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kepatuhan Asupan Cairan Pada pasien

Bertalina, dkk, Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa

gagal
Ginjal
Kronik
dengan
Hemodialisa di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwekerto, Jurnal
Keperawatan Soedirman, Volume 4
No.1 Maret 2009
Kresnawan, T, 2001, Pengatur Makanan
(Diet) pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa dengan
Terapi
Konservatif
dan
Terapi
Pengganti, Instalasi gizi, RSCM,
Jakarta
Moore,
Mary
Courtney.1997.Buku
Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi
2. Hipokrates. Jakarta
Niven, Neil, 2002, Psikologi Kesehatan ,
EGC, Jakarta
Sapri. 2004. Hubungan Antara Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani
Hemodialisa pada Penderita Gagal
Ginjal Kronik RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA.
(http://www.J210050082.Gagal-GinjalKronik. [8 November 2010]
Schiffman, Kanuk, 2004, di dalam Ratni
Prima, Jurnal Kesehatan, Penelitian
tentang Karakteristik Pasien dan
Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD
Provinsi Sumatra Barat, Sumatra Barat

Smeltzer. 2001. Gagal Ginjal Kronik.
(http://jtptunimus-gdl-sitimasuda-5161bab2.pdf) [17 Desember 2010]
-----------. 2002. Hubungan Antara
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Menjalani Hemodialisa pada Penderita
Gagal Ginjal Kronik RSUD Dr.
MOEWARDI
SURAKARTA.
(http://www.J210050082.Gagal-GinjalKronik. [8 November 2010]
-------------,(1992), Gizi pada Gagal Ginjal
Kronik,
Perhimpunan
Nefrologi
Indonesia, Jakarta
Utami,Sri (2011), Faktor-Faktor yang
mempengaruhi
kepatuhan
dalam
Pembatasan Diet dan Asupan Cairan
pada Pasien GGK dengan Kemodialisa
di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun
2010, Skripsi, Keperawatan Poltekkes
Medan
Triyani.
2005.
Hubungan
Antara
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Menjalani Hemodialisa pada Penderita
Gagal Ginjal Kronik rsud dr. moewardi
surakarta.
http://www.J210050082.GagalGinjalKr
onik(Diunduh tanggal 8 November
2010)

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING PENGRAJIN PERAK DI DESA PULO KECAMATAN TEMPEH KABUPATEN LUMAJANG

44 381 111

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

INTERVENSI OBAT NEUROPROTEKTIF DITINJAU DARI PERBAIKAN GCS DAN CER TERHADAP PASIEN CVA Hemorrhagic DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

1 82 18