Gambaran Hardiness pada Karyawan Perusahaan E-commerce di Kota Medan

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Dua dekade belakangan ini, dunia perdagangan di Indonesia sedang
dibanjiri kehadiran perusahaan dagang elektronik atau yang sering disebut dengan
perusahaan e-commerce.Munculnya perusahaan dagang elektronik ini di dorong
dengan peningkatan permintaan masyarakat akan kebutuhan sehari-hari (Indrajit,
2002).

Spesifiknya

di

Kota

Medan,

salah


satu

surat

kabar

harian

www.jurnalasia.com pada tanggal 23 September 2016 menyatakan, Gross
Domestic Product (GDP) masyarakat Kota Medan mencapai 135 triliun rupiah
dengan pertumbuhan ekonomi 7.3% pertahun. Diberitahukan juga bahwa Medan
merupakan salah satu kota dengan tingkat penggunaan internet yang cukup tinggi,
yaitu mencapai 400.00 jiwa dari total 2.000.000 jiwa. Jurnal harian yang sama
memberitahukan bahwa fenomena ini menarik minat para pelaku bisnis ecommerce untuk memperluas dan membangun bisnisnya di Kota Medan.
Hal tersebut di dukung oleh kebutuhan masyarakat akan kemudahan
transaksi, akomodasi, dan akses 24 jam yang menjadikan perusahaan e-commerce
banyak diminati (Gangeshwer, 2013). Dikutip dari harian inet.detik.com pada
tanggal 1 Juli 2015, perusahaan e-commerce menyediakan pelayanan jasa,
barangdan informasi berbasis teknologi komunikasi, sepertiE-bay, PayPal,
Tokobagus.com, GoJek, Zomato, Lazada dan sebagainya. Kemajuan teknologi

internet dapat meningkatkan upaya perdagangan barang dan jasa terutama dalam
1
Universitas Sumatera Utara

bentuk e-commerce(Terzi, 2011). Kemudahan dalam mengakses informasi,
barang dan jasa pada perusahaan e-commerce memberikan kesempatan bagi
generasi muda untuk mengembangkan organisasi di bidang teknologi komunikasi
(Gangeshwer, 2013).
Namun demikian, keberadaan e-commercemengundang pro dan kontra
dari kalangan masyarakat dan pemerintah, hal ini dikutip dari harian
inet.detik.com

pada

tanggal

1

Juli


2015.

Dilansir

dari

situs

resmi

www.kominfo.go.idpada tanggal 29 September 2015, menyatakan bahwa
Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia belum dapat
mengupayakan dana bagi para pelaku bisnis e-commerce. Surat kabar harian
elektronik lain, yaituwww.cnnindonesia.compada tanggal 19 Februari 2016 juga
menyatakan bahwa perusahaan e-commerce memiliki tiga tantangan terbesar,
yaitu pengiriman, pembayaran dan akses internet. Perusahaan e-commerce yang
bergerak di layanan produk barang perlu mengakses lokasi pengiriman dan
prosedur pembayaran dengan benar, terutama bagi daerah-daerah dengan akses
transportasi yang kurang memadai. Asosiasi E-commerce Indonesia mencatat
hanya 20% dari populasi masyarakat di Indonesia yang memiliki rekening bank.

Sementara kebanyakan dari e-commerce mengandalkan transaksi melalui rekening
bank sebagai prosedur pembayaran (Molla, 2001). Berkaitan dengan hal tersebut,
Dina (2013) menemukan bahwa resiko bisnis pada perusahaan e-commerce dapat
terjadi dalam berbagai macam bentuk, seperti penetrasi sistem oleh orang-orang
yang tidak memiliki hak akses, plannting atau memasukan sesuatu yang belum
dianggap legal ke dalam sistem, communications tampering yaitu hal-hal yang

2
Universitas Sumatera Utara

membahayakan kerahasiaan informasi. Dina menyatakan, resiko-resiko tersebut
memungkinkan perusahaan mengalami kerugian yang berhubungan dengan
kehilangan, pencurian atau pengrusakan. Oleh sebab itu perusahaan membutuhkan
penambahan kualitas dan kuantitas tenaga kerja.
Susanti (2010) menyatakan tenaga kerja pada karyawan e-commerce pada
umumnya merupakan karyawan yang bekerja di bidang Informasi dan Teknologi
(IT). Identifikasi pekerjaan karyawan IT yang bekerja pada perusahaan ecommerceumumnya berkaitan dengan pengiriman dan askesnya, konten online,
dan pemasaran kemasan dalam komputer (De Vera, 2004). Dalam pekerjaannya
sendiri, Susanti (2010) mengemukakan bahwa karyawan IT harus menghadapi
pekerjaan dengan waktu yang terbatas. Tuntutan pekerjaan yang tinggi untuk

mengikuti perkembangan teknologi dengan waktu yang sedikit, membuat
karyawan mengalami kelelahan dalam bekerja. Selanjutnya, Lo (2013; Uriesi,
2016) menemukan bahwa tingkat presentase turnover karyawan IT selama satu
decade terakhir tidak pernah berada di bawah 15%. Ghapanchi dan Aurum (2011;
Carolissen dan Smith, 2014) menyatakan bahwa turnover juga disebabkan karena
adanya kemudahan karyawan untuk berpindah kerja dari satu perusahaan ke
perusahaan lain, sehingga pekerjaan yang ditinggalkan mudah untuk digantikan
karena banyaknya peningkatan jumlah karyawan IT.
Susanti (2010) kembali menemukan bahwa pekerjaan-pekerjaan karyawan
IT dilakukan secara terpisah oleh atasannya, hal ini membuat karyawan memiliki
kemungkinan kecil untuk melakukan pengambilan keputusan. Sehingga karyawan
memerlukan keluasan dalam membatasi sumber stress, yaitu dengan mengatur

3
Universitas Sumatera Utara

teknik dan waktu penyelesaian tugasnnya sendiri. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Thatcher (2006) bahwa staf IT yang memiliki otonomi kerja yang
tinggi, juga memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Berkaitan dengan
kepuasan kerja, Igbaria et al. (1994; Uriesi, 2016) menyatakan bahwa perolehan

insentif secara keseluruhan, seperti asuransi dan tunjangan hari tua dapat
mempengaruhi kepuasan kerja dan keinginan karyawan untuk tetap tinggal.
Penelitian lain menyatakan bahwa karakteristik kerja seperti makna
pekerjaan, kohesivitas kelompok dan peran stres dapat mempengaruhi kepuasan
kerja dan komitmen organisasi karyawan Informasi Teknologi (Klaus, 2014).
Berkaitan dengan stres, Pollock (1989; Bissonnette, 1998) menyatakan bahwa
stres dipengaruhi oleh pengelolaan ego dalam struktur kepribadian sebagai sumber
yang tepat dalam menangani, mengapresiasi, menginterpretasi dan merespon stres.
Margiati (1999) menambahkan bahwa keadaan stres dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan kerja dan faktor personal. Dalam penelitian ini juga dijelaskan bahwa
faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun
hubungan sosial di lingkungan pekerjaan dan faktor personal, berupa tipe
kepribadian. Kurangnya ketahanan terhadap kondisi stres dapat menyebabkan
penurunan performa kerja (Nurhendar, 2007) dan motivasi kerja (Noviansyah,
2011). Keadaan stres sendiri berdampak pada kesehatan, sehingga mengganggu
kinerja karyawan di tempat kerja (Jiménez, 2014). Keadaan stres di tempat kerja
dapat diminimalisir melalui kemampuan internal karyawan seperti kemampuan
dalam menginterpretasi situasi yang dapat mengurangi tingkat distres psikologis
(Vinothkumar, 2009). Hal inilah yang disebut sebagai hardiness yaitu sebuah


4
Universitas Sumatera Utara

konsep yang menggambarkan keadaan ketahanan psikologis karyawan terhadap
stres di tempat kerja serta strategi menghadapinya(Maddi, 2013). Sejalan dengan
itu, Ciarrochi (2000) menyatakan bahwahardinessmerupakan kemampuan internal
yang dapat membantu seseorang tidak rentan menangani stresserta meningkatkan
kemampuan beradaptasi karyawan.
Hardiness dapat menurunkan resiko stres yang berhubungan dengan
penyakit fisik, mental dan kelemahan keberfungsian perilaku melalui strategi
coping yang baik (Maddi 1999; Karamipour, 2015). Penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara hardiness dengan kesehatan mental,
dalam hal ini adalah keadaan stress. Kobasa (1979; Maddi, 2013) menambahkan
bahwa hardiness merupakan sumber kekuatan internal yang dapat menurunkan
efek negatif stres.
Kobasa (1979; Bue, 2015) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa

hardiness dapat dihubungkan pada dua komponen, yaitu hardiness menurunkan

penilaian negatif terhadap suatu ancaman dan meningkatkan harapan keberhasilan
strategi coping. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa hardiness berkaitan dengan
individu yang aktif menggunakan strategi problem focused coping dalam rangka
mengatasi keadaan stres. Mekanisme ini bermanfaat untuk mengurangi keadaan
distres pada seseorang serta dapat melakukan upaya meningkatkan kesejahteraan
psikologis jangka panjang. Secara keseluruhan, hardiness merupakan sebuah subkomponen yang merupakan sumber kekuatan internal dalam diri seseorang yang
memiliki dampak signifikan untuk mengatasi stres.

5
Universitas Sumatera Utara

Kobasa dan Madi (1977; Soderstrom, 2000) menjelaskan terdapat tiga
aspek hardiness, yaitu komitmen, kontrol dan tantangan. Komitmen merupakan
kecenderungan seseorang untuk terlibat secara lebih dalam serta memberikan
kontribusi yang maksimal untuk melakukan sesuatu yang baik dan penting bagi
perusahaan. Individu yang memiliki komitmen yang kuat percaya pada kebenaran
dan nilai-nilai yang dianut dan dijalaninya. Mereka memiliki makna dan tujuan
dalam pekerjaannya serta ikatan yang dalam terhadap pekerjaannya. Kontrol
merupakan kecenderungan untuk memberikan pengaruh dengan melakukan usaha
pada satu kejadian atau pekerjaan. Istilah kontrol juga direfleksikan sebagai

tantangan yang merupakan kecenderungan untuk menyadari sesuatu sebagai
kesempatan untuk belajar dan berkembang. Individu dengan skor tantangan yang
tinggi pada umumnya menyadari bahwa perubahan merupakan hal yang normatif
dibandingkan dengan stabilitas.Kobasa (1982; Maddi, 2013) mengemukakan
bahwa individu yang memiliki skor yang tinggi padahardiness memiliki sikap
yang tinggi dalam aspek komitmen, kontrol dan tantangan. Sedangkan individu
yang memiliki skor rendah pada hardiness, cenderung memiliki tingkat komitmen
yang rendah, kontrol diri yang rendah dan rentan menghadapi tantangan.
Pentingnya variabel hardiness pada karyawan dan berkembangan
perusahaan e-commerce di Kota Medan, membuat peneliti tertarik

untuk

menggambarkannya. De Vera (2006) mengutip dari Databank Consulting pada
tahun 1998, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan e-commerce memiliki
pengaruh yang potensial dalam hal ketenagakerjaan di masa yang akan datang.
Terzi (2011) juga menyatakan bahwa dinamika perkembangan perusahaan e-

6
Universitas Sumatera Utara


commerce dapat meningkatkan jumlah karyawan dalam bidang yang berkaitan,
khususnya Informasi dan Teknologi.

Pengetahuan perusahaan akan skor

hardiness karyawan dapat memberikan gambaran hardinesspada karyawan
perusahaan e-commerce di Kota Medan.

I.

Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran hardiness pada karyawan perusahaane-commerce di Kota
Medan?

II.

Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran hardiness pada
karyawan perusahaan e-commerce di Kota Medan.

III.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu:
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat teoritis yaitu sebagai bahanrujukan terkait
variabel Hardiness dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi perusahaan e-commerce,yaitu
sebagai informasi gambaran keadaan hardiness karyawan.

7
Universitas Sumatera Utara

IV.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bab 1 Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
b. Bab II Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori variabel penelitian. Memuat landasan
teori mengenai Hardiness dan Perusahaan E-commerce.
c. Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data dan metode
analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini akan memaparkan hasil penelitian berupa data demografis
penyebaran subjek, hasil uji normalitas, pengelompokan atau kategorisasi,
perbandingan nilai rata-rata empirik dan nilai rata-rata hipotetik, data
tambahan dan pembahasan.
e. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan menyampaikan kesimpulan mengenai penelitian dan saran,
baik bagi penelitian selanjutnya maupun bagi perusahaan e-comerce di
Kota Medan.

8
Universitas Sumatera Utara