Hubungan Tekanan Darah Dengan Fungsi Kognitif Pada Remaja Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Desain

Penelitian ini menggunakan desain metode potong lintang (cross-sectional)
pada satu waktu yang dilakukan untuk mengetahui hubungan tekanan darah
dengan fungsi kognitif pada remaja di desa Singkuang Kecamatan Muara
Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara.

3.2.

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di SMP (Sekolah Menengah Pertama) di desa
Singkuang Kec.Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, Sumut
dilaksanakan pada bulan April tahun 2016.

3.3.


Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau adalah semua remaja usia 12-17 tahun yang menempuh
pendidikan pada sekolah formal (SMP) di desa Singkuang kecamatan Muara
Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Medan. Sampel adalah populasi
terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pengambilan
sampel dilakukan secara total sampling.

45
29
Universitas Sumatera Utara

3.4.

Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk
penelitian kategorik tidak berpasangan, yaitu:


n=
dimana :
n = jumlah sampel yang dibutuhkan
Po = Proporsi gangguan kognitif pada remaja = 2,4%8
Pa = Proporsi gangguan kognitif pada sampel penelitian = 12,4%
Pa-Po = perbedaan yang bermakna yaitu 10%
qo= 1 – 2,4% = 97,6%
qa= 1 –12,4% = 87,6%
Z : 1.94 (level of significance 5%)
Z : 1,28 (power 90%)
Pada penelitian ini ditetapkan yaitu :
= kesalahan tipe 1 = 0,05 (tingkat kepercayaan 99%)
= kesalahan tipe 2 = 0,2 (power 90%)

Z = 1,94

Z = 1,28

maka didapatkan sampel minimal sebanyak:
n= 53 orang


46
30
Universitas Sumatera Utara

3.5.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Semua remaja berusia 12 - 17 tahun yang bersekolah saat dilakukan
penelitian.
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1.Remaja yang tidak bersedia ikut dalam penelitian
2. Remaja dengan hasil urinalisa abnormal

3.6.

Persetujuan/ Informed Consent


Semua sampel penelitian telah diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam
usulan penelitian ini.

3.7.

Etika Penelitian

Penelitian ini dimulai setelah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8.

Cara Kerja

1. Sampel dipilih secara total sampling yang masuk ke dalam kriteria inklusi.
2. Orang tua dan remaja diberikan penjelasan dan informed consent yang
menyatakan setuju mengikuti penelitian ini.

31

47
Universitas Sumatera Utara

3. Dilakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari pengukuran berat
badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Berat badan diukur dalam satuan
kg, menggunakan timbangan merk Camry buatan Cina yang telah ditera
sebelumnya dengan kapasitas 150 kg. Pencatatan dilakukan dalam kg
dengan desimal (sensitif sampai 0.1 kg). Semua sampel penelitian
ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki, hanya pakaian minimal saja.
4. Tinggi badan diukur dalam satuan cm, menggunakan mikrotoise dengan
ketepatan 0.5 cm dan memiliki penahan kepala bersudut 90 derajat.
Pencatatan dilakukan dalam satuan cm. Tinggi badan di ukur pada posisi
berdiri tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit dan
bokong menempel pada dinding. Untuk melihat angka pada pengukuran
tinggi badan, pembatas mikrotoise ditarik tegak lurus dan tepat di atas
kepala, selanjutnya dinilai status antropometrinya.
5. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 3 kali pada
remaja dalam kondisi istirahat dan tenang, posisi duduk dengan
menjejakkan kaki di lantai. Tekanan darah diukur dengan menggunakan
sphygmomanometer air raksa merk Riester buatan Jerman dengan

ukuran manset sesuai lingkar lengan dan panjang lengan atas. Metode
pengukuran dengan cara auskultasi, menggunakan sfigmomanometer
standar. Stetoskop diletakkan di lengan kiri tepatnya di atas arteri
brakialis, proksimal dan medial dari fossa cubiti dan dibawah manset (+ 2
cm) lalu diukur tiga kali dengan interval 10 sampai 15 menit, kemudian
32
48
Universitas Sumatera Utara

diambil rata-rata tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik.
6. Nilai sistolik dan diastolik dari hasil pengukuran tekanan darah
disesuaikan dengan jenis kelamin, usia, tinggi badan yang di proyeksikan
pada tabel The Fourth Task Force.
7. Semua remaja yang memenuhi kriteria inklusi akan dilakukan tes fungsi
kognitif oleh psikolog dari FK UNAND Padang dengan menggunakan tes
WISC-IV (Weschler Intelligent Scale for Children) yang terdiri dari
komponen tes verbal, performance dan full scale.

3.9.


Alur Penelitian

49
33
Universitas Sumatera Utara

3.10. Identifikasi Variabel
Variabel bebas

Skala

Hipertensi

Nominal

Variabel tergantung

Skala

Gangguan fungsi kognitif


Nominal

Variabel perancu

Skala

Status Gizi

Ordinal

Tingkat pengetahuan

Ordinal

3.11. Definisi Operasional
1. Tekanan Darah yaitu : tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran
darah sistolik dan diastolik secara sistemik di dalam tubuh manusia
dengan satuan mmHg yang diukur menggunakan tensimeter.
2. Hipertensi : rerata tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah

diastolik yang berada ≥ persentil 95 sampai dengan 5 mmHg diatas
persentil 99 menurut usia, jenis kelamin, dan tinggi badan yang
diproyeksikan menggunakan tabel The Fourth Task Force.11
a. Tekanan darah normal bila TD sistolik dan diastolik lebih kecil dari
persentil ke-90 menurut jenis kelamin, umur dan tinggi badan.

50
34
Universitas Sumatera Utara

b. Prehipertensi bila rata-rata TD sistolik dan diastolik lebih besar
atau sama dari persentil ke-90 tetapi kurang dari persentil ke-95
menurut jenis kelamin, umur dan tinggi badan.
c. Hipertensi bila rata-rata TD sistolik dan atau diastolik lebih besar
atau sama dari persentil ke-95 menurut jenis kelamin, umur, dan
tinggi badan pada pengukuran tiga kali atau lebih berturut-turut.
2. Fungsi kognitif: aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat,
belajar dan menggunakan bahasa. Nilai fungsi kognitif diukur dengan tes
Weschler yang terdiri dari subtes verbal, performance, dan full scale yang
hasil tesnya dalam bentuk angka.

3. Status Gizi: ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk remaja
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak, berpedoman
pada grafik WHO dan CDC.
4. Tingkat pengetahuan : hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

35
51
Universitas Sumatera Utara

3.12. Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak komputer diolah dengan SPSS versi 19,0. Analisis data untuk
mengetahui perbandingan antara dua variabel kategorik yang tidak
berpasangan digunakan uji Chi-Square, dengan alternatifnya uji Fisher.
Tingkat kemaknaan bila p< 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

52
36
Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di desa Singkuang Kecamatan Muara Batang
Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara bulan April 2016,
terdapat 193 siswa SMPN 1 dengan rentang usia 12-17 tahun,yang bersedia
ikut dalam penelitian. Kami melakukan wawancara pada sampel penelitian,
dan melakukan pengukuran tekanan darah serta tes fungsi kognitif.
4.1. Karakteristik Umum Sampel Penelitian
Jumlah sampel yang diikutkan dalam penelitian sebanyak 193 remaja usia
12-17 tahun, dengan rerata usia 14.0 tahun, rerata berat badan menurut
tinggi badan sekitar 102.09%, rerata indeks massa tubuh 18.6 kg/m2, terdiri
dari lelaki 84 orang dan perempuan 109 orang. Status gizi terdiri dari 2 gizi
buruk, 30 gizi kurang, 115 gizi baik, 27 overweight dan 19 obesitas. Tingkat
pendidikan ayah terdiri dari 130 tamat SD, 39 tamat SMP, 23 tamat SMA, dan
1 orang tamat pendidikan diploma. Tingkat pendidikan ibu terdiri dari 101
tamat SD, 57 tamat SMP, 26 tamat SMA, 7 orang tamat diploma dan 2 orang
sarjana. Pekerjaan ayah terdiri dari 17 orang tidak bekerja, 75 petani/
nelayan, 29 wiraswasta, 44 karyawan swasta, 27 PNS. Pekerjaan ibu terdiri
dari 21 orang tidak bekerja/ ibu rumah tangga, 80 petani/ nelayan, 21
wiraswasta, 31 karyawan swasta, 40 PNS. Orang tua lelaki yang memiliki

37
53
Universitas Sumatera Utara

penghasilan < 500.000 sebanyak 35 orang, penghasilan 500.000 – 1.000.000
sebanyak 86 orang dan penghasilan 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 72
orang. Ibu dengan penghasilan < 500.000 sebanyak 100 orang, 500.000 –
1.000.000 sebanyak 68 orang, 1.000.000 – 3.000.000 sebanyak 25 orang.
4.2. Perbedaan Kelompok Hipertensi dan Normotensi
Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada 193 siswa SMP di
Singkuang, terdapat 54 remaja hipertensi dan 139 remaja normotensi.
Proporsi hipertensi pada siswa SMP di Singkuang sebesar 28%.
Pada kelompok hipertensi maupun non-hipertensi, jenis kelamin
(p=0.075),usia (p=0.099), status gizi (p=0.808), berat badan menurut tinggi
badan (p=0.405), pendidikan ayah(p=0.39), pendidikan ibu (p=0.092),
pekerjaan ayah (p=0.844), penghasilan ayah (p=0.503), dan penghasilan ibu
(p=0.943), tidak berbeda bermakna antara dua kelompok tersebut.Terdapat
perbedaan indeks massa tubuh dan pekerjaan ibu antara kelompok
hipertensi dan non-hipertensi (p=0.019; p=0.035). Perbedaan antara
kelompok hipertensi dan non-hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.1.

54
38
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1.Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel
Jenis kelamin, n
Laki-Laki
Perempuan
Usia (Thn), rerata (SB)
BB/ TB (%), rerata (SB)
Status Gizi, n
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Overweight
Obesitas
Indeks Massa Tubuh (kg/m2), rerata (SB)
Pendidikan ayah, n
SD
SMP
SMA
D3
Pendidikan ibu, n
SD
SMP
SMA
D3
S1
Pekerjaan ayah
PNS
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Petani/ Nelayan
Tidak Bekerja
Pekerjaan ibu
PNS
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Petani/ Nelayan
Tidak Bekerja
Penghasilan ayah
< 500.000
500.000 – 1.000.000
1.000.000 – 3.000.000
Penghasilan ibu
< 500.000
500.000 – 1.000.000
1.000.000 – 3.000.000

Hipertensi
(≥ persentil 90)

Non-hipertensi
(< persentil 90)

18
36
13.7 (1.10)
104.2 (15.66)

66
73
14.1 (1.29)
101.3 (13.36)

0
7
32
9
6
19.1 (3.07)

2
23
83
18
13
18.4 (3.41)

42
8
4
0

88
31
19
1

36
15
1
2
0

65
42
25
5
2

4
17
7
22
4

23
27
22
53
14

10
13
3
18
10

30
18
18
62
11

7
26
21

28
60
51

27
20
7

73
48
18

55
39
Universitas Sumatera Utara

4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan kognitif
Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada semua sampel
penelitian, kemudian dilakukan test fungsi kognitif yaitu tes WICS-IV
(Wechsler Intelligence Scale for Children-IV). Pada pengukuran fungsi
kognitif domain verbal, terdapat 65 sampel yang mengalami gangguan
kognitif (kognitif domain verbal dibawah rerata remaja seusianya), dan 128
sampel memiliki kognitif domain verbal yang normal. Pada pengukuran
kognitif domain performance, terdapat 65 sampel yang mengalami gangguan
dan 128 sampel memiliki nilai kognitif domain performance yang normal.
Hasil test kognitif secara keseluruhan menunjukkan, 67 sampel penelitian
mengalami gangguan kognitif (nilai dibawah rerata) dan 126 sampel memiliki
fungsi kognitif yang normal.
Tidak dijumpai hubungan penurunan fungsi kognitif terhadap jenis
kelamin (p=0.51), usia (0.696), berat badan menurut tinggi badan (p=0.512),
status gizi (p=0.273), pendidikan ayah(p=0.883), pendidikan ibu (p=0.112),
pekerjaan ayah (p=0.332), pekerjaan ibu (p=0.059), penghasilan ayah
(p=0.117), dan penghasilan ibu (p=0.872). Terdapat hubungan antara indeks
massa tubuh terhadap gangguan kognitif (p=0.048), dimana sampel
penelitian yang mengalami gangguan kognitif memiliki indeks massa tubuh
yang lebih tinggi dibandingkan sampel yang memiliki fungsi kognitif normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada
tabel 4.2.
56
40
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif
Variabel
Kognitif
Kognitif
domainFull
domainFull
Scale
Scale
Terganggu
Normal
Jenis kelamin, n
Laki-Laki
27
57
Perempuan
40
69
Usia (Thn), rerata (SB)
14.1 (1.37)
14.0 (1.2)
BB/ TB (%), rerata (SB)
103.3 (15.28)
101.5
(13.39)
Status Gizi, n
Gizi Buruk
0
2
Gizi Kurang
7
23
Gizi Baik
45
70
Overweight
7
20
Obesitas
8
11
Indeks Massa Tubuh (kg/m2), rerata
19.0 (3.03)
18.4 (3.46)
(SB)
Pendidikan ayah, n
SD
49
81
SMP
12
27
SMA
6
17
D3
0
1
Pendidikan ibu, n
SD
34
58
SMP
17
40
SMA
5
21
D3
2
5
S1
0
2
Pekerjaan ayah
PNS
8
19
Karyawan Swasta
21
23
Wiraswasta
11
18
Petani/ Nelayan
23
52
Tidak Bekerja
4
14
Pekerjaan ibu
PNS
14
26
Karyawan Swasta
15
16
Wiraswasta
3
18
Petani/ Nelayan
24
56
Tidak Bekerja
11
10
Penghasilan ayah
< 500.000
7
28
500.000 – 1.000.000
34
52
1.000.000 – 3.000.000
26
46
Penghasilan ibu
< 500.000
33
67
500.000 – 1.000.000
25
43
1.000.000 – 3.000.000
9
16

p

0.51

0.696
0.512
0.273

0.048
0.883

0.112

0.332

0.059

0.117

0.872

41
57
Universitas Sumatera Utara

4.4. Hubungan hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif
Sebanyak 193 sampel penelitian, 67 remaja mengalami gangguan
fungsi kognitif (nilai keseluruhan dibawah rerata), 126 remaja memiliki nilai
kognitif yang normal, sehingga proporsi gangguan fungsi kognitif sebesar
34.7%.
Terdapat hubungan antara hipertensi dengan gangguan kognitif
domain verbal (p=0.008), 65 sampel penelitian yang mengalami gangguan
kognitif domain verbal, 26 menderita hipertensi dan 39 tidak menderita
hipertensi, sementara itu 128 sampel penelitian yang memiliki kognitif domain
verbal normal, 28 menderita hipertensi dan 100 tidak menderita hipertensi.
Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif domain verbal dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif domain verbal

Tekanan
Darah

Hipertensi
Nonhipertensi

Total

kognitif domain
verbal
Gangguan Normal
26
28

p

RP

Total
54 0.008 1.716

39

100

139

65

128

193

IK 95%
1.169 –
2.519

Terdapat hubungan antara hipertensi dengan gangguan kognitif
domain performance (p=0.021), 65 sampel penelitian yang mengalami
gangguan kognitif domain performance, 25 menderita hipertensi dan 40 tidak

42
58
Universitas Sumatera Utara

menderita hipertensi, sementara itu 128 sampel penelitian yang memiliki
kognitif domain performance normal, 29 menderita hipertensi dan 99 tidak
menderita hipertensi. Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif domain
performance dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel

4.4.

Hubungan

hipertensi

dengan

gangguan

kognitif

domain

Performance

Tekanan
Darah

Hipertensi
Nonhipertensi

Total

kognitif domain
p
RP
performance
Gangguan Normal Total
25
29
54
0.021 1.609
40

99

139

65

128

193

IK 95%
1.091 –
2.373

Terdapat hubungan antara hipertensi dengan gangguan kognitif
keseluruhan (p=0.005), 67 sampel penelitian yang mengalami gangguan
kognitif keseluruhan, 27 menderita hipertensi dan 40 tidak menderita
hipertensi, sementara itu 126 sampel penelitian yang memiliki nilai kognitif
keseluruhan normal, 29 menderita hipertensi dan 99 tidak menderita
hipertensi. Hubungan hipertensi dengan gangguan kognitif keseluruhan dapat
dilihat pada tabel 4.5.

59
43
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5. Hubungan hipertensi dengan gangguan IQ Keseluruhan

Tekanan
Darah

Hipertensi
Nonhipertensi

Total

Kognitif
p
RP
keseluruhan
Gangguan Normal Total
27
27
54 0.005 1.738
40

99

139

67

126

193

IK 95%
1.196 –
2.524

Hipertensi meningkatkan risiko gangguan fungsi kognitif pada remaja
sebesar satu setengah kali, pada domain verbal (RP=1.176 {IK=1.169 –
2.519}), pada domain performance (RP=1.609 {IK= 1.091 – 2.373}), dan
fungsi kognitif secara keseluruhan (RP=1.378 {IK=1.196 – 2.524}).

60
44
Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, hipertensi meningkatkan insiden gangguan fungsi kognitif
pada remaja sebesar satu setengah kali, pada domain verbal (RP=1.176
{IK=1.169 – 2.519}), pada domain performance (RP=1.609 {IK= 1.091 –
2.373}), dan fungsi kognitif secara keseluruhan (RP=1.378 {IK=1.196 –
2.524}). Kami menggunakan tes WICS-IV (Wechsler Intelligence Scale for
Children-IV) untuk menilai fungsi kognitif pada sampel penelitian.
Hasil ini sama dengan penelitian di Amerika Serikat pada tahun 19881994 oleh The National Health and Nutrition Examination Survey III, remaja
dengan tekanan darah sistolik ataupun diastolik ≥ persentil 90 memiliki hasil
tes kemampuan matematika yang lebih rendah dibandingkan remaja dengan
tekanan darah < persentil 90.8 Penilaian fungsi kognitif remaja dengan
menggunakan Wechsler Intelligence Scale for Children, Revised (WISC-R)
dan Wide Range Achievement Test, Revised (WRAT-R). Penelitian di
Amerika tahun 2009 menunjukkan bahwa remaja dengan hipertensi dan
obesitas

memiliki

gangguan

eksekutif

yang

signifikan

dibandingkan

normotensi, dan remaja dengan hipertensi saja memiliki nilai internalisasi
dan eksternalisasi yang lebih rendah.52 Tools yang digunakan adalah form

45
61
Universitas Sumatera Utara

Behavior Rating Inventory of Executive Function BRIEF yang diisi oleh orang
tua dan fungsi internalisasi dan eksternalisasi menggunakan Child Behavior
Checklist CBCL yang juga diisi oleh orang tua. Penelitian lain tahun 2009 di
Amerika Serikat melaporkan bahwa remaja yang memiliki tekanan darah ≥ 90
persentil memiliki skor performance IQ WASI yang lebih rendah (92,4 vs 96,1;
P=0,03), WASI Full Scale IQ (93,4 vs 97,0; P=0,04). Analisa multivariat
menunjukkan hubungan skor IQ yang rendah dengan peningkatan tekanan
darah memang bermakna (Peningkatan tekanan darah, β=-3,7, 95% CI: -7,3
sampai -0,06; Tekanan darah sistolik, β=-1,16, 95% CI: -2,1 sampai -0,21;
Tekanan darah diastolik, β=-1,17, 95% CI: -1,8 sampai -,055).54 Pemeriksan
neurokognitif terdiri dari: penilaian fungsi intelektual dengan Wechsler
Abbreviated Scales of Intelegence (WASI); penilaian pencapaian akademi
dasar dengan Wechsler Individual Achievement Test-II-Abreviated (WIAT-IIA); regulasi perhatian dengan Conner’s Continuous Performance Test-II
(CPT-II) dan tingkat fungsi eksekutif dengan Behavior Rating Inventory of
Executive Function (Parent BRIEF).
Penelitian di Amerika Serikat tahun 2010 melaporkan bahwa remaja
yang menderita hipertensi primer memiliki prevalensi gangguan belajar yang
lebih tinggi dibandingkan normal, dan cenderung mengalami gangguan
belajar (OR:4,1; 95% CI:1,8 – 9,4).50

62
46
Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian di Republik of
Seychelles pada tahun 2006-2007 menunjukkan tidak ditemukan perbedaan
fungsi kognitif terhadap perbedaan tekanan darah sistolik, diastolik dan mean
arterial pressure (MAP), tetapi penelitian ini tidak membandingkan antara
peningkatan tekanan darah dengan tekanan darah yang normal. 6 Mereka
menggunakan tools Cambridge Neurological Test Automated Battery
(CANTAB), the Woodcock Johnson Test of Scholastic Achievement
(WJTA),the Finger Tapping test (FT) dan the Kaufman Brief Intelligence Test
(K-BIT).
Bukti dari gangguan fungsi kognitif pada remaja dengan hipertensi
masih merupakan hal baru.48 Hipertensi pada remaja masih underdiagnosed
dan pengaruhnya terhadap otak remaja masih belum diperhitungkan secara
keseluruhan.4 Kebanyakan data mengenai pengaruh hipertensi terhadap
sistem saraf remaja berhubungan dengan ensefalopati hipertensi.49
Autoregulasi serebral menjaga aliran darah serebral konstan bila
tekanan rata-rata arteri dalam rentang 60 – 150 mmHg. Pembuluh darah
akan vasokonstriksi untuk memproteksi otak dari hiperperfusi. Jika tekanan
darah sistemik melebihi kemampuan autoregulasi, peningkatan tekanan akan
ditransmisikan kepembuluh darah distal yang menyebabkan kerusakan
dinding vaskular karena stres mekanik. Efek ini akan merusak blood-brain
barrier, menimbulkan ekstravasasi cairan dan produk darah. Kerusakan

63
47
Universitas Sumatera Utara

endotel juga mengaktifkan kaskade koagulasi, dan menyebabkan iskemia
jaringan.4
Hipertensi

mempengaruhi

pembuluh

darah

besar

dan

kecil,

menyebabkan stroke dan defisit kognitif. Gangguan pembuluh darah besar
meningkatkan kejadian aterosklerosis, penebalan arteri dan perubahan
dinding pembuluh darah yang menyebabkan lesi fokal pada otak, yang
mengakibatkan kehilangan jaringan otak. Gangguan pembuluh darah kecil
berupa remodelling vaskular, abnormalitas endotel dan gangguan regulasi
aliran serebral.4 Hipertensi kronis menyebabkan pengurangan daya ingat
untuk memori jangka pendek, temper tantrum, gangguan tidur, kelelahan,
dan kehilangan konsentrasi dan berkaitan dengan meningkatnya kejadian
ADHD, ODD, depresi dan kecemasan, hal ini akan menimbulkan gangguan
belajar dan akhirnya gangguan kognitif.4,49
Penelitian di Hungaria tahun 2006 melaporkan bahwa remaja yang
hipertensi memiliki kecepatan aliran darah yang lebih tinggi saat istirahat dan
setelah tes hiperventilasi (sistolik dengan P