Hubungan Antara Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Tekanan Nadi Dan Tekanan Arteri Rata-Rata Dengan Fungsi Kognitif Pada Usia Lima Puluh Tahun Ke Atas

(1)

TESIS

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK,

TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI

DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA

DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA

USIA LIMA PULUH TAHUN

KE ATAS

Oleh

TOETY MARIA SIMANJUNTAK

NIM: 117112004

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU /

RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

2014


(2)

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK,

TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI

DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN

FUNGSI KOGNITIF PADA USIA DI ATAS

LIMA PULUH TAHUN

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis Neurologi Pada Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

TOETY MARIA SIMANJUNTAK

NIM: 117112004

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU /

RSUP.H. ADAM MALIK

MEDAN

2014


(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK,

TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI

DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN

FUNGSI KOGNITIF PADA USIA DI ATAS

LIMA PULUH TAHUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 11 November 2014


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK, TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA USIA LIMA PULUH TAHUN KE ATAS. Nama Mahasiswa : TOETY MARIA SIMANJUNTAK

No. Induk Mahasiswa : 117112004

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik Spesialis Neurologi

Menyetujui

Ketua Komisi Pembimbing

Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K) NIP. 19470930 197902 1 001

Mengetahui/Mengesahkan Program Magister Kedokteran Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sekretaris Program Studi

dr. Murniati Manik, MSc, SpKK,SpGK NIP. 19530719 198003 2 001

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH NIP. 19540220 198011 1 001


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH SISTOLIK, TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TEKANAN NADI DAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA USIA DI ATAS LIMA PULUH TAHUN. Nama : TOETY MARIA SIMANJUNTAK

NIM : 117112004

Program Studi : Ilmu Penyakit Saraf

Menyetujui

Pembimbing I : dr. Aldy S. Rambe, SpS(K) ……...

Pembimbing II : dr. Kiki M. Iqbal SpS ……...

Mengetahui / mengesahkan

Ketua Departemen Studi / SMF Ketua Program Studi / SMF Ilmu Penyakit Saraf Ilmu Penyakit Saraf

FK-USU/ RSUP HAM Medan FK-USU/ RSUP HAM Medan

dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K) NIP. 19530916 198203 1 003 NIP. 19530601 198103 1 004


(6)

Telah diuji pada

Tanggal: 11 November 2014

PANITIA TESIS MAGISTER

1. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K) 2. Prof. Dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)

3. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S ( PENGUJI ) 4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)

5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) ( PENGUJI ) 6. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) ( PENGUJI ) 7. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K)

8. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S 9. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S

11. Dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S 12. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S 13. Dr. Aida Fithrie, Sp.S

14. Dr. Irina Kemala Nasution, M.Ked (Neu), Sp.S 15. Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S

16. Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked (Neu), Sp.S 17. Dr. RAD. Pujiastuti, M.Ked (Neu), Sp.S


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan kasihNya yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan tesis magister kedokteran klinik ini.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program magister kedokteran klinik pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), selaku Guru Besar Tetap Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

3. Prof. Dr. Darulkutni Nasution SpS, selaku Guru Besar Tetap Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(8)

5. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K), Ketua Program Studi Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara disaat penulis melakukan penelitian dan saat tesis ini selesai disusun yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) dan dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S selaku pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

7. Guru-guru penulis: Prof. dr. Darulkutni Nasution, SpS (K); dr. Darlan Djali Chan, Sp.S, dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K); dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S; dr. Khairul P. Surbakti, SpS; dr.Cut Aria Arina Sp.S; dr. Alfansuri Kadri SpS; dr. Aida Fithrie, Sp.S; dr. Irina Kemala Nasution, Mked (Neu), Sp.S; dr.Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S; dr.Fasihah Irfani Fitri, M.Ked(Neu), Sp.S; dr. RAD Pujiastuti , Mked(Neu), SpS; dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), SpS; dan guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik. 9. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

10. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, teristimewa kepada teman–teman seangkatan (dr. Artisya Fajriani, dr. Anita Prisca Dormida, dr.Rizky Syafria, dr. Sesmi Betris, dr.Rita Magda Helena).

11. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu


(9)

persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf. 12. Semua pasien yang berobat ke Departemen Neurologi RSUP H. Adam

Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan yang telah bersedia berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini

13. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya, P.E. Simanjuntak ,S.H, MH, dan Krista br Parhusip, SmHK, yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan ini sampai selesai.

14. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. 15. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan

satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 11 November 2014


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : dr. Toety Maria Simanjuntak Tempat / tanggal lahir : Batu Sangkar, 29 Maret 1978

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : P.E. Simanjuntak, SH, MH Nama Ibu : Krista Parhusip, SmHK

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Methodist Binjai, tamat tahun 1991.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bengkalis, Riau tamat tahun 1994.

3. Sekolah Menengah Umum di SMU. Negeri 1 Bengkalis, Riau tamat tahun 1997.

4. Fakultas Kedokteran di Universitas Methodist Indonesia, Medan tamat tahun 2004.

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2008 s/d sekarang : Dokter PNS DEPHAN di Rumkit Tk. II Putri Hijau / Kesdam I BB Medan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMBANG... . xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

Abstrak... . xviii

Abstract... . xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang………. ... 1

I.2. Perumusan Masalah……….. ... 5

I.3. Tujuan Penulisan……… ... 5

I.3.1. Tujuan Umum……… ... 6

I.3.2. Tujuan Khusus……….. ... 6

I.4. Hipotesis……… ... 7

I.5. Manfaat Penelitian... 7

I.5.1. Manfaat Penelitian untuk Penelitian………. ... 7

I.5.2. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan……... ... 7

I.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

II.1. FUNGSI KOGNITIF ... 9

II.1.1. Definisi ... 9

II.1.2. Domain Fungsi Kognitif ... 9

II.1.3. Anatomi Fungsi Kognitif ... 13

II.1.4. Tes Untuk Menilai Fungsi Kognitif ... 16

II.1.4.1. MMSE ... 16

II.1.4.2. CDT ... 21

II.2. TEKANAN DARAH ... 22

II.2.1. Pengertian Tekanan Darah ... 22

II.2.2. Faktor-faktor yang Menentukan Tekanan Darah ... 22

II.2.3. Jenis-jenis Tekanan Darah ... 23

II.2.4.Tekanan Darah Sistolik ... 25

II.2.5. Tekanan Darah Diastolik ... 26

II.2.6. Tekanan Nadi ... 27

II.2.7. Tekanan Arteri Rata-Rata ... 32

II.3. HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF ... 34

II.4. HUBUNGAN TEKANAN DARAH DIASTOLIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF ... 37

II.5. HUBUNGAN TEKANAN NADI DENGAN FUNGSI KOGNITIF ... 39


(12)

II.6. HUBUNGAN TEKANAN ARTERI RATA-RATA DENGAN

FUNGSI KOGNITIF ... ... 41

II.6. KERANGKA TEORI ... 43

II.6. KERANGKA KONSEP ... 44

BAB III METODE PENELITIAN………...... 45

III.1. TEMPAT DAN WAKTU………... 45

III.2. SUBYEK PENELITIAN………... 45

III.2.1. Populasi Sasaran………... 45

III.2.2. Populasi Terjangkau………... 45

III.2.3. Besar Sampel………... 46

III.2.4. Kriteria Inklusi………... 46

III.2.5. Kriteria Eksklusi………... 46

III.3. BATASAN OPERASIONAL………... 47

III.4. RANCANGAN PENELITIAN ………... 50

III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN………... 50

III.5.1. Instrumen………... 50

III.5.2. Pengambilan Sampel ………... 51

III.5.3. Kerangka Operasional………... 52

III.5.4. Variabel yang Diamati………... 52

III.5.5. Analisa Statistik………... 53

III.5.6. Jadwal Penelitian………... 54

III.5.7. Biaya Penelitian………... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

IV.1 HASIL PENELITIAN ... 56

IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 56

IV.1.2. Hubungan antara Tekanan Darah Sistolik dengan MMSE... 56

IV.1.3. Hubungan antara Tekanan Darah Diastolik dengan MMSE... 59

IV.1.4. Hubungan antara Tekanan Nadi dengan MMSE... 60

IV.1.5. Hubungan antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan MMSE... 60

IV.1.6. Hubungan antara Tekanan Darah Sistolik dengan CDT... 61

IV.1.7. Hubungan antara Tekanan Darah Diastolik dengan CDT.... 62

IV.1.8. Hubungan antara Tekanan Nadi dengan CDT.... 62

IV.1.9. Hubungan antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan CDT... 63

IV.1.10. Rerata Nilai MMSE dan CDT... 64

IV.1.11. Distribusi Rerata Nilai MMSE berdasarkan Variabel ... 64

IV.1.11. Distribusi Rerata Nilai CDT berdasarkan Variabel ... 68

IV.1.12. Distribusi Nilai MMSE berdasarkan Variabel ... 69


(13)

IV.1.11. Distribusi Nilai CDT berdasarkan

Variabel ... 77

IV.2. PEMBAHASAN... 82

IV.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian... 82

IV.2.2. Hubungan antara Tekanan Darah Sistolik dengan Fungsi ognitif... 84

IV.2.3. Hubungan antara Tekanan Darah Diastolik dengan Fungsi Kognitif... 85

IV.2.4. Hubungan antara Tekanan Nadi dengan Fungsi Kognitif... 86

IV.2.5. Hubungan antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan Fungsi Kognitif... 88

IV.2.6. Distribusi Rerata Nilai MMSE berdasarkan Variabel... 90

IV.2.7. Distribusi Rerata Nilai CDT berdasarkan Variabel... 93

IV.2.8. Keterbatasan Penelitian... 96

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

V.1. KESIMPULAN ... 97

V.2. SARAN ... 99

DAFTAR PUSTAKA... 100 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AAN : American Academy of Neurology

CDT : Clock Drawing Test

FK-USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara JNC-7 : The Seventh Report Of The Joint National Committee

mmHg : millimeter merkuri

MMSE : Mini Mental State Examination MRI : Magnetic Resonance Imaging

NHLBI : National Heart Lung and Blood Institute NIH : National Institute of Health

RS : Rumah Sakit

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS : Statistical Product and Science Service

WHO : World Health Organization


(15)

DAFTAR LAMBANG

α : alfa

β : beta

n : Besar sampel

r : Koefisien korelasi

Zα : Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,05) yang

telah ditentukan  1,96

Zβ : Nilai baku berdasarkan nilai β (0,20) yang ditentukan

oleh peneliti  0,842


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Median MMSE... 17

Tabel 2 Nilai MMSE berdasarkan Usia dan Pendidikan ... 19

Tabel 3 Klasifikasi Tekanan Darah... 24

Tabel 4 Karakteristik Subjek Penelitian ... 58

Tabel 5 Hubungan Antara Tekanan Darah Sistolik dengan MMSE... 59

Tabel 6 Hubungan Antara Tekanan Darah Dastolik dengan MMSE.. 60

Tabel 7 Hubungan Antara Tekanan Nadi dengan MMSE ... 60

Tabel 8 Hubungan Antara Tekanan Arteri Rata-Rata dengan MMSE. 61 Tabel 9 Hubungan Antara Tekanan Darah Sistolik dengan CDT.... 61

Tabel 10 Hubungan Antara Tekanan Darah Diastolik dengan CDT.... 62

Tabel 11 Hubungan Antara Tekanan Nadi dengan CDT... 63

Tabel 12 Hubungan dengan Arteri Rata-Rata dengan CDT... 63

Tabel 13 Rerata Nilai MMSE dan CDT..... 64

Tabel 14 Distribusi Rerata Nilai MMSE berdasarkan Variabel... 67

Tabel 15 Distribusi Rerata Nilai CDT berdasarkan Variabel... 71

Tabel 16 Distribusi Nilai MMSE berdasarkan Variabel ... 76


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Hubungan Antara Perubahan Volume Aorta Dan Tekanan Nadi Aorta... 29 GAMBAR 2 Skema Diagram Yang Menggambarkan Konsep Hubungan

Antara Tekanan nadi dan Atherosklerosis ... 31


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 2 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

LAMPIRAN 3 LEMBAR PENGUMPULAN DATA

LAMPIRAN 4 NILAI SKOR MINI MENTAL STATE EXAMINATION

LAMPIRAN 5 CLOCK DRAWING TEST ( CDT )

LAMPIRAN 6 SKALA DEPRESI GERIATRIK LAMPIRAN 7 DATA DASAR PENELITIAN


(19)

ABSTRAK

Latar Belakang : Peningkatan dan penurunan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata pada usia pertengahan berhubungan dengan peningkatan resiko penurunan fungsi kognitif di kemudian hari.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan subjek 130

orang pada usia ≥ 50 tahun di Poli Umum Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. Semua peserta diukur tekanan darahnya kemudian diukur fungsi kognitifnya menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT).

Hasil : Dari 130 orang subjek terdiri dari 51orang laki-laki (39,2%) dan 79 orang perempuan (60,8%). Hubungan tekanan darah sistolik dengan MMSE

(r=-0,203, p=0,021) dan CDT (r=-0,221 p=0,012). Hubungan tekanan darah diastolik dengan MMSE (r= 0,037, p=0,677) dan CDT (r= 0,039, p=0,663).

Hubungan tekanan nadi dengan MMSE (r= -0,212, p=0,015) dan CDT

(r= -0,250 p= 0,004). Hubungan tekanan arteri rata-rata dengan MMSE (r= -0,180, p=0,040) dan CDT (r= -0,175 dan p= 0,047)

Kesimpulan :. Hubungan tekanan darah sistolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata memiliki korelasi negatif yang signifikan terhadap fungsi kognitif (p <0,05). Namun pada tekanan darah diastolik memiliki korelasi positif yang tidak signifikan terhadap fungsi kognitif.

Kata Kunci : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test;


(20)

ABSTRACT

Background : Elevated and decreased systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure in midlife were associated with increased risk for cognitive function impairment later in life.

Objective : The purpose of this study is to know the associations between systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure with cognitive function in people older than fifty years old.

Methods : This study was a cross-sectional study with 130 subjects at ≥ 50 years old in Department Neurology of Haji Adam Malik General Hospital and Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. All participants were measured their blood pressure and then their cognitive function was measured using the Mini Mental State Examination (MMSE) and Clock Drawing Test (CDT).

Results : From 130 subjects consisted of 51 men (39,2%) and 79 women (60,8%). The correlation systolic blood pressure with MMS (r= -0,203, p=0,021) and CDT (r=-0,221, p=0,012). The correlation dyastolic blood pressure with MMSE (r= 0,037, p=0,218) and CDT (r = 0,039, p=0,663). The correlation pulse pressure with MMSE (r = -0,212, p=0,015) and CDT (r = -0,250, p=0,004). The correlation mean arterial pressure with MMSE (r =-0,180, p=0,040) and CDT (r = -0,174 and p= 0,047).

Conclusion :The correlation of systolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure had a significant negative correlation to cognitive function (p<0,05). Whereas, the dyastolic blood pressure had positive correlation which no significant to cognitive function.

Keywords : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test


(21)

ABSTRAK

Latar Belakang : Peningkatan dan penurunan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata pada usia pertengahan berhubungan dengan peningkatan resiko penurunan fungsi kognitif di kemudian hari.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan subjek 130

orang pada usia ≥ 50 tahun di Poli Umum Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. Semua peserta diukur tekanan darahnya kemudian diukur fungsi kognitifnya menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT).

Hasil : Dari 130 orang subjek terdiri dari 51orang laki-laki (39,2%) dan 79 orang perempuan (60,8%). Hubungan tekanan darah sistolik dengan MMSE

(r=-0,203, p=0,021) dan CDT (r=-0,221 p=0,012). Hubungan tekanan darah diastolik dengan MMSE (r= 0,037, p=0,677) dan CDT (r= 0,039, p=0,663).

Hubungan tekanan nadi dengan MMSE (r= -0,212, p=0,015) dan CDT

(r= -0,250 p= 0,004). Hubungan tekanan arteri rata-rata dengan MMSE (r= -0,180, p=0,040) dan CDT (r= -0,175 dan p= 0,047)

Kesimpulan :. Hubungan tekanan darah sistolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata memiliki korelasi negatif yang signifikan terhadap fungsi kognitif (p <0,05). Namun pada tekanan darah diastolik memiliki korelasi positif yang tidak signifikan terhadap fungsi kognitif.

Kata Kunci : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test;


(22)

ABSTRACT

Background : Elevated and decreased systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure in midlife were associated with increased risk for cognitive function impairment later in life.

Objective : The purpose of this study is to know the associations between systolic blood pressure, dyastolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure with cognitive function in people older than fifty years old.

Methods : This study was a cross-sectional study with 130 subjects at ≥ 50 years old in Department Neurology of Haji Adam Malik General Hospital and Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan. All participants were measured their blood pressure and then their cognitive function was measured using the Mini Mental State Examination (MMSE) and Clock Drawing Test (CDT).

Results : From 130 subjects consisted of 51 men (39,2%) and 79 women (60,8%). The correlation systolic blood pressure with MMS (r= -0,203, p=0,021) and CDT (r=-0,221, p=0,012). The correlation dyastolic blood pressure with MMSE (r= 0,037, p=0,218) and CDT (r = 0,039, p=0,663). The correlation pulse pressure with MMSE (r = -0,212, p=0,015) and CDT (r = -0,250, p=0,004). The correlation mean arterial pressure with MMSE (r =-0,180, p=0,040) and CDT (r = -0,174 and p= 0,047).

Conclusion :The correlation of systolic blood pressure, pulse pressure and mean arterial pressure had a significant negative correlation to cognitive function (p<0,05). Whereas, the dyastolic blood pressure had positive correlation which no significant to cognitive function.

Keywords : Mini Mental State Examination (MMSE); Clock Drawing Test


(23)

BAB I PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Penelitian Swan GE, dkk (1998) adalah yang pertama menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik berhubungan dengan perubahan pada 10 tahun kemudian terhadap fungsi kognitifnya. Pada analisis ini diamati bahwa kelompok dengan tekanan darah sistolik tertinggi pada usia pertengahan memiliki penurunan terbesar dalam kecepatan psikomotor dan mengalami penurunan pada kelancaran bicara selama pengamatan dalam 10 tahun. Hasil ini konsisten dengan banyak penyelidikan sebelumnya. Penelitian ini juga yang pertama menunjukkan hubungan antara tekanan darah sistolik pada usia pertengahan dan morfologi otak. Pada penelitian ini, peningkatan tekanan darah sistolik berhubungan dengan volume otak yang lebih kecil dan volume WMHIs (White Matter Hyperintens) yang lebih luas. Hasil ini mendukung temuan dari penelitian

cross-sectional sebelumnya dan menunjukkan peningkatan tekanan darah sistolik yang berkelanjutan memiliki pengaruh yang dapat diukur pada karakteristik otak. Fakta bahwa kehidupan di kemudian hari berhubungan dengan efek penurunan kognitif dari peningkatan takanan darah sistolik


(24)

Menurut penelitian Kivipelto dkk (2000) dalam penelitiannya menghubungkan tekanan darah sistolik di usia pertengahan dengan gangguan fungsi kognitif. Penelitian yang dilakukan secara cross sectional

ini mendapatkan bahwa tekanan darah sistolik yang meningkat berisiko terhadap terjadinya penyakit Alzheimer, tetapi tidak pada tekanan darah diastolik.

Hubungan tekanan darah sistolik dengan fungsi kognitif yang dinilai dengan Mini Mental State Examination (MMSE) pada masyarakat Swedia terhadap 1.736 orang yang berusia 75-101 tahun dengan usia, jenis kelamin, pendidikan, penggunaan obat antihipertensi, penyakit jantung, dan stroke dianggap sebagai kovariat, menemukan bahwa individu dengan tekanan darah sistolik awal kurang dari 130 mmHg memiliki OR 1,88 (p = 0,05) pada follow-up terhadap penurunan fungsi kognitif (MMSE skor < 24) dibandingkan dengan mereka yang tekanan sistolik adalah 130-159 mmHg. Peningkatan resiko namun secara statistik tidak signifikan terhadap penurunan kognitif dihubungkan dengan tekanan darah tinggi (tekanan sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan diastolik ≥95 mmHg). Hasil ini mungkin mendukung pandangan bahwa tingkat tekanan darah tertentu, terutama tekanan sistolik minimal 130 mmHg penting untuk pemeliharaan fungsi kognitif pada usia tua. Mereka juga menyebutkan bahwa hipertensi berat yang tidak terkontrol dengan baik (tekanan sistolik >180 mmHg atau tekanan diastolik >95 mmHg) masih ancaman bagi fungsi kognitif pada kelompok usia ini. (Guo Z. dkk, 1997)


(25)

Penelitian Yasar S dkk (2011) mengevaluasi efek peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan nadi pada kemampuan kognitif pada wanita usia 70-80 tahun, hasil penelitian menunjukkan pada wanita yang berusia 76-80 tahun memiliki fungsi kognitif yang terganggu pada

peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan nadi ≥ 84 mmHg.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa demensia berhubungan

dengan atherosclerosis, penyakit jantung, dan penyakit serebrovaskular. Peningkatan tekanan nadi pada orang tua yang merupakan hasil dari

peningkatan tekanan darah sistolik dan penurunan tekanan darah diastolik, menyebabkan terjadinya peningkatan arterial stiffness atau

atherosclerosis yang luas. Oleh karena itu, peningkatan tekanan nadi dapat dihubungkan dengan demensia melalui perubahan patologis ini. (Van Popele NM. dkk, 2001)

Pada saat tekanan darah sistolik terus meningkat sementara tekanan darah diastolik menurun, mengakibatkan peningkatan drastis pada tekanan nadi dan tekanan nadi yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko untuk penyakit Alzheimer dan demensia pada orang dewasa tua, yang terjadi karena arterial stiffness dan atherosclerosis yang luas. (Qiu C. dkk, 2003)

Tekanan darah sistolik yang tinggi dan tekanan nadi yang lebih tinggi dihubungkan dengan fungsi kognitif lebih buruk daripada tekanan darah normal pada usia 70- 80 tahun. Tidak ada hubungan negatif yang


(26)

signifikan terlihat pada peserta berusia 60 sampai 69 tahun. Temuan paling penting dari studi ini adalah bahwa tekanan darah tinggi, dan tekanan nadi berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk daripada tekanan darah normal. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah yang optimal (tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg) berhubungan dengan fungsi kognitif yang terbaik. Hubungan ini tidak berhubungan dengan jenis kelamin, suku, pendidikan, pendapatan, dan riwayat stroke dan tidak signifikan berubah dengan kontribusi penggunaan obat, indeks massa tubuh, atau aktivitas fisik. (Obisesan TO dkk, 2008)

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tekanan nadi merupakan suatu penanda dari keutuhan pembuluh darah yang berhubungan dengan kerusakan mikrovaskuler otak dan penurunan kognitif yang dihubungkan dengan usia. Penelitian ini meneliti hubungan antara tekanan nadi dan kognitif dalam sampel dewasa sehat yang lebih tua. Seratus sembilan peserta dievaluasi neurologis dan neuropsikologis. Analisis regresi digunakan untuk menguji hubungan antara tekanan nadi yang merupakan tekanan darah sistolik dikurang dengan tekanan darah diastolik darah, usia, dan kognitif. Hasil menunjukkan bahwa kenaikan tekanan nadi dapat ditambahkan sebagai risiko penurunan kognitif global dan penurunan tertentu dalam kemampuan bahasa. (Nation D.A. dkk, 2010)


(27)

Menurut penelitian Kilander L dkk (1998) bahwa tekanan darah diastolik yang tinggi pada pemeriksaan awal di usia 50 tahun adalah berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada 20 tahun kemudian. Pengukuran cross sectional pada usia 70 tahun menunjukkan bahwa tekanan darah diastolik yang tinggi, resistensi insulin dan diabetes semuanya berhubungan dengan fungsi kognitif yang rendah. Hubungan antara hipertensi dan gangguan kognitif paling banyak terdapat pada pria dengan tanpa pengobatan antihipertensi. Tekanan darah yang tinggi merupakan prediktor independen penyakit serebrovaskular. Mereka menyimpulkan bahwa hipertensi berkontribusi terhadap gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.

Tekanan nadi dihubungkan dengan risiko lebih besar kejadian kardiovaskuler dan ditemukan berhubungan dengan demensia dan penurunan kognitif dalam kehidupan di kemudian hari, tetapi hanya sedikit yang telah melaporkan tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata pada usia pertengahan dalam hubungannya dengan hasil kognitif di kemudian hari. (Taylor C. dkk, 2013)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:


(28)

Apakah terdapat hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan: 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas. 1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah diastolik dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan nadi dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan antara tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.5 Untuk mengetahui nilai rerata MMSE pada usia lima puluh tahun ke atas.

1.3.2.6 Untuk mengetahui nilai rerata CDT pada usia lima puluh tahun ke atas.


(29)

1.3.2.7 Untuk mengetahui karakteristik demografi sampel usia lima puluh tahun ke atas yang berobat di Poli Umum Departemen Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Karya Kasih Medan.

I.4. Hipotesis

Ada hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas.

I.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Penelitian untuk Peneliti

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kewajiban pada Program Pendidikan Dokter Spesialis di bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

1.5.2. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuan tentang hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.


(30)

1.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat

Dengan mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi dan tekanan arteri rata-rata dengan fungsi kognitif pada usia lima puluh tahun ke atas, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan bagi penderita yang memiliki faktor resiko untuk mengalami gangguan fungsi kognitif.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. FUNGSI KOGNITIF II.1.1. Definisi

Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar, seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi dan melakukan evaluasi (Strub dkk., 2000)

II.1.2. Domain Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif terdiri dari: (Modul Neurobehaviour PERDOSSI, 2008)

a. Atensi

Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu stimulus dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara batang otak, aktivitas limbik dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk fokus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan atensi dan konsentrasi akan


(32)

mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.

b. Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter yaitu :

1. Kelancaran

Kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara spontan.

2. Pemahaman

Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

3. Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.

4. Penamaan

Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya.


(33)

Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinikus untuk mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik antara sindrom afasia dengan lesi

neuroanatomi.

c. Memori

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyediaan informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan recall, yaitu:

1. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat (attention).

2. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan, bahkan tahun.

3. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahun-tahun bahkan seusia hidup.

Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Amnesia secara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan mempelajari materi baru setelah brain insult disebut amnesia anterograd. Amnesia retrograd merujuk pada amnesia yang terjadi sebelum brain insult. Hampir semua


(34)

pasien demensia menunjukkan masalah memori pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering mengalami kesulitan memori. Amnesia psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai defek pada recent memory.

d. Visuospasial

Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misal: lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan.

e. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila sirkuit frontal-subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi eksekutif menjadi 4 komponen yaitu volition

(kemauan), planning (perencanaan), purposive actio (bertujuan),

effective performance (pelaksanaan yang efektif). Bila terjadi gangguan fungsi eksekutif, maka gejala yang muncul sesuai keempat komponen di atas. (Sidiarto L.D., Kusumoputro S.,2003)


(35)

II.1.3. Anatomi Fungsi Kognitif

Masing-masing domain kognitif tidak dapat berjalan sendiri-sendiri dalam menjalankan fungsinya, tetapi sebagai satu kesatuan, yang disebut sistem limbik. Sistem limbik terdiri dari amygdala, hipokampus, nucleus talamik anterior, girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus dan korpus mamilare. Alveus, fimbria, forniks, traktus mammilotalmikus dan striae terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini. (Waxman S.G; 2007)

Peran sentral sistem limbik meliputi memori, pembelajaran, motivasi, emosi, fungsi neuroendokrin dan aktivitas otonom. Struktur otak berikut ini merupakan bagian dari sistem limbik:

1. Amygdala, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada hemisfer kiri predominan untuk belajar emosi pada saat sadar.

2. Hipokampus, terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang, pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses pembelajaran.

3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial. 4. Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan

darah dan kognitif yaitu atensi.

5. Forniks, membawa sinyal dari hipokampus ke mammillary bodies dan septal nuclei. Forniks berperan dalam memori dan pembelajaran.


(36)

6. Hipothalamus, berfungsi mengatur sistem saraf otonom melalui produksi dan pelepasan hormon, tekanan darah, denyut jantung, lapar, haus, libido, dan siklus tidur/bangun, perubahan memori baru menjadi memori jangka panjang.

7. Thalamus ialah kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon membentuk dinding lateral ventrikel tiga. Fungsi thalamus sebagai pusat hantaran rangsang indra dari perifer ke koteks serebri. Dengan kata lain, thalamus merupakan pusat pengaturan fungsi kognitif di otak/ sebagi stasiun relay ke korteks serebri.

8. Mammillary bodies, berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran.

9. Girus dentatus, berperan dalam meori baru dan mengatur kebahagiaan.

10. Korteks enthorinal, penting dalam memori dan merupakan komponen

asosiasi. (Markam S., 2003, Devisnsky O., D‘Esposito M., 2004)

Sedangkan lobus otak yang berperan dalam fungsi kognitif antara lain:

1. Lobus frontalis.

Pada lobus frontalis mengatur motorik, prilaku, kepribadian, bahasa, memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisa dan sintesis. Sebagian korteks medial lobus frontalis dikaitkan sebagai bagian sistem limbik, karena banyaknya koneksi anatomik dengan struktur sistem limbik dan adanya perubahan emosi bila terjadi kerusakan.


(37)

2. Lobus parietalis

Lobus ini berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visuospasial. Korteks ini menerima stimuli sensorik (input visual, auditori, taktil) dari area sosiasi sekunder. Karena menerima input dari berbagai modalitas sensori sering disebut korteks heteromodal dan mampu membentuk asosiasi sensorik (cross modal association). Sehingga manusia dapat menghubungkan input visual dan menggambarkan apa yang mereka lihat atau pegang.

3. Lobus temporalis

Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi, memori, kategorisasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan visual.

4. Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori dan bahasa. (Markam S., 2003)

II.1.4. Tes Untuk Menilai Fungsi Kognitif

Pemeriksaan fungsi kognitif meliputi pemeriksaan domain-domain kognitif diantaranya atensi, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi eksekutif. Untuk pemeriksaan kelima domain tersebut dapat digunakan pemeriksaan MMSE (atensi, bahasa, memori, visuospasial) dan CDT


(38)

tidak dapat dipisahkan dari MMSE karena CDT melengkapi domain kognitif yang tidak terdapat pada MMSE.

II.1.4.1 Mini Mental State Examination (MMSE)

Sebagai suatu pemeriksaan awal, MMSE adalah test yang paling banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang paling sering dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu. Pemeriksaan MMSE memiliki keunggulan karena waktunya cepat (5-10 menit) dan mudah dikerjakan serta dapat digunakan untuk memonitor perubahan dan perkembangan fungsi kognitif. Dalam pemeriksaan MMSE

terdapat komponen orientasi, registrasi, atensi, kalkulasi, recall/ mengingat kembali, bahasa, dan visuokonstriksi. Sedangkan penilaiannya terdiri dari beberapa hal : penilaian orientasi (misal tahun berapa ?), memori segera dan tertunda dari 3 kata (misal apel, meja, koin), penamaan (misal pensil, televisi), pengulangan ungkapan (misal jika tidak, dan atau tetapi), kemampuan mengikuti perintah sederhana (misal ambil sebuah kertas dengan tangan kanan mu, lipat menjadi dua bagian dan letakkan di lantai),

menulis (misal tulis sebuah kalimat), fungsi visuospasial (menggambarkan kembali gambar segilima berpotongan) dan atensi

(mengeja kata GAMBAR dari belakang). Skor MMSE normal 24-30, bila skor kurang dari 24 mengindikasikan gangguan fungsi kognitif. Namun


(39)

pada individu berpendidikan bila skor MMSE ≤ 27 dicurigai suatu gangguan fungsi kognitif. (Folstein MF. et al., 1975, Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).

Sebuah studi yang dilakukan pada 473 orang sehat yang berumur lebih dari 15 tahun dengan latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang beragam di Medan didapatkan skor median MMSE berdasarkan usia dan lama pendidikan sebagai berikut:(Sjahrir dkk, 2001)

Tabel 1. Skor median MMSE

Median

Lama pendidikan:

0 - 6 tahun 24

7 - 9 tahun 26

10 - 12 tahun 26

> 12 tahun 28

Usia:

< 20 tahun 27

21 - 30 tahun 28

31 - 40 tahun 28

41 - 50 tahun 26

51 - 60 tahun 27

> 60 tahun 21

Dikutip dari: Sjahrir, H., Ritarwan, K., Tarigan, S., Rambe, A.S., Lubis, I.D.,

Bhakti, I. 2001. ―The Mini Mental State Examination in healthy individuals in Medan, Indonesia by age and education level‖. Neurol J Southeast Asia;6:19-22


(40)

Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) ini awalnya dikembangkan untuk skrining demensia, namun sekarang digunakan secara luas untuk pengukuran fungsi kognitif secara umum. Pemeriksaan

Mini Mental State Examination (MMSE) kini adalah instrumen skrining yang paling luas digunakan untuk menilai status kognitif dan status mental pada usia lanjut. (Kochhann dkk, 2009)

Instrumen ini disebut ― mini ― karena hanya fokus pada aspek kognitif

dari fungsi mental dan tidak mencakup pertanyaan tentang mood,

fenomena mental abnormal dan pola pikiran. Mini Mental State Examination (MMSE) ini direkomendasikan sebagai screnning untuk penilaian kognitif global oleh American Academy of Neurology (AAN). (Kochhann dkk, 2010)

Pada penelitian Crum dkk, 1993 secara luas melakukan penelitian terhadap subjek usia 18 sampai 85 tahun terhadap ± 18.000 masyarakat dari lima wilayah metropolitan: New Haven, Baltimore, Durham, St Louis, dan Los Angeles dan didapatkan nilai yang berbeda untuk masing-masing usia dan pendidikan yang berbeda.


(41)

Tabel 2. Nilai MMSE Berdasarkan Usia dan Pendidikan

Educational Level Age (Years)

18-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59

0-4 years N 17 23 41 33 36 28 34 49

Mean 22 25 25 23 23 23 23 22

SD 2.9 2.0 2.4 2.5 2.6 3.7 2.6 2.7 Lower quartile 21 23 23 20 20 20 20 20

Median 23 25 26 24 23 23 22 22

Upper quartile 25 27 28 27 27 26 25 26 5-8 years N 94 83 74 101 100 121 154 208

Mean 27 27 26 26 27 26 27 26

SD 2.7 2.5 1.8 2.8 1.8 2.5 2.4 2.9 Lower quartile 24 25 24 23 25 24 25 25

Median 28 27 26 27 27 27 27 27

Upper quartile 29 29 28 29 29 29 29 29 9-12 years or

high school

diploma N 1326 958 822 668 489 423 462 525

Mean 29 29 29 28 28 28 28 28

SD 2.2 1.3 1.3 1.8 1.9 2.4 2.2 12 Lower quartile 28 28 28 28 28 27 27 27

Median 29 29 29 29 29 29 29 29

Upper quartile 30 30 30 30 30 30 30 30 College experience

or higher

degree N 783 1012 989 641 354 259 220 231

Mean 29 29 29 29 29 29 29 29

SD 1.3 0.9 1.0 1.0 1.7 1.6 1.9 1.5 Lower quartile 29 29 29 29 29 29 28 28

Median 30 30 30 30 30 30 30 29

Upper quartile 30 30 30 30 30 30 30 30 Total N 2220 2076 1926 1443 979 831 870 1013

Mean 29 29 29 29 28 28 28 28

SD 2.0 1.3 1.3 1.8 2.0 2.5 2.4 2.5 Lower quartile 28 28 28 28 27 27 27 26

Median 29 29 29 29 29 29 29 29


(42)

Educational Level Age (Years)

60-64 65-69 70-74 73-79 80-84 >85 Total

0-4 years N 88 126 139 112 105 61 892

Mean 23 22 22 21 20 19 22

SD 1.9 1.9 1.7 2.0 2.2 2.9 2.3

Lower quartile 19 19 19 18 16 15 19

Median 22 22 21 21 19 20 22

Upper quartile 26 25 24 24 23 23 25

Abnormal cutoff 19 18 19 17 16 14

5-8 years N 310 633 533 437 241 134 3223

Mean 26 26 26 25 25 23 26

SD 2.3 1.7 1.8 2.1 1.9 3.3 2 2

Lower quartile 24 24 24 22 22 21 23

Median 27 27 26 26 25 24 26

Upper quartile 29 29 28 28 27 27 28

Abnormal cutoff 22 23 23 21 21 17

9-12 years or high school

diploma N 626 814 550 315 163 99 8240

Mean 28 28 27 27 25 26 28

SD 1.7 1.4 1.6 1.5 2.3 2.0 1.9

Lower quartile 27 27 26 25 23 23 27

Median 28 28 28 27 26 26 29

Upper quartile 30 29 29 29 28 28 30

Abnormal cutoff 25 25 24 24 21 22

College experience or

higher degree N 270 358 255 181 % 52 5701

Mean 29 29 28 28 27 27 29

SD 1.3 1.0 1.6 1.6 0.9 1.3 1.3

Lower quartile 28 28 27 27 26 25 29

Median 29 29 29 28 28 28 29

Upper quartile 30 30 29 29 29 29 30

Abnormal cutoff 26 27 25 25 25 24

Total N 1294 1931 1477 1045 605 346 18.056

Mean 28 27 27 26 25 24 28

SD 2.0 1.6 1.8 2.1 i i 2.9 2.0

Lower quartile 26 26 24 23 21 21 27

Median 28 28 27 26 25 25 29

Upper quartile 29 29 29 28 28 28 30

Abnormal cutoff 24 24 24 22 21 19

Dikutip dari: Crum, R. M., Anthony, J. C., Bassett, S. S., & Folstein, M. F. (1993). Population-based norms for the Mini-Mental State Examination by age and educational level. Journal of the American Medical Association, 269, 2386– 2391.


(43)

II.1.4.2. Clock Drawing Test (CDT)

Pemeriksaan CDT dapat digunakan untuk penilaian beberapa fungsi kognitif diantaranya visuokonstriksi, orientasi, konsep waktu, visuospasial, memori, komprehensi auditorik, dan yang paling penting untuk menilai fungsi eksekutif. Pemeriksaan CDT ini juga mempunyai unsur kemampuan motorik dimana subjek diminta menggambar jam dinding lengkap dengan angka-angkanya dan menggambarkan jarum jam

yang menunjukkan pukul ― sebelas lewat sepuluh menit ―. Ada empat

komponen yang dinilai yaitu menggambar lingkaran tertutup (skor 1), meletakkan angka-angka dalam posisi yang benar (skor 1), ke-12 angka lengkap (skor 1), dan meletakkan jarum-jarum pada posisi yang tepat (skor 1). Seseorang dengan fungsi eksekutif yang normal mempunyai skor total 4 dan bila tidak normal skornya kurang dari 4. Skor yang kurang dari 4 perlu evaluasi fungsi kognitif lebih lanjut. (Britt- Marie S., Eva E., Sojka P., 2007)

Korelasi antara CDT dengan instrumen dengan instrumen skrining

lainnya, termasuk ‗ gold standartMMSE, dilaporkan baik dalam beberapa penelitian. (Pinto E. dkk, 2009)

Berbagai penelitian yang menilai akurasi CDT pada scrining demensia menunjukkan bahwa CDT dapat membedakan secara akurat antara orang normal dengan pasien yang menunjukkan gangguan kognitif ringan. (Aprahamian I. dkk, 2009)


(44)

II. 2 TEKANAN DARAH

II.2.1. Pengertian tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. ( Ronny dkk, 2010 ).

II.2.2. Faktor-faktor yang Menentukan Tekanan Darah

Ada lima faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu: curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri. Curah jantung dan tahanan pembuluh darah mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap tekanan darah. ( Adams, 2005 )

Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi.

Tekanan darah = Curah Jantung x Tahanan tepi

Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan tahanan terbesar pada aliran darah. Kapiler


(45)

merupakan pembuluh darah yang jauh lebih kecil dari arteriol, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang lebih besar dibanding sebuah arteriol, terdapat sejumlah besar kapiler yang tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah lintasan alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan oleh arteriole ( Green, 2008 ).

II.2.3. Jenis- jenis Tekanan Darah

Terdapat tiga jenis tekanan darah, yaitu: a. Tekanan Darah Normal

Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistoliknya 120-140 mmHg manakala tekanan diastoliknya 80-90 mmHg menurut World Health Organization (WHO). Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) dari National Institute of Health (NIH), mendefinisikan tekanan darah normal adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg.

b. Tekanan Darah Rendah ( Hipotensi )

Hipotensi adalah tekanan darah di bawah 90/ 60 mmHg (National Heart , Lung and Blood Institute, 2010)


(46)

c. Tekanan Darah Tinggi ( Hipertensi )

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI, 2010) , hipertensi adalah suatu keadaan apabila tekanan darahnya melebihi normal, yaitu tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih tinggi manakala tekanan tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih tinggi.

Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hiperetensi derajat 2.

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Sistolik Diastolik

Normal Prehipertensi Hipertensi stage 1 Hiperetensi stage 2

< 120 120-139 140-159

≥ 160

< 80 80-89 90-99

≥ 100

Sumber: The Seventh Report Of The Joint National Commitee On Prevention, Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Pressure ( JNC ) ( 2003 )


(47)

II.2.4. Tekanan Darah Sistolik

Tekanan darah sistolik adalah tekanan tertinggi yang terjadi selama ejeksi jantung dan merupakan denyut nadi Korotkov I yaitu suara denyut nadi mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan mengeras setelah tekanan diturunkan 10- 5 mmHg. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009; Adams, 2005)

Aliran keluar darah dari ventrikel terjadi sewaktu sistolik. Proses-proses berikut terjadi selama sistolik: (Guyton & Hall, 2010)

Pada awal sistolik terjadi kontraksi ventrikel, katup mitralis dan trikuspidalis A-V menutup. Otot ventrikel pada mulanya hanya sedikit memendek dan tekanan di ventrikel mulai meningkat secara tajam sewaktu miokardium menekan darah di dalam ventrikel. Tidak ada aliran darah keluar yang terjadi selama 0,2 sampai 0,3 detik pertama kontraksi ventrikel ( periode kontraksi isovolemik).

Ketika tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta sebesar sekitar 80 mmHg dan tekanan ventrikel kanan melebihi tekanan arteri pulmonalis sebesar sekitar 8 ``mmHg, katup aorta dan pulmonalis membuka. Terjadi aliran darah keluar dari ventrikel, dan ini dinamai periode ejeksi

Sebagian besar ejeksi darah terjadi selama bagian awal periode ini (periode ejeksi cepat)


(48)

Periode ini diikuti oleh ejeksi lambat. Selama periode ini, tekanan aorta mungkin sedikit lebih besar daripada tekanan ventrikel karena momentum darah yang meninggalkan ventrikel diubah menjadi tekanan di aorta, yang sedikit meningkatkan tekanannya.

Selama periode terakhir tekanan sistolik ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, katup aorta dan pulmonalis menutup pada saat ini.

II.2.5. Tekanan Darah Diastolik

Tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi selama ejeksi jantung dan merupakan denyut nadi Korotkof V yaitu titik dimana suara denyut menghilang. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009; Adams, 2005)

Ventrikel terisi oleh darah sewaktu diastolik. Proses-proses berikut terjadi tepat sebelum dan selama diastolik: (Guyton & Hall, 2010 )

Sewaktu sistolik, katup A-V menutup, dan atrium terisi oleh darah.

Pada waktu diastolik terjadi relaksasi isovolemik akibat relaksasi ventrikel. Ketika tekanan ventrikel menurun sehingga


(49)

lebih kecil daripada tekanan atrium, katup mitralis dan trikuspidalis membuka

Tekanan atrium yang lebih tinggi mendorong darah ke dalam ventrikel sewaktu diastolik

Periode pengisian cepat ventrikel terjadi selama sepertiga pertama diastolik dan menghasilkan pengisian terbanyak. Kontraksi atrium terjadi selama sepertiga terakhir diastolik dan berkontribusi sekitar 25 persen dari pengisian ventrikel.

II.2.6. Tekanan Nadi

Tekanan nadi adalah perbedaan atau selisih angka antara tekanan darah sistolik dan diastolik. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009 )

Secara fisiologis, kedua tekanan tersebut meningkat sepanjang hidup karena peningkatan stroke volume dan / atau

peripheral vascular resistance (PVR). Pada usia lanjut, tekanan nadi meningkat dengan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik dan penurunan tekanan darah diastolik karena adanya peningkatan kekakuan arteri. Peningkatan tekanan nadi juga menyebabkan pulse wave velocity (PWV) yang lebih tinggi. Tekanan nadi dan PWV keduanya adalah tanda prognostik penting dari morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Pada orang yang lebih tua, semakin mereka berada pada risiko kejadian


(50)

kardiovaskular, dan tingginya prevalensi dari isolated systolic hypertension disertai dengan tekanan nadi yang lebar tampaknya menjadi salah satu faktor yang paling penting. (

Tekanan nadi merupakan selisih antara tekanan darah sistolik dengan tekanan darah diastolik dimana peningkatan nilai tekanan darah diastolik sampai tekanan darah sistolik ditentukan oleh compliance aorta serta stroke volume ventrikel. Pendekatan secara sederhana dapat digambarkan mengenai compliance aorta yaitu : Compliance aorta = Stroke Volume (SV) / Tekanan nadi (PP). Suatu gambaran penting dari sistem arteri adalah bahwa

compliance tergantung pada kondisi beban awal, sehingga menjadi berkurang pada tekanan yang lebih tinggi. Tekanan nadi bergantung pada ejeksi ventrikel kiri dan sifat dari dinding arteri, yang akan menentukan compliance dan karakteristik transmisi dari sistem arteri. (Anthony M., dkk, 2001)

Pada sistem arteri, aorta memiliki compliance tertinggi sebagian karena proporsi yang relatif lebih besar dari serabut elastin dibandingkan dengan otot polos dan kolagen. Fungsi ini penting untuk mengurangi pulsasi ventrikel kiri, sehingga mengurangi tekanan nadi. Jika saluran pembuluh darah aorta kaku maka terjadi peningkatan tekanan nadi. Pada compliance aorta, saat darah dikeluarkan ke aorta maka dinding aorta berkembang untuk mengakomodasi peningkatan volume darah. Pada saat aorta


(51)

mengembang, peningkatan tekanan ditentukan oleh compliance

aorta pada kisaran volume tertentu. Semakin banyak compliance

aorta, semakin kecil perubahan tekanan selama ejeksi ventrikel ( tekanan nadi lebih kecil) (lihat gambar 1). (Richard E.K., 2011)

Gambar 1. Hubungan antara perubahan volume aorta dan tekanan nadi aorta memiliki compliance normal dan compliance yang rendah. Pada pemberian stroke volume ke aorta, tekanan nadi aorta ditingkatkan ketika compliance berkurang.

Sumber: Richard E.K. Cardiovascular Physiology Concepts.2nd edition ; 2011

Oleh karena itu, compliance aorta merupakan penentu utama bersama dengan stroke volume pada tekanan nadi. Sehingga dapat disimpulkan:

Tingginya compliance aorta (antara lain pada kekakuan aorta yang kurang dan aorta normal) memiliki tekanan nadi


(52)

yang lebih kecil untuk memberikan stroke volume ke dalam aorta daripada aorta yang kaku.

Suatu stroke volume yang lebih besar menghasilkan tekanan nadi yang lebih besar pada setiap compliance yang diberikan.

Compliance aorta menurun sesuai dengan usia karena perubahan struktural, sehingga usia berhubungan dengan peningkatan pada tekanan nadi.

Untuk stroke volume tertentu, compliance menentukan tekanan nadi.

Karena pembuluh darah menampilkan compliance yang dinamis, adanya peningkatan ejeksi ventrikel akan meningkatkan tekanan nadi dibandingkan dengan volume yang sama dikeluarkan dengan kecepatan yang lebih rendah.

Adanya bukti substansial yang menghubungkan tekanan nadi yang tinggi pada outcome kardiovaskular yang buruk, terdapat penelitian tentang mekanisme yang menghubungkan patologi tekanan nadi dengan kardiovaskular. Peningkatan tekanan nadi menginduksi disfungsi endotel yang dinilai pada reaktivitas asetilkolin di pembuluh darah kecil, dan disfungsi endotel tersebut menyebabkan atherosklerosis. Seperti yang telah dibahas, tekanan nadi juga berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri. Penjelasan


(53)

mengenai hubungan antara tekanan nadi dan kardiovaskular terjadi oleh konsep secara dua arah yaitu suatu tekanan nadi yang tinggi adalah penyebab dan akibat dari atherosklerosis (Gambar 2). Jadi, jika terdapat penyumbatan pada pembuluh darah yang terdistribusi secara luas di seluruh sistem arteri, pada tahap presimptomatik, sumbatan pada pembuluh darah tersebut menyebabkan peningkatan arterial stiffness yang luas, ini bisa menyebabkan hubungan yang mendasar antara tekanan nadi dan peristiwa klinis di masa depan. (Anthony M., dkk, 2001)

Gambar 2. Skema diagram yang menggambarkan konsep

bidirectionality hubungan antara tekanan nadi dan atherosklerosis.

Tekanan nadi yang tinggi meningkatkan kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan atherosklerosis, dan menghasilkan arterial stiffness pembuluh darah dan meningkatkan wave reflection, sehingga lebih lanjut meningkatkan tekanan nadi.

Sumber: Anthony M., Bronwyn A. Kingwell. Pulse Pressure—A Review of Mechanisms and Clinical Relevance. J Am Coll Cardiol.


(54)

Rentang normal pada tekanan nadi tidak diketahui. Dalam sebuah studi subjek hipertensi, orang-orang dengan tekanan nadi > 60 mmHg memilik massa ventrikel kiri yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan nadi < 60 mmHg. Peningkatan tekanan nadi sekitar 10 mmHg meningkatkan risiko gagal jantung sekitar 14%, penyakit arteri koroner sekitar 12%, dan semua penyebab kematian sekitar 6% pada populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tekanan nadi setiap 10 mmHg meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung sekitar 26% pada usia 25-45 tahun, dan sekitar 10% di usia 46-77 tahun. Nilai tekanan nadi yang lebih dari 55-60 mmHg harus diwaspadai untuk kemungkinan peningkatan kekakuan arteri dan risiko atherosklerosis. ( Lokaj P. dkk, 2011).

II.2.7. Tekanan Arteri Rata-Rata

Tekanan arteri rata-rata adalah jumlah tekanan rata-rata selama siklus jantung dari seluruh tekanan yang dihitung milidetik demi milidetik selama periode waktu tertentu. Tekanan ini lebih mendekati ke tekanan diastolik daripada ke tekanan sistolik selama sebagian besar siklus jantung, terutama pada usia lanjut. Oleh karena itu, tekanan arteri rata-rata ditentukan sekitar 60 persen dari tekanan diastolik dan 40 persen dari tekanan sistolik. (Guyton & Hall, 2010)


(55)

Tekanan arteri rata-rata merupakan gaya utama yang mendorong ke arah jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. ( Sherwood, 2001 ).

Mekanisme-mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-rata. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah ke suatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena, tekanan arteri rata-rata bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami konstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang


(56)

adekuat, sehingga darah mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang harus mendapatkan pasokan darah yang konstan. Dengan demikian variabel kardiovaskuler harus terus-menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah. ( Sherwood, 2001 )

II.3. Hubungan Tekanan Darah Sistolik Dengan Fungsi Kognitif

Peningkatan tekanan darah sistolik dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi kognitif. Dalam analisis ulang dari data yang dilaporkan awalnya tidak mendukung hubungan tekanan darah sistolik dengan kognitif, tekanan darah sistolik yang lebih tinggi dan peningkatan hipertensi yang kronis ditemukan berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih rendah diukur 12 sampai 14 tahun kemudian, sehingga disarankan perlunya pengobatan yang lebih agresif dimulai pada usia pertengahan terhadap tekanan darah sistolik. Secara keseluruhan penelitian longitudinal dari penelusuran tekanan darah sistolik pada usia pertengahan sampai tua menunjukkan tekanan darah sistolik yang tinggi mengalami peningkatan resiko stroke dan diabetes dan penyakit jantung iskemik. Tekanan darah diastolik cenderung menurun dengan bertambahnya usia , sedangkan tekanan darah sistolik terus meningkat tanpa memperhatikan usia. ( Swan GE dkk, 1998).


(1)

LAMPIRAN 6

SKALA DEPRESI GERIATRIK 15 (Yesavage)

Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda dalam satu minggu terakhir

1.

Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?

Ya

Tidak

2.

Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau

kesenangan anda?

Ya

Tidak

3.

Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?

Ya

Tidak

4.

Apakah anda sering merasa bosan?

Ya

Tidak

5.

Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?

Ya

Tidak

6.

Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?

Ya

Tidak

7.

Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?

Ya

Tidak

8.

Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

Ya

Tidak

9.

Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan

mengerjakan sesuatu yang baru ?

Ya

Tidak

10.

Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat

anda dibanding kebanyakan orang?

Ya

Tidak

11.

Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?

Ya

Tidak

12.

Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?

Ya

Tidak

13.

Apakah anda merasa anda penuh semangat?

Ya

Tidak

14.

Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?

Ya

Tidak

15.

Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada

anda?

Ya

Tidak

Skor : Hitung jumlah jawaban yang tercetak tebal dan huruf besar

Setiap jawaban bercetak tebal dan berhuruf besar mempunyai nilai 1

Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi

Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi


(2)

Lampiran 7

DATA DASAR PENELITIAN

No. Nama JK Usia Pendidikan Pekerjaan Suku TDS TDD Tek.Nadi MAP MMSE CDT Hasil MMSE Hasil CDT ( Tahun) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)

1 C Perempuan 62 15 Pensiunan Batak 120 70 50 87 29 3 Tdk Terganggu Terganggu

2 T Perempuan 57 6 IRT Batak 150 70 80 97 23 2 Terganggu Terganggu

3 A Laki-laki 54 15 PNS Aceh 150 90 60 110 28 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

4 T Perempuan 72 12 IRT Batak 170 80 90 110 22 4 Terganggu Tdk Terganggu

5 A Laki-laki 63 12 Pensiunan Aceh 140 80 60 100 24 3 Terganggu Terganggu

6 R Perempuan 58 12 Pensiunan Batak 150 90 60 110 26 3 Terganggu Terganggu

7 E Laki-laki 50 12 PNS Jawa 170 80 90 110 25 4 Terganggu Tdk Terganggu

8 N Perempuan 75 9 PNS Melayu 120 70 50 87 26 2 Tdk Terganggu Terganggu

9 R Laki-laki 55 16 Peg.Swasta Batak 160 70 90 100 22 2 Terganggu Terganggu

10 R Perempuan 71 8 IRT Jawa 130 80 50 97 23 4 Terganggu Tdk Terganggu

11 R Perempuan 58 9 IRT Jawa 120 70 50 87 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

12 L Perempuan 72 16 Pensiunan Jawa 130 80 50 97 27 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

13 S Perempuan 55 16 PNS Batak 140 80 60 100 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

14 E Perempuan 79 12 IRT Batak 130 70 60 90 25 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

15 S Laki-laki 62 12 Peg.Swasta Padang 120 80 40 93 25 3 Terganggu Terganggu

16 R Perempuan 69 16 Pensiunan Batak 130 80 50 97 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

17 L Perempuan 72 15 Pensiunan Padang 110 70 40 83 29 3 Tdk Terganggu Terganggu

18 N Perempuan 53 12 PNS Jawa 180 90 90 120 25 3 Terganggu Terganggu

19 S Perempuan 55 15 Peg.Swasta Jawa 220 110 110 147 26 3 Terganggu Terganggu

20 H Laki-laki 54 15 PNS Aceh 180 80 100 113 26 3 Terganggu Terganggu

21 H Perempuan 59 8 IRT Batak 120 70 50 87 25 2 Terganggu Terganggu

22 D Perempuan 53 9 PNS Batak 110 70 40 83 26 3 Terganggu Terganggu


(3)

24 I Perempuan 52 4 IRT Batak 120 70 50 87 22 3 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

25 R Perempuan 51 15 IRT Jawa 170 70 100 103 30 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

26 ID Laki-laki 72 12 Peg.Swasta Batak 110 60 50 77 28 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

27 J Laki-laki 60 12 PNS Batak 170 60 110 97 24 2 Terganggu Terganggu

28 M Perempuan 55 16 PNS Aceh 160 70 90 100 27 2 Terganggu Terganggu

29 Z Laki-laki 53 12 PNS Batak 130 70 60 90 27 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

30 D Laki-laki 79 16 Pensiunan Jawa 150 70 50 97 24 2 Terganggu Terganggu

31 S Perempuan 69 15 Pensiunan Batak 110 70 40 83 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

32 N Perempuan 56 12 IRT Jawa 150 90 60 110 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

33 P Perempuan 53 12 Peg.Swasta Jawa 170 80 90 110 23 3 Terganggu Terganggu

34 T Perempuan 70 9 IRT Jawa 170 70 100 103 22 2 Terganggu Terganggu

35 S Laki-laki 63 16 Peg.Swasta Padang 120 70 50 87 27 3 Tdk Terganggu Terganggu

36 PS Perempuan 66 15 IRT Jawa 110 70 40 83 30 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

37 D Laki-laki 61 15 Pensiunan Batak 110 70 40 83 25 4 Terganggu Tdk Terganggu

38 T Perempuan 71 16 Pensiunan Batak 170 70 100 103 23 2 Terganggu Terganggu

39 J Laki-laki 52 15 Wiraswasta Batak 110 70 40 83 30 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

40 N Laki-laki 78 16 Pensiunan Batak 120 70 40 87 28 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

41 Y Perempuan 53 9 IRT Jawa 160 70 90 100 24 2 Terganggu Terganggu

42 J Perempuan 69 15 Pensiunan Melayu 180 70 110 107 25 4 Terganggu Tdk Terganggu

43 U Laki-laki 68 16 Pensiunan Padang 120 70 50 87 25 3 Terganggu Terganggu

44 M Perempuan 67 15 Pensiunan Aceh 160 70 90 100 28 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

45 T Perempuan 58 16 Pensiunan Padang 150 70 80 97 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

46 R Perempuan 69 15 Pensiunan Jawa 170 80 90 110 25 2 Terganggu Terganggu

47 F Perempuan 50 12 Wiraswasta Padang 180 70 110 107 26 3 Terganggu Terganggu

48 H Laki-laki 50 8 PNS Batak 110 70 40 83 24 4 Terganggu Tdk Terganggu

49 S Perempuan 70 12 Pensiunan Batak 120 80 40 93 26 3 Tdk Terganggu Terganggu

50 R Perempuan 56 12 Pensiunan Jawa 150 70 80 97 26 4 Terganggu Tdk Terganggu


(4)

52 S Perempuan 64 15 Pensiunan Batak 120 70 50 87 27 3 Tdk Terganggu Terganggu

53 S Perempuan 64 12 Pensiunan Melayu 170 80 90 110 24 2 Terganggu Terganggu

54 C Perempuan 61 16 Pensiunan Batak 180 80 100 113 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

55 T Laki-laki 65 15 Peg.Swasta Batak 120 70 50 87 28 3 Tdk Terganggu Terganggu

56 N Laki-laki 53 12 Wiraswasta Jawa 110 70 40 83 30 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

57 N Perempuan 56 12 Peg.Swasta Batak 170 100 70 123 25 4 Terganggu Tdk Terganggu

58 B Laki-laki 71 12 Pensiunan Padang 140 70 70 93 26 3 Tdk Terganggu Terganggu

59 MR Laki-laki 67 6 Peg.Swasta Padang 150 90 60 110 23 2 Terganggu Terganggu

60 S Laki-laki 71 16 Pensiunan Aceh 120 70 50 87 27 3 Tdk Terganggu Terganggu

61 S Laki-laki 74 15 Pensiunan Aceh 110 70 40 83 25 2 Terganggu Terganggu

62 S Perempuan 56 12 IRT Batak 120 80 40 93 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

63 M Perempuan 76 9 Pensiunan Batak 160 70 90 107 22 1 Terganggu Terganggu

64 R Perempuan 60 12 Wiraswasta Aceh 180 90 90 120 23 3 Terganggu Terganggu

65 E Laki-laki 65 16 Pensiunan Melayu 170 80 90 110 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

66 N Laki-laki 70 12 Pensiunan Batak 120 80 40 93 27 3 Tdk Terganggu Terganggu

67 S Perempuan 55 12 IRT Jawa 200 100 100 133 26 3 Terganggu Terganggu

68 P Perempuan 52 15 PNS Batak 110 70 40 83 30 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

69 T Laki-laki 54 12 PNS Batak 160 70 90 100 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

70 A Perempuan 62 12 IRT Tionghoa 120 70 50 87 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

71 I Laki-laki 64 12 Pensiunan Aceh 180 90 90 120 24 3 Terganggu Terganggu

72 S Perempuan 53 12 IRT Tionghoa 160 70 90 100 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

73 M Perempuan 56 12 IRT Tionghoa 170 80 90 110 25 2 Terganggu Terganggu

74 K Perempuan 60 8 IRT Tionghoa 110 70 40 83 25 3 Tdk Terganggu Terganggu

75 R Perempuan 58 8 IRT Melayu 150 70 80 97 24 3 Terganggu Terganggu

76 B Laki-laki 57 15 Pensiunan Aceh 160 80 80 107 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

77 E Perempuan 58 12 IRT Batak 190 100 90 130 26 3 Terganggu Terganggu

78 B Laki-laki 60 15 Pensiunan Batak 120 70 40 87 29 3 Terganggu Terganggu


(5)

80 M Perempuan 57 12 IRT Batak 160 70 90 100 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

81 GT Perempuan 62 12 IRT Tionghoa 120 70 50 87 28 3 Tdk Terganggu Terganggu

82 N Laki-laki 64 12 Pensiunan Aceh 180 90 90 120 24 3 Terganggu Terganggu

83 C Perempuan 53 12 IRT Tionghoa 160 70 90 100 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

84 M Perempuan 56 12 IRT Tionghoa 170 80 90 110 25 2 Terganggu Terganggu

85 S Perempuan 60 8 IRT Tionghoa 110 70 40 83 25 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

86 E Laki-laki 58 8 IRT Melayu 150 70 80 97 28 3 Tdk Terganggu Terganggu

87 L Laki-laki 85 15 Pensiunan Aceh 130 80 50 87 24 2 Terganggu Terganggu

88 M Perempuan 85 15 IRT Batak 190 100 90 130 28 3 Tdk Terganggu Terganggu

89 R Laki-laki 60 15 Pensiunan Batak 120 70 40 87 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

90 M Perempuan 82 12 IRT Melayu 170 70 100 100 26 3 Tdk Terganggu Terganggu

91 H Perempuan 57 12 IRT Batak 160 70 90 100 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

92 S Laki-laki 65 15 Peg. Swasta Batak 120 70 50 87 28 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

93 T Laki-laki 80 9 Wiraswasta 110 70 40 83 21 3 Terganggu Terganggu

94 H Perempuan 80 12 Peg. Swasta Batak 170 100 70 123 26 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

95 A Laki-laki 71 12 Pensiunan Padang 140 70 70 93 26 3 Tdk Terganggu Terganggu

96 M Laki-laki 67 6 Peg. Swasta Padang 150 90 60 110 23 2 Terganggu Terganggu

97 M Laki-laki 71 15 Pensiunan Aceh 120 70 50 87 27 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

98 S Laki-laki 74 15 Pensiunan Aceh 110 70 40 83 25 3 Terganggu Terganggu

99 T Perempuan 82 12 IRT Batak 120 70 50 87 21 3 Terganggu Terganggu

100 H Perempuan 76 9 Pensiunan Batak 160 70 90 107 27 2 Tdk Terganggu Terganggu

101 R Perempuan 62 15 Pensiunan Batak 120 70 50 87 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

102 M Perempuan 57 6 IRT Batak 150 70 80 97 23 2 Terganggu Terganggu

103 C Laki-laki 54 15 PNS Aceh 150 90 60 110 28 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

104 S Perempuan 72 12 IRT Batak 170 80 90 110 28 3 Tdk Terganggu Terganggu

105 M Laki-laki 63 12 Pensiunan Aceh 140 80 60 100 24 3 Terganggu Terganggu

106 D Perempuan 58 12 Pensiunan Batak 150 90 60 110 26 3 Terganggu Terganggu


(6)

108 P Perempuan 75 9 PNS Melayu 120 70 50 87 26 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

109 S Laki-laki 55 16 Peg.Swasta Batak 160 70 90 100 22 2 Terganggu Terganggu

110 N Perempuan 71 8 IRT Jawa 130 80 50 97 23 4 Terganggu Tdk Terganggu

111 D Laki-laki 79 16 Pensiunan Jawa 150 70 50 97 24 2 Terganggu Terganggu

112 H Perempuan 69 15 Pensiunan Batak 110 70 40 83 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

113 L Perempuan 56 12 IRT Jawa 150 90 60 110 26 3 Terganggu Terganggu

114 S Perempuan 53 12 Peg.Swasta Jawa 170 80 90 110 23 3 Terganggu Terganggu

115 N Perempuan 70 9 IRT Jawa 170 70 100 103 28 2 Tdk Terganggu Terganggu

116 F Laki-laki 63 16 Peg.Swasta Padang 120 70 50 87 27 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

117 J Perempuan 66 15 IRT Jawa 110 70 40 83 30 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

118 H Laki-laki 61 15 Pensiunan Batak 110 70 40 83 25 4 Terganggu Tdk Terganggu

119 SB Perempuan 71 16 Pensiunan Batak 170 70 100 103 28 3 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

120 TP Laki-laki 52 9 Wiraswasta Batak 110 70 40 83 26 4 Terganggu Tdk Terganggu

121 A Laki-laki 71 16 Pensiunan Aceh 120 70 50 87 27 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

122 JA Laki-laki 74 15 Pensiunan Aceh 110 70 40 83 25 2 Terganggu Terganggu

123 E Perempuan 56 12 IRT Batak 120 80 40 93 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

124 B Perempuan 76 9 Pensiunan Batak 160 70 90 107 22 1 Terganggu Terganggu

125 R Perempuan 60 12 Wiraswasta Aceh 180 90 90 120 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

126 S Laki-laki 65 16 Pensiunan Melayu 170 80 90 110 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

127 P Laki-laki 70 12 Pensiunan Batak 120 80 40 93 27 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

128 J Perempuan 55 12 IRT Jawa 200 100 100 133 29 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu

129 P Perempuan 52 15 PNS Batak 110 70 40 83 30 4 Tdk Terganggu Tdk Terganggu