Analisis Kandungan Kadmium, Tembaga dan Timbal pada Daging Ikan Baung (Mystus nemurus) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang secara Spektrofotometri Serapan Atom

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Kottelat, dkk., (1993), ikan baung merupakan ikan berkumis air
tawar yang hidup didasar perairan dan bersifat nocturnal yaitu aktivitas kegiatan
hidupnya (mencari makan dan aktivitas lainnya) lebih banyak dilakukan dimalam
hari. Di alam, ikan baung termasuk ikan omnivore yang makanan utamanya terdiri
atas anak ikan, udang remis, insekta, molusca dan rumput. Pemilihan ikan baung
sebagai sampel karena ikan baung termasuk ikan dasar selain itu ikan ini juga
tahan pada kondisi miskin oksigen maupun kondisi tercemar dan ikan baung juga
sangat di sukai oleh masyarakat di sekitar Sungai Belumai.
Menurut informasi nelayan di sekitar Sungai Belumai ada beberapa jenis
ikan yang khas antara lain ikan jurung, lemeduk, baung, sebarau, hampala, siakap,
paitan dan lainnya. Diperkuat juga dengan hasil penelitian (Sagala, 2014)
menyatakan bahwa jenis-jenis ikan diatas terdapat di Sungai Belumai.
Kecenderungan penangkapan ikan di sepanjang Sungai Belumai yang dilakukan
oleh nelayan kurang memperhatikan kelestarian sumberdaya populasi ikan dan
aktivitas dari industri yang secara langsung membuang limbahnya ke sungai
menyebabkan terganggunya habitat hidup ikan sehingga ikan ini sudah jarang
ditemukan di pasaran dan hasil tangkapannya menurun.

Menurut Sagala (2014), data BPS Deli Serdang pada tahun 2014, terdapat
12.397 unit industri di kabupaten Deli Serdang baik industri skala besar,
menengah dan kecil diantaranya industri kertas, industri ternak ayam, perakitan

1

Universitas Sumatera Utara

mesin minyak kelapa sawit, industri sarung tangan, industri kayu, industri
pengecoran logam, industri tepung, industri tekstil. Umumnya industri ini
membuang limbah baik yang telah diolah maupun tidak melalui Sungai Belumai
sehingga patut diduga telah memberikan dampak pada perubahan kualitas perairan
ini.
Menurut Fisesa, dkk., (2014) menyatakan bahwa Makrozoobentos yang
mendominasi di Sungai Belumai adalah dari kelas Oligochaeta. Oligochaeta
merupakan organisme yang memiliki sifat toleran terhadap bahan pencemaran dan
menjadi indikasi adanya pencemaran. Diperkuat dengan hasil perhitungan metode
Storet yaitu membandingkan hasil pengukuran (data fisika dan kimia air) di
bandingkan dengan baku mutu air kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
82 tahun 2001 tentang pengelolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,

hasilnya menunjukkan tercemar berat dengan skor -35 (US-EPA = skor ≥31
adalah tercemar berat).
Menurut hasil penelitian Ginting, (2014) kandungan logam berat timbal
yang di dapat pada air Sungai Belumai antara 0,074-0,176 mg/L dan logam berat
tembaga 0,186-0,423 mg/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan logam berat
timbal dan tembaga di aliran Sungai Belumai telah melampaui baku mutu
berdasarkan PP no. 82 tahun 2001.
Logam berat pada perairan dapat membahayakan biota dan organisme
yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Banyaknya logam yang
terserap dan terdistribusi pada ikan tergantung pada bentuk senyawa dan
konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis dan
unsur ikan yang hidup di lingkungan yang menyebabkan logam tersebut

2

Universitas Sumatera Utara

terakumulasi dalam ikan. Dan apabila masyarakat mengkonsumsi ikan tersebut
dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan manusia
(Supriyanto, dkk., 2007).

Kadmium banyak digunakan pada berbagai industri antara lain pelapisan
logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, dan minyak pelumas bahan bakar.
Timbal banyak digunakan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna),
penyepuhan, pestisida, zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi
penyambungan pipa dan paling banyak digunakan sebagai zat antiletup pada
bensin (Agustina, 2010). Tembaga banyak digunakan pada industri seperti
pewarnaan, kertas, minyak, dan pestisida (Widaningrum, dkk., 2007).
Kasus yang terjadi di Jepang akibat pencemaran kadmium pada air minum
menyebabkan penyakit itai-itai disease (Istarani dan Ellina 2014). Hasil penelitian
yang dilaporkan Shi., dkk, (2014) bahwa logam berat timbal dan tembaga lebih
bersifat karsinogenik pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.
Berdasarkan SNI (2009), batas maksimum kadmium dan timbal pada ikan
dan hasil olahannya yaitu 0,1 mg/kg dan 0,3 mg/kg. Menurut surat keputusan
Ditjen POM (1989) diketahui bahwa batas maksimum tembaga pada ikan dan
hasil olahannya 20 mg/kg.
Untuk menganalisis timbal dan kadmium dapat dilakukan dengan metode
kompleksometri

dan


spektrofotometri

serapan

atom

(SSA).

Sedangkan

menganalisis tembaga dapat menggunakan metode gravimetri, kompleksometri
dan spektrofotometri serapan atom (Bassett, 1991).
Berdasarkan hal-hal di atas, maka dilakukan penelitian tentang analisa
logam berat kadmium, tembaga dan timbal dilakukan dengan metode

3

Universitas Sumatera Utara

Spektrofotometri Serapan Atom karena memiliki beberapa keuntungan antara lain

pelaksanaanya relatif cepat dan sederhana (Gandjar dan Rohman, 2007), bahan
yang digunakan sedikit dan spesifik untuk setiap logam tanpa dilakukan
pemisahan pendahuluan (Khopkar, 1985). Oleh karena itu, metode ini dipilih
untuk penetapan kadar kadmium, tembaga dan timbal pada daging ikan baung.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. apakah pada daging ikan baung mengandung kadmium, tembaga dan
timbal ?
b. apakah kadar logam kadmium, tembaga dan timbal pada daging ikan
baung telah melewati nilai ambang batas maksimum cemaran logam yang
telah ditetapkan oleh SNI (2009) dan Ditjen POM (1989) ?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut:
a. daging ikan baung mengandung kadmium, tembaga dan timbal.
b. kadar logam kadmium, tembaga dan timbal pada daging ikan baung telah
melewati batas maksimum cemaran logam yang telah ditetapkan oleh SNI
(2009) dan Ditjen POM (1989).


1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:

4

Universitas Sumatera Utara

a. untuk mengetahui kandungan logam kadmium, tembaga dan timbal pada
daging ikan baung.
c. untuk mengetahui kadar logam kadmium, tembaga dan timbal pada daging
ikan baung dibandingkan dengan batas maksimum cemaran logam yang
telah ditetapkan oleh SNI (2009) dan Ditjen POM (1989).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat
tentang kandungan logam berat kadmium, tembaga dan timbal pada daging ikan
baung

5

Universitas Sumatera Utara