pengaruh orientasi etika pada komitmen dan

(1)

PENGARUH ORIENTASI ETIKA PADA KOMITMEN DAN

SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR

(Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan)

Oleh:

Nurna Aziza, SE, MSi, Ak H. Andi Agus Salim, SE, MSi, Ak

ABSTRACT

Failure or deviation in audit that conducted by auditors have need an ability of the auditors to considering ethics and behavior in auditing implementantion, by recognize the ethics problems that emerge in auditing implementation. AICPA have requirement the auditors to accustomed their professional sensitivities and moral consideration in their whole activities (Anderson and Ellyson, 1986). Therefore, an auditor who has sensitivity towards ethics problems will be more professional.

The study was referred to study of Shaub et al. (1993), used path analysis to examine the effects of ethics sensitivity of auditors (described as ability to confess ethics characteristic under professional situation of an auditor) at: (1) personal ethics orientation that formed by culture and personal experiences, (2) commitment of organization, and (3) professional commitement. It was also examining the effect of ethics orientation and professional commitment toward organizational commitment. Sample amount is 32 auditors who active in CPA of Bengkulu and South Sumatera.

Result has indicated that ethic orientation of auditors has affected their professional commitment level. High idealism of auditor has also high professional commitmeb than relativism. The Auditors who have such type will have more acceptable and believe in subjects and values of accountant profession, loyal to accountant profession. It is also indicated that there is high significant effect between auditors who have commitment to their profession and organizational commitment. Professional commitment and organizational commitment have not significant effect to ethics sensitivity, it is proofed that CPA and profession organization have less support the auditors in understanding and recognizing the ethics problems (such as: less frequently in tranining the auditor related to the ethics). But, result of correlation matrix of both variables have significant context to ethics sensitivities.

Keywords: Idealism, relativism, professional commitment, organizational commitment and ethics sensitivity.


(2)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai banyaknya kegagalan atau penyimpangan audit yang dilakukan oleh auditor membuat diperlukannya suatu kemampuan auditor untuk mempertimbangkan etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit, dengan cara mengakui masalah etika yang timbul pada saat audit. AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) mengsyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya (Anderson dan Ellyson, 1986). Persyaratan ini konsisten dengan prinsip yang dikemukakan oleh Mautz dan Sharaf (1961) auditor (CPA) tidak benar memutuskan apakah harus sensitif atau tidak untuk situasi yang mengandung masalah etika. Oleh karena itu, auditor yang sensitiv terhadap masalah etika akan lebih profesional.

Agar dapat melatih sensitivitasnya dalam hal pertimbangan etika, auditor harus dapat mengakui ada masalah etika dalam pekerjaannya, dan sensitivitas tersebut merupakan tahap awal dalam dalam proses pengambilan keputusan etika. Terkait dengan penelitian ini, Volker (1984) dan Bebeau et al., (1985) menemukan bahwa para profesional cenderung mengabaikan masalah etika ketika mereka terfokus pada masalah etika. Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali fenomena yang sama dari penelitian tersebut dalam profesi akuntan, dan model dikembangkan untuk menjelaskan faktor personal dan lingkungan, yang mana mempengaruhi sensitivitas auditor pada situsasi etika.

Penelitian ini mengaju pada penelitian Shaub et.al.,(1993), dengan menggunakan path analysis untuk menguji hubungan struktural sensitivitas auditor pada situasui etika. Hal tersebut dapat dihipotesiskan dari lingkungan auditor,


(3)

pengalaman personal, lingkungan organisasi dan lingkungan profesional (Hunt dan Vitell, 1986). Secara khusus, menguji pengaruh sensitivitas etika auditor (didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika pada situasi profesional auditor) dari: (1) orientasi etika personal dibentuk oleh lingkungan budaya dan pengalaman personal , (2) komitmen organisasi, dan (3) komitmen profesional. Juga menguji pengaruh orientasi etika dan komitmen profesional pada komitmen organisasional.

2 .TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etika

Pengertian etika dalam kamus Echol dan Shadaly (1995) adalah bertindak etis, layak, beradab dan bertata susila. Menurut Boynton dan Kell (1996) etika terdiri dari prinsip-prinsip moral dan standar. Moralitas berfokus pada perilaku manusiawi “benar” dan “salah”. Selanjutnya Arens – Loebbecke (1996) menyatakan bahwa etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral dan nilai. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku. Termasuk para akuntan diharapkan oleh masyarakat untuk berlaku jujur, adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

2.2 Sensitivitas Etika (Ethical Sensitivity)

Penelitian dalam akuntansi difokuskan pada etika akuntan dalam hal kemampuan pengambilan keputusan dan perilaku etis. Jika auditor tidak mengakui sifat dasar etika dalam keputusan, skema moralnya tidak akan mengarah pada masalah etika tersebut (Jones,1991). Jadi kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika dari sebuah keputusan merupakan sensitivitas etika (ethical sensitivity).


(4)

2.3 Komitmen Organisasi dan Profesional (Organizational and Professional Commitment)

Komitmen organisasi dan profesional menggambarkan intensitas dari identifikasi individual, tingkat keterlibatan dalam organisasi atau profesi (Mowday et al., 1982). Identifikasi ini mengsyaratkan beberapa tingkat persetujuan dengan tujuan dan nilai organisasi atau profesi, termasuk moral atau nilai etika.

Komitmen organisasi atau profesional dapat didefinisikan sebagai: (1) sebuah kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan dan nilai organisasi dan/atau profesi, (2) sebuah keinginan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi dan/atau profesi; (3) keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan Feris, 1984). Kalbers dan Fogarty (1995) menggunakan dua pandangan tentang komitmen organisasi yaitu affective dan continuance. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen organisasi continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial.

Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990), Wibowo (1996), mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman internal auditor dengan komitmen profesionalisme, lama bekerja hanya mempengaruhi pandangan profesionalisme, hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap peraturan profesi dan pengabdian pada profesi. Hal ini disebabkan bahwa semenjak awal tenaga profesional telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang kompleks


(5)

secara independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi mereka secara profesional (Scwartz, 1996).

2.4 Orientasi Etika (Ethical Orientation)

Forsyth (1980) berpendapat bahwa orientasi etika digerakkan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berhubungan dengan tingkat dimana individual percaya bahwa konsekuensi yang diinginkan (konsekuensi positif) tanpa melanggar kaidah moral. Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Seorang akuntan yang tidak bersikap idealis hanya mementingkan dirinya sendiri agar mendapat fee yang tinggi dengan meninggalkan sikap independensi. Di sisi lain, sikap relativisme secara implisit menolak moral absolut pada perilakunya.

Konsep idealisme dan relativisme tidak berlawanan, namun menunjukkan dua skala yang terpisah oleh Forsyth (1981) memberikan kategori orientasi etika ke dalam empat klasifikasi menggunakan matrik 2 x 2 pada gambar 1(lampiran).

2.5 Model Sensitivitas Etika (Ethical Sensitivity Model)

Hunt dan Vitell (1986) mengembangkan sebuah model untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan etika, dimana langkah awal individual menerima masalah etika, sampai pada pertimbangan etika (ethical judgment), berkembang pada niat, dan akhirnya terbawa pada perilaku. Faktor-faktor dimana Hunt dan Vitell memprediksi pengaruh kemampuan seseorang untuk mempersiapkan masalah etika meliputi lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman personal.


(6)

Teori dalam penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas etika akuntan berdasarkan teori Hunt dan Vitell (gambar 2 pada lampiran). Secara khusus, lingkungan budaya akuntan (CPA), pengalaman personal, lingkungan industri, dan lingkungan organisasional dihipotesiskan untuk mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengenal situasi yang memuat etika. Lingkungan budaya dan pengalaman personal adalah diasumsikan bentuk orientasi etika akuntan dimana dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Forsyth (1980) yaitu idealisme (idealism) dan relativisme (relativism). Lingkungan industri atau pengaruh dari profesi akuntan (industri) seorang akuntan diukur dengan menggunakakan skala Aranya et al., (1981) yaitu komitmen profesional. Terakhir, lingkungan organisasi atau pengaruh perusahaan pada akuntan dievaluasi dengan menggunakan skala komitmen organisasi oleh Aranya dan Feris (1984).

2.6 Perumusan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji berdasarkan model sensitivitas etika akuntan dalam gambar 2 (lampiran). Pertama, dua hipotesis didesain untuk menguji pengaruh antara idealisme dari orientasi etika auditor dengan komitmen profesional, dan pengaruh antara relativisme dari orientasi etika dengan komitmen profesional.

Pengujian tersebut di atas diharapkan auditor mau untuk mempertahankan standar idealistis profesi yangmana akan memcerminkan level yang tinggi dari komitmen profesional.Tujuan utama dari profesi auditing adalah untuk menghindari kesalahan bagi penguna laporan keuangan atas opini auditor, sekalipun memperoleh keuntungan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, idealisme ditemukan di profesi auditing mudah dilakukan untuk tujuan dan pedoman profesi.


(7)

Seorang auditor yang relativistis cenderung untuk menolak prinsip moral secara universal termasuk peran organisasi profesional sebagai pedoman untuk bertindak. Skala komitmen profesional (Aranya dan Feris, 1984) memfokuskan pada kemauan auditor untuk mengambil tindakan keuntungan profesi dan pada kesamaan nilai auditor. Sebagai contoh, seorang auditor yang nonrelativistis akan terlihat pada opini yang diberikannya yaitu unqualified atas laporan keuangan salah saji secara material. Auditor mempunyai konsekuensi yang baik dan sesuai dengan kaidah moral atas tindakannya (yaitu investor tidak hilang kepercayaan pada perusahaan).

Auditor yang absolutis (nonrelativistis, idealistis) dihipotesiskan secara kuat untuk pengaruh positif dengan tingkat komitmen profesional. Karena sesuai dengan Forsyth (1980) yang menggambarkan orientasi etika dengan menggunakan pengukuran terpisah dari tingkat idealisme dan relativisme, maka dua hipotesis dalam penelitian ini diperlukan untuk mengevaluasi pengaruh dari masing-masing (Idealisme dan relativisme) dengan komitmen profesional.

H1 : Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat

komitmen profesional

H2 : Relativisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat

komitmen profesional

Jika hipotesis di atas didukung, pengaruh dari etika personal seorang individual akan memperlihatkan hubungan perspektif personal dan komitmen profesi akuntansi.

Walaupun sebelumnya orientasi etika auditor ditentukan oleh lingkungan budaya dan pengalaman personal, dapat dimodifikasi secra luas oleh organisasi. Kemampuan dari organisasi untuk mengubah orientasi etika seorang auditor sesuai


(8)

dengan organisasinya sendiri, atau memberikan lingkungan sesuai dengan norma, kemampuan tersebut akan berpengaruh untuk mendapatkan tingkat komitmen organisasional yang tinggi dari karyawan. Bila KAP (Kantor Akuntan Publik) mempunyai tujuan yang sama bagi profesinya, valensi dari pengaruh yang dihipotesiskan disini adalah sama dengan hipotesisi H1 dan H2 yaitu mengenai pengaruh antara masing-masing variabel orientasi etika (idealisme dan relativisme) dengan komitmen profesional.

Sebagai akibatnya, seorang auditor yang reletivisme diharapkan kurang mempunyai komitmen terhadap organisasi. Namun, seorang auditor yang idealistis mencoba untuk menghindari kesalahan kepada pengguna laporan keuangan dan setia pada standar profesi. Paling tidak tujuan perusahaan (KAP) konsisten dengan standar profesi akuntan, hal ini akan menghasilkan auditor idealistis yang ditunjukkan pada tingkat komitmen organisasional yang tinggi. Dengan demikian, auditor idealistis akan merasa mudah untuk melakukan tujuan dan pedoman dari komitmen KAP, sehingga dapat menguntungkan pengguna laporan keuangan.

Hipotesis ketiga dan keempat memprediksikan hubungan untuk dua variabel orientasi etika dengan komitmen organisasional, yaitu:

H3 : Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat

komitmen organisasional

H4 : Relativisme dari orientasi etika auditor berpengauh pada tingkat

komitmen organisasional

Aranya et al., (1982) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingginya komitmen profesional oleh akuntan yang bekerja dalam organisasi profesional akan mempunyai komitmen organisasional yang tinggi pula. Komitmen profesional mulai


(9)

muncul pada diri auditor yaitu pada saat mereka menempuh pendidikan di perguruan tinggi, selama proses sosialisasi dalam profesi, dan pada awal kariernya. Hal ini dibuktikan oleh Bline et al., (1991) bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional merupakan konstruk yang terpisah. Oleh karena itu, komitmen profesional dihipotesiskan lebih dalu daripada komitmen organisasional.

H5 : Komitmen profesional auditor berpengaruh pada komitmen

organisasional.

Seorang auditor yang absolutis (relativisme rendah, idealisme tinggi) akan taat pada standar moral dan akan menunjukkan tingkat sensitivitas etika yang tinggi. Relativisme rendah lebih sensitif terhadap situasi yang melanggar norma atau peraturan. Bagaimanapun, auditor yang idealis akan cenderung untuk fokus pada kesalahan auditor yang lain. Oleh karena itu, hipotesis keenam dan ketujuh memprediksi pengaruh antara variabel orientasi etika dengan sensitivitas etika.

H6 : Idealisme dari orientasi etika auditor berhubungan positif dengan

tingkat sensitivitas etika

H7 : Relativisme dari orientasi etika auditor berhubungan positif dengan

tingkat sensitivitas etika

Secara intuisi, auditor diharapkan dalam menjalankan profesi akuntannya lebih sensitiv untuk masalah etika profesi. Auditor harus melaksanakan standar etika dan mendukung tujuan dan norma profesional yang merupakan salah satu aspek komitmen profesional (Aranya et al., 1982; Lanchman dan Aranya, 1986), komitmen yang tinggi tersebut direfleksikan dalam tingkat sensitivitas yang tinggi pula untuk masalah yang berkaitan dengan etika profesional.


(10)

Peneliti-peneliti akuntansi seperti Aranya et al., 1982; Lanchman dan Aranya, 1986 memberikan bukti untuk mendukung hipoteisi ini, dan pernyataan singkat dari Harrell et al., (1986,p:110):

Level komitmen seorang individual dapat didefinisikan sebagai: (1) Kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan dan nilai organisasi dan/atau profesi, (2) Kemauan yang sungguh-sungguh untuk kepentingan organisasi dan/atau profesi; (3) Keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi dan/ atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan Feris, 1984). Seorang auditor yang mendukung tujuan dan nilai profesional secara implisit akan lebih sensitiv untuk situasi etika dan berupaya untuk lebih mementingkan kepentingan profesi daripada kepentingan pribadi, atau setidaknya melihat kepentingan sendiri sebagai pengikat atas profesinya. Tentunya, auditor berkeinginan untuk memelihara keanggotaan profesinya dan menghindari tindakan pelanggran etika. Jadi, seorang auditor dengan komitmen profesional yang tinggi diharapkan lebih sensitiv terhadap situasi etika. Dengan demikian hipotesis selanjutnya dalam penelitian ini adalah:

H8 : Tingkat komitmen profesional auditor berpengaruh pada tingkat

sensitivitas etika.

Definisi yang dikemukan oleh Harrell et al., (1986) di atas sama penerapannya untuk profesional atau profesi, hal ini juga untuk mendukung hipotesis kesembilan, dimana komitmen organisasi auditor yang tinggi dapat dihipotesiskan juga untuk sensitivitas etika yang tinggi.

Hipotesis kesembilan melihat pengaruh komitmen organisasi terhadap sensitivitas etika. Walaupun kenyataan bahwa terdapat pengaruh positif dan negatif yang dapat dihipotesiskan untuk kedua variabel tersebut. Penelitian sebelumnya (Sorensen dan Sorensen, 1974) memprediksi keberadaan konflik (pengaruh negatif)


(11)

antara komitmen organisasi dan tingkat sensitivitas etika. Menurut Sorensen dan Sorensen (1974) karwayan dengan tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan kurang sensitiv untuk situasi dimana tujuan organisasi berbeda dengan profesinya. Sebaliknya, Aranya dan Feris (1984); Lanchman dan Aranya (1986) memberikan bukti pengaruh positif antara kedua varaibel tersebut yaitu tidak adanya konflik antara tujuan organisasi dan profesional dimana terdapat kesesuaian antara tujuan KAP dan profesi akuntan.

Selanjutnya menunjukkan bahwa karyawan yang berkomitmen organisasi lebih tinggi, lebih sensitiv untuk masalah etika. Dengan demikian, karyawan mempunyai komitmen yang tinggi, sensitivitas etika yang tinggi akan lebih terlihat pada perilaku etikanya (mengikuti standar etika profesi), sehingga dihipotesiskan sebagai berikut:

H9 : Tingkat komitmen organisasi auditor berpengaruh pada tingkat

sensitivitas etika. III. METODE PENELITIAN 3.1 Partisipan/Subjek

Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Bengkulu dan Sumatera Selatan yang bersedia untuk menjadi responden. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

3.2 Prosedur Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibuat dalam bentuk skenario dan disertai surat permohonan kepada pimpinan KAP agar dapat menunjuk stafnya untuk menjadi responden. Pengisian kuesioner oleh responden di lingkungan kerja dan pada saat jam kerja selama 30 - 45 menit. Untuk daerah Sumatera Selatan kuesioner


(12)

dikirim melalui kontak person, yang akan menyampaikan dan mengambil kembali kuesioner.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah variabel komitmen profesional yaitu tingkat loyalitas individu pada profesi seperti yang dipersepsikan oleh individu., komitmen organisasional yaitu kekuatan individu untuk tetap menjadi anggota organisasi yang ditunjukkan dengan kerja kerasnya. Idealisme adalah kepercayaan individual untuk tetap tidak melanggar etika moral (termasuk etika profesional). Relativisme adalah kepercayaan individual untuk dapat menolak moral dalam perilakunya. Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika pada situasi profesional auditor.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi beberapa pengukuran valid yang digunakan oleh penelitian sebelumnya yaitu komitmen profesional diukur dengan menggunakan skala Aranya et al., (1981), komitmen organisasi dengan skala Aranya dan Ferris (1984), idealisme dan relativisme dengan skala Forsyth (1980), dan dengan menambah sensitivitas etika. Variabel komitmen profesional, komitmen organisasi, idealisme dan relativisme menggunakan skala 1-5 yang berarti nilai 1 sangat tidak setuju dan nilai 5 sangat sejutu. Pengukuran selanjutnya pada skenario auditing, akan diketahui masalah profesional seorang auditor yang ditunjukkan dalam suasana kerja. Kemudian pengukuran sensitivitas etika sama cara yang digunakan oleh Bebeau et al., (1985) yaitu dengan mengindikasikan dalam skenario apakah responden mempertimbangkan penting atau relatif penting terhadap masalah etika.


(13)

3.4 Tehnik Analisis

Uji kualitas data terdiri dari pengujian validitas dan reliabilitas data. Pengujian validitas menggunakan tehnik correlation matrix. Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah korelasi antara masing-masing variabel menunjukkan hasil yang signifikan (Ghozali, 2005). Indikator untuk uji reliabitas adalah Cronbach Alpha, apabila nilai Cronbach Alpha 0,6 menunjukkan instrumen yang digunakan reliabel (Nunnally, 1969 dalam Ghozali, 2005).

Pengujian hipotesis dengan analisis jalur didasarkan pada hasil pengolahan dari model penelitian pada gambar 2.2. Path analysis dengan menggunakan AMOS versi 5.0, dimana program tersebut akan memberikan estimasi koefisien path standardize dan menghubungkan dengan standar error. Program ini juga memberikan banyak ukuran untuk menentukan model fit untuk sampel data.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA PENELITIAN

Jumlah kuesioner yang terkumpul yaitu sebanyak 32 eksemplar dari 11 KAP yang ada di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Semua kuesioner terkumpul, jadi response rate responden dalam penelitian ini sebesar 100%.

Tabel 1 (lampiran) menunjukkan informasi mengenai umur, pengalaman kerja, pelatihan mengenai etika yang pernah diikuti, jenis kelamin, dan status, diketahui bahwa auditor yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas adalah laki-laki yakni 20 orang (62,5%) sedangkan sisanya sebesar 12 orang (37,5%) adalah perempuan. Status responden moyoritas sudah menikah sebanyak 28 orang (87,5%) dan sisanya belum menikah 4 orang (12,5 %). Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini rata-rata berusia 26 –37 tahun, sedangkan


(14)

pengalaman bekerja di KAP di atas 3 tahun. Pelatihan akuntansi bertema etika yang pernah diikuti rata-rata sebanyak 2 – 4 kali dan pelatihan secara rutin di KAP yang bertema etika rata-rata responden menjawab tidak pernah.

Hasil pengujian validitas dengan menggunakan correlation matrix dari data penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran). Dari hasil correlation matrix tersebut diterlihat bahwa masing-masing instrumen variabel menunjukkan hasil yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen valid dan mempunyai hubungan yang signifikan. Selanjutnya, dari hasil uji reliabilitas untuk semua instrumen diperoleh nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 yaitu variabel idealisme sebesar 0,8982, relativisme sebesar 0,8111, komitmen profesional sebesar 0,7211, komitmen organisasional sebesar 0,893. Dengan demikian variabel-variabel tersebut dapat dikatakan reliabel.

4.2 HASIL PENELITIAN 4.2.1 Statistik Deskriptif

Ada tiga taksiran yang digunakan untuk mengevaluasi responden untuk mengakui atau tidak mengakui masalah-masalah etika (skenario sensitivitas etika), yaitu:

1. Staf mengabaikan waktu yang berharga untuk menyelesaikan pekerjaan (seperti: jam makan yang terlalu lama).

2. Menggunakan waktu klien atau KAP atau jam kerja untuk mengerjakan pekerja diluar pekerjaan KAP atau Klien.

3. Auditor dalam memberikan opini dikaitkan dengan prinsip akuntansi berterima umum.


(15)

Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 3 (lampiran). Berdasarkan tabel tersebut, auditor komitmen pada organisasi nilai rata-ratanya sebesar 4.32, yang ditunjukkan dari rata-rata jawaban responden “setuju” pada skenario, berarti responden komitmen organisasi cukup tinggi. Variabel komitmen profesional dengan rata-rata 3,89 berarti responden menjawab mendekati “setuju”, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden komitmen dengan profesinya. Variabel idealisme dan relatisme ratanya sebesar 4,62 dan 2,45, ini menunjukkan bahwa responden rata-rata memiliki rasa idealisme yang tinggi. Evaluasi responden terhadap sensitivitas etika yaitu: 73,45% auditor dengan tepat mengakui adanya masalah “jam makan”, sedangkan 12,34% responden menggunakan waktu kerja pada klien atau perusahaan (KAP) untuk urusan pribadi. Dan 45, 51% responden dalam memberikan pendapat dihubungkan dengan prinsip akuntansi berterima umum.

4.2.2 Uji Goodness of Fit

Tahapan pertama melakukan path analysis dengan program AMOS versi 5.0 adalah menilai goodness of fit dari persamaan regresi untuk mengetahui seberapa jauh model yang dihipotesiskan fit atau cocok dengan sampel data. Berdasarkan hasil model fit pada gambar 3 (lampiran) diketahui besarnya nilai chi-squares sebesar 0,401 dengan probabilitas sebesar 0,527. Model yang dikatakan fit apabila chi-squares diharapkan kecil dan probabilitas > 0,05. Begitu juga dengan nilai AGFI sebesar 0,934 dan GFI sebesar 0,993 telah memenuhi standar yang direkomendasikan (> 0,90). Nilai RMSEA sebesar 0,000 jauh di bawah kriteria yang ditetapkan yaitu lebih kecil dari 0,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini adalah fit.


(16)

4.3 PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN 4.3.1 Pengujian Hipotesis

Model statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa path memiliki kemampuan untuk menganalisis secara simultan data yang ada. Tabel 4 berikut ini menggambarkan hasil output statistik dengan program AMOS versi 5.0 terhadap model path diagram untuk menjawab kesembilan hipotesis:

Berdasarkan tabel 4 (lampiran) diketahui nilai C.R untuk H1 sebesar 3,636. Nilai C.R ini berada di atas nilai kritis ± 1,96, maka hipotesis pertama diterima dan terdapat pengaruh langsung antara variabel idealisme dengan komitmen profesional sebesar 0.172 dan signifikan. Hal ini dapat disimpulkan variabel idealisme mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat komitmen profesional.

Dari tabel 4 nilai C.R untuk H2 sebesar 2,423. Nilai C.R ini berada di atas nilai kritis ± 1,96, maka hipotesis kedua diterima dan terdapat pengaruh langsung antara variabel relativisme dengan komitmen profesional secara signifikan sebesar -0,115, namun merupakan hubungan negatif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa relativisme dari orientasi etika auditor berpengaruh negatif dengan tingkat komitmen profesional.

Nilai C.R untuk H3 dan H4 sebesar 6,343 dan 2,234 (atas nilai kritis ± 1,96), maka hipotesis ketiga dan keempat diterima serta terdapat pengaruh langsung antara variabel idealisme dan relatisme dengan komitmen organisasional secara signifikan sebesar 0.183 dan -0,240 . Hal ini menunjukkan auditor yang mempunyai orientasi


(17)

etika akan berkomitmen dengan organisasinya dan terdapat juga pengaruh tidak langsung yaitu melalui komitmen profesional.

Nilai C.R untuk H5 sebesar 3,211 (atas nilai kritis ± 1,96), maka hipotesis kelima diterima. Hasil ini dapat disimpulkan variabel komitmen profesional mempunyai pengaruh dengan komitmen organisasional dan berpengaruh langsung yang sangat kuat sebesar 0,144.

Nilai C.R untuk H6 dan H7 sebesar 3,056 dan 2,125 (atas nilai kritis ± 1,96), maka hipotesis keenam dan ketujuh diterima, namun terdapat pengaruh langsung yang negatif dengan variabel sensitivitas etika sebesar -0.243 dan -0,138. H8 dan H9 mempunyai nilai C.R sebesar 1,452 dan 0,621 (dibawah nilai kritis ± 1,96) , maka hipotesis kedelapan dan kesembilan tidak dapat diterima. Hasil ini dapat dikatakan bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional secara tidak signifikan berpengaruh dengan sensitivitas etika. Variabel tersebut juga menunjukkan pengaruh langsung yang tidak signifikan sebesar 0.054 dan 0,109.

4.3.2 Pembahasan

Dari hasil path analysis mengindikasikan bahwa orientasi etika dari seorang auditor (responden) mempengaruhi tingkat komitmen profesionalnya. Idealisme auditor tinggi mempunyai tingkat komitmen profesional yang tinggi pula. Sebaliknya, relativisme auditor rendah mempunyai tingkat komitmen profesional yang tinggi. Auditor yang idealistis selalu berusaha untuk menghindari kesalahan kepada pengguna laporan keuangan. Dengan demikan, auditor yang mempunyai tipe tersebut lebih menerima dan percaya akan tujuan dan nilai profesi akuntan, taat (setia) pada standar profesi akuntan, memberikan opini secara moral serta berusaha untuk tetap menjadi bagian dari profesi akuntan.


(18)

Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh kuat antara auditor yang berkomitmen pada profesinya dengan komitmen organisasional. Hal ini menunjukkan pengaruh langsung orientasi etika pada komitmen organisasional dan pengaruh tidak langsung melalui komitmen profesional. Relativitis auditor menunjukkan tingkat komitmen organisasional yang rendah dan sebaliknya, idealisme auditor menunjukkan tingkat komitmen organisasional yang tinggi. Auditor berkomitmen dengan profesinya dan akan juga berkomitmen dengan organisasionalnya, serta akan berusaha untuk menjaga nama baik dan tujuan KAP, sehingga dapat menguntungkan pengguna laporan keuangan dan klien akan selalu percaya pada auditor dengan tipe tersebut. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Aranya et.al., (1982) dan Shaub et.al., (1993), yaitu tingginya komitmen profesional oleh akuntan yang bekerja dalam organisasi profesional membawa ke komitmen organisasional yang tinggi pula.

Orientasi etika auditor juga menunjukkan pengaruh dengan kemampuan auditor untuk mengenal/mengakui masalah-masalah etika dalam konteks profesional. Relatisme auditor mempunyai pengaruh negatif dengan sensitivitas etika, relatisvisme yang tinggi kurang menemukan masalah-masalah etika dalam skenario profesional (kurang sensitif terhadap masalah etika). Idealisme tinggi sedikit sekali menemukan masalah etika dalam skenario. Auditor idealistis ini akan cenderung menemukan kesalahan etika pada auditor lain tetapi merasa pihak lain akan menyalahkannya atas temuan tersebut. Auditor ini tergolong kedalam idealisme rendah yaitu penilaian didasarkan pada nilai personal dan perspektif daripada prinsip moral secara keseluruhan, dan lebih sensitiv pada masalah etika profesional namun tidak pada organisasional. Hal ini didukung juga dari data demografi responden yang


(19)

menyatakan rata-rata responden tidak pernah mengikuti pelatihan berkaitan dengan etika yang diadakan di KAP tempat mereka bekerja. Hasil ini mendukung hasil penelitian Shaub et.al., (1993).

Dari hasil path analysis komitmen profesional dan komitmen organisasional tidak berpengaruh secara signifikan dengan sensitivitas etika, hal ini memberikan bukti bahwa KAP dan organisasi profesi kurang membantu auditor dalam memahami atau mengakui masalah-masalah etika (seperti: kurang sering memberikan pelatihan pada auditor berkaitan dengan etika). Namun, pada hasil correlation matrix (tabel 2 pada lampiran) kedua variabel tersebut mempunyai hubungan signifikan dengan sensitivitas etika. Hasil ini menunjukkan kemauan auditor menerima tujuan dan nilai profesi dan perusahaan (KAP), mendukung penelitian Aranya dan Feris (1984); Lachman dan Aranya (1986) memberikan bukti pengaruh positif antara kedua variabel tersebut yaitu tidak adanya konflik antara tujuan organisasi dan profesional dimana terdapat kesesuaian antara tujuan KAP dan profesi akuntan. Lingkungan budaya dan pengalaman akan membentuk orientasi etika auditor dan akan lebih mempengaruhi sensitivitas etika daripada lingkungan profesional atau organisasional.

V . KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

1. Orientasi etika auditor berpengaruh pada komitmen (profesional dan organisasional).

2. Terdapat pengaruh antara orientasi etika dengan sensitivitas etika. Auditor relativisme cenderung mengabaikan masalah etika dan idealisme mampu mengakuii masalah etika serta setia pada profesi dan KAPnya.


(20)

5.2 SARAN

Penelitian ini banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu penelitian selanjutnya memperluas jumlah sampel, menguji orientasi etika dan sensitivitas etika pada profesi pajak dan auditor internal sehingga dapat diketahui bentuk perilaku etika auditor.

DAFTAR PUSTAKA

Aderson, G., dan R. C. Ellyson. 1986. Restructuring Professional Standards: The Anderson Report. Journal of Accountancy. September. Pp. 92-104.

Aranya, N., dan K. R. Ferris. 1984. Reexamination of Accountants’ Organizational-Professional Confic. The Accouting Review.


(21)

Aranya, N., R. Lachman, dan J. Amernic. 1982. A Path Analysis of Accountants’ Job Satisfaction and Migration Tendencies. Accounting, Organization, and Society. Vol. 7. pp. 201-215.

Aranya, N., J. Pollock, dan J. Amernic. 1981. An Examination of Professional Commitmen in Publik Accounting. Accounting, Organization, and Society. Vol. 6. pp. 271-280.

Arens dan Loebbecke, 1996. Auditing. Diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf. Jakarta: Salemba Empat.

Bebeau, M. J., J. R. Rest, dan C. M. Yamoor. 1985. Measuring Dental Students’ Ethical Sensitivity. Journal of Dental Education. Vol. 49. pp. 225-235.

Direktori Kantor Akuntan Publik. 2005. http://www Direktori KAP. or.id/

Forsyth, D. R., 1980. A Taxonomy of Ethical Ideologies. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 39. pp. 175-184.

Forsyth, D. R., 1981. Moral Judgment: The Influence of Ethical Ideology. Personality and Social Psychology Bulletin. Vol. 7. pp. 218-223.

Ghozali, Imam. 2004. Model Persamaan Struktural –Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos Ver 5,0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Harrell, A., E. Chewning, dan M. Taylor. 1986. Organizational-Professional Conflict and the Job Satisfaction and Turnover Intentions of Internal Auditor. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 5. pp. 109-121.

Hunt, S. D., dan S. J. Vitell. 1986. A General Theory of Marketing Ethics. Journal of Macromarketing. Spring. Pp. 5-16.

Kalbers, P., Lawrence dan Timothy J Forgarty. 1995. Profesionalism and Its Consequences: A Study of Internal Auditors. Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14 no. 1. pp. 64-86.

Kell, W. G, Boynton, W. C., dan Ziegler, R. E. 1996. Modern Auditing. 4 th Edition, John Wiley & Sons: New York/Brisbane/Toronto/ Singapore.

Lachman, R., dan N. Aranya. 1986. Evaluation of Alternative Models of Commitmrnts and Job Attitudes of Professional. Journal of Accupational Behavior. Vol. 7. pp. 227-243.


(22)

Larkin, Joseph M.. 1990. Does Gender Affect Auditor KAPs’ Performance?. The Women CPA. Spring. Pp. 20-21.

Mauzt, R. K. dan H. A. Sharaf. 1961. The Philosopy of Auditing. Sarasota, FL: American Accounting Association.

Mowday, R. T., L. W Porter dan R. M. Steers. 1982. Employee-Organization Linkages. New York: Academic Press.

Schawrtz Felice. N. 1996. Women in the Profession. Journal of Accountancy. February. Pp. 39-42.

Shaub, M.K, Don W. Finn dan Paul Munter (1993). The Effects of Auditors’ Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity. Behavioral Research in Accounting. Vol. 5

Stephen, Robbins. 2004. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta.

Toruan, H. B. L. 1999. Urgensi Peer Review Bagi Akuntan Indonesia. Media Akuntansi. No. 2/Th. 1 Agustus.

Velasquez, M. G., dan C. Rostankowski 1985. Ethics: Theory and Practice. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall.

Volker, J. M., 1984. Couseling Experince, Moral Judgment, Awareness of Consequnces, and Moral Sensitivity in Counseling Practice. Unpublished Doctoral Disertation. Minneapolis, MN: University of Minnesota Press. Wibowo, Purwoko. 1996. Analisis Pengaruh Pengalaman terhadap Profesionalisme

Auditor Internal dan Pengaruh Profesionalieme terhadap Komitmen Organisasional, Dorongan Berpindah Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor Internal, FE UGM.

LAMPIRAN

Gambar 1

Taxonomi Orientasi Etika


(23)

Situationist

Menolak kaidah moral; menganjurkan analisis individual dari setiap tindakan dalam setiap situasi; relativistis.

Absolutist

Asumsi kemungkinan hasil terbaik akan selalu dicapai jika mengikuti kaidah moral secara keseluruhan

Subjectivist

Penilaian didasarkan pada nilai personal dan perspektif daripada prinsip moral secara keseluruhan; relativistis.

Exceptionist

Moral yang absolut mengarahkan pada judgment tetapi secara pragmatik pengecualian untuk standar; berfaedah (utilitarian). Sumber: Forsyt (1981)

Gambar 2

Model Sensitivitas Etika Akuntan

Tabel 1

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Keterangan (n = 32) Proporsi Rata-rata

Jenis kelamin:  Laki-laki  Perempuan 20 (62,5%) 12 (37,5%) Status:

 Menikah 28 (87,5%)

Idealisme Relativisme Komitmen Profesional Komitmen Organisasi Sensitivitas Etika Idealisme Tinggi Idealisme Rendah


(24)

 Belum menikah 4 (12,5 %)

Umur 26 – 37 tahun

Pengalaman di KAP > 3 tahun

Pelatihan akuntansi yang bertema etika 2 – 4 kali Pelatihan secara rutin di KAP yang bertema etika Tidak pernah

TABEL 2

HASIL PENGUJIAN CORRELATION MATRIX Komitmen

Profesional Idealisme Relativisme OrganisasionalKomitmen

Idealisme 0,168

(0,002) Relativisme 0, 234

(0,005) -0,320 (0,024) Komitmen Organisasional 0,560 (0,001) 0,156 (0,03) -0,165 (0.031) Sensitivitas Etika 0,142 (0,03) 0,237 (0,012) -0,211 (0,043) 0,160 (0,04) TABEL 3 STATISTIK DESKRIPTIF

Rata-rata Standar Deviasi

Komitmen Organisasi 4,32 0,64

Komitmen Profesional 3,89 0,77

Idealisme 4,62 0,89

Relativisme 2,45 0,76

Etika sensitivitas:

 Jam Makan

 Menggunaan jam kerja untuk urusan pribadi.

 Memberikan opini

73,45% 12,34% 45,51% 0,2459 0,5380 0,4768

Total etika sensitivitas 131,30% 0,9867

Gambar 3

GAMBAR DIAGRAM PATH

HASIL UJI GOODNESS OF FIT

.183 ,243

.172 .144 .054 Idealisme Komitmen Profesional Komitmen Organisasi Sensitivitas Etika


(25)

-.115

-,240

-,138 .109 Uji hipotesis:

Chi-squares = .401 Probabilitas = .527 AGFI =.934 GFI = .993 TLI = 1.021 RMSEA = .000

TABEL 4

KOEFISIEN JALUR (PATH COEFFICIENTS)

Direct Effect

Indirect

Effect C.R Keputusan

H1 Idealisme dengan Komitmen Profesional

0.172** 3,636 Signifikan

H2 Relativisme dengan Komitmen

Profesional -0,115** 2,423 Signifikan

H3 Idealisme dengan Komitmen

Organisasional 0.183** 0,107 6,343 Signifikan H4 Relativisme dengan Komitmen

Organisasional

-0,240** -0,114 2,234 Signifikan H5 Komitmen Profesional dengan

Komitmen Organisasional

0,144*** 3,211 Signifikan H6 Idealisme dengan Sensitivitas

Etika

-0.243** 0,006 3,056 Signifikan H7 Relativisme dengan

Sensitivitas Etika

-0,138** -0,012 2,125 Signifikan H8 Komitmen Profesional dengan

Sensitivitas Etika

0.054 0,033 1,452 Tidak Signifikan H9 Komitmen Organisasional

dengan Sensitivitas Etika 0,109 0,621 SignifikanTidak **Signifikansi pada level p< 0,05

*** Signifikansi pada level p< 0,001 Sumber: Data primer diolah, 2007


(26)

(1)

Aranya, N., R. Lachman, dan J. Amernic. 1982. A Path Analysis of Accountants’ Job Satisfaction and Migration Tendencies. Accounting, Organization, and Society. Vol. 7. pp. 201-215.

Aranya, N., J. Pollock, dan J. Amernic. 1981. An Examination of Professional Commitmen in Publik Accounting. Accounting, Organization, and Society. Vol. 6. pp. 271-280.

Arens dan Loebbecke, 1996. Auditing. Diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf. Jakarta: Salemba Empat.

Bebeau, M. J., J. R. Rest, dan C. M. Yamoor. 1985. Measuring Dental Students’ Ethical Sensitivity. Journal of Dental Education. Vol. 49. pp. 225-235.

Direktori Kantor Akuntan Publik. 2005. http://www Direktori KAP. or.id/

Forsyth, D. R., 1980. A Taxonomy of Ethical Ideologies. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 39. pp. 175-184.

Forsyth, D. R., 1981. Moral Judgment: The Influence of Ethical Ideology. Personality and Social Psychology Bulletin. Vol. 7. pp. 218-223.

Ghozali, Imam. 2004. Model Persamaan Struktural –Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos Ver 5,0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Harrell, A., E. Chewning, dan M. Taylor. 1986. Organizational-Professional Conflict and the Job Satisfaction and Turnover Intentions of Internal Auditor. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 5. pp. 109-121.

Hunt, S. D., dan S. J. Vitell. 1986. A General Theory of Marketing Ethics. Journal of Macromarketing. Spring. Pp. 5-16.

Kalbers, P., Lawrence dan Timothy J Forgarty. 1995. Profesionalism and Its Consequences: A Study of Internal Auditors. Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14 no. 1. pp. 64-86.

Kell, W. G, Boynton, W. C., dan Ziegler, R. E. 1996. Modern Auditing. 4 th Edition,

John Wiley & Sons: New York/Brisbane/Toronto/ Singapore.

Lachman, R., dan N. Aranya. 1986. Evaluation of Alternative Models of Commitmrnts and Job Attitudes of Professional. Journal of Accupational Behavior. Vol. 7. pp. 227-243.


(2)

Larkin, Joseph M.. 1990. Does Gender Affect Auditor KAPs’ Performance?. The Women CPA. Spring. Pp. 20-21.

Mauzt, R. K. dan H. A. Sharaf. 1961. The Philosopy of Auditing. Sarasota, FL: American Accounting Association.

Mowday, R. T., L. W Porter dan R. M. Steers. 1982. Employee-Organization Linkages. New York: Academic Press.

Schawrtz Felice. N. 1996. Women in the Profession. Journal of Accountancy. February. Pp. 39-42.

Shaub, M.K, Don W. Finn dan Paul Munter (1993). The Effects of Auditors’ Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity. Behavioral Research in Accounting. Vol. 5

Stephen, Robbins. 2004. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta.

Toruan, H. B. L. 1999. Urgensi Peer Review Bagi Akuntan Indonesia. Media Akuntansi. No. 2/Th. 1 Agustus.

Velasquez, M. G., dan C. Rostankowski 1985. Ethics: Theory and Practice. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall.

Volker, J. M., 1984. Couseling Experince, Moral Judgment, Awareness of Consequnces, and Moral Sensitivity in Counseling Practice. Unpublished Doctoral Disertation. Minneapolis, MN: University of Minnesota Press. Wibowo, Purwoko. 1996. Analisis Pengaruh Pengalaman terhadap Profesionalisme

Auditor Internal dan Pengaruh Profesionalieme terhadap Komitmen Organisasional, Dorongan Berpindah Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor Internal, FE UGM.

LAMPIRAN

Gambar 1

Taxonomi Orientasi Etika


(3)

Situationist

Menolak kaidah moral; menganjurkan analisis individual dari setiap tindakan dalam setiap situasi; relativistis.

Absolutist

Asumsi kemungkinan hasil terbaik akan selalu dicapai jika mengikuti kaidah moral secara keseluruhan

Subjectivist

Penilaian didasarkan pada nilai personal dan perspektif daripada prinsip moral secara keseluruhan; relativistis.

Exceptionist

Moral yang absolut mengarahkan pada judgment tetapi secara pragmatik pengecualian untuk standar; berfaedah (utilitarian). Sumber: Forsyt (1981)

Gambar 2

Model Sensitivitas Etika Akuntan

Tabel 1

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Keterangan (n = 32) Proporsi Rata-rata Jenis kelamin:

 Laki-laki

 Perempuan

20 (62,5%) 12 (37,5%) Status:

Idealisme

Relativisme

Komitmen Profesional

Komitmen Organisasi

Sensitivitas Etika Idealisme

Tinggi

Idealisme Rendah


(4)

 Belum menikah 4 (12,5 %)

Umur 26 – 37 tahun

Pengalaman di KAP > 3 tahun

Pelatihan akuntansi yang bertema etika 2 – 4 kali

Pelatihan secara rutin di KAP yang bertema etika Tidak pernah

TABEL 2

HASIL PENGUJIAN CORRELATION MATRIX Komitmen

Profesional Idealisme Relativisme OrganisasionalKomitmen

Idealisme 0,168

(0,002)

Relativisme 0, 234

(0,005) -0,320 (0,024) Komitmen Organisasional 0,560 (0,001) 0,156 (0,03) -0,165 (0.031) Sensitivitas Etika 0,142 (0,03) 0,237 (0,012) -0,211 (0,043) 0,160 (0,04) TABEL 3 STATISTIK DESKRIPTIF

Rata-rata Standar Deviasi

Komitmen Organisasi 4,32 0,64

Komitmen Profesional 3,89 0,77

Idealisme 4,62 0,89

Relativisme 2,45 0,76

Etika sensitivitas:

 Jam Makan

 Menggunaan jam kerja untuk urusan pribadi.

 Memberikan opini

73,45% 12,34% 45,51% 0,2459 0,5380 0,4768

Total etika sensitivitas 131,30% 0,9867

Gambar 3

GAMBAR DIAGRAM PATH HASIL UJI GOODNESS OF FIT

.183 ,243

.172 .144 .054 Idealisme Komitmen Profesional Komitmen Organisasi Sensitivitas Etika


(5)

-.115

-,240

-,138 .109 Uji hipotesis:

Chi-squares = .401 Probabilitas = .527 AGFI =.934 GFI = .993 TLI = 1.021 RMSEA = .000

TABEL 4

KOEFISIEN JALUR (PATH COEFFICIENTS) Direct

Effect

Indirect

Effect C.R Keputusan H1 Idealisme dengan Komitmen

Profesional

0.172** 3,636 Signifikan

H2 Relativisme dengan Komitmen

Profesional -0,115** 2,423 Signifikan

H3 Idealisme dengan Komitmen

Organisasional 0.183** 0,107 6,343 Signifikan

H4 Relativisme dengan Komitmen

Organisasional

-0,240** -0,114 2,234 Signifikan H5 Komitmen Profesional dengan

Komitmen Organisasional

0,144*** 3,211 Signifikan

H6 Idealisme dengan Sensitivitas

Etika

-0.243** 0,006 3,056 Signifikan

H7 Relativisme dengan

Sensitivitas Etika

-0,138** -0,012 2,125 Signifikan H8 Komitmen Profesional dengan

Sensitivitas Etika

0.054 0,033 1,452 Tidak

Signifikan H9 Komitmen Organisasional

dengan Sensitivitas Etika 0,109 0,621 SignifikanTidak **Signifikansi pada level p< 0,05

*** Signifikansi pada level p< 0,001 Sumber: Data primer diolah, 2007


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap komitmen organisasi dan sensitivitas etika auditor

2 29 133

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN PROFESSIONAL, KOMITMEN ORGANISASI, DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP SENSIVITAS ETIKA AUDITOR.

0 3 35

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

0 1 17

PENDAHULUAN Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

0 2 10

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

2 7 14

PENGARUH ORIENTASI ETIKA TERHADAP KOMITMEN PROFESIONAL DAN IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT.

0 1 46

Pengaruh Orientasi Etika terhadap Independensi dan Kualitas Audit Auditor BPK-RI | Ulum | Jurnal Akuntansi dan Investasi 1014 2901 1 PB

0 0 20

PENGARUH ORIENTASI ETIKA TERHADAP KOMITMEN PROFESIONAL DAN IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT - repository UPI S PEA 0802733 Title

0 0 3

Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Sensitivitas Etika Dengan Komitmen Profesi Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)

0 0 16

Pengaruh Orientasi Etika terhadap Sensitivitas Etika pada Kantor Akuntan Publik di Semarang dengan Komitmen Profesi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening - Unika Repository

0 0 6