MANAJEMEN DAKWAH PADA MAJELIS TAKLIM DI PONDOK PESANTREN NURUL MUBIN BALONGPANGGANG GRESIK.

(1)

MANAJEMEN DAKWAH PADA MAJELIS TAKLIM DI

PONDOK PESANTREN NURUL MUBIN

BALONGPANGGANG GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

MIFTAKHUL JANNAH NIM. B74211073

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Miftakhul Jannah, B74211073, 2016. Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim Di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik. Skripsi Program Study Managemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : Managemen Dakwah, Perencanaan, Pengorganisasian, Kepemimpinan

Persoalan yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik (dalam Bidang Perencanaan, Pengorganisasian, dan Kepemimpinan).

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif kualitatif agar bisa menggambarkan dan mengungkapkan fakta dan data yang ada dalam manajemen dakwah yang dilakukan dalam organisasi majelis taklim Nurul Mubin. kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan manajemen organisasi islam yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, serta kepemimpinan. Sehingga bisa mengungkap manajemen dakwah yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan di majelis taklim Nurul Mubin.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa (1) Perencanaan dalam Majelis Taklim Nurul Mubin bertujuan untuk menyebarkan ajaran islam sehingga seluruh kegiatan yang dilaksanakan berdasar pada syariat Islam. (2) Pengorganisasian dalam Majelis Taklim Nurul Mubin berjalan mengikuti program yang dibutuhkan oleh anggota jamaahnya, dimana struktur kepengurusan yang terbentuk selama ini merupakan anggota jamaah yang bersedia menjalankan tugas dan wewenang secara suka rela. (3) kepemimpinan dalam Majelis Taklim Nurul Mubin lebih bersifat instruktif karena kuatnya pengaruh pengasuh majelis yang dijadikan panutan setiap jamaah.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konsep ... 5

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II : KAJIAN TEORITIK A.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10

B. Kerangka Teori ... 13

1. Manajemen Dakwah ... 13

2. Perencanaan Dakwah ... 16

3. Pengorganisasian Dakwah ... 19

4. Kepemimpinan Dakwah ... 25

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 33


(8)

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Jenis dan Sumber Data ... 34

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Validitas Data ... 39

G. Teknik Analisa Data ... 40

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44

B. Penyajian Data ... 47

1. Managemen Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 47

2. Perencanaan Majelis Taklim Nurul Mubin ... 50

3. Pengorganisasian Majelis Taklim Nurul Mubin ... 57

4. Kepemimpinan Majelis Taklim Nurul Mubin ... 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 67

1. Manajemen Organisasi Berdasar Syariat Islam ... 69

2. Perencanaan Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 72

3. Pengorganisasian Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 77

4. Kepemimpinan Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 82

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran dan Rekomendasi ... 88

C. Keterbatasan Penelitian ... 90

DAFTAR PUSTAKA BOIDATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memahami perkembangan ajaran Islam pada akhir-akhir ini menuntun kita kepada pengkajian yang semakin meluas terhadap pemikiran-pemikiran yang dianut oleh masyarakat dalam menjalankan syariat agama Islam. Hal ini dikarenakan banyaknya ajaran yang berbeda terutama terkait masalah lembaga dan organisasi yang bergerak berdasarkan ajaran agama Islam tersebut. Dimana lembaga dan organisasi tersebut mempunyai metode dan pesan tersendiri kepada umat yang menganut ajaranya.

Dari berkembangnya berbagai ajaran ini maka diperlukan sebuah manajemen dakwah yang baik agar bisa meningkatkan kualitas masyarakat terhadap berbagai ajaran yang hendak disampaikan dan diterapkan sehingga bisa mewadahi pesan dalam dakwah kepada umatnya. Dimana keberadaan metode dakwah diperlukan dalam mengorganisasikan masyarakat didalam sebuah wadah yang dikelola secara baik dan teratur dalam manajemen yang sesuai, sehingga bisa menjadi acuan yang benar-benar dianut oleh umat.

Dakwah ditinjau dari segi bahasa, berasal dari bahasa Arab “da’wah”.

Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain, dan wawu. Dari ketiga

huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi (Ahmad Warson Munawwir, 1997:406).


(10)

2

Dalam Al-Qur’an, kata da’wah dan berbagai bentuk katanya ditemukan sebanyak 198 kali menurut hitungan Muhammad Sulthon (2003:4), 299 kali

versi Muhammad Fu’ad „Abd al-Baqi’ (dalam A. Ilyas Isma’il, 2006: 144 -145), atau 212 kali menurut Asep Muhiddin (2002: 40). Ini berarti, Al-Qur’an

mengembangkan makna dari kata da’wah untuk berbagai penggunaan.1

Dalam proses pencapaianya organisasi Islam memerlukan pengelolaan manajemen yang baik, agar bisa menjadi dinamisator dari keseluruhan kegiatan yang dinamis dan terarah. Karena hampir dalam setiap sendi kehidupan peranan manajemen merupakan peranan yang sangat vital dan penting. Demikian halnya dengan sebuah lembaga maupun yayasan Islam, perlu dibuat lembaga atau yayasan dakwah yang terencana terorganisir, terarah, dan terevaluasi secara professional.

Agar menghasilkan hal seperti diatas, diperlukan proses manajemen yang baik dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, dan controling. yang baik,. Dakwah secara terorganisir merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan, apalagi obyek dakwah yang semakin beragam dan berbeda saat ini, dengan obyek dakwah yang semakin beragam, dengan permasalahan yang semakin beragam pula. Penyelenggaraan dakwah akan berjalan secara efektif apabila terlebih dulu dilakukan identifikasi dan antisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi.

1


(11)

3

Dalam hal ini Pondok Pesantren Nurul Mubin Balonggpanggang Gresik menerapkan manajemen dakwah melalui Majelis Taklim yang dibuat sebagai sarana untuk memberikan pengajaran yang mendalam terhadap ajaran Islam kepada masyarakat yang mengikutinya. Sehingga sedikit atau banyak tentunya dalam melaksanakan kegiatannya di dalam Pondok Pesantren ini memerlukan penerapan yang sesuai mengenai teori fungsi-fungsi manajemen dalam manajemen dakwah agar maksud dan tujuan yang diinginkan bisa tercapai.

Adanya Majelis Taklim di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama, sebagai ajang silaturrahmi anggota masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.2 Majelis Taklim juga berguna untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, menjadi taman rohani, ajang silaturrahmi antara sesama muslim, dan menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa.

Dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang diterapkan, maka dibutuhkan sebuah sistem kepemimpinan yang bisa menunjang jalannya organisasi Majelis Taklim dan juga proses pembelajaran agama di dalam Pondok Pesantren ini. Hal ini berfungsi agar

2

Tuti Alawiyah, 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, cet. Pertama, Mizan,


(12)

4

terjadi hubungan yang baik antara pemimpin dan pengikutnya agar pesan dan ajaran dakwah bisa berjalan dengan baik.

Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin akan terjalin dengan baik bila masing-masing menyadari apa yang telah menjadi tanggung jawab masing-masing, dan apa yang telah mereka butuhkan dari masing-masing pihak. Dan hubungan ini akan menjadi pincang apabila salah satu pihak merasa tidak mendapatkan apa yang diharapkan. Hubungan menjadi baik akan terjalin antara pemimpin dan pengikut, apabila mereka saling membantu untuk mengembangkan diri masing-masing, sambil tetap mempertahankan batas-batas (statusquo) dan identitas (identity) dirinya dengan cara yang terbuka dan saling menerima (open) dan tidak saling menutup diri (close).3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik (dalam Bidang Perencanaan, Pengorganisasian, dan Kepemimpinan)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah tersaji, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan memahami tentang Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik (dalam Bidang Perencanaan, Pengorganisasian, dan Kepemimpinan).

3

A.W. Widjaja, 1986, Peranan Motivasi Dalam Kepemimpinan, Cet.Pertama , Akademika


(13)

5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teori manajemen terutama manajemen dakwah yang dilakukan dalam lembaga atau organisasi Islam. Tentang pengelolaan Majelis Taklim dan pendidikan agama yang baik di dalam lingkungan Pesantren dan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik dalam menjalankan kegiatan kepengurusan Majelis Taklim kepada santrinya. disamping itu juga sebagai bahan pustaka bagi Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi. E. Definisi Konsep

1. Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan


(14)

6

oleh para manajer. Fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.4

2. Dakwah

Dakwah ditinjau dari segi bahasa, berasal dari bahasa Arab “da’wah”. Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain, dan wawu. Dari ketiga

huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi (Ahmad Warson Munawwir, 1997:406).5

3. Manajemen Dakwah

Pengertian manajemen dakwah yaitu sebagai proses perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah tujuan dakwah.6 Dalam hal ini manajemen dakwah yang dimaksud oleh peneliti yakni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan suatu organisasi dakwah agar tercapainya tujuan secara efektif dan efisien, yang tentunya membutuhkan sosok kepemimpinan yang baik agar segala kegiatan dalam organisasi bisa terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

4. Majelis Taklim

4

Amirullah Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 7-8.

5

Moh. Ali Azis, 2004, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 6.

6


(15)

7

Dalam bahasa Arab kata “majlis” adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja yang artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan.7 Sedangkan kata ”ta’lim” sendiri dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja yang mempunyai arti pengajaran.8

Pada umumnya Majelis Taklim adalah lembaga swadaya masyarakat murni. Ia dilahirkan, dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh anggotanya. Oleh karena itu, Majelis Taklim merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Para mubaligh

atau da’i sangat penting untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan jamaah, agar ia dapat menyesuaikan atau mengarahkan jamaah pada tujuan yang ingin dicapai.9 Sedangkan menurut peneliti kali ini Majelis Taklim yakni tempat atau perkumpulan untuk menambah wawasan atau ilmu pengetahuan yang di butuhkan oleh anggotanya, dalam hal ini dikhususkan pada ilmu pengetahuan keagamaan.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini. Dan agar dapat dipahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis, maka pembahasan ini akan disusun penulis sebagai berikut:

7

Ahmad Warson Munawir, 1997, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Pustaka Progresif, cet.

Ke-14, Yogyakarta, hlm. 202. 8

Ahmad Warson Munawir, 1997, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Pustaka Progresif, cet.

Ke-14, Yogyakarta, hlm. 1038. 9

Tuti Alawiyah, 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, cet. Pertama, Mizan,


(16)

8

Bagian Awal : Pada bagian awal yakni berisi judul penelitian (sampul), persetujuan dosen pembimbing, pengesahan tim penguji, motto dan persembahan, pernyataan pertanggung jawaban otentisitas skripsi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar table, dan daftar gambar.

Bab I : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Merupakan kajian teoritis, pada dalam bab ini penulis akan menyajikan penelitian terdahulu yang relevan, kerangka teori, paradigma penelitian, dan hipotesis penelitian.

Bab III : Merupakan metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, dan teknik analisis data.

Bab IV : Pada bab ini berisi tentang pemaparan hasil penelitian yang berisikan tentang analisis manajemen dakwah pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik,


(17)

9

yang di sajikan dalam bentuk gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V : Merupakan penutup, dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan, saran dan rekomendasi, serta keterbatasan penelitian.


(18)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh penelitian lain sebagai tinjauan penelitian terdahulu. Tujuan mencantumkan contoh penelitian lain ialah dengan maksud agar penelitian yang diteliti penulis tidak berdasarkan plagiat atau dengan istilah lain menjiplak karya tulis peneliti lain. Hal ini hanya sebagai perbandingan dengan karya tulis orang lain, sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan penelitian yang penulis kerjakan. Untuk membandingkan dengan penelitian lainnya, maka penulis mengambil contoh karya tulis atau penelitian lainnya sebagai berikut:

1. Pada tahun 2009, penelitian yang dilakukan oleh Iyus Herdiana Saputra, mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian tersebut berjudul “Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawatengah”.1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Model Pendidikan Pesantren Darul Hikmah adalah pendidikan Pesantren di bawah naungan Yayasan Darul Hikmah Kutoarjo. Pola pendidikan Pesantren Darul Hikmah adalah pola pendidikan Pesantren Modern yang berbasis asrama. Dalam mengembangkan manajemen Pesantren Darul Hikmah (PPDH) menggunakan model Manajemen

1

Iyus Herdiana Saputra, Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawatengah,

Digital Library UIN Sunan Kalijaga, diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/6929/, pada tanggal 28 Agustus 2015 pukul 19.17.


(19)

11

Berdasarkan Sasaran (MBS) atau Management By Objective (MBO). Sasaran yang ingin dicapai PPDD adalah fokus pada pendidikan. b. Untuk mencapai pendidikan ini, maka langkah-langkah manajemen

yang ditempuh PPDH adalah : 1) Perencanaan

Model perencanaan yang dikembangkan PPDH adalah model perenanaan strategis yang terdiri atas sistem perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian di PPDH menggunakan sistem desentralisasi dalam pembagian wewenang maupun tugas serta pengembangannya.

3) Pengkoordinasian

Pengkoordinasian di PPDH dilakukan dalam usaha mempersatukan rangkaian aktivitas penyelenggara PPDH dalam rangka meningkatkan kerjasama, kebersamaan antara pejabat organisasi PPDH semaksimal mungkin.

4) Pengawasan

Pengawasan pengelolaan PPDH meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Iyus Herdiana Saputra adalah sama-sama meneliti tentang manajemen pada kegiatan yang dilakukan dalam sebuah lembaga keagamaan yang bertujuan untuk


(20)

12

melakukan dakwah dan ajaran Islam. Sedangkan penelitian ini memiliki perbedaan dalam objek yang dikaji serta metode yang lebih mendalam dalam menggali manajemen dakwah yang ingin digali oleh peneliti.

2. Pada tahun 2015, penelitian yang dilakukan oleh Imam Jazuli, mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

penelitian tersebut berjudul “Analisis Fungsi Perencanaan di Madrasah

Ibtidaiyah Al Huda Karangnongko Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta Tahun 2014/2015.2

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah proses perencanaan yang ada di MI Al Huda Depok telah dilakukan dengan cukup baik, meskipun masih terdapat kekurangan terutama belum adanya identifikasi dahulu tentang berbagai permasalahan dan belum maksimalnya efektivitas rencana yang ada. Proses penetapan kebijakan diambil atas dasar kebijaksanaan kepala sekolah, guru, staf, pengurus dewan sekolah/majelis madrasah atau komite sekolah. Namun untuk proses pengajaran, oleh kepala madrasah mempasrahkan sepenuhnya kepada guru. Dengan demikian kebijakan yang di tentukan akan dapat direncanakan dengan baik.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Imam Jazuli yakni sama-sama meneliti tentang analisis manajemen pada kegiatan yang dilakukan dalam sebuah lembaga keagamaan yang bertujuan untuk melakukan dakwah dan ajaran Islam. Sedangkan penelitian ini memiliki

2

Sugeng Hariyanto, Analisis Fungsi Perencanaan di Madrasah Ibdtidaiyah Al Huda

Karangnongko Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta Tahun 2014/2015, Digital Library UIN Sunan Kalijaga, diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/16892/, pada tanggal 28 Agustus 19.20.


(21)

13

perbedaan dalam objek yang dikaji serta metode yang lebih mendalam dalam menggali manajemen dakwah yang ingin digali oleh peneliti.

B. Kerangka Teori

1. Manajemen Dakwah

Islam merupakan agama dakwah yang mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menyampaikan kepada masyarakat luas. Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan mentranformasikan sikap batin dan perilaku masyarakat menuju sebuah tatanan kesalehan individu atau kesalehan sosial. Dakwah dengan pesan-pesan keagamaan juga merupakan ajakan kepada kesadaran untuk senantiasa memiliki komitmen kepada jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan untuk membebaskan setiap individu dan masyarakat dari pengaruh nilai-nilai kesyaitanan maupun nilai-nilai jahiliyah menuju internalisasi ketuhanan, di lain pihak dakwah juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dalam berbagai aspek ajarannya agar diaktualisasikan dalam bersikap maupun bertindak.3 Seperti dalam firman Allah SWT yang artinya:

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

3

Suyuti Pulungan. 2002. Fiqh Siyasah, ajaran, sejarah, dan pemikiran. Rajawali Press. Jakarta.


(22)

14

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl; 125).4

Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini, namun dari sekian banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam memahami manajemen tersebut, yaitu: Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terry mengemukakan pendapatnya tentang manajemen adalah: Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya5.

Manajemen organisasi adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan, yang efektif diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bisa bekerja secara efisisen.Memanajemen organisasi juga bisa didefinisikan sebagai tugas, pendelegasian otoritas, dan menetapkan aktifitas yang hendak dilakukan

4

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 421

5


(23)

15

oleh manajer pada seluruh hierarki. Manajemen organisasi dapat diartikan seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan6. Dalam penelitian ini peneliti menentukan beberapa variabel yang mendukung penggunaan teorinya, yaitu perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan. Dimana kesemuanya mempunyai keterkaitan dengan tujuan penelitian, yaitu merencanakan dan mengorganisasikan suatu organisasi yang di arahkan dan di koordinasi oleh seorang pemimpin yang sekaligus sebagai penanggung jawab utama dalam organisasi tersebut. Sehingga ketiga variabel ini membantu peneliti untuk menentukan alur dalam sebuah penelitiannya.

Secara umum managemen organisasi dakwah menunjuk pada kegiatan yang bertujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah adalah iman. Karena tujuannya baik maka kegiatannya juga harus baik. Ukuran baik dan buruk adalah syariat Islam yang termaktub dalam Al-Quran dan Hadist. Dimana terdapat proses yang menunjukan kegiatan terus menerus, berkesinambungan, dan bertahap. Peningkatannya adalah perubahan kualitas yang positif : dari buruk menjadi baik, atau dari baik menjadi lebih baik. Peningkatan iman sendiri termanifestasi dalam

6


(24)

16

peningkatan pemahaman, kesadaran, dan perbuatan. Secara singkat managemen dakwah bisa dikatakan kegiatan peningkatan iman menurut syariat Islam.7

2. Perencanaan Dakwah

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang memegang peran sangat penting dan bahkan sangat menentukan dalam mencapai tujuan organisasi. Perencanaan menjadi sangat penting untuk dapat memilih langkah-langkah cerdas dan tepat agar organisasi mampu mewujudkan hasil memadai dari operasinya. Perencanaan pada hakikatnya adalah pemilihan saat ini terhadap kondisi masa depan yang kita kehendaki (choosing our desired future today) beserta langkah-langkah yang kita perlukan untuk mewujudkan kondisi-kondisi tersebut.8

Untuk mewujudkan organisasi islam yang kokoh diperlukan adanya kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam perencanaannya. Hal ini tercantum dalam surat ash shaff ayat 1 – 3.

Artinya: (1)Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana)(2) Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?(3) Amat besar

7

Moh. Ali Azis, 2004, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 6.

8


(25)

17

kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.9

Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa seruan-seruan ini hanya ditujukan untuk orang-orang beriman dan tidak untuk semua orang. Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus memahami dan melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah orang-orang beriman bukan hanya satu orang-orang beriman.dan di sinilah pesan konsep keorganisasiannya.

Kesesuaian antara konsep dan pelaksanaan artinya tidak hanya lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan amal nyata. Justru keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan pelaksanaan. Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja. Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja.

Dalam konteks organisasi, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan sasaran, menentukan pilihan-pilihan tindakan yang akan dilakukan, dan mengkaji cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan masa depan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian perencanaan mengandung beberapa arti, antara lain:

a. Proses

9

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 928


(26)

18

Yaitu suatu konsep dasar yang menjelaskan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Dalam hal ini, kegiatan dalam perencanaan dilakukan menurut proses yang berlaku.

b. Penetapan tujuan dan sasaran

Yaitu kegiatan merencanakan ke arah mana organisasi itu akan dituju. Organisasi dapat menetapkan tujuannya secara khusus ataupun secara umum. Atau menetapkan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.

c. Pemilihan tindakan

Yang berarti organisasi harus mengoptimalkan pada beberapa tindakan yang efektif ketimbang harus menggunakan semua tindakan yang kadang kala tidak efektif.

d. Mengkaji cara terbaik

Walaupun pilihan tindakan itu sudah dianggap baik, namun bisa saja tetap tidak efektif kalau dilakukan dengan cara yang kurang baik. Sebaliknya, sesuatu yang baik apabila dilakukan dengan cara yang baik pula maka akan menghasilkan sesuatu yang efektif.

e. Tujuan

Hal ini menyangkut hasil akhir atau sasaran khusus yang diinginkan oleh organisasi. Keinginan itu bisa dinyatakan dalam suatu standar-standar yang berlaku baik secara kualitatif maupun kuantitatif.


(27)

19

Dari pengertian perencanaan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa suatu perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang mencoba untuk memaksimumkan efektivitas secara total dari organisasi sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Dengan demikian perencanaan paling tidak harus memiliki tiga aspek utama, yaitu 1) menyangkut masa yang akan datang. 2) harus menyangkut tindakan; dan 3) memiliki serangkaian tindakan pada masa yang akan datang yang akan diambil oleh perencana.10

Pengelolaan yang baik dan terarah akan sangat mendukung terhadap aktifitas tujuan organisasi, yaitu membentuk manusia yang berakhlak baik dan berkualitas. Untuk membentuk pengelolaan yang baik dan terarah maka diperlukan sebuah adanya proses manajemen organisasi Islam yang dimanifestasikan dengan Visi,Misi, tujuan, SDM, manajemen operasional, manajamenen pemasaran, Kepimimpinan, komunikasi, budaya organisasi dan etika organisasi yang baik. Penerapan manajemen organisasi merupakan hal sangat mendasar dalam pembentukan dan perjalanan suatu organisasi yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengatur semua sumber-sumber yang dibutuhkan oleh manusia. Tujuan dari manajemen organisasi adalah membimbing manusia untuk bekerja sama secara efektif.11

3. Pengorganisasian Dakwah

10

Amirullah Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 92.

11


(28)

20

Organisasi berasal dari bahasa latin „organum’ yang dapat berarti alat, bagian, anggota, badan. Dengan demikian organisasi adalah suatu sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.12 Organisasi juga dapat diartikan sebagai sistem sosial dan dibentuk atas dasar kepentingan bersama. Karena organisasi merupakan sistem sosial konsekuensinya, aktivitas organisasi diatur oleh hukum sosial dan hukum psikologi. Sama halnya dengan manusia yang memiliki kebutuhan psikologis, organisasi juga memiliki peran dan status sosial.Perilaku organisasi dipengaruhi oleh dorongan kelompok dan individu di dalam organisasi.Terdapat dua jenis sistem sosial yang tegak berdampingan dalam organisasi. Satu diantaranya adalah sistem sosial formal (resmi) dan yang lain adalah sistem sosial informal. Eksistensi sistem sosial menyiratkan bahwa lingkungan organisasi merupakan sesuatu yang bergerak secara bersama, Adapun kepentingan bersama diungkapkan dengan organisasi memerlukan orang-orang, dan orang-orang membutuhkan organisasi. Organisasi memiliki tujuan manusiawi, organisasi dibentuk dan dipertahankan atas dasar kepentingan bersama di kalangan anggotanya. Orang-orang memandang organisasi sebagai sarana untuk membantu mencapai tujuan mereka.

Organisasi islam merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dan diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan

12


(29)

21

menyelenggarakan berbagai Misi dan mengimplementasikan Nilai-nilai yang dikembangkan yang berdasarkan asas, nilai, dan prinsip-prinsip Islam. Asas atau dasar suatu organisasi Islam adalah Islam, yang

bersumber dari Al Quraan dan Sunnah Rasulullah shallallaahu „alaihi wa

sallam, dan ijtihad dari mayoritas ulama Islam. Setiap gerak langkah organisasi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Tujuan dan visi organisasi yang baik adalah yang memiliki dimensi duniawi maupun ukhrawi. Yaitu Iman, Ilmu,Amal Dan Harus selaras dengan prinsip-prinsip Islam. Nilai-nilai Islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya organisasi, nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional, Kualitas, Prestasi, perbaikan.

Untuk memperkuat organisasi islam dibutuhkan kekuatan spiritual dimana manusia merupakan mahluk dualitas, berdiri di titik antara rasional dan irasional, di samping perannya sebagai mahluk sosial. Untuk itu keseimbangan antara keduanya sangat diperlukan, kalau tidak ingin terjadi gejolak dalam diri manusia. Sebagai homo religius, maka kebutuhan spiritualitas sesungguhnya merupakan suatu hal yang ada dalam dirinya atau paling tidak ada naluri yang mendorong manusia untuk cenderung mengakui adanya Zat Adikodrati (Zat Yang Maha Tinggi).13

Dalam ayat keempat surat ash shaff:

13

Hartono Djoko, 2011. Kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses, LKPI-PPMJA, Surabaya,


(30)

22

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.14

Allah SWT menyukai mukmin yang berjuang dalam sebuah bangunan yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah seluruh komponen di dalamnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi dalam bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk pembagian pelaksanaan program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan). Dalam hal ini, diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang. Siapa yang harus jadi tiang, jendela, atap, dsb.

Untuk membuat soliditas tim dalam organisasi dibutuhkan kekuatan spiritual didalamnya. Mengacu pada kebutuhan puncak manusia yang sesuai ajaran islam, maka seorang muslim yang baik sudah barang tentu tidak akan meninggalkan spiritualitas. Ajaran ini justru merupakan jawaban akan kebutuhan manusia sebagai mahluk yang memiliki dimensi batin dibalik unsur jasmaniah. Hal ini karena menurut Viktor Frankle, eksistensi manusia ditandai oleh tiga faktor, yakni kerohanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility).15

14

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 928

15

Hartono Djoko, 2011. Kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses, LKPI-PPMJA, Surabaya.


(31)

23

Untuk menguatkan kinerja yang ada dalam organisasi maka diperlukan adanya pembentukan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam organisasi tersebut.

a. Struktur organisasi

Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau jaringan kerja terhadap tugas-tugas, sistem pelaporan, dan komunikasi yang menghubungkan secara bersama pekerjan individual dan kelompok. Dimana Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar tujuan organisasi dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis maka diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban masing secara bertanggung jawab, sehingga pada saat masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus organisasi/pejabat yang berwenang.

b. Pembagian kerja

Pengorganisasian merupakan proses penempatan orang-orang dan sumber daya lainnya untuk melakukan tugas-tugas dalam pencapaian tujuan. Hal ini menyangkut pembagian kerja untuk diselesaikan dan


(32)

24

mengkoordinasikan dalam proses manajemen. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen kedua dan dilakukan secara langsung dari dasar yang telah dibuat oleh perencanaan yang baik.16

Organisasiadalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi lewat hirarki otoritas dan tanggungjawab. Karakterisitik organisasi menurut Schein meliputi, memiliki struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain untuk mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya.

c. Departementalisasi

Departementalisasi adalah menggabungkan kembali dan mengelompokkan menjadi satu pekerjaan individual17. Organisasi sendiri mempunyai identitas yang dapat digambarkan, dianalisis, diawasi, dan diarahkan, kepada suatu bentuk yang tepat untuk tujuan tertentu. Administrator melihat organisasi sebagai sesuatu yang belum selesai dan belum lengkap, yaitu sebagai alat kerja yang selalu dapat diubah. Bila organisasi dipandang sebagai instrumen yang harus digunakan secara efektif, maka keterbatasan dan kelebihanya harus bisa dipahami.

Teori-teori organisasi merupakan kerangka acuan yang dapat dikomunikasikan sebagai dasar untuk menganalis dan memahami suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana ada sejumlah manusia saling berintraksi satu dengan yang lainya, karena

16

Amirullah Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 165.

17


(33)

25

adanya satu tujuan dan keinginanyang relatif sama. Kemudian organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkunganya.

4. Kepemipinan Dakwah

Keberhasilan sebuah organisasi tidak terbatas pada kemampuan yang dikelola, peran pemimpin sebagai pengarah dan pengendali juga sangat menentukan. Dan untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi tentunya membutuhkan seorang peimimpin yang dapat melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Kepemimpinan adalah suatu faktor kemanusiaan, mengikat suatu kelompok bersama, dan memberi motivasi untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan organisasi sebelumnya. Tanpa kepemimpinan yang efektif (baik formal maupun informal) individu-individu maupun kelompok cenderung tidak memiliki arah, tidak puas, dan kurang termotivasi.18

Ketika kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir indah dalam surat Ash Shaff. Kita juga akan menemukan konsep kepemimpinan dalam organisasi islam. Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah fokus utama dakwah Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan fokus

18


(34)

26

dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah dan ruhiyah ummat Islam masa itu.Dalam surat ini, terdapat tiga konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang kokoh.Yaitu:

a. Ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai

kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui

bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (6).

Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil,

sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang

namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada

mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini

adalah sihir yang nyata”.( 7). Dan siapakah yang lebih zalim daripada

orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(8)Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (9)Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan


(35)

27

agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.19

Dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa perlunya untuk mengukur tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam kerja-kerja organisasi. Jika kita mengetahui ukuran tantangan itu, maka kita bisa membuat program yang bisa mengatasi tantangan tersebut. Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan merumuskan tahap-tahap pelaksanaan amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal yang bersifat asal-asalan. Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan baik dari dalam maupun luar organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi kerosulan-lah yang bisa digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan tersebut.

Hal ini sesuai dengan pengambilan keputusan dalam berorganisasi. Dimana pengambilan keputusan bisa diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu biasanya diawali dengan mengidentifikasikan masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisis, dan memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang

19

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 928-929


(36)

28

dianggap paling baik. Langkah terakhir dari proses itu merupakan sistem evaluasi untuk menentukan efektivitas dari keputusan yang diambil.

b. Konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang

(10)Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(12)niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu)

ke tempat tinggal yang baik di dalam surga „Adn. Itulah

keberuntungan yang besar.(13) Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.20

Dijelaskandalam ayat 10-13 ini bahwa untuk membangun sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya sebuah konsep perjuangan organisasi. Hal ini menjelaskan indahnya sebuah konsep besungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya.Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya sebuah konsep yang mengandung motivasi

20

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 929-930


(37)

29

serta makna optimisme yang jauh dari konsep perjuangan yang menakutkan, tidak realistis dan membuat komponen di dalamnya ragu dapat melaksanakannya atau tidak.

Dengan demikian peran pemimpin dalam melakukan pendekatan motivasi harus mampu menganalisa dan memahami sifat-sifat kebutuhan para bawahan yang merupakan indikator bagi tingkah lakunya, agar kita mengetahui bagaimana memotivasi mereka untuk melakukan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu jenis-jenis kebutuhan yang merupakan faktor penggerak tingkah laku manusia. c. Memiliki kader yang militan

14. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu

penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana ’Isa putera Maryam telah

berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama)

Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong

-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan

segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.21

21

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 930


(38)

30

Dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu perjuangan dalam organisasi juga ditentukan dengan ada tidaknya kader-kader militan di dalamnya. Militan ini terkait dengan makna komitmen, konsistensi, keseimbangan (tawazunitas), ketaatan serta kecintaan. Karena memang amal yang baik dari seorang kader organisasi tidak akan bisa terwujud tanpa lima hal di atas. Dan dengan memiliki kader yang militan, amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam organisasi.

Di dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh (semangat) organisasi. Dan ruuh organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam organisasi, kualitas sang pemimpin, sejauh mana organisasi mempunyai semangat kompetisi dengan yang lain serta sejauh mana memadukan semangat dan ilmu yang dimiliki. Di dalam organisasi Islam terdapat banyak sekali lembaga ataupun organisasi yang bertujuan untuk mengelola dan mengatur dakwah dengan baik. Baik itu lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga pendidikan, maupun organisasi masyrakat dan lembaga sosial.

Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para bawahannya. Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai perilaku pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya artinya kemampuan pemimpin untuk mengatakan sesuatu hal dengan benar dalam sekumpulan kegiatan terkoordinasi yang tercakup dalam gaya


(39)

31

kepemimpinan tertentu. Istilah gaya atau style sama dengan cara yang dipergunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi para bawahannya22.

Dari sisi lain Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa perilaku atau gaya kepemimpinan yang paling efektif berbeda-beda, sesuai dengan kematangan bawahan. Kematangan atau kedewasaan bukan dalam arti usia atau stabilitas emosional, melainkan keinginan untuk berprestasi. Kesadaran untuk bertanggung jawab dan kemampuan serta pengalaman yang berhubungan dengan tugas.

Teori kepemimpinan dengan pendekatan situasional, yaitu suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilaku, sifat-sifat bawahan dan situasi dalam menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan kepemimpinan inimensyaratkan pemimpin harus memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia. seperti teori yang diungkapkan oleh Hessey dan Blanchard dengan menggunakan 4 (empat) gaya kepemimpinan, diantaranya adalah:

a. Direktif dapat disebut Telling (Intruksi)

Ditandai dengan tinggi tugas dan rendah hubungan, komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peranan bawahan dan menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, di mana dan bagaimana suatu tugas harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan

22

Miftah Thoha, 1995. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal.


(40)

32

keputusan semata-mata menjadi tanggung jawab pemimpin, yang kemudian disampaikan kepada bawahan.

b. Konsultatif dapat disebut Selling (Konsultasi)

Ditandai dengan tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin melakukan komunikasi dua arah dan memberikan motivasi terhadap bawahan. pemimpin mau mendenganrkan keluhan dan perasaan bawahan mengenai keputusan yang akan diambil.

c. Partisipatif dapat disebut Participating (Partisipasi)

Ditandai dengan tinggi hubungan dan rendah tugas, komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahan. Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan bawahan dalam keadaan seimbang. Pemimpin beranggapan bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan tugas

d. Delegatif dapat disebut Delegating (Delegasi)

Ditandai dengan rendah hubungan dan rendah tugas, adanya wewenang yang diberikan kepada bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusannya sendiri. Sebab mereka dianggap telah memiliki kecakapan dan kepercayaan dan memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya sendiri.

Keempat variabel diatas merupakan acuan pokok yang digunakan dalam penelitian ini. Dimana dalam pelaksanaan manajemen dakwah pada


(41)

33

Majelis Taklim merupakan kegiatan organisasi yang pada dasarnya membutuhkan perencanaan, pengorganisasian dan gaya kepemimpinan yang baik agar manajemen yang dilakukan bisa berjalan dengan baik sesuai tujuannya.


(42)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatandan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan paradigma penelitian kualitatif yang berarti pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.1 Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendalam dari fokus penelitian yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam dengan informan penelitian.

Dalampenelitian ini, penulis ingin mengetahui lebih rinci data dilapangan dengan terjun secara langsung dan mendalam agar fakta yang diperoleh bisa semakin banyak dan akurat serta memaparkan secara baik dan apa adanya mengenai “Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik”.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan study deskriptif. Penelitian deskriptif yang mendiskripsikan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta dan data yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian kualitatif adalah sebagai

1


(43)

34

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilakunya dapat diamati.2

Penelitian deskriptif ini ditujukan untuk : 1) Mengumpulkan Informasi secara detail. 2) Mengindentifikasi masalah yang ada. 3) Membuat perbandingan atau evaluasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan tentang Analisis Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik.

B.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Gresik, tepatnya di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik, berlokasi di Jl. Kauman Desa Balongpanggang Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik. Lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik juga merupakan lembaga dakwah yang juga diindikasikan berpotensi memiliki masalah dengan sistem manajemen dakwahnya.

C.Jenis dan SumberData

Dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. A., jenis data dalam penelitian kualitatif terdiri dibagi ke dalam

2


(44)

35

kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Dalam penerepannya peneliti hanya menggunakan jenis data kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto yang kemudian lebih peneliti kerucutkan menjadi data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama.3Data yang diperoleh secara langsung dari responden atau obyek yang akan diteliti melalui pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan fokus penelitian yang penulis teliti. Dalam penelitian ini yang menjadi key informan adalah pengasuh Pondok Pesantren Nurul Mubin serta beberapa pengurus jamaah Majelis Taklim.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan.4 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bisa menggunakan dokumentasi maupun informasi lain yang berkaitan dengan jalannya penelitian ini.

D.Tahap-TahapPenelitian

Peneliti harus menyusun tahap-tahap penelitian terlebih dahulu, agar penelitian yang dihasilkan sistematis dan terstruktur. Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan antara lain:

3

Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,

hlm. 123. 4

Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 123.


(45)

36

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun proposal penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun rancangan penelitian atau disebut proposal penelitian. Proposal ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

b. Mengurus surat izin, mengajukan perizinan yang diperoleh dari fakultas untuk melakukan penelitian, kemudian digunakan kepada pengasuh Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang.

c. Menjajaki dan menilai lapangan, dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang keadaan geografis, demografis, kebiasaan-kebiasaan dari pegawai.

d. Menyiapkan perlengkapan penelitian, hal ini semua perlengkapan, baik perlengkapan yang bersifat teknis maupun non teknis, terutama dalam interview dengan informan seperti pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan, dan peralatan tulis atau alat recorder.

e. Etika penelitian, dalam melakukan penelitian dilapangan, etika adalah hal yang sangat penting. Dengan beretika dan memahami peraturan yang ada dilapangan, maka akan semakin memudahkan peneliti mendapatkan informasi dan data yang ada dilapangan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini, peneliti memasuki lapangan penelitian, yaitu Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik. Dan selanjutnya


(46)

37

melakukan proses penelitian dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian dengan melakukan pengumpulan data yang merupakan kelengkapan atau pengembangan metode untuk mendapatkan data primer melalui proses observasi, wawancara dan dokumentasi, disamping itu peneliti juga mencari data di situs internet maupun di buku kepustakaan ilmiah untuk melengkapi data sekunder yang sudah peneliti jalankan pada tahap sebelumnya.

3. Tahap Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.5Peneliti berusaha merangkai serta menarik benang merah yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan melakukan crosscheck terhadap semua data yang peneliti dapatkan dari lapangan dengan teori-teori yang berkaitan agar bisa mendeskipsikan hasil penelitian yang sesuai dengan keilmuan manajemen dakwah.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahapini merupakan tahap akhir dalam melakukan penelitian. Setelah data-data terkumpul, peneliti tinggal menyusun laporan yang

5


(47)

38

sistematis. Dalam tahap ini, peneliti mempunyai peran dan pengaruh yang sangat besar terhadap hasil penelitian. Di karenakan penulisan laporan yang sesuai prosedur penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas dari hasil penelitian yang baik pula.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standard yang di tetapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi (Pengamatan)

Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik.

2. Interview(Wawancara)

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.6 Peneliti melakukanwawancara dengan

6

Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,,


(48)

39

Pengasuh Pondok, Ketua dan Bendahara Majelis Taklim Nurul Mubindengan maksud untuk melengkapidata yang diperoleh melalui observasi. Data ini berupa : Analisa Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi sebagai saranauntuk mendapatkan data tentang: profil dan kegiatan Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik yang didapatkan dari dokumen profil dan data Majelis Taklim Nurul Mubin, sekaligus dokumentasi foto saat kegiatan berlangsung.

F. Teknik Validitas Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri


(49)

40

seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti objek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti. Dalam objek yang sama peneliti dengan latar belakang pendidikan akan menemukan data yang berbeda dengan peneliti yang berlatar belakang Manajemen, Antropologi, Sosiologi, Kedokteran, Teknik dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Triangulasi Teknik. Dimana Triangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.7

G.Teknik Analisa Data

Proses analisa data ini dimulai dengan seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi yang pernah ditulis dalam catatan lapangan, yang selanjutnya diklarifikasi sesuai dengan deskripsi kualitatif yang menggambarkan kondisi latar penelitian yang

7

Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,,


(50)

41

diperoleh dari lapangan, hukum yang dibangun. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti membagi teknik analisis data dalam dua proses, antara lain :

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.8

2. Analisis Selama di Lapangan Model Miles and Huberman

Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data yaitu :

8

Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,,


(51)

42

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka lengkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”, yang peling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusing Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data yang berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh


(52)

43

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Pondok Pesantren Nurul Mubin

Pesantren Nurul Mubin berdiri pada tahun 2001 di Kecamatan Balongpanggang, yang berada kurang lebih 42km dari Kabupaten Gresik. Pendirinya KH. Ainur Rofiq, sekaligus sebagai pengasuh Pesantren hingga sekarang. Pada tahun 2003 jumlah santri telah mencapai angka 50 orang, 20 orang santri putra dan 30 orang santri putri. Terdiri dari 15 orang santri mukim dan 35 orang santri tidak menetap yang kebanyakan berasal dari penduduk sekitar Pesantren.1

2. Majelis Taklim Nurul Mubin

Majelis Taklim Nurul Mubin adalah organisasi masyarakat yang bergerak dibidang keagamaan, terutama berkegiatan pada pengajian agama islam yang bertujuan untuk memperdalam ilmu rohani bagi setiap jamaahnya. Selain itu dalam majelis yang beralamat di Jl. Kauman desa Balongpanggang Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik ini juga ada kegiatan yang dilakukan oleh jamaah untuk memberikan layanan keilmuan kepada masyarakat sekitar mengenai agama islam.

Dilatar belakangi adanya Pon-Pes (Pondok Pesantren) Nurul Mubin yang sudah berdiri sejak tahun 2001. Maka banyak masyarakat

1


(54)

45

yang sudah berkeluarga akan tetapi masih berkeinginan memperdalam ilmu agama. Dari hal ini terbentuklah mejelis taklim ini dengan tujuan memperdalam ilmu Syariat, Thorekoh dan Hakikat sesuai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah.

Dari sini berjalanlah kegiatan mejelis taklim ini yang diikuti oleh jamaah Laki-laki sejak tahun 2009 hingga sekarang dengan jamaah sekitar 100 orang. Dan jamaah Ibu-ibu yang baru berjalan sekitas satu tahun dengan jamaah berjumlah sekitar 50 orang. Dalam pengajian rutinnya jamaah Laki-laki berlangsung setiap malam Jumat dan jamaah Ibu-ibu berlangsung setiap jumat sore.

Untuk menunjang jalannya kegiatan ini maka jamaah juga membentuk susunan pengurus yang bertujuan agar mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan yang ada serta bisa mengkoordinasikan seluruh kegiatan dan informasi kepada setiap jamaah dengan baik. Dengan adanya pengurus pada Majelis Taklim Nurul Mubin maka jamaah mempunyai wadah untuk berorganisasi yang bertujuan untuk mengembangkan kegiatan yang sesuai denga syariat islam.

Maka dalam perjalanannya selain membantu kegiatan yang ada dalam Pon-Pes Nurul Mubin, majelis taklim ini juga mengembangkan sosial jamaahnya terhadap masyarakat sekitar. Adapun salah satu program pengurus Majelis Taklim Nurul Mubin yaitu bekerjasama denga kelompok dalang Jawa Timur untuk mengadakan pagelaran wayang di Pon-Pes ini. Tentunya pagelaran wayang ini juga disesuaikan dengan syariat islam baik dari segi cerita maupun penampilan yang dibawakan. Yakni cerita yang


(55)

46

diangkat disesuaikan dengan cerita yang mengandung ajaran agama Islam serta disisipkan dakwah-dakwah agama sesuai dengan dalil baik dari kitab, Al-Qur’an, maupun Hadist. Selain itu dari segi penampilan juga disesuaikan, dimana para sinden berpakaian tertutup dengan menggunakan hijab, mentiadakan tari-tarian, juga melantunkan beberapa shalawat yang disisipkan dalam gending-gending jawa.

3. Profil Informan

a. Pengasuh Majelis Taklim Nurul Mubin

Penulis mengambil pengasuh sekaligus Kyai dalam Majelis Taklim Nurul Mubin. Karena beliau Sebagai panutan oleh jamaah tentunya pengasuh disini mempunyai peranan penting dalam keputusan yang di ambil dan dijalankan dalam organisasi. Yang akan digunakan sebagai data oleh peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

b. Ketua Pengurus Majelis Taklim Nurul Mubin

Ketua pengurus Majelis Taklim Nurul Mubin tentunya mempunyai banyak wewenang dalam menjalankan aktifitas baik dalam program maupun kegiatan yang ada dalam organisasi ini. Hal ini berguna bagi peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana manajemen dakwah dalam organisasi ini dijalankan. Serta banyak data yang bisa digunakan dari ketua pengurus untuk menyelesaikan tugas akhir sesuai kebutuhan penelitian ini.

c. Bendahara Pengurus Majelis Taklim Nurul Mubin

Sebagai bendara dipilih menjadi informan karena peneliti berusaha mencari data mengenai bagaimana manajemen keuangan


(56)

47

yang ada dalam organisasi ini dikelola. Selain itu sebagai bendahara tentunya juga mengetahui tentang bagaimana kegiatan yang ada dalam jamaah majelis ini dilaksanakan. Untuk itu peneliti bisa memperoleh data organisasi Majelis Taklim Nurul Mubin untuk dijadikan bahan dalam penelitian ini.

B. Penyajian Data

Dalam sebuah penelitian yang terpenting adalah bagaimana peneliti bisa menggali data dan informasi yang dibutuhkan untuk sebuah penelitiannya. Yang bertujuan untuk mencari permasalahannya dan bisa mendapatkan jawaban atas permasalahan tersebut. Data dan informasi yang didapat juga harus berdasarkan fakta yang ada dalam lapangan. Sehingga data bisa diolah dan ditarik kesimpulan secara umum.

Dalam hal ini peneliti benar-benar fokus pada data-data yang berkaitan dengan manajemen organisasi yang dilakukan majelis taklim Nurul Mubin Balongpanggang dalam menerapkan visi dan misinya.Sehingga peneliti harus benar-benar jeli dalam memilih dan mencari data dari sumber penelitian, baik itu yang bersifat primer maupun sekunder.

1. Managemen Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin

Majelis Taklim Nurul Mubin adalah organisasi kelembagaan yang bersifat non profit. Yang beranggotakan seluruh jamaah pengajian rutin sehingga pengurus yang ada dalam organisasi ini juga merupakan bagian dari jamaah tersebut. Organisasi yang berasas keagamaan islam ini secara


(57)

48

peranan sang Kyai atau disini berperan sebagai pengasuh ponpes dan pengisi pengajian rutin sangat berpengaruh terhadap jalannya kegiatan dalam majelis ini.

ya jelas pak kyai mbak, kan disini pak kyai sebagai pengasuh. Jadi pak kyai yang memimpin disini. pak kyai yang mengatur, memerintah, dan yang menentukan / memutuskan kebijakan. Insyaallah iya (mengikuti intruksi kyai), karena disini

sistemnya santri/pengurus itu harus tawadlu’ kepada pengasuh, ustadz, dan kyainya.”2

Dari sini bisa digambarkan besarnya peran dan pengaruh dari kyia yang mengasuh majelis taklim ini dalam hal berorganisasi. Sehingga terdapat banyak kebijakan dalam kegiatan di majelis taklim ini yang ditentukan oleh perintah atau keputusan dari sang kyai.

Sesuai hasil observasi yang saya lakukan dalam kegiatan Majelis

Taklim Nurul Mubin meskipun menganut sistem tawadlu’, namun dalam

pelaksanaan kegiatan secara organisasi disini tetap menggunakan manajemen organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dimana masih terdapat susunan struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang yang bersedia menjadi pengurus dan dirasa mempunyai kompetensi didalamnya. Meskipun memang pada dasarnya saat menentukan struktur ini lebih berdasar pada kesediaan jamaah yang siap untuk menjadi pengurus.

“pengurusnya dibentuk atas musyawarah antar jamaah.

Tapi sebenarnya itu ya siapa yang mau jadi pengurus terus dia bisanya dibagian apa. Yaa seperti itu saja.”3

2

Hasil wawancara dengan Ketua pengurus Majelis Taklim Nurul Mubin 3


(58)

49

Dari susunan pengurus dan organisasi dalam majelis taklim ini maka terdapat juga proses-proses manajemen yang selama ini berlangsung dalam organisasi majelis taklim Nurul Mubin.Awal mula terbentuknya majelis taklim Nurul Mubinini dilatar belakangi oleh adanya Pon-Pes (pondok pesantren) Nurul Mubin yang sudah berdiri sejak 27 Mei 2001. Dari sini banyak muncul keinginan masyarakat yang masih ingin memperdalam ilmu agama walaupun sudah berkeluarga. Sehingga KH. Aunur Rofik yang menjadi Kyai sekaligus pengasuh Pon-Pes bersedia untuk membentuk dan menjalankan pengajian rutin setiap minggu yang diikuti oleh jamaah laki-laki dari warga sekitar.

Pengajian ini pertama kali terlaksana pada tahun 2009 (tidak diketahui tanggal pasti dimulainya) dengan sistem asal terlaksana. Jadi memang pertama terlaksana ini belum ada organisasi secara formal dalam melaksanakannya. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya jamaah hingga mencapai 100 orang lebih. Maka dibentuklah susunan pengurus dalam organisasi ini.

Saya sendiri lupa kapan mulai ngajinya. Tahun 2009an lah. pokoknya waktu itu ada yang pengen ngaji ya kita pilih hari malem jumat buat ngaji. Saja juga kurang tau kapan itu jamaah bikin pengurus. Selama ini jamaah itu banyak mengalir saja mbak

kegiatannya. Yang penting kan ngajinya.”4

Berbeda dengan organisasi kelembagaan yang bersifat profit. Dalam Majelis Taklim Nurul Mubin ini sumber daya manusia yang ada merupakan sekelompok orang yang mempunyai satu tujuan yaitu untuk

4


(59)

50

memperdalam ilmu agama islam dan keinginan bersama berjuang untuk menyebarkan agama islam sesuai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah. Dari sini terdapat berbagai manusia yang memiliki latar belakang berbeda baik dari segi pendidikan, sosial, maupun ekonomi.

“jamaah disini ada yang jadi guru, pejabat, pedagang, petani, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang tua, ada yang muda, ada pak haji juga. Beda-beda semua mbak, tapi kalau sudah disini

yang penting syariatnya sama.”5

Meskipun memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda namun para jamaah dalam mejelis ini harus mengikuti proses organisasi yang sama. Juga mendapatkan hak dan kewajiban yang sama kepada setiap persona jamaah. Dengan demikian semua jamaah diharapkan mempunyai kesadaran yang sama untuk membangun dan menjaga organisasi yang telah terbentuk dalam Majelis Taklim Nurul Mubin ini.

Untuk menjaga pelaksanaan program yang ada dalam majelis ini agar berjalan dengan baik maka diperlukan pengelolaan terhadap sumber daya manusia yang ada. Meskipun seluruh pengurus dan anggota bersifat suka rela dengan landasan keikhlasan. Namun diperlukan tatanan kerja dan peran dalam setiap masing-masing sumber daya manusia yang ada dalam organisasi ini.

2. Perencanaan Majelis Taklim Nurul Mubin

Dari latar belakang terbentuknya Majelis Taklim Nurul Mubin yang berkeinginan untuk mengajarkan agama islam secara utuh sesuai ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah kepada seluruh jamaahnya. Maka

5


(60)

51

pengurus terlebih dahulu menetapkan visi dan misi organisasi ini sebagai berikut.

a. Visi Majelis Taklim Nurul Mubin

1) Mencetak jamaah yang berakhlak karimah.

2) Agar jamaah memahami dan melakukan islam secara utuh yaitu Syariat, Thoriqoh, dan Haqiqoh.

3) Agar jamaah memahami dan melakukan islam Ahlussunah wal Jamaah.

b. Misi Majelis Taklim Nurul Mubin

1) Agar jamaah bisa memahami Al-Quran dan hadist. 2) Agar jamaah paham kitab-kitab kuning.

3) Agar jamaah mempelajari islam secara utuh yaitu iman islam dan ihsan / Syariat Thoriqoh Haqiqoh.6

Berikutnya pengurus menetapkan tindakan yang terwujud dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh jamaah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam proses ini sebenarnya pengurus lebih menitik beratkan pada keputusan yang telah di ambil oleh Pak Kyai. Dimana konsep

ketawadhu’an yang dianut menuntun pengurus untuk menjalankan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pak Kyai yang disini adalah pengasuh Pon-Pes dan Majelis Taklim Nurul Mubin.

Meskipun secara konsep organisasi ini bergantung pada keputusan pengasuh, namun secara teknis dan struktur kerja setiap pengurus

6


(61)

52

menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan tugas kerja yang telah diberikan. Begitu juga adanya kebebasan kepada organisasi ini untuk mengatur segala administrasi yang berlaku sesuai kebutuhan dan perlengkapan dalam menjalankan kegiatan di majelis ini.

a. Program rutin majelis taklim Nurul Mubin

Sejak pertama kali terbentuk jamaah majelis taklim ini memulai kegiatan rutin berupa pengajian untuk jamaah Laki-laki yang dilaksanakan setiap kamis malam jumat. Acara ini dimulai pukul 09:00 WIB hingga selesai. Dalam majelis ini diisi dengan kegiatan istighosah terlebih dahulu terus dilanjutkan dengan pengajian rutin yang dipimpin oleh Pak Kyai. Setelah itu dilakukan jamaah sholat sunnah sholat Taubat, Tahajjud, Hajjat, Tasbih dan Witir. Baru ditutup dengan makan malam bersama yang disediakan oleh pengurus. Sedangkan pengajian rutin Ibu-ibu dilaksanakan pada hari jumat sore yang dimulai dengan jamaah sholat magrib, kemudian istighosah

dilanjutkan pengajian kitab fikih hingga selesai kemudian sholat isya’

berjamaah. Baru diakhiri dengan makan bersama untuk semua jamaah.

“kita fasilitasi saja dengan tempat yang sedikit nyaman

mbak, ngajinya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Kalau yang laki-laki itu jadwalnya malam, sekalian malam jumat trus diisi istighosah sama sholat-sholat sunah baru pengajian. Kalau ibu-ibu kan gak pantes kalau kemaleman, jadi ya sore saja. Terus ngajinya kitab-kitab fikih dan hadist.”7 Dalam pengajian rutin ini jamaah juga bisa melaksanakan kegiatan sosial dimana jamaah akan dikoordinasi oleh pengurus bila

7


(62)

53

ada salah satu dari jamaah ada yang terkena musibah. Dimana pengurus mengajak seluruh jamaah untuk membantu baik dukungan secara moral maupun material kepada jamaah yang sedang tertimpa musibah tersebut.

“kita berkumpulnya saat ada kegiatan rutin saja mbak, jadi kita siapkan kebutuhan yang ada untuk pengajian rutinan. Itu sesuai tugasnya masing-masing. Kita juga yang mengorganisir jamaah dalam kegiatan ini. Selain jamaah rutinan, kita mengorganisir jamaah bila ada hajatan, termasuk juga kalau ada keluarga atau jamaah yang meninggal kita mengkoordinir

semua jamaah agar bisa berkunjung.”8

Dalam hal ini memang ada perbedaan antara jamaah Laki-laki dan jamaah Ibu-ibu, dimana kegiatan jamaah Laki-laki lebih banyak dari pada jamaah Ibu-ibu. Seperti yang saya rasakan saat mengikuti kegiatan di Majelis Taklim Nurul Mubin jamaah laki-laki disini lebih berperan aktif dalam menjalankan program organisasi. Bahkan kegiatan jamaah ibu-ibu disini juga masih dipegang secara keseluruhan teknisnya oleh pengurus jamaah laki-laki. Hal ini dikarenakan jamaah laki-laki lebih bersifat fleksibel dan secara norma sosial tidak bermasalah bila harus berkegiatan pada malam hari. b. Pengelolaan keuangan Majelis Taklim Nurul Mubin

Dari sumber daya manusia yang ada maka pengelolaan dana merupakan bagian penting dalam berjalannya suatu program dan kegiatan organisasi. Pengelolaan dana ini meliputi dari bagaimana bentuk penggalian dana tersebut hingga kegunaannya yang bisa bermanfaat bagi berjalannya organisasi dalam majelis taklim ini.

8


(1)

90

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan dari jarak lokasi dan waktu, dimana peneliti yang tinggal di Surabaya dan masih aktif kuliah tidak bisa secara terus menerus melakukan observasi dilapangan yang bertempat di Balongpanggang Gresik. Bagi peneliti selanjutnya lebih baik bila dalam penelitian haruslah merencanakan waktu yang luang agar bisa melakukan observasi secara lebih mendalam tanpa terganggu kegiatan lain yang juga harus diselesaikan.

Selain itu dalam penelitian ini terdapat keterbatasan dalam hal data yang berupa dokumen. Dimana organisasi Majelis Taklim Nurul Mubin yang dijalankan pengurusnya tidak begitu memiliki dokumen organisasi yang terarsip dengan baik. Sehingga selain observasi dan wawancara data yang didapat dari dokumen organisasi ini dirasa masih belum maksimal. Namun secara kesuluruhan data yang didapatkan sudah bisa diolah dan dianalisis dengan intensitas peneliti dengan mengikuti kegiatan yang ada.


(2)

91

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T., 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, cet. Pertama, Mizan, Bandung.

Azis, M.A., 2004, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta.

Balitbang kabupaten gresik, 2003. Profil Pondok Pesantren Kabupaten Gresik. Budiyono, A.H., 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Djoko, H., 2011, Kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses, LKPI-PPMJA, Surabaya.

Hardian Saputra, Iyus Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawatengah, Digital Library UIN Sunan Kalijaga, diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/6929/, pada tanggal 28 Agustus 2015 pukul 19.17.

Hariyanto, Sugeng. Analisis Fungsi Perencanaan di Madrasah Ibdtidaiyah Al-Huda Karangnongko Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta Tahun 2014/2015, Digital Library UIN Sunan Kalijaga, diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/16892/, pada tanggal 28 Agustus 19.20. Illahi, M.M.W.,2006, Manajemen Dakwah,Kencana, Jakarta.

Munawir, A.W., 1997, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Pustaka Progresif, cet. Ke-14, Yogyakarta.

Pulungan, S., 2002. Fiqh Siyasah, ajaran, sejarah, dan pemikiran, Rajawali Press, Jakarta.


(3)

92

Sarwono, J., 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Shaleh, A.R., 1977, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta. Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.

Sutarto. 1989. Dasar-dasar organisasi. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Thoha, M., 1995, Kepemimpinan Dalam Manajemen,. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tim Media, 2002, Kamus Ilmiah Populer, Media Center.

Widjaja A.W., 1986, Peranan Motivasi Dalam Kepemimpinan, Cet.Pertama , Akademika Pressindo, Jakarta.

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara


(4)

93

Nama : Miftakhul Jannah

NIM : B74211073

Prodi : Manajemen Dakwah

Tempat/tanggal lahir : Gresik, 01 November 1993

Alamat : Rt.4 Rw.11 Ds.Balongpanggang, Kec.Balongpanggang,

Kab. Gresik

Pendidikan :

- MI Hidayatul Ummah Balongpanggang (2005)

- SMP Negeri 1 Balongpanggang (2008)

- SMA Islam Brawijaya Mojokerto (2011)

Nomor HP : 081336630475


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T., 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, cet. Pertama, Mizan, Bandung.

Azis, M.A., 2004, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta.

Balitbang kabupaten gresik, 2003. Profil Pondok Pesantren Kabupaten Gresik. Budiyono, A.H., 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Djoko, H., 2011, Kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses, LKPI-PPMJA, Surabaya.

Hardian Saputra, Iyus Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawatengah, Digital Library UIN Sunan Kalijaga, diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/6929/, pada tanggal 28 Agustus 2015 pukul 19.17.

Hariyanto, Sugeng. Analisis Fungsi Perencanaan di Madrasah Ibdtidaiyah Al-Huda Karangnongko Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta Tahun 2014/2015, Digital Library UIN Sunan Kalijaga, diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/16892/, pada tanggal 28 Agustus 19.20. Illahi, M.M.W.,2006, Manajemen Dakwah,Kencana, Jakarta.

Munawir, A.W., 1997, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Pustaka Progresif, cet. Ke-14, Yogyakarta.

Pulungan, S., 2002. Fiqh Siyasah, ajaran, sejarah, dan pemikiran, Rajawali Press, Jakarta.


(6)

Sarwono, J., 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Shaleh, A.R., 1977, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta. Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.

Sutarto. 1989. Dasar-dasar organisasi. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Thoha, M., 1995, Kepemimpinan Dalam Manajemen,. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tim Media, 2002, Kamus Ilmiah Populer, Media Center.

Widjaja A.W., 1986, Peranan Motivasi Dalam Kepemimpinan, Cet.Pertama , Akademika Pressindo, Jakarta.

--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara