Minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : FAHRUNNISA NIM : 107051002164
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H. / 2011 M.
(2)
MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA
TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
____Fahrunnisa____ NIM : 107051002164
Di Bawah Bimbingan
______Rubiyanah, MA____
NIP: 19730822 199803 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
(3)
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memeperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2011
(5)
i
Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul Musthofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah
Hadrah merupakan kesenian musik Islam yang ditampilkan dengan iring-iringan rebana (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Adapun majelis taklim Nurul Musthofa merealisasikan kesenian Islam dalam kegiatan dakwahnya. Selain ceramah agama, Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf selaku pimpinan majelis taklim Nurul Musthofa juga menghadirkan Hadrah secara rutin dalam pengajian yang di selenggarakannya. Dengan harapan bahwa lewat tiap lirik syair dan shalawat yang dibawakan oleh Hadrah, jamaah dapat diajak untuk memahami pesan agama yang terkandung di dalamnya dan membangun rasa cinta terhadap kesenian Islam.
Dari latarbelakang tersebut maka timbul keinginan dari peneliti untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah? dan Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab dari pertanyaan diatas, yaitu untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Maka peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Alex Sobur yang secara sederhana menerangkan bahwa “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian yang menggunakan analisisnya secara umum dengan menggunakan statistik. Peneliti mengambil populasi dari jamaah majelis taklim banat (perempuan) Nurul Musthofa yang berjumlah 200 orang kemudian menarik sampel sebanyak 30% yaitu 60 orang. Pengumpulan data yang digunakan meliputi angket, observasi, dokumentasi dan wawancara (interview). Desain yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu menganalisis dan meninterpretasikan data, gambaran, fakta, dan peristiwa yang di dapat apa adanya dari objek penelitian. Dan untuk analisis data penelitian ini menggunakan skala likert dan diagram lingkaran.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa adanya minat yang tinggi dari jamaah majelis taklim Nurul Musthofa dilihat dari aspek kognitif (33,4%), afektif (31%) dan konatif (36%) terhadap kesenian Islam Hadrah.
(6)
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan kuasa dan rahmatNya memberikan ilmu dan ilham kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga senantiasa tercurahkan kepada Rasul pilihan Allah yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, pengikut beliau dan seluruh umat manusia yang setia kepadanya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang telah peneliti temui. Namun karena kasih sayang dari Allah SWT , kemuliaan Nabi-Nya, keiklasan hati dan kerja keras penulis, serta doa, motivasi maupun bantuan dari berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan yang peneliti temui dapat dilalui dengan baik. Demikian pula peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka melalui tulisan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada : 1. Ayahanda H. Nirwazih dan Ibunda Hj. Salmah tercinta beserta keluarga, yang
telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan materil yang
berlimpah. Sehingga peneliti senantiasa termotivasi dan tidak kenal menyerah dalam mencapai cita-cita.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA,
(7)
iii
kesabaran bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi kritik dan saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA, Sekretaris Jurusan KPI.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan, semoga penulis senantiasa dapat memanfaatkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. 6. Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, para Ulama dan Habaib di Majlis Taklim
Nurul Musthofa serta Ustadzah Hj. Syarifah Fatma al-Athos, Ustadzah Hj. Syarifah Husna bin al-Haddad selaku penasehat Majlis Taklim Nurul Musthofa perempuan.
7. Ustadzah Zulia Fazriah, selaku Da’iah (penceramah) dan Pimpinan Tim Hadrah Segaf Majlis Taklim perempuan Nurul Musthofa, Para pengurus Majlis Taklim perempuan Nurul Musthofa khususnya Ustazah Zulfa, dan Tim Hadrah Seggaf khususnya Lita, yang dengan sukarela meluangkan waktunya untuk memberikan pengetahuan baru, informasi dan data-data dalam pelaksanaan skripsi ini.
8. Special Thanks for Lena Ulfiana, Nadya Nurfitria, Anggi Ria, Rahmi Ardhila, Iin Afrianti, Alfiyyaturrohmah, Shalahuddin al ayyubi, Tommy Muhammad,
(8)
iv
Reezael al Fataa, Abdul Latif yang telah membantu peneliti dari support dan lainnya.
9. Teman seperjuangan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam periode 2007 khususnya kelas D, kenangan manis selalu di hati dan semoga silaturrahmi selalu terjaga antara kita.
10.Teman-teman LSO VOC, terimakasih untuk segala kenangan dan pengalaman manis kebersamaan kita.
Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bantuan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu-persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 16 September 2011
(9)
v
KATAPENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI ... 15
A. Minat ... 15
1. Pengertian Minat ... 15
2. Macam- Macam Minat ... 18
3. Faktor-Faktor Terbentuknya Minat ... 22
B. Kesenian Islam ... 24
1. Pengertian Kesenian Islam ... 24
2. Sejarah Kesenian Islam ... 25
C. Musik Hadrah ... 27
(10)
vi
2. Sejarah Musik Hadrah ... 27
3. Alat Musik Hadrah ... 29
D. Majelis Taklim ... 30
1. Pengertian Majelis Taklim ... 30
2. Fungsi Majelis Taklim ... 31
3. Karakteristik Majelis Taklim ... 32
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA & TIM HADRAH SEGGAF ... 33
A. Profil Majlis Taklim Nurul Musthofa ... 33
B. Profil Majelis Taklim Nurul Musthofa Perempuan ... 38
C. Profil Tim Hadrah Seggaf ... 42
BAB IV MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH ... 46
A. Data ... 46
B. Analisis Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul Musthofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah ... 49
BAB V PENUTUP ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN
(11)
vii
TABEL 2 ... 48
TABEL 3 ... 49
TABEL 4 ... 50
TABEL 5 ... 51
(12)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk “homo pluralis” yang memiliki cipta, rasa, karsa dan karya. Sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya dari makhluk lain. Melalui budi dayanya yang ditopang kemampuan dalam berfikir, manusia menentukan pilihan terhadap tata nilai yang dikenal sebagai kebudayaan. 1
Salah satu diantara unsur penting dalam sistem kebudayaan adalah kesenian. Melalui kesenian manusia mampu memperoleh saluran untuk mengekspresikan pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batinnya. Di antara jenis kesenian yang diciptakan manusia adalah musik. Musik merupakan produk budaya yang tertinggi atau merupakan seni yang terindah.2
Pada masa kini musik telah menjadi seni yang sangat penting dan terus berkembang. Bahkan hampir tempat di sepanjang hari musik dapat dinikmati, baik melalui media elektronik seperti radio, televisi, tape recorder, flash disk (USB), kaset, kepingan VCD/ DVD, maupun melalui pertunjukan musik langsung.
Musik yang disampaikan melalui irama, memiliki daya komunikasi yang tinggi dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mengandung
1Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya
TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 1.
2
Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 1.
(13)
masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Herbert Spencer yang dikutip oleh Dloyana bahwa musik siap melayani, terutama kebutuhan yang sifatnya non fisik. 3
Berangkat dari kebutuhan-kebutuhan itu, musik diberi makna yang beragam sesuai dengan konteksnya. Konteks disini maksudnya adalah musik dapat memiliki banyak arti, tergantung siapa yang melihat atau menikmatinya, bilamana, dan dimana. Antara lain musik dibutuhkan manusia sebagai alat untuk mengekspresikan diri, peragaan, seperti yang diungkapkan oleh Stravinsky yang dikutip oleh Dloyana yaitu bahwa musik merupakan suatu bahasa atau alat komunikasi dari perasaan-perasaan.4
Kita telah mengetahui bagaimana hebatnya perkembangan kebudayaan saat ini, terlebih dalam bidang musik. Masyarakat telah menganggap musik sebagai sebuah sarana yang dapat menyampaikan pesan secara universal. Setiap orang bebas mengkreasikan tiap idenya lewat musik. Dan dalam praktek kehidupan sehari-hari, musik telah menjadi bagian integral yang terus berkembang di tengah masyarakat serta memiliki peran serta dalam aktivitas masyarakat, seperti dalam bidang pekerjaan, pelatihan, perfilman, kesehatan bahkan digunakan dalam bidang syiar agama.5
3
Dloyana Kesumah, dkk., Pesan-Pesan Budaya Lagu-Lagu Pop Dangdut dan Pengaruhnya TerhadapPrilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 2.
4
Amir Pasaribu, Riwayat Musik dan Musisi (Jakarta: PT. Gunung, 1986), h. 11.
5
Amirullah Ahmad, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya (Yogyakarta: PLP2M, t. Th), h. 12.
(14)
3
Hadrah merupakan kesenian musik Islam yang ditampilkan dengan iring-iringan rebana (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak mulia Nabi Muhammad SAW, terkadang disertai pula dengan gerak tari.
Pemain musik Hadrah berupa sebuah tim yang terdiri atas 2 kelompok. Kelompok penabuh Hadrah dan kelompok yang melantunkan syair barjanji. Pada umumnya, Hadrah biasa dipakai pada acara perkawinan, mengantar orang berangkat haji, hari-hari besar Islam dan lain sebagainya. 6
Hadrah masih merupakan jenis musik rebana yang mempunyai keterkaitan sejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga di Jawa. Karena perkembangannya yang menarik, kesenian ini seringkali digelar dalam acara-acara seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj atau hajatan semacam sunatan dan pernikahan.
Alat rebananya sendiri berasal dari daerah Timur Tengah dan dipakai untuk acara kesenian. Kemudian alat musik ini semakin meluas perkembangannya hingga ke Indonesia, mengalami penyesuaian dengan musik-musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat musik-musik yang dimainkan. Demikian pula musik Gambus, Qasidah dan Hadrah adalah termasuk jenis kesenian Islam yang sering menggunakan rebana.
6
Abdul Halim, Nahdatul Ulama“Festival Hadrah Al Banjari,” artikel diakses pada Jumat,
(15)
Adapun majelis taklim Nurul Musthofa merealisasikan kesenian Islam dalam kegiatan dakwahnya. Selain ceramah agama yang diberikan para Ulama dan Habaib, Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf selaku pimpinan majelis taklim Nurul Musthofa juga menghadirkan Hadrah secara rutin dalam pengajian yang di selenggarakannya. Dengan harapan bahwa lewat tiap lirik syair dan shalawat yang dibawakan oleh tim Hadrah, jamaah dapat diajak untuk memahami pesan agama yang terkandung di dalamnya dan membangun rasa cinta terhadap kesenian Islam.
Kita telah mengetahui bahwa terkadang masyarakat segan menghadiri majelis taklim karena telah mengklaim bahwa kegiatan yang ada di dalamnya cenderung membosankan. Bahkan telah menjadi kebiasaan masyarakat saat ini bahwa sebagian besar mereka lebih memilih menghadiri acara hiburan yang di sertai musik yang dianggap lebih menarik daripada menghadiri majelis taklim.
Namun kehadiran majelis taklim Nurul Musthofa dengan memasukkan Hadrah Segaf didalamnya seperti telah menolak klaim masyarakat terhadap kegiatan majelis taklim yang membosankan. Di dalam majelis taklim Nurul Mustofa, Hadrah bisa menjadi terapi musik yang memberi rileksasi dan ketenangan jiwa bagi pendengarnya sehingga secara cepat dan tepat metode ini ternyata mampu menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul Musthofa.
Permasalahan tersebut menarik untuk diteliti karena, musik adalah bahasa universal. Lewat musik, siapa saja bisa menyampaikan beragam pesan. Kelenturan bahasa dari musik itulah yang diaktualisasikan oleh tim Hadrah Segaf
(16)
5
sebagai metode dalam menarik minat kesenian Islam jamaah majelis taklim Nurul Musthofa.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa. Dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada setiap hari minggu pertama dan minggu ketiga pengajian.
Secara menyeluruh peneliti akan berusaha menjawab dari rumusan masalah penelitian. Adapun permasalahan yang hendak dijawab adalah :
a. Bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?
b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
Manfaat Penelitian :
a. Secara akademis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengetahuan ilmiah dalam bidang ilmu komunikasi dan ilmu dakwah
(17)
khususnya di jurusan komunikasi penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti, praktisi ilmu komunikasi dan ilmu dakwah khususnya agar lebih kreatif dan inovatif lagi mengembangkan bidang keilmuan mengenai kesenian Islam di Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
1) Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diminati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran tiap variabel yang diteliti, kemudian menghasilkan data kuantitatif.7
Sedangkan desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analistis, menurut Suharsimi Arikunto metode ini adalah :
“Salah satu metode yang dapat digunakan dalam prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak
7
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahuljannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 184.
(18)
7
atau sebagaimana adanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa, metode deskriptif analisis merupakan langkah-langkah melakukan representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat didalam
masalah yang diselidiki.”8
2) Subjek dan Objek Penelitian
Peneliti menentukan subjek dari penelitian ini adalah jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa dan objek dari penelitiannya adalah minat atau kehendak jamaah perempuan terhadap kesenian Islam Hadrah.
3) Populasi dan Sampel
a. Populasi
Keseluruhan subjek penelitian. populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa yang rutin mengikuti pengajian berjumlah 200 orang.
b. Sampel dari penelitian ini akan diambil sebanyak 30% atau 60 orang responden. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik sampling purposif, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu karena dianggap berdasarkan penelitian mewakili populasi.9
4) Variabel Penelitian
Dalam Penelitian ini terdapat variabel sebagai berikut :
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1993), h. 14.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D (Bandung : Alvabeta CV, 2008) Cet. Ke-3. H. 89
(19)
a. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (variabel dependent). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi.
Pada penelitian ini, variabel bebas adalah kesenian Islam Hadrah. b. Variabel terikat (dependent variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Pada penelitian ini, variabel terikat adalah minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa.
5) Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Definisi Operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.10
a. Variabel bebas, indikatornya adalah : a) Kegiatan pengajian atau taklim
b) Penampilan Hadrah di setiap kegiatan majelis c) Kebutuhan jamaah terhadap relaksasi dan hiburan
d) Pengalaman jamaah sering mendengarkan atau menyaksikan kesenian Islam.
b. Variable terikat, indikatornya adalah :
10
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,1995), h. 46
(20)
9
a) Area pengetahuan (respon kognitif) : pengetahuan tentang Hadrah. b) Area perasaan (respon afektif) : perasaan jamaah dengan kehadiran
Hadrah di dalam majelis taklim.
c) Area tindakan (respon konatif) : perilaku jamaah setelah sering melihat penampilan Hadrah di dalam majelis.
6) Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai awal bulan April 2011 hingga Agustus 2011 dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan secara incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data). Dan adapun tempat penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di sekretariat "Istana Seggaf " Jl. RM. Kahfi I GG. Manggis RT.01/01 No. 9A Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630, Indonesia.
7) Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui :
a. Observasi
Mengamati langsung kegiatan Hadrah Seggaf dan majelis taklim Nurul Musthofa.
b. Wawancara
Melakukan interview pada pendiri dan beberapa pengurus majelis taklim
perempuan Nurul Musthofa.
(21)
Peneliti mencari data yang berkaitan dengan judul dari dokumen, buku-buku, internet yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
d. Menyebarkan angket (kuesioner)
Peneliti menberikan beberapa pernyataan dalam bentuk skala likert kepada 60 orang perempuan jamaah majelis taklim Nurul Musthofa yang menjadi sampel.
8) Analisa Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dan diinterpretasikan. Ada beberapa tahapan menganalisa setelah data diperoleh : a. Deskriptif yaitu data-data di peroleh melalui angket kemudian diproses
menjadi beberapa tahapan yaitu :
1) Editing dengan cara memeriksa jawaban-jawaban responden, kemudian di telaah, di rumuskan dan di kelompokkan untuk memperoleh data yang akurat.
2) Tabulating yaitu dengan cara memindahkan jawaban-jawaban responden ke dalam tabel berdasarkan tema-tema kemudian dicari prosentasenya untuk di analisa.
3) Kesimpulan yaitu peneliti memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran data.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data yang digunakan adalah melalui perhitungan frekuensi relatif dan mean (rata-rata)
(22)
11
Rumus Frekuensi Relatif :
P = F x 100% N
P = Besaran prosentase
F = Frekuensi (jumlah jawaban responden) Mean adalah nilai rata-rata dari total bilangan Rumus Mean
∑ fx
--- N
∑ = Mean (rata-rata)
Fx = Pengamatan
N = Jumlah Pengamatan11
Untuk mengetahui minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dilakukan dengan skala likert mengembangkan prosedur pengukuran dengan skala.
Skala Likert Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Netral (N) Setuju (S) Sangat Setuju (SS)
1 2 3 4 5
11
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. 5, h. 175.
(23)
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan skala 1-5. Dari segi statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi
keandalannya dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau tidak”.
Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan angket, hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel. Hasil prosentase yang didapat dari tabel skala likert kemudian dibuat diagram lingkaran (Piechart), diagram ini berfungsi untuk membandingkan data yang telah di analisis. 12
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan dan buku-buku baik yang terdapat di perpustakaan fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi maupun perpustakaan lainnya. Peneliti menemukan beberapa tulisan sejenis diantaranya, skripsi yang ditulis oleh Nurmansyah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Penyuluhan Masyarakat Islam, dengan judul “Minat Siswa kelas XI-XII SMK 28
Jakarta terhadap profesi pekerja sosial”. Dalam skripsinya tersebut Nurmansyah
membicarakan bagaimana minat siswa terhadap profesi pekerja sosial. Yang membedakan dengan skripsi ini adalah subjek dan objek penelitiannya, dalam
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alvabeta CV. 2008), hal. 37
(24)
13
skripsi ini penulis membahas bagaimana minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah.
Kemudian skripsi yang ditulis oleh Suryanih Deran mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, dengan judul “Peran VCD cinta Rasul dalam
menumbuhkan minat”. Dalam skripsinya tersebut selain subjek dan objek penelitian yang berbeda, Suryanih juga menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang jelas berbeda dengan metode penelitian skripsi ini.
Dari beberapa sumber yang peneliti cari, baik itu dari skripsi, tesis, disertasi maupun buku, belum pernah ada yang meneliti tentang “Minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah ”
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini terbagi atas lima bab, secara rinci sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori merupakan bab yang melandasi pemikiran dalam menganalisa dari data-data yang telah dikumpulkan. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan pengertian minat, macam-macam minat, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya minat, pengertian kesenian Islam, sejarah kesenian Islam dan Hadrah.
(25)
BAB III : Gambaran umum majelis taklim Nurul Musthofa, Majlis Taklim dan tim Hadrah Segaf meliputi sejarah berdiri, visi dan misi, struktur organisasi serta program-program kegiatannya.
BAB IV : Pada bab ini peneliti mengemukakan analisisnya mengenai minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah dari hasil pengumpulan data dengan beberapa temuan data dan analisis yang ditemukan di lapangan.
BAB V : Bab penutup berisi kesimpulan dari penelitian tentang minat kesenian Islam Hadrah dan saran-saran bagi praktisi ilmu komunikasi dan ilmu dakwah khususnya dalam mengembangkan kesenian Islam.
(26)
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat
1. Pengertian Minat
Minat menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah “perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan pendirian, pendapatan atau keyakinan.”1
Menurut Alex Sobur secara sederhana bahwa “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” 2
Sedangkan Fuad Hasan berpendapat bahwa “minat (interest) adalah istilah yang menunjukkan pada adanya intensitas perhatian yang tinggi seseorang
terhadap suatu hal, peristiwa, orang atau benda.”3
Menurut Alisuf Sabri “minat adalah suatu kecenderungan untuk
memperhatikan secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang jadi minat bisa terjadi karena sikap senang pada sesuatu.”4
Sedangkan menurut Sudarsono dalam bukunya Kamus Filsafat dan
Psikologi mengatakan bahwa ”minat adalah perhatian, kesukaan
(kecendrungan) hati yang terdiri dari:
1
Porwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-1 hlm. 499.
2
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), Cet. Ke-1, hlm. 246.
3
Fuad Hasan, dkk, Kamus Istilah Psikologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1981), hlm. 64.
4
M. Alif Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2, hlm. 84.
(27)
a. Keinginan dan perhatian yang mengandung unsur-unsur suatu dorongan untuk berbuat sesuatu (belajar).
b. Suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangkaan, rasa takut; kecendrungan-kecendrungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.5
Sedangkan menurut Akyas Azhari dalam buku psikologi pendidikan
mengatakan bahwa “minat ialah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang terus dan disertai oleh rasa senang.”6
Berbeda
dengan pendapat A. D. Marimba bahwa “minat adalah sesuatu arti bagi kita,
sesuatu itu dapat memenuhi kebutuhan kita dan dapat menyenangkan kita.”7 Sama dengan pengertian minat yang diungkapkan oleh Redja
Mudyaharjo bahwa “minat adalah sesuatu kecendrungan batin yang
menyebabkan bertahannya objek pemikiran dalam kesadaran, atau kembalinya objek pemikiran dalam kesadaran. Minat yang dimiliki seseorang
menyebabkan orang itu dapat memerintahkan dirinya untuk bertindak.”8
Selain itu menurut Slameto “minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang.”9
5
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Cet. Ke-1, hlm. 156.
6
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996) Cet. Ke-1, hlm. 74
7
A. D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), hlm. 88.
8
Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2, hlm. 125.
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), Cet. Ke-3, hlm. 105.
(28)
17
Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas, atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa didalam minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk: mendekati/ mengetahui/ memiliki/ menguasai/ berhubungan) dari subjek yang dilakukan
dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.”10
Dari beberapa definisi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat atau intrest adalah suatu hal yang timbul dari perasaan berupa perhatian, kecendrungan atau keinginan terhadap hal tertentu dari objek sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan atau kegiatan-kegiatan tertentu. Oleh karena itu minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun orang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat maka ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar. Dalam hal ini tentunya minat erat pula hubungannya dengan perhatian yang dimiliki seseorang, karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak.
Maka secara sederhana dapatlah diambil pengertian bahwa minat adalah suatu kecendrungan, keinginan atau suatu dorongan yang terjadi pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan minat ini seseorang akan
10
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Adul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 262-263.
(29)
memusatkan atau mengarahkan seluruh aktifitas fisik maupun psikisnya kearah yang diamatinya itu.
2. Macam-Macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini sangat tergantung pada sudut pandang dan cara penggolongan misalnya berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan arahanya minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri. 11
Minat hanya akan ada bila ditampakkan dalam bentuk prilaku lisan dan perbuatan, lalu timbul tindakan yang menentukan apakah menerima atau menolak terhadap stimuli yang diberikan. Minat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ketegori, yaitu :
a. Area pengetahuan (respon kognitif)
Merupakan hasil persepsi dan pengetahuan seseorang tentang suatu obyek dimana komponen kognitif ini timbul dengan adanya perubahan terhadap apa yang dipahami oleh khalayak. Respon ini juga berkaitan dengan pengetahuan, kecerdasan, informasi seseorang mengenai suatu hal.
b. Area perasaan (respon afektif)
11
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 265
(30)
19
Menjelaskan tentang perasaan dan reaksi emosional sebagai hasil evaluasi terhadap objek dimana komponen afektif ini berkaitan dengan emosi, jiwa, sikap dan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.
c. Area tindakan (respon konatif)
Respon ini berkaitan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan kegiatan atau kebiasaan berprilaku. Menunjukkan kecenderungan bertindak dengan cara tertentu terhadap obyek tertentu. Dalam hal ini merupakan tindakan yang diberikan dari responden sebagai pengguna. 12
1) Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi :
a) Minat primitive adalah minat yang ditimbulkan karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktifitas dan seks.
b) Minat kultural atau minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita misalnya minat belajar, individu mempunyai pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan
12
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 266
(31)
akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.13
2) Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi :
a) Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktifitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh, seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan.
b) Minat eksintrik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh, seseorang belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat melalui ujian nasional dengan baik dan dapat lulus. 14
3) Berdasarkan cara mengungkapkan minat atau indikator minat dapat dibedakan menjadi :
13
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 267
14
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 265-268.
(32)
21
a) Expressed interest : adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawaban subjeklah dapat diketahui minatnya.
b) Manifest interest : adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas-aktifitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya.
c) Tested interest : adalah minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya enunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.
d) Inventoried interest : adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah di standarisasikan, dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukkan kepada subjek apakah ia
(33)
senang atau tidak senang terhadap aktifitas atau sesuatu objek yang ditanyakan.15
3. Faktor-faktor Terbentuknya Minat
Cukup banyak faktor-faktor yang dapt mempengaruhi minat terhadap sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :
a. Faktor internal, yaitu minat yang terbentuk dari dalam diri individu yang bersangkutan. Misalnya, bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman dan kepribadian, faktor internal banyak dipengaruhi oleh intervensi, pengaruh dari keluarga individu.
b. Faktor eksternal, yaitu minat yang terbentuk dari lingkungan sekitar tempat tinggal individu, faktor lingkungan merupakan pengaruh terbesar dari terbentuknya suatu minat individu ini dikarenakan terlalu banyak pengaruh yang masuk ke individu ketika ia berada di luar lingkungan internalnya. 16
Menurut Crow dan Crow (1973) berpendapat ada tiga faktor yang menjadikan timbulnya minat, yaitu :
1) Dorongan dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan dan ingin tahu. Dorongan ingin makan akan membuat individu membangkitkan
15
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 263
16
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 264
(34)
23
minat untuk mencari penghasilan dan bekerja, serta dorongan untuk ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membuat individu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, dan menuntut ilmu.
2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan aktifitas tertentu. Misalnya minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbulnya karena ingin mendapatkan penghargaan dari masyarakat, karena biasanya orang yang memiliki pengetahuan yang cukup luas (orang pandai) mendapatkan kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat degan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktifitas akan menimbulkan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktifitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.
4) Karena kepribadian itu manusia bersifat kompleks, maka sering ketiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya minat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu perpaduan dari ketiga faktor tersebut, akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah yang menjadi awal penyebab timbulnya suatu minat.17
17
Abdul Rahmat Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, h. 265
(35)
B. Kesenian Islam
1. Pengertian Kesenian Islam
Pembahasan mengenai kesenian Islam memiliki banyak penafsiran, pandangan dan pendapat. Namun sebelum sampai pada pembahasan mengenai kesenian Islam, dalam hal ini peneliti akan mencoba memberikan gambaran umum terlebih dahulu mengenai kesenian.
Perkataan kesenian merupakan suatu pengertian yang banyak mempermasalahkan keindahan. Setiap hasil pekerjaan seni akan menghasilkan suatu keindahan yang merupakan adaptasi dari cipta dan rasa haru manusia. Untuk lebih menyelami apa yang dimaksudkan dengan pengertian kesenian, ada baiknya kita ikuti beberapa pendapat tentang kesenian tersebut. 18
Kesenian adalah merupakan segala hasil daya cipta atau buah pikiran manusia, yang bersifat indah. Jadi, apa saja yang merupakan hasil ungkapan pikiran dan daya cipta itu asalkan ia yang berbentuk, memiliki sifat keindahan disebut seni. Pendapat-pendapat lain yang memberikan batasan tentang arti kesenian itu adalah:
a. Kesenian adalah hasil atau barang sesuatu yang diciptakan manusia sehingga merupakan keindahan dan untuk mewujudkan rasa keindahan.
18
(36)
25
b. Kesenian adalah rasa halus atau suci yang dipergunakan untuk mencurahkan gambaran batin kepada pemujaan, kecintaan, ketenangan, hormat, memberi dan menerima sesuatu.
c. Kesenian atau keindahan adalah kesatuan dari ide dan gambaran dalam pikiran, peleburan lengkap dari dengan gambaran dalam pikiran.
Dari pengertian kesenian ini peneliti menyimpulkan bahwa kesenian itu adalah ungkapan rasa halus dan suci yang diaplikasikan lewat ciptaan buah pikiran manusia yang hasilnya mengandung suatu unsur keindahan.
Adapun secara umum pengertian kesenian Islam adalah segala hasil usaha dan daya upaya, buah pikiran dari kaum muslim untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Seni Islam dapat juga diberi batasan sebagai suatu seni yang dihasilkan oleh suatu seniman atau disainer muslim; atau dapat juga berupa seni yang sesuai apa yang dibayangkan oleh seorang muslim.19
2. Sejarah Kesenian Islam
Jika kita membicarakan tentang seni, maka akan terbayang dari ragam seni. Diantaranya seni musik, seni suara maupun seni tari. Pada hakikatnya seni khususnya kesenian Islam bukanlah persoalan baru yang timbul sesudah
19
(37)
datangnya Islam. Akan tetapi kita membicarakan hal yang sudah tua sejarahnya, bahkan hampir sama tua dengan sejarah hidupnya manusia.
Perkembangan kesenian Islam mencapai puncak keemasaanya pada zaman Dinasti Ummayah hingga akhirnya menempatkan Baghdad sebagai pusat peradaban dunia. Dalam Islam pada masa itu, kesenian bukan hanya sebagai hiburan, tapi sudah menjadi ilmu pengetahuan yang terus diselidiki dan bagian dari ritual ibadah. Bahkan beberapa alat musik yang sekarang banyak digunakan di dunia berasal dari dunia kesenian Islam dan banyak karya dari seniman dunia Arab masa lalu yang menjadi acuan bagi Seniman dunia barat dan belahan dunia lainnya. 20
Salah satu teori yang tercantum dalam risalah Al-Muqadimah karya Ibnu Khaldun. Teori ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-14 Masehi itu tepat berlaku pada perkembangan seni Islam, terutama seni suara dan musik. Musik Arab yang awalnya sangat sederhana, berkembang menjadi musik yang kaya warna seiring dengan kemajuan pemerintahan Islam di masa Dinasti Ummayah. Ketika itu, Madinah dan Damaskus menjadi pusat kebudayaan Islam. Dari kedua kota ini, kegiatan penerjemahan kitab-kitab seni musik Persia dan Yunani ke dalam bahasa Arab gencar dilakukan. 21
“Seni Muzik telah mencapai kemajuan yang begitu hebat sekali, ini kerana seni muzik telah mendapat tempat yang baik daripada kalangan pemerintah dan juga orang ramai. Kehebatan dan kemajuan seni muzik ini dapat dilihat melalui lukisan-lukisan yang terdapat dalam kitab Alpum Al-Lail
20
http://banyuonline.com/artikel/ 2010/04/ 09 index.php
21
(38)
27
atau Hikayat Seribu Satu Malam, yang dihiasi dengan gambar-gambar sekumpulan ahli muzik yang sedang membuat persembahan mereka di hadapan khalifah. Ia menggambarkan betapa besarnya penghargaan umat Islam terhadap seni muzik pada masa itu di kota Dymsik, iaitu pada zaman kerajaan Abbasiyyah.”22
C. Hadrah
1. Pengertian Hadrah
Dari namanya mungkin terdengar sangat asing. Namun Hadrah sudah sangat populer di kalangan majelis taklim yang dipimpin oleh beberapa ulama, kiyai, dan habib yang kemudian menyebar di kalangan masyarakat. Hadrah dari segi bahasa diambil dari kata „hadhoro
-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan’ yang berarti kehadiran. Tapi dalam pengertian istilahnya adalah
sebuah alat musik sejenis rabana yang digunakan untuk acara-acara keagamaan seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Hadrah juga tidak hanya sebatas untuk acara Maulid Nabi saja, tetapi digunakan juga untuk ngarak (mengiringi) orang sunatan ataupun orang kawinan. 23
2. Sejarah Hadrah
Secara historis, masyarakat Madinah pada abad ke-6 telah menggunakan Hadrah sebagai musik pengiring dalam acara penyambutaan atas kedatangan Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah. Masyarakat
22
Haji aziz deraman & wan ramli wan mohamad. Muzik dan Nyanyian Tradisi Melayu. h. 12
23
(39)
Madinah kala itu menyambut kedatangan beliau dengan syair Thaala'al Badru yang diiringi dengan Hadrah, sebagai ungkapan rasa bahagia atas kehadiran seorang Rasul ke bumi itu. Kemudian Hadrah digunakan sebagai sarana dakwah para penyebar Islam. Dengan melantunkan syair-syair indah yang diiringi alat musik perkusi, pesan-pesan agama Islam mampu dikemas dan disajikan lewat sentuhan seni artistik musik Islami yang khas. Sebenarnya Hadrah bukan suatu hal yang baru dalam masyarakat. Hadrah sudah ada sejak jaman dahulu. Awalnya, Hadrah berasal dari bangsa Arab dan Negara-negara Timur Tengah.
Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari negeri Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 - 1333H / 1839 - 1913M). datang ke tanah air dalam misi berdakwah menyebarkan agama Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab berupa pembacaan shalawat yang diiringi rebana ala Habsyi atau yang dikenal saat ini adalah Hadrah, dengan cara mendirikan majlis sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai sarana mahabbah (kecintaan) kepada Rasulullah saw. 24
Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru daerah terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib 'Ali bin
24
Mudjahidin, Keindahan Karya Seni di Tinjau dari Beberapa Sudut pandang Baik Al’qur’an dan Hadis, (Jakarta: PT. Gunung, 1985 ), hal. 3
(40)
29
Muhammad bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang
berjudul “Simthu Al-Durar” yang di dalamnya memuat tentang kisah perjalanan hidup dari sebelum lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di dalamnya juga berisi bacaan shalawat-shalawat dan madaih (pujian-pujian) kepada Rasulullah. Bahkan sering kali dalam memperingati acara maulid Nabi Agung Muhammad saw. kitab itulah yang sering dibaca dan diiringi dengan alat musik Hadrah. Sehingga sampai sekarang kesenian ini pun sudah melekat pada masyarakat, khususnya para pecinta shalawat dan maulid NabiMuhammad SAW, sebagai sebuah eksistensi seni budaya Islam yang harus selalu dijaga dan dikembangkan.25
3. Alat Musik Hadrah
Adapun Jenis alat yang digunakan dalam musik Hadrah diantaranya adalah jenis pukulan (tabuhan) Hadrah ada yang disebut master satu, master dua, giring, dan bass. Pukulan master satu dan dua merupakan yang paling penting, sebab ini ibaratnya seperti jantung permainan Hadrah. Dan pukulan ini yang paling sulit. Pukulan master dapat berjalan walaupun tidak ada pukulan giring. Seperti namanya, pukulan giring berfungsi untuk mengiringi pukulan master.
25
Mudjahidin, Keindahan Karya Seni di Tinjau dari Beberapa Sudut pandang Baik
(41)
Alat Hadrah yang memiliki kualitas bagus terbuat dari kayu pohon jati. Suaranya pun sangat asyik di dengar. Di Jakarta jika kita ingin mendapatkan alat-alat Hadrah tesebut kita bisa dapatkan di Pasar Ikan, Jakarta utara. Di sana banyak menjual bermacam-macam alat Hadrah. 26
D. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Majelis Taklim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “Majlis”
dan “Taklim” yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata “Majlis” dalam
bahasa Arab berasal dari kata “Jalasa, yajlisu, majlisan” yang artinya duduk.27 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian majelis taklim
yaitu “Pertemuan dan perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul”.28
Sedangkan kata “Taklim” dalam bahasa Arab berasal dari akar kata “A’lama, ya’lamu, ta’liman” yang berarti mengajar. 29 Sedangkan dalam Kamus Terkini atau Modern, pengertian Taklim adalah melatih Manusia.30 Didalam musyawarah majelis taklim se DKI Jakarta telah diberikan batasan yang lebih definitive tentang majelis taklim, yaitu :
26
http://www.akumassa.org/hadhoro-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan/2010/29/01.html.
27
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hila Karaya Agung, 2000), h. 98
28
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-3, h. 8
29
Asad M. Kalali, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987) Cet. Ke-2, h. 8
30
(42)
31
Lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah yang relative banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan seseorang dan antara manusia dengan lingkungan, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.31
Dengan berpedoman beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis taklim adalah sebuah lembaga yang dijadikan sebagai wadah pendidikan Islam non formal yang dapt berdiri sendiri dan memiliki tujuan untuk merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sosial masyarakat dan mempunyai program pengajaran tersendiri, dalam rangka membina dan mengembangkan kualitas kehidupan seorang muslim dengan berpedoman pada ajaran Islam demi terciptanya kehidupan yang baik terarah dan bahagia dunia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan lingkungannya.
2. Fungsi Majelis Taklim
Karakteristik dari majelis taklim:
a. Badan yang mengurusi kegiatan pendidikan secara berkesinambungan. b. Seorang atau lebih guru/ustadz/ kiyai yang memberikan pelajaran secara rutin
dan berkesinambungan
c. Peserta atau jamaah dalam relatif banyak yang secara terus menerus mengikuti pelajaran.
31
(43)
d. Kurikulum baik dalam bentuk buku atau kitab, pedoman atau rencana pelajaran yang terarah.
e. Kegiatan pendidikan secara teratur dan berkala.
f. Tempat tertentu yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan: baik secara tradisional atau sederhana maupun secara modern, maka lembaga tersebut dapat disebut majelis taklim.32
3. Karakteristik Majelis Taklim
Adapun fungsi majelis taklim itu sendiri sebagai lembaga pendidikan non formal adalah :
a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
b. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya yang santai. c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi massal yang dapat menghidup
suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah.
d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan ummat.
e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.33
32
Ismet Firdaus, Lisma Dyawati Fuaida, Nurkhayati, Ahmad Zaky, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press: Universitas Syarif Hidayatullah), h. 83-84
33
(44)
33
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA DAN TIM HADRAH SEGAF
A. Profil Majelis Taklim Nurul Musthofa
1. Sejarah Majelis Taklim Nurul Musthofa
majelis taklim Nurul Musthofa ialah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Yang didirikan pada tahun 2000 oleh al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Nama Nurul Musthofa diambil dari salah satu nama Rasulullah yang
artinya “cahaya pilihan”. Majelis taklim ini mula-mula adalah pengajian A-Qur’an dan dzikir-zdikir keliling yang dilakukan dari rumah ke rumah.
Pada tahun 2001, dengan izin Allah SWT majelis taklim Nurul Musthofa kedatangan Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz dan Habib Anis bin Alwi al-Habsyi, nama ini di ijazahkan oleh mereka. Maka pada tahun yang sama pertama kali diadakan acara peresmian yang berisikan pembacaan Al-Qur’an, dzikir dan pemberian nasihat agama oleh para Ulama dan Habaib.1
Pada Tahun 2002, majelis taklim Nurul Musthofa kedatangan kembali para Ulama dari Saudi Arabia, Yaman, Madinah, Malaysia, dan lain-lain sebagainnya. Salah satu diantaranya adalah Habib Imam
1
(45)
Salim As- Syatiri yang mengijazahkan kepada majelis taklim Nurul
Musthofa pembacaan “Yaa Latief” sehabis shalat fardu sebanyak 129 kali.
Dengan keberkahan dan do’a dari pala ulama tersebut maka
majelis taklim Nurul Musthofa berkembang pesat. Bermula dari sepuluh orang jamaah hingga mencapai ratusan bahkan ribuan orang setiap pengajian malam minggunya.
Pada setiap pengajian, para pengajar di majelis taklim Nurul Musthofa seringkali memberikan nasihat agama dengan merujuk kepada kitab Nasuih Hudduniyyah. Diantara para pengajar yang
merujuk kitab tersebut yakni Kh. Abdul Hayyi Na’im, Ustad Adnan
Idris, Ustad Imam Wahyudi.
Pada Tahun 2005, majelis taklim Nurul Musthofa mengokohkan yayasan Nurul Musthofa yang diketuai oleh Habib
Abdullah bin Ja’far Assegaf dan Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf.
Dalam perkembangan selanjutnya, yayasan ini mendapat izin resmi dari Departemen Agama RI.
Syiar majelis taklim Nurul Musthofa-pun berkembang pesat dari 50 masjid menjadi 250 masjid yang mayoritas berada di Jakarta dan sekitarnya. Pada tahun ini pula berdiri sekretariat majelis taklim
Nurul Musthofa yang terletak di kediaman Habib Hasan bin Ja’far
Assegaf.2
2
(46)
35
2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Taklim Nurul Musthofa
Majelis taklim Nurul Musthofa ialah organisasi keagamaan yang berorientasi pada pemuda. Hal ini senada dengan visi, misi dan tujuan majelis taklim Nurul Musthofa yakni :
Visi majelis taklim Nurul Musthofa
a. Sebagai wadah organisasi keagaman yang berfungsi untuk mengajak dan menyeru kaum muslimin dan muslimat khususnya para pemuda pemudi untuk lebih mengenal Allah SWT dan Rasulullah SAW.
b. Sebagai wadah organisasi keagamaan yang mengajak dan menyeru kaum muslimin dan muslimat khususnya para pemuda pemudi untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW.
c. Mempererat ukhuwah Islamiyah sesama ummat Islam. Misi majelis taklim Nurul Musthofa
a. Melaksanakan syiar Islam melalui pengajian dan dzikir. b. Memberikan pengajaran tentang Islam secara menyeluruh c. Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Tujuan majelis taklim Nurul Musthofa
a. Menjadi wadah organisasi yang memberikan manfaat kepada masyarakat baik dunia maupun akhirat.
(47)
b. Memberikan informasi dan pengajaran tentang Islam kepada kaum muslimin dan muslimat khususnya para pemuda.3
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Nurul Musthofa
Pelindung : DR. Ing. H. Fauzi Bowo.
Dr. KH. Hasyim Muzadi Pembina : Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Penasihat : Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf
Habib Abu Bakar , S. H, M. M KH. Abdul Hayyi Na’im
Pengawas : Drs. Djohari, M. Si.
Makmun, S. Kom Waluyo, S.E.
Ketua Umum : Habib Abdullah bin Ja’far Assegaf Sekretaris Umum : Usman Arai Pratama, S. E.
Bendahara Umum : Zaenal Arifin Divisi-divisi
Divisi keagamaan : Rohimin dan Muhammad Sholeh Divisi Sosial : Wawan dan Budiansyah
Divisi Keuangan : Dayat dan Irfan Akhyari Divisi Humas : Imam Wahyudi dan Kusyori 4
3
Hasil Dokumentasi dari Ustazah Julipah Wahyudi
4
(48)
37
4. Program KerjaMajelis Taklim Nurul Musthofa
Dalam rangka mengembangkan konsep dakwah yang dimiliki majelis taklim Nurul Musthofa, maka segenap pengurus merumuskan dan menyusun seluruh kegiatan-kegiatan dakwahnya secara sistematis, terarah dan berkesinambungan. Berhasil tidaknya program kerja ditentukan oleh perencanaan dan perumusan yang matang.
Adapun program kerja majelis taklim Nurul Musthofa terdiri dari:
1. Program Jangka Pendek
a. Taklim keliling setiap malam minggu b. Peringatan hari besar Islam
c. Maulid akbar di kediaman habib Hasan 2. Program jangka panjang
a. Haul akbar Habib Umar bin Ja’far Assegaf
b. Ziarah kubro ke makam Habib Abdullah bin Abdul Qadir bin Faqih
c. Perayaan harlah majelis ta’lim Nurul Musthofa dan santunan terhadap anak yatim piatu.
d. Buka Puasa bersama
e. Halal bi halal akbar di kediaman Habib Hasan bin Ja’far Assegaf.5
5
(49)
B. Profil Majelis TaklimNurul Musthofa Perempuan
1. Sejarah Majelis Taklim Nurul Musthofa Perempuan
Majelis taklim perempuan Nurul Musthofa berdiri bertepatan dengan peringatan maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW yaitu tanggal 12 Rabiul Awal 1427 atau pada tanggal 11 April 2006.
Latarbelakang berdirinya majelis taklim perempuan Nurul Musthofa awalnya atas perintah Al Habib Hasan bin Jafar Assegaf.
Beliau adalah seorang da’i sekaligus pendiri majelis taklim Nurul Musthofa. Beliau mendirikan majelis taklim yang diikuti oleh jamaah laki-laki maupun perempuan. Namun dalam majelis taklim tersebut, ruang kaum perempuan terbatas sehingga beliau berinisiatif untuk memberikan ruang khusus kepada kaum perempuan untuk berdakwah dan menimba ilmu agama lebih dalam dengan mendirikan majelis taklim banat (perempuan) Nurul Musthofa.6
Majelis taklim perempuan Nurul Musthofa dipimpin langsung oleh ibu dari al- Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yaitu Ustadzah Hj. Syarifah Fatma al-Athos dan istri dari al- Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yaitu Ustadzah Hj. Syarifah Husna bin al-Haddad.
Perkembangan majelis taklim dari tahun ke tahun semakin baik. Jamaah yang hadirpun semakin banyak. Dan majelis taklim perempuan Nurul Musthofa mengembangkan sayapnya dengan
6
(50)
39
menghadirkan live streaming yang dapat diakses di website nurul musthofa pada tiap pengajiannya.7
Pada masa ini, jarang ada tim Hadrah yang beranggotakan keseluruhan personilnya adalah perempuan. Hal tersebut menunjukkan eksistensi perempuan di bidang dakwah sekaligus pelestarian kesenian Islam. Selain itu jamaah perempuan yang mengikuti pengajian ini juga terdiri dari kaum remaja, ibu-bu, anak-anak, bahkan balita karena mereka sangat menyukai bershalawat dengan iringan Hadrah. Hal tersebut tentu berbeda dari majelis taklim perempuan pada umumnya yang mayoritas jamaahnya adalah kaum ibu saja.
2. Visi dan Misi Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa Adapun visi majelis taklim ini adalah
a) Membentuk suatu organisasi keagaman yang menjadikan generasi Islam
perempuan untuk lebih mengenal, cinta kepada Allah SWT, dan meneladani akhlak Rasulullah SAW.
b) Memberikan pengetahuan agama Islam yang luas kepada jamaah perempuan.
Adapun misinya adalah
a) Menghadirkan para ulama/ ustadzah/ syarifah yang memberikan ilmu
7
(51)
agama Islam secara menyeluruh.
b) Melaksanakan syiar Islam melalui pengajian dan dzikir.
c) Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW dengan
menghadirkan pula kesenian Islam hadrah.8
3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa Berikut ini struktur organisasinya:
Ketua I : Ibu Hj. Kiki Ketua II : Ibu Hj. Salmah
Bendahara I : Ummi Agam
Bendahara II : Ibu H. Edi
Sekretaris I : Siti Asiah
Sekretaris II : Zulfah
Koordinator wilayah
a. Gudang Air : Ibu Hj. Kiki
b. Cipete : Ibu Hj. Salmah
c. Ciganjur dan sekitarnya : Ibu Een
d. Pasar Minggu : Ummi Sa’diyah
e. Lebak Bulus : Ibu Nurhasanah
f. Kali Sari : Ummi Hasan
g. Cilangkap : Ibu Siti Aminah
h. Lenteng Agung : Ibu Sarmada
8
(52)
41
Tim Dakwah : Ustazah Zulia Fazriah
Lita Amelia Syifa Fauziah Fadlun Vivi Fadhilla
Humas : Ummi Sa’diyah
Ummi Agam Ibu Hj. Kiki Ibu Hj. Edy Nia
Ibu Rafiqoh Ibu Titi Zulfah Ibu Saodah Anita 9
4. Program Kerja Majelis Taklim Perempuan Nurul Musthofa Majelis taklim ini memiliki program kerja diantaranya :
a. Kegiatan taklim setiap 2 minggu sekali pada hari minggu yang dilaksanakan di kediaman al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. b. Pembacaan ratib, yasin, maulid simtudduror dan shalawat Nabi
rutin dalam setiap pertemuan.
9
(53)
c. Penyampaian nasihat agama dari para ulama/ ustadzah/ syarifah. d. Peringatan hari besar Islam
e. Perayaan harlah majelis taklim Nurul Musthofa f. Santunan terhadap anak yatim piatu.
g. Buka Puasa bersama
h. Halal bi halal akbar di kediaman Habib Hasan bin Ja’far Assegaf.10
C. Profil Hadrah Seggaf
1. Sejarah Hadrah Seggaf
Tim Hadrah Nurul Musthofa yang beranggotakan perempuan ini terbentuk bersamaan dengan berdirinya Majelis taklim perempuan Nurul Musthofa yaitu 12 Rabiul Awal 1427 atau pada tanggal 11 April 2006.
Latarbelakang terbentuknya tim Hadrah ini juga atas perintah Al Habib Hasan bin Jafar Assegaf. Yang memberikan ruang bagi kaum perempuan untuk berdakwah dan melestarikan kesenian Islam melalui Hadrah. Kemudian beliau memberikan nama untuk tim Hadrah yang di hadirkan pada tiap pengajian perempuan ini adalah tim Hadrah Seggaf.
Hadrah Segaf mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Setelah mengadakan perekrutan baru personil dengan tujuan
10
(54)
43
pengkaderan kemampuan memainkan kesenian Islam Hadrah. Hadrah Segaf juga berkolaborasi dengan memasukkan marawis dalam tiap penampilannya dalam majelis.
Keunggulan dari Hadrah Banat Segaf di bandingkan dengan hadrah-hadrah yang ada pada masa ini adalah terletak pada personil/ anggotanya yang keseluruhan adalah remaja putri. Dan musik yang dimainkan cenderung ceria karena pengolahan irama ditonjolkan dari pukulan master Hadrah.11
2. Visi, Misi dan Tujuan Hadrah Seggaf Visi Hadrah Segaf adalah:
a. Berdakwah melalui kesenian Islam.
b. Melestarikan kesenian Islam dan menghapuskan kesan bid’ah terhadap kesenian Islam khususnya kesenian Hadrah.
c. Menyiarkan ajaran Islam dan menciptakan kecintaan terhadap Allah SWT dan Rasulullas SAW.
d. Menarik minat jamaah majelis untuk lebih giat mengikuti kegiatan pengajian.
Adapun misinya adalah:
a. Menghadirkan shalawat-shalawat Nabi.
b. Memperbanyak membaca zdikir kepada Allah lewat alunan musik Hadrah.
11
(55)
c. Memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW lewat alunan musik Hadrah.
3. Struktur Organisasi Hadrah Seggaf
Hadrah Segaf dipimpin oleh Ustadzah. Zulia Fazriah dibawah asuhan al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Personil Hadrah terdiri dari 16 orang yaitu :
1. Vocal Hadrah : Lita Amelia 2. Vocal Hadrah : Nurhayati 3. Vocal Hadrah : Fadhilla
4. Hadrah Master 1 : Nur Raihana Zulfa 5. Hadrah Master 2 : Litta
6. Hadrah Gol/ Giring 1 : Rizky Amalia 7. Hadrah Gol/ Giring 1 : Dwi Faidzah 8. Hadrah Gol/ Giring 1 : Putri Amalia 9. Hadrah Gol/ Giring 1 : Tuti
10.Hadrah Gol/ Giring 2 : Febriyani 11.Hadrah Gol/ Giring 2 : Lulu Irfania 12.Hadrah Gol/ Giring 2 : Nurhayati 13.Hadrah Bass 1 : Namiro
14.Hadrah Bass 1 : Ummi Hani Sofia 15.Hadrah Bass 2 : Zahro
16.Hadrah Bass 2 : Putri Ayuningtyas 12
12
(56)
45
4. Program Kerja Hadrah Seggaf
Adapun program kerja Hadrah Segaf adalah:
a. Mengadakan latihan hadrah rutin pada hari sabtu.
b. Menampilkan shalawat Nabi dan puji-pujian kepada Allah rutin dalam setiap pertemuan taklim maupun kegiatan-kegiatan yang terselenggara di majelis taklim perempuan Nurul Musthofa. c. Menampilkan shalawat-shalawat terbaru yang dikemas secara
kreatif untuk menciptakan suasana inovatif dalam majelis.13
13
(57)
46
BAB IV
MINAT JAMAAH MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH
A. Data
Setelah melakukan penelitin selama dua bulan di majelis perempuan Nurul Musthofa, yang tepatnya terletak di sekretariat "Istana Seggaf " Jl. RM. Kahfi I GG. Manggis RT.01/01 No. 9A Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan ditemukan beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.
Responden pada penelitian ini adalah jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa yang memiliki jumlah 200 orang. Untuk mengetahui Sejauh mana minat jamaah terhadap kesenian Islam Hadrah, maka penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebanyak 60 orang jamaah yang rutin mengikuti pengajian.
Dari 60 kuisioner (angket) yang telah terkumpul, peneliti mendapatkan data mengenai responden dan selanjutnya penulis mengklasifikasikannya menjadi tiga bagian. Yaitu identitas responden berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan.
(58)
47
Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Nilai/ Jumlah Prosentase (%)
12-16 14 23,3
17-21 26 43,3
22-26 9 15
27-31 3 5
32-36 3 5
37-41 3 5
42-46 1 1,7
47-51 0 0
52-56 1 1,7
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa identitas responden yang berusia 12-21 tahun berjumlah 40 orang (66,6%), responden yang berusia 22-31 tahun berjumlah 12 orang (20%), responden yang berusia 32-41 tahun berjumlah 6 orang (10%), responden yang berusia 42-56 tahun berjumlah 2 orang (3,4%).
(59)
Dari hasil perhitungan tabel 1 tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa responden yang berusia diantara 12-21 tahun merupakan jamaah terbanyak yang mengikuti kegiatan majelis taklim. Hal tersebut menjelaskan bahwa mereka yang berusia diantara 12-21 tahun cenderung lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan majelis taklim.
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Nilai/ Jumlah Prosentase (%)
SMP 8 13,3
SMA 40 66,7
S1 12 20
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa identitas responden dengan tingkat pendidikan SMP berjumlah 8 orang (13,3%), dan tingkat pendidikan SMA berjumlah 40 orang (66,7%), sementara tingkat pendidikan S1 berjumlah 12 orang (20%).
Dari hasil perhitungan tabel 2 tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA yang berjumlah 40 orang merupakan jamaah yang lebih banyak mengikuti kegiatan majelis taklim.
(60)
49
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Nilai/ Jumlah Prosentase (%)
Pelajar 33 55
Karyawati 18 30
Ibu Rumah tangga 9 15
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa identitas responden berdasarkan kriteria pekerjaan sebagai pelajar berjumlah 33 orang (55%), dan kriteria pekerjaan sebagai Pegawai/ karyawati berjumlah 18 orang (30%), sementara kriteria pekerjaan sebagai ibu rumah tangga berjumlah 9 orang (15%). Dari hasil perhitungan tabel 3 tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa responden dengan kriteria pekerjaan sebagai pelajar berjumlah 33 orang merupakan jamaah yang lebih banyak mengikuti kegiatan majelis taklim.
B. Analisis Minat Jamaah Majelis Nurul Musthofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah
Frekuensi yang telah diperoleh dari data penelitian kemudian di analisa oleh peneliti. Dan selanjutnya jawaban dari hasil angket yang telah peneliti sebarkan di deskripsikan sebagai berikut :
(61)
Tabel 4. Aspek Kognitif
NO PERNYATAAN SS S R TS STS SKOR Rangking 1 Hadrah adalah sebuah alat
musik sejenis rebana yang digunakan untuk acara-acara keagamaan seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
43 17 283 1
2 Hadrah merupakan salah satu bentuk kesenian Islam sekaligus syiar dakwah
38 22 277 2
3 Saya sudah lama mengetahui
tentang kesenian Hadrah 10 40 6 4 207 5 4 Saya mengetahui tentang
kesenian Hadrah karena keluarga saya salah satu personil tim Hadrah
9 22 5 22 2 192 6
5 Saya sudah lama mengikuti
kegiatan majelis taklim 24 27 9 255 4 6 Hadrah sering ditampilkan
dalam kegiatan majelis taklim
31 24 5 266 3
7 Kesenian Hadrah adalah bid’ah dholalah yang tidak ada pada zaman Rasulullah.
9 18 17 16 140 7
8 Adanya Hadrah mengganggu proses taklim di dalam majelis
4 2 3 21 30 109 8
Rata-rata 283+277+207+192+255+266+140+109 = 1729 = 216 x 100 = 33,4%
8 645
Berdasarkan rangking penilaian aspek kognitif dapat diketahui bahwa adanya minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah sebanyak 33,4%. Jamaah telah mengetahui informasi mengenai kesenian Islam Hadrah dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Karena hadrah sering ditampilkan dalam kegiatan majelis, maka jamaah telah terbiasa dengan adanya
(62)
51
Hadrah. Hadrah merupakan bagian dari majelis taklim. Hadrah telah dianggap sebagai salah satu syiar dakwah Islam, bukan bid’ah dholalah yang tidak ada pada zaman Rasulullah dan Adanya Hadrah tidak mengganggu proses taklim di dalam majelis.
Tabel 5. Aspek Afektif
NO PERNYATAAN SS S R TS STS SKOR Rangking
9 Saya menyukai adanya Hadrah di tiap kegiataan majelis taklim
26 25 3 3 3 248 3
10 Saya menyukai hadrah karena masyarakat yang tinggal disekitar saya kebanyakan menyukai Hadrah
13 27 9 5 6 216 4
11 Shalawat dan syair yang dikumandangkan Hadrah
membuat hati saya
tersentuh
38 19 3 275 1
12 Shalawat dan syair yang dikumandangkan Hadrah
membuat hati saya
terhibur
32 19 8 1 263 2
13 Shalawat dan syair yang dikumandangkan Hadrah membuat saya jenuh
2 1 19 38 90 6
14 Hadrah yang ditampilkan dalam majelis terkesan kuno dan monoton
3 4 23 30 100 5
Rata-rata 248+216+275+263+90+100 =1192 = 199 x 100 = 31 %
(63)
Berdasarkan rangking penilaian aspek afektif dapat diketahui bahwa adanya minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah sebanyak 31 %. Peneliti menemukan adanya emosi, jiwa dan perasaan jamaah yang merasa suka, tersentuh dan terhibur dengan adanya Hadrah dalam kegiatan majelis taklim. Hal tersebut karena penampilan Hadrah yang dikemas dengan kreatif dan menarik sehingga tidak terkesan kuno ataupun monoton, dan banyak jamaah yang menyukai menyukai Hadrah bahkan tidak merasa jenuh.
Tabel 6. Aspek Konatif
NO PERNYATAAN SS S R TS STS SKOR Rangking 15 Adanya Hadrah membuat
saya ingin selalu hadir dalam kegiatan majlis dalam kondisi apapun
19 20 11 10 228 6
16 Pesan dakwah yang disisipkan pada tiap syair Hadrah mengingatkan saya untuk senantiasa mengamalkannya
24 31 5 259 3
17 Pesan dakwah yang di sampaikan lewat Hadrah membuat saya lebih mencintai Allah dan RasulNya.
42 13 5 277 1
18 Komposisi antara tabuhan Hadrah, shalawat dan syair yang menarik membuat saya mengidolakan musik hadrah
23 30 4 3 253 5
19 Hadrah membuat saya ikut
mempelajari kesenian Islam 21 34 3 2 254 4 20 Hadrah membuat saya
menjadi turut menjaga dan melestarikan kesenian Islam
21 38 1 260 2
21 Saya ingin menjadi personel
tim hadrah 15 21 19 5 207 7
22 Hadrah tidak membuat saya
(64)
53
kesenian Islam
Rata-rata 228+259+277+253+254+260+207+102 =1840 = 230 x 100 = 36%
8 645
Berdasarkan rangking penilaian aspek konatif dapat diketahui bahwa adanya minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah sebanyak 36%. Peneliti menemukan timbulnya perilaku nyata yang meliputi tindakan kegiatan atau kebiasaan berprilaku jamaah, seperti ingin selalu hadir dalam kegiatan majelis, ingin senantiasa mengamalkan isi pesan dakwah yang disampaikan Hadrah, lebih mencintai Allah dan RasulNya, mengidolakan musik Hadrah, menpelajari, menjaga dan melestarikan kesenian Islam, bahkan ingin menjadi personel tim hadrah. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan bertindak dengan cara tertentu terhadap obyek tertentu. Hal tersebut juga merupakan bagian dari minat kultural atau minat sosial yang timbulnya karena proses belajar.
Setelah memperoleh analisis data melalui skala likert kemudian peneliti akan menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk diagram (Piechart), dengan pembuatan sebagai berikut :
Data telah dinyatakan dalam bentuk prosentase, oleh karena itu setiap 1% akan memerlukan 360° : 100 = 3,6°(ingat luas lingkaran = 360°). Dari diagram berikut ini peneliti menyimpulkan bahwa adanya minat dari aspek konatif (36%) lebih besar dibandingkan dengan minat kognitif (33,4%) dan afektif (31%). Hal
(65)
ini membuktikan bahwa kebanyakan dari jamaah merealisasikan minatnya terhadap kesenian Islam Hadrah dalam bentuk perilaku.
Diagram Lingkaran
aspek kognitif 33,4 %
aspek afektif 31 %
(66)
55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang minat jamaah majelis taklim Nurul musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah, sebagaimana telah diuraikan dalam bab sebelumnya, Secara menyeluruh peneliti akan berusaha menjawab dari rumusan masalah penelitian. Maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
1. Bahwa jamaah majelis taklim Nurul Musthofa memilki kecenderungan/ minat terhadap kesenian Islam Hadrah ditampakkan dalam bentuk prilaku lisan dan perbuatan, lalu timbul tindakan yang
menentukan apakah bahwa komunikan/ jamaah atau mad’u menerima
stimuli yang diberikan. Minat tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kategori,
a. aspek kognitif dengan skor 33,4%, hal tersebut menunjukkan adanya minat jamaah majelis taklim nurul musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah. Dengan adanya bukti bahwa, jamaah majelis taklim Nurul Musthofa telah mengetahui dan memiliki informasi mengenai Hadrah sebagai suatu kesenian Islam yang digunakan untuk berdakwah di majelis taklim.
(67)
b. aspek afektif skor 31%, hal tersebut menunjukkan adanya minat jamaah majelis taklim nurul musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah. Dengan adanya bukti bahwa, jamaah majelis taklim Nurul Musthofa memiliki emosi, jiwa dan perasaan suka, tersentuh dan terhibur sehingga mereka cenderung sangat menyukai Hadrah. c. segi aspek konatif skor 36%, hal tersebut menunjukkan adanya
minat jamaah majelis taklim nurul musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah. Dengan adanya bukti bahwa, perilaku nyata yang meliputi tindakan kegiatan atau kebiasaan berprilaku jamaah, seperti ingin selalu hadir dalam kegiatan majelis, ingin senantiasa mengamalkan isi pesan dakwah yang disampaikan Hadrah, lebih mencintai Allah dan RasulNya, mengidolakan musik Hadrah, menpelajari, menjaga dan melestarikan kesenian Islam, bahkan ingin menjadi personel tim hadrah. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan bertindak dengan cara tertentu terhadap obyek tertentu.
Maka berdasarkan tiga kategori tersebut peneliti menyimpulkan bahwa jamaah majelis taklim Nurul Musthofa memiliki minat yang sangat tinggi terhadap kesenian Islam Hadrah.
2. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat jamaah majelis taklim Nurul Musthofa terhadap kesenian Islam Hadrah
(68)
57
adalah : Faktor internal, yaitu minat yang terbentuk dari dalam diri individu atau jamaah yang bersangkutan. Misalnya pengalaman jamaah menjadi personil Hadrah atau dipengaruhi oleh intervensi, pengaruh dari keluarga individu yang merupakan personil Hadrah. atau minat primitif jamaah yang timbul karena menyukai kesenian. Faktor eksternal, yaitu minat yang terbentuk dari lingkungan sekitar tempat tinggal jamaah berupa lingkungan agamis dan menyukai seni Hadrah. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat degan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktifitas akan menimbulkan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktifitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.
B. Saran
Adapun saran dari peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya :
1. Bagi jamaah majelis taklim Nurul Musthofa :
Peneliti berharap semoga kesenian Islam Hadrah yang mulai populer dikalangan jamaah menjadi salah satu kesenian Islam yang senantiasa dijaga dan dilestarikan.
(1)
KERANGKA ANGKET PENELITIAN Area pengetahuan (respon kognitif)
Teori tentang Hadrah Hadrah adalah sebuah alat musik sejenis rebana yang digunakan untuk acara-acara keagamaan seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Hadrah adalah salah satu kesenian Islam
Hadrah merupakan media dawah dengan unsur seni yang kuat Hadrah sering ditampilkan dalam kegiatan majelis taklim Hadrah adalah bentuk kesenian sekaligus syiar dakwah Islam
Kesenian Hadrah adalah salah satu bentuk metode dakwah yang populer di gunakan dalam majelis taklim sampai saat ini.
Area perasaan (respon afektif)
Jamaah menyukai adanya Hadrah di tiap kegiataan majelis taklim Adanya Hadrah di tiap kegiataan majelis taklim membuat perasaan
hati jamaah tersentuh
Adanya Hadrah di tiap kegiataan majelis taklim membuat jamaah merasa terhibur
Adanya Hadrah di tiap kegiataan majelis taklim membuat perasaan hati jamaah gembira
(2)
Area tindakan (respon konatif)
Adanya Hadrah membuat jamaah ingin selalu hadir dalam kegiatan majelis dalam kondisi apapun
Pesan dakwah yang disisipkan pada tiap syair Hadrah mengingatkan jamaah untuk senantiasa mengamalkannya. Hadrah membuat jamaah ingin mempelajari kesenian Islam Hadrah membuat jamaah menjadi turut menjaga dan
melestarikan kesenian Islam
Pesan dakwah yang di sampaikan lewat Hadrah membuat jamaah lebih mencintai Allah dan RasulNya.
Hadrah membuat jamaah menjadi mengidolakan kesenian Islam
Butir Negatif
Adanya Hadrah mengganggu proses taklim di dalam majelis Kesenian Hadrah adalah bid’ah dholalah yang tidak ada pada
zaman Rasulullah.
Shalawat dan syair yang dikumandangkan Hadrah membuat jamaah jenuh.
Hadrah yang di tampilkan dalam majelis terkesan kuno dan monoton
Hadrah tidak membuat saya berminat untuk mempelajari kesenian Islam
(3)
Timbulnya minat berdasarkan
Minat primitif Kebutuhan jamaah terhadap relaksasi dan hiburan Minat kultural atau minat
sosial
Pengalaman jamaah sering mendengarkan atau menyaksikan kesenian Islam.
Arahan Minat
Minat intrinsik Jamaah ingin mempelajari tentang kesenian Hadrah karna faktor kesenangan
Jamaah mencari tahu informasi mengenai kesenian Hadrah Jamaah menmpelajari kesenian Hadrah
Minat eksintrik Jamaah mulai ikut menjadi personil dari tim hadrah Faktor terbentuknya minat secara umum
Faktor internal Jamaah memiliki ketertarikan murni terhadap kesenian karena perasaan menyukai atau kesenangan
Faktor Eksternal Latar belakang keluarga personel tim hadrah
Lingkungan hidup jamaah yang kebanyakan adalah mengetahui dan menyukai hadrah
(4)
ANGKET PENELITIAN
MINAT JAMAAH MAJLIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA TERHADAP KESENIAN ISLAM HADRAH
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Sehubungan dengan diadakan penelitian ini, maka saya meminta kesediaan saudari selaku jamaah perempuan majelis taklim Nurul Musthofa untuk menjadi responden dengan mengisi angket berikut ini. Kerahasiaan identitas dan jawaban anda dijamin oleh peneliti. Atas partisipasinya, saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum. Wr. Wb. A. Identitas Responden
Usia : ………..
Pendidikan : ……….. Pekerjaan : ………... B. Petunjuk Pengisian
Mohon isilah daftar pertanyaan berikut ini dengan sejujur-jujurnya dan berilah tanda checklist (√) pada daftar pernyataan yang menurut anda tepat, dengan ketentuan sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju S = Setuju
R = Ragu-Ragu S = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
C. Pernyataan
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
1 Hadrah adalah sebuah alat musik sejenis rebana yang digunakan untuk acara-acara keagamaan seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW. 2 Hadrah merupakan salah satu bentuk kesenian Islam sekaligus syiar
dakwah
3 Saya sudah lama mengetahui tentang kesenian Hadrah
4 Saya mengetahui tentang kesenian Hadrah karena keluarga saya salah satu personil tim Hadrah
(5)
5 Saya sudah lama mengikuti kegiatan majelis taklim 6 Hadrah sering ditampilkan dalam kegiatan majelis taklim
7 Kesenian Hadrah adalah bid’ah dholalah yang tidak ada pada zaman Rasulullah.
8 Adanya Hadrah mengganggu proses taklim di dalam majelis 9 Saya menyukai adanya Hadrah di tiap kegiataan majelis taklim
10 Saya menyukai hadrah karena masyarakat yang tinggal disekitar saya kebanyakan menyukai Hadrah
11 Shalawat dan syair yang dikumandangkan Hadrah membuat hati saya tersentuh
12 Shalawat dan syair yang dikumandangkan Hadrah membuat hati saya terhibur
13 Shalawat dan syair yang dikumandangkan Hadrah membuat saya jenuh 14 Hadrah yang ditampilkan dalam majelis terkesan kuno dan monoton 15 Adanya Hadrah membuat saya ingin selalu hadir dalam kegiatan majlis
dalam kondisi apapun
16 Pesan dakwah yang disisipkan pada tiap syair Hadrah mengingatkan saya untuk senantiasa mengamalkannya
17 Pesan dakwah yang di sampaikan lewat Hadrah membuat saya lebih mencintai Allah dan RasulNya.
18 Komposisi antara tabuhan Hadrah, shalawat dan syair yang menarik membuat saya mengidolakan musik hadrah
19 Hadrah membuat saya ikut mempelajari kesenian Islam
20 Hadrah membuat saya menjadi turut menjaga dan melestarikan kesenian Islam
21 Saya ingin menjadi personel tim hadrah
(6)
OUTPUT SPSS 17.0 For Windows
1. Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 98.4
Excludeda 1 1.6
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items