PENERAPAN STRATEGI CATATAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI ZAMAN PRA-AKSARA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV MI ISLAMIYAH PAKEL MONTONG TUBAN.

(1)

PENERAPAN STRATEGI CATATAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI ZAMAN PRA-AKSARA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV MI ISLAMIYAH PAKEL MONTONG

TUBAN

SKRIPSI Oleh :

Dewi Niswatul Fithriyah (D07213007)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Dewi Niswatul Fithriyah, 2016: Penerapan Strategi Catatan Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Zaman Pra-Aksara Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV MI Islamiah Pakel Montong Tuban

Pembimbing I : Zudan Rosyidi, SS. MA Pembimbing II : Wahyuniati, M. Si

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman siswa serta lemahnya proses kegiatan belajar mengajar yang masih terpusat pada guru. kegiatan belajar mengajar yang selalu didominasi oleh guru akan berakibat pada rendahnya aktifitas belajar siswa di sekolah. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban. Sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan strategi catatan

terbimbing. Melalui strategi catatan terbimbing, siswa akan berperan secara aktif dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dan juga siswa akan lebih siap dan mampu memahami suatu materi yang sedang dipelajari Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana masing-masing siklus meliputi rangkaian kegiatan dengan dengan urutan perencanaan, tidakan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan strategi catatan terbimbing pada materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial sudah terlaksana dengan lancer dan sangat baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi aktifitas guru pada siklus II yang mencapai skor 96,8 yang menunjukkan kategori sangat baik. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tersebut berdampak pada meningkatnya pemahaman siswa dalam memahami sebuah materi. Hal ini dibuktikan dengan nilai yang dihasilkan siswa dalam melengkapi teks catatan terbimbing dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal 67% pada siklus I dan 76,6% pada siklus II. Pembuktian juga dapat diketahui dari nilai yang dihasilkan siswa dalam mengerjakan LK menguraikan isi teks yang membahas tentang sejarah zaman pra-aksara serta menguraikan hikmah yang dapat dipetik dari sejarah kehidupan masyarakat pra-aksara dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal 66,6% pada siklus I dan 83,3% pada siklus II.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ………..…….. ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ………...……….. iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……….………….…………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...………. v

ABSTRAK ………..……….. vi

KATA PENGANTAR ………..………...……… vii

DAFTAR ISI ………...…………....……….. ix

DAFTAR TABEL ……….……… xi

DAFTAR GAMBAR ………...………..……….. xii DAFTAR LAMPIRAN………...………..……….. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ……….……… 1

A. Latar Belakang ……….……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 8

C. Tujuan Penelitian ……….………...… 8

D. Batasan Penelitian ……….………...…….. 9

E. Manfaat Penelitian ……….………...………. 9

BAB II KAJIAN TEORI ………..……...… 12

A. Pemahaman Materi Zaman Pra-Aksara ………..……... 12

1. Pengertian Pemahaman ………..…….... 12


(8)

b. Tingkatan pemahaman ………..……....……... 13

2. Konsep Dasar IPS ………..………....……... 14

a. Istilah IPS ………..………..……. 14

b. Landasan pendidikan IPS ………..…………..……. 15

c. Dimensi IPS ………. 18

B. Pengertian Strategi Catatan Terbimbing ……….……….…………..….. 23

1. Pengertian Strategi Pembelajaran ………..……….... 23

2. Pengertian Strategi Catatan Terbimbing ………..……..…… 25

3. Langkah-langkah Strategi Catatan Terbimbing ………..………..…. 26

C. Materi Zaman Pra-Aksara ……….…...… 27

BAB III METODE PENELITIAN ……….………. 31

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……….………. 31

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Penelitian ……….…………...… 37

1. Setting Penelitian ……….…... 37

2. Subyek Penelitian ………... 39

C. Variabel yang Diselidiki ……….. 39

D. Rencana Tindakan ……… 40

E. Sumber Data ………. 49

F. Teknik Pengumpulan Data ………... 50

1. Observasi ……… 51

2. Wawancara ………. 52

3. Tes Hasil Belajar ……… 53


(9)

H. Indikator Kinerja ……….. 59

I. Tim Peneliti dan Tugasnya ……….. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 62

A. Hasil Penelitian ………...…. 62

B. Pembahasan ……… 109

BAB V PENUTUP ……….... 115

A. Kesimpulan ………...…. 115

B. Saran ………..… 117

DAFTAR PUSTAKA ……….... 118

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. 120

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……….. 121


(10)

Daftar Tabel Tabel

3.1 Kriteria Simbol Penilaian Analisi Lembar Observasi…... 55

3.1 Kategori Penskoran Penilaian Lembar Observasi ………..….... 55

3.3 Perhitungan Skor Dengan Sistem Bobot Soal ………...………...………….. 56

3.4 Keterangan Simbol Rumus Melengkapi Teks Catatan Terbimbing……….………... 57

3.5 Keterangan Simbol Rumus Mencari Nilai Rata-Rata………...………... 58

3.6 Kategori Penskoran…….……….…..……….. 58

3.7 Keterangan Simbol Rumus Ketuntasan Belajar………...……… 59

4.1 Data Nilai Siswa Dalam Mengerjakan Lk Catatan Terbimbing Siklus I ...…….……….... 68

4.2 Hasil Observasi Pemahaman Siswa Siklus I……….………...……… 74

4.3 Data Nilai Siswa Dalam Mengerjakan Soal Uraian Siklus I...…...………….………….... 77

4.4 Data Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I………..……….……...….... 80

4.5 Data Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I………..……….……….. 82

4.6 Data Nilai Siswa Dalam Mengerjakan Lk Catatan Terbimbing Siklus Ii……..………..… 91

4.7 Hasil Observasi Pemahaman Siswa Siklus Ii……….………...…………... 97

4.8 Data Nilai Siswa Dalam Mengerjakan Soal Uraian Siklus Ii………..….…………. 101

4.9 Data Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus Ii……….………..… 104

4.10 Data Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus Ii……….……...…...…... 106

4.11 Rekapitulasi Nilai Catatan Terbimbing Pada Siklus I Dan Siklus Ii …….……...…… 109

4.12 Rekapitulasi Nilai Soal Uraian Pada Siklus I Dan Siklus Ii …………..…………...…… 110

4.13 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I Dan Siklus Ii ……… 111


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Peninggalan Dari Zaman Pra-Aksara…... 28

4.1 Proses Apersepsi Pada Siklus I ………..…... 66

4.2 Kegiatan Menuliskan Konsep Materi Pada Siklus I ………...………..….. 67

4.3 Siswa Melengkapi Teks Catatan Terbimbing Pada Siklus I….………….……….…. 68

4.4 Siswa Mengerjakan Lembar LK Pada Siklus I………...………. 71

4.5 Kegiatan Menjelaskan Materi Siklus I…...……….…..………... 76

4.6 Kegiatan Berdoa Bersama Siklus II.…………...……….…… 88

4.7 Kegiatan Apersepsi Pada Siklus II ...……..…………... 89

4.8 Kegiatan Menuliskan Konsep Materi Pada Siklus II…….…….……….… 90

4.9 Siswa Melengkapi Teks Catatan Terbimbing Pada Siklus II...………….………..…. 91

4.10 Siswa Mengerjakan Lembar Kerja Pada Siklus II…..……….……….... 95

4.11 Siswa Menceritakan Isi Materi Pada Siklus II………..…………...…..……….. 97

4.12 Kegiatan Menjelaskan Materi Pada Siklus II………...………..… 100

4.13 Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Dalam Melengkapi Teks Catatan Terbimbing Siklus I Dan Siklus II………... 112

4.14 Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Dalam Menguraikan Isi Teks Dan Menuliskan Hikmah Sejarah Zaman Pra-Aksara Siklus I Dan Siklus II …….…………. 113


(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1 Pernyataan Keaslian Tulisan…... 120

2 Riwayat Hidup ………..…... 121

3 RPP Siklus I ………...……….. 122

4 Lembar Kerja Siswa Siklus I……….………... 133

5 RPP Siklus II………...……….. 135

6 Lembar Kerja Siklus II……….…..……….…….. 147

7 Kisi-Kisi Soal ……...……… 149

8 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I………...……… 151

9. Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II ...……..…………... 153

10 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I……….…….……… 155

11 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II...…..……….……….……….. 157

12 Analisis Hasil Tes Melengkapi Teks Catatan Terbimbing Siklus I….…………..……... 159

13 Analisis Hasil Tes Melengkapi Teks Catatan Terbimbing Siklus II………..….….. 161

14 Analisis Hasil Tes Soal Uraian Siklus I………...………...… 163


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang ada di sekolah dasar ataupun menengah dan bahkan ada di perguruan tinggi. Pendidikan IPS merupakan adaptasi ataupun penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.1 Sedangkan pengertian kedua pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.2

Dari kedua pengertian tentang IPS diatas memiliki perbedaan yang sangat signifikan untuk tingkat sekolah dasar dan juga pada tingkat perguruan tinggi. Jika kita teliti lebih dalam, perbedaannya berada pada istilah “penyederhanaan” dan juga “seleksi”. Penggunaan istilah “penyederhanaan” digunakan dalam ruang lingkup tingkat sekolah dasar dan menengah. Sedangkan istilah “seleksi” digunakan dalam ruang lingkup tingkat perguruan tinggi.

Menurut Somantri, istilah penyederhanaan digunakan untuk tingkat dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran itu

1Nu’man Somantri, Menggagas pembaharuan pendidi

kan IPS (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), 92.

2


(14)

harus diselaraskan dengan tingkat kecerdasan serta minat peserta didik. IPS bukan hanya memiliki perbedaan untuk tingkat sekolah dasar, menengah, dan juga perguruan tinggi saja. Melainkan IPS dalam tingkat sekolah itu memiliki perbedaan antara IPS di tingkat sekolah Dasar (SD), IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga IPS dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada masing-masing tingkat ataupun jenjang tersebut, IPS memiliki arti suatu mata pelajaran yang memang berdiri sendiri, dan kadang juga memiliki arti bahwa IPS itu suatu mata pelajaran integrated dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Tetapi di sekolah MI Islamiyah yang dijadikan obyek dalam penelitian tindakan kelas ini, menempatkan IPS sebagai suatu mata pelajaran yang didalamnya membahas tentang ekonomi, geografi, dan sejarah.

Berdasarkan fakta dilapangan, pemahaman mata pelajaran IPS yang membahas tentang materi zaman pra-aksara siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban ini masih sangat dibawah standart yakni hanya mencapai tingkat pemahaman terjemahan. Ketika guru menjelaskan sebuah materi kehidupan masyarakat pra-aksara, siswa hanya mampu memahami konsep dasar tentang kehidupan masyarakat pra-aksara saja dan belum mampu mengkorelasikan dengan kehidupan yang real. Maksud dari mengkorelasikan dengan kehidupan yang real adalah mengambil hikmah dari sejarah kehidupan masyarakat pra-aksara. Pada kehidupan masyarakat pra-aksara, mulai dari cara hidupnya, cara membuat makanan, dan lain sebagainya harus dilakukan dengan cara yang tidak


(15)

mudah. Sedangkan dikehidupan real pada saat ini, cara hidup dan cara mencukupi kebutuhan pokok berupa makanan sudah sangat mudah. Seharusnya, guru mampu meningkatkan kemampuan pemahaman ke level berikutnya yaitu pemahaman penafsiran. Seharusnya guru mampu mendorong siswa untuk mengaitkan sejarah zaman pra-aksara dengan kehidupan yang real dengan siswa mampu untuk lebih bersyukur atas kehidupan yang dijalaninya saat ini dan juga adanya persediaan bahan-bahan pokok yang bisa didapat dengan sangat mudah dibandingkan dengan pada kehidupan masyarakat pra-aksara. Guru juga belum mampu menggiring siswa untuk memiliki kemampuan pemahaman tingkat ekstrapolasi, dimana dengan hanya melihat video tentang kehidupan masyarakat pra-aksara siswa sudah mampu mengambil hikmah yang dapat dipelajarinya. Hal ini membuktikan bahwa siswa masih belum mampu mencapai pada tingkat kemampuan pemahaman penafsiran dan tingkat pemahaman ekstrapolasi.

Nana Sudjana mengemukakan bahwa pemahaman diklasifikasikan menjadi tiga tingkat3, yaitu : (a) pemahaman terjemahan yang artinya mampu menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip. Tingkat pemahaman ini berada ditingkat terendah. (b) pemahaman penafsiran yang artinya mampu menghubungkan bagian-bagian yang paling kecil dan mengkorelasikan dengan hal-hal yang diketahuinya. Pemahaman ini berada ditingkat pemahaman kedua. (c) pemaknaan ektrapolasi yang artinya seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis. Dengan melihat seseorang bisa

3


(16)

membuat sebuah prediksi ataupun kesimpulan tentang sesuatu yang menghubungkan dengan implikasi serta konskuensinya.

Setelah di tinjau dengan cara wawancara kepada siswa dan juga kepada guru yang bersangkutan ternyata dalam proses pembelajaran sejarah khususnya sejarah kehidupan zaman pra-aksara, guru tidak menerapkan strategi yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa agar pemahaman siswa mampu naik pada tingkat pemahaman selanjutnya. Jika kita tengok dari sini, permasalahan tentang rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap sejarah kehidupan zaman pra-aksara bukan disebakan karena siswa malas mempelajari sejarah ataupun pelajaran sejarah yang membosankan, tetapi permasalahannya timbul dari seorang guru yang kurang mampu mengelola pembelajaran yang membahas tentang sejarah ataupun cerita-cerita masa lalu. Jika guru mampu mengelola pembelajaran dengan menerapkan strategi-strategi baru yang menyenangkan maka siswa akan merasa senang belajar sejarah.

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya pemahaman siswa terhadap materi kehidupan zaman pra-aksara adalah dalam proses kegiatan belajar itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, guru biasanya hanya menggunakan metode ceramah. Bahkan yang lebih parahnya lagi guru menuliskan cerita zaman pra-aksara di papan tulis yang sebenarnya sudah tercantum dalam buku paket siswa. Jika kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran yang membahas tentang sejarah didesain seperti ini, maka mustahil jika


(17)

siswa akan memahami bahkan mengingat berbagai kejadian atau hal-hal penting yang ada dalam sejarah itu sendiri. Jika seorang siswa tidak mampu mengingat ataupun memahami makna sejarah tersebut, maka siswa tidak akan mampu menemukan nilai moral, spiritual, dan nilai edukasi yang harus diambil sebagai suatu pembelajaran.

Siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban yang berjumlah 30 siswa ini, hanya 16 siswa saja yang mampu memahami sejarah zaman pra-aksara. Hal ini diketahui melalui pemenuhan KKM. Nilai KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 70. Sedangkan dari 30 siswa hanya ada 16 siswa yang mampu memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan dan 14 siswa lainnya masih belum mampu mencapai nilai KKM yang telah ditentukan.

Strategi dalam pembelajaran memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.4 Tetapi dalam referensi lain strategi pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.5

Guru memang bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Tetapi guru juga memiliki peran terpenting dalam proses pembelajaran sejarah untuk mengambil nilai dari sejarah tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan yang

4

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjuan Konseptual Operasional ( Jakarta Timur : PT. Bumi Aksara, 2010), 2.

5


(18)

nyata. Ketika proses pembelajaran itu hanya mengedepankan teori dan disajikan dengan cara yang membosankan, maka tingkat pemahaman siswa tidak akan mampu meningkat ataupun pembelajaran tersebut akan gagal dengan dibuktikannya lebih banyak siswa yang tidak memahami materi dari pada siswa yang mampu memahami materi. Tetapi jika guru mendesain suatu pembelajaran sejarah menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan tetap mengedepankan isi dari sejarah tersebut, maka hasil pembelajaranpun akan tercapai dengan tetap memperhatikan dan mengembangkan kekreatifan siswa. Jika hal itu diterapkan, maka guru akan mudah menerapkan nilai yang dapat dipetik dari suatu sejarah yang telah diajarkan.

Salah satu cara yang efektif untuk menjadikan pembelajaran sejarah zaman pra-aksara pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial adalah dengan menerapkan strategi catatan terbimbing. Strategi catatan terbimbing merupakan strategi yang tepat. Karena dalam pelaksanaannya guru membuat sebuah teks tentang sejarah zaman pra-aksara yang di dalam teks tersebut ada beberapa kata yang sengaja dikosongkan. Ketika siswa sudah menerima kertas yang berisi teks yang sebagian kata dikosongkan, kemudian guru membacakan teks tersebut secara lengkap dan siswa melengkapi teks yang kosong tersebut. Dengan menerapkan strategi ini, maka siswa akan tetap tenang untuk mendengarkan sebuah cerita sejarah itu dengan seksama. Setelah selesai mengisi teks yang sebagain katanya dikosongkan, maka waktunya siswa untuk berkreasi. Siswa bisa


(19)

berkreasi untuk menceritakan kembali isi teks menggunakan bahasanya sendiri sesuai kemampuannya ataupun membuat sebuah gambar yang menggambarkan isi teks sejarah yang telah dipelajari. Dan selain itu, guru juga bisa menyampaikan sebuah nilai yang dapat dipetik dari sejarah tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata siswa sebagai pembelajaran.

Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rovi Wijayanti pada tahun 2010 menyatakan bahwa penelitian yang menerapkan strategi catatan terbimbing mampu meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa setelah penerapan strategi catatan terbimbing. Selain itu, strategi catatan terbimbing juga lebih mampu mengaktifkan kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan siswa ketika kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan bertanya, berdiskusi, dan juga mengkomunikan atau menceritakan kembali dengan kemampuan bahasanya sendiri.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Amin Sholikhah pada tahun 2014 menyatakan bahwa penerapan strategi catatan terbimbing berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam hal menulis. Dengan strategi catatan terbimbing yang diterapkan ketika kegiatan belajar mengajar lebih mampu meningkatkan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis sebuah narasi.

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “Penerapan


(20)

Strategi Catatan Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Zaman Pra-Aksara Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban" dengan tujuan agar siswa kelas IV MI Islamiyah yang ada di desa Pakel kecamatan Montong kabupaten Tuban ini mampu mengambil dan menerapkan sebuah nilai yang diambil dari sejarah zaman pra-aksara.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Bagaimanakah penerapan strategi catatan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban ?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui strategi catatan terbimbing siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara penerapan strategi catatan terbimbing yang untuk membantu peningkatan pemahaman siswa terhadap materi zaman pra-aksara


(21)

mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui strategi catatan terbimbing siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban.

D. Batasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini memang dibatasi pada siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi zaman pra-aksara yang berfokus pada tingkat pemahaman siswa.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat banyak manfaat yang dapat diambil dari berbagai pihak. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka manfat penelitian ini bagi :

1. Peneliti

Untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan tentang mendesain suatu pembelajaran agar menjadi kelas yang nyaman bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Selain itu, jika peneliti mampu mendesain sebuah kelas yang menyenangkan dan edukatif, maka akan mampu menghipnotis siswa agar mereka menjadi tidak sadar bahwa sebenarnya mereka telah belajar. Manfaat lain bagi peneliti adalah untuk mengetahui ataupun menemukan masalah-masalah baru yang belum pernah peneliti temukan


(22)

secara real dalam proses pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial khususnya materi zaman pra-aksara pada siswa kelas IV. Setelah peneliti menemukan permasalahan dalam pembelajaran, maka peneliti akan berlatih untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menerapkan berbagai solusi untuk memecahkannya.

2. Siswa

Dengan adanya penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, manfaat bagi siswa sangatlah besar. Manfaat tersebut adalah siswa akan lebih diarahkan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar hususnya mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi zaman pra-aksara. Selama ini siswa merasa bosan jika harus mempelajari sebuah sejarah. Oleh karena itu, siswa akan diarahkan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar yang terstruktur juga menyenangkan sehingga siswa tidak akan mudah lupa dengan apa yang telah mereka pelajari. Selain itu, dengan adanya penelitian tindakan kelas ini siswa akan merasa lebih senang dan lebih semangat untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tidak dilakukan secara monoton tetapi dengan cara yang menyenangkan. 3. Guru

Penelitian tindakan kelas ini sangat bermanfaat bagi guru sebagai suatu referensi dan juga sebagai tolak ukur untuk melakukan intropeksi diri. Penelitian tindakan ini menerapkan suatu strategi untuk menghasilkan suatu


(23)

pembelajaran yang menyenangkan tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Selain penggunaan strategi, dalam penelitian ini juga menunjukkan bagaimana cara mengondisikan siswa dan juga membentuk kelas yang kondusif tetapi tetap menyenangka. Dengan adanya penelitian ini, guru bisa menjadikan hal ini sebagai referensi untuk lebih kreatif dalam melakukan kegiatan belajar mengajar baik dari strategi yang digunakan, cara mendesain kelas, cara mengondisikan siswa dan juga lain sebagainya. Penelitian tindakan kelas ini juga bias dijadikan sebagai tolak ukur oleh guru. Guru bisa melakukan tolak ukur tentang cara mengajarnya selama ini apakah sudah berhasil ataukah belum. Guru bisa mengintropeksi diri cara mengajarnya selama ini yang mencakup strategi yang digunakan untuk membantu memahamkan siswa, cara mengondisikan siswa, dan juga cara mendesain kelas yang kondusif dan menyenangkan.


(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemahaman Materi Zaman Pra-Aksara Mata Pelajaran Ips 1. Pengertian Pemahaman

a. Arti Pemahaman

Pemahaman (comprehension) merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.1 Siswa dikatakan mampu memahami sesuatu apabila siswa tersebut mampu memberikan sebuah gambaran, deskripsi, atau uraian tentang sesuatu tersebut dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Dalam referensi lain disebutkan bahwa pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam tahap ini, testee tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

Partowisastro menjelaskan empat pengertian pemahaman2, yaitu (1) pemahaman berarti melihat hubungan yang belum nyata pada

1

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 50. 2


(25)

pandangan pertama, (2) pemahaman berarti mampu menerangkan atau dapat melukiskan tentang aspek-aspek, tingkatan, sudut pandangan-pandangan yang berbeda, (3) pemahaman berarti memperkembangkan kesadaran dan faktor-faktor yang penting, (4) berkemampuan membuat sebuah ramalan yang beralasan mengenai tingkah lakunya. b. Tingkatan Pemahaman

Menurut Ngalim Purwanto pengetahuan komprehensi atau pemahaman dibedakan menjadi tiga tingkatan3, yaitu :

1) Pengetahuan Komprehensi terjemahan. Maksud dari komprehensi ini adalah dapat menjelaskan arti Bhineka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman.

2) Pengetahuan Komprehensi Penafsiran. Maksud dari komprehensi ini adalah dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat menghubungkan dari beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.

3) Pengetahuan Komprehensi Ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi seseorang diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, atau dapat membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat

3

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 44.


(26)

memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau masalahnya.

Sedangkan menurut Sudjana juga mengemukakan bahwa pemahaman dibagi menjadi tiga kategori4, yaitu:

1) Tingkat terendah yaitu pemahaman terjemahan mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya.

2) Tingkat kedua yaitu pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan atau mengkorelasikan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3) Pemahaman tingkat ketiga yaitu pemahaman ekstrapolasi, yakni dengan ekstrapolasi diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

2. Konsep Dasar IPS

a. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) di Indonesia mulai dikenal ketika tahun 1970-an sebagai hasil dari diskusi komunitas akademik. IPS secara formal mulai difungsikan dalam dunia pendidikan dan

4


(27)

dimasukkan dalam kurikulum 1975. Menurut catatan, IPS adalah salah satu nama mata pelajaran yang dimasukkan dalam tingkat sekolah dasar dan juga tingkat sekolah menengah. Mata pelajaran IPS ini merupakan mata pelajaran integrated yang didalamnya membahas berbagai disiplin ilmu yang lainnya. Disiplin ilmu yang dimaksud meliputi ilmu ekonomi, geografi, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan juga ilmu politik.5 Ciri khas dari mata pelajaran IPS di tingkat dasar menengah adalah sifat terpadu (integrated) yang bertujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik. Materi dalam IPS yang bersifat terpadu ini disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan, serta lingkungan sekitar peserta didik.

b. Landasan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS yang berperan sebagai mata pelajaran, sudah seyogyanya memiliki berbagai landasan dalam proses pengembangannya. Dengan adanya landasan ini, diharapkan mampu memebrikan pemikiran dan inovasi-inovasi baru yang mendasar tentang pengembangan struktur, metodologi, serta pemanfaatan IPS sebagai disiplin ilmu. Landasan IPS sebagai disiplin ilmu memiliki landasan-landasan sebagai berikut : (1) Landasan Filosofis

Landasan filosofis ini memberikan sebuah gagasan mendasar tentang suatu obyek kajian atau domain apa saja yang

5


(28)

akan menjadi kajian pokok dan dimensi pengembangan IPS sebagai disiplin ilmu (aspek ontologis), menentukan cara, proses, ataupun berbagai metode yang membangun untuk perkembangan IPS hingga menentukan knowledge yang seperti apakah yang dianggap benar, valid, sah, dan terpercaya (aspek epistemologis), apakah tujuan dari IPS sendiri dan juga manfaat IPS (aspek aksiologis).

(2) Landasan Ideologis

Landasan ini dimaksudkan sebagai system gagasan mendasar tentang keterkaitan antara teori-teori yang ada dalam IPS dengan hakikat dan praksis moral, etika, politik, serta norma-norma perilaku dalam membangun dan juga mengembangkan IPS. (3) Landasan sosiologis

Landasan sosiologis ini akan memberikan system gagasan tentang kebutuhan, cita-cita, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan yang akan terjadi di masa depan melalui interaksi sosial yang akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan IPS. (4) Landasan Antropologis

Memberikan sebuah system gagasan mendasar dalam menentuka sebuah pola, struktur, dan system pendidikan agar selaras dengan pola, struktur, system yang sesuai dengan


(29)

kebudayaan serta kehidupan masyarakat ataupun perilaku manusia yang kompleks.

(5) Landasan Kemanusiaan

Landasan ini akan memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan bagaimana karakteristik manusia yang akan terlibat dalam dunia pendidikan sebagai sasaran ataupun obyek dalam pendidikan. Landasan ini merupakan landasan yang sangat penting. Mengapa dikatakan sangat penting, karena landasana ini merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia.

(6) Landasan Politis

Landasan politis ini akan memberikan suatu gagasan mendasar untuk menentukan kemanakah arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan dari IPS. Dalam landasan ini juga memerlukan peran dari pemerintah agar pendidikan tidak mungkin steril dari campur tangan unsur birokrasi.

(7) Landasan Psikologis

Memberikan sistem sutu gagasan yang mendasar untuk menentukan cara-cara IPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya.


(30)

(8) Landasan Religius

Landasan ini memberikan suatu sistem gagasan tentang etika, moral, nilai-nilai, norma yang menjadi roh ataupun jiwa yang melandasi IPS ini.

c. Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial

Program pendidikan IPS yang komprehensif harus mencakup empat dimensi ini. Dimensi tersebut adalah :

1) Dimensi Pengetahuan (Knowledge)

Setiap orang memiliki pemikiran dan juga pendapat yang berbeda-beda tentang pengetahuan sosial. Jika kita lihat dari kata sosial, maka ada sebagain orang yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial adalah membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan yang terjadi secara sosial ataupun peristiwa yang terjadi dilingkungan masyarakat tertentu. Tetapi ada juga sebagai seseorang yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial mencakup tentang keyakinan-keyakinan dan juga pengalaman belajar siswa. Tetapi secara konseptual, pengetahuan (knowledge) sebaiknya mencakup fakta, konsep, dan juga generalisasi yang dipahami oleh siswa.

Fakta merupakan data yang spesifik tentang suatu kejadian atau peristiwa, objek, ataupun orang. Jika membahas tentang fakta,


(31)

maka pada dasarnya fakta itu harus disajikan dengan melihat tingkat umur dan tingkat kemampuan berpikir siswa. Umumnya fakta yang sesuai untuk siswa sekolah dasar atau MI hendaknya berupa sebuah peristiwa, objek, dan hal-hal yang bersifat konkret dan tidak bersifat abstrak. Karena tingkat pemikiran siswa yang ada di tingkat sekolah dasar masih belum mampu berimajinasi, atau mengangan-angan hal-hal yang bersifat abstrak. Biasanya siswa disekolah dasar bisa berimajinasi tentang sebuah hal-hal yang memang jelas dan sudah umum terjadi di masyarakat serta siswa sudah pernah melihatnya sendiri baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Konsep merupakan sebuah frase atau kata-kata yang mengelompok, berkategori, dan mampu memberi makna terhadap kelompok fakta yang berkaitan.

Generalisasi merupakan suatu ungkapan atau pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Pengembangan konsep dan generalisasi adalah sebuah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat.

2) Dimensi Keterampilan (Skills)

Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting bagi siswa. Karena keterampilan ini akan bermanfaat untuk mempersiapkan siswa menjadi warga


(32)

Negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Keterampilan yang diperlukan dalam dimensi IPS adalah :

a) Keterampilan meneliti

Keterampilan ini merupakan keterampilan untuk mengumpulkan sebuah data dan kemudian data tersebut diolah. Pada umumnya penelitian ini mencakup aktivitas mengidentifikasi dan mengungkapkan sebuah masalah, mengumpulkan dan mengolah data, menafsirkan data, menganalisis data, memberikan nilai terhadap bukti yang ditemukan, menyimpulkan sesuatu, menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda, membuat pertimbangan nilai. b) Keterampilan berpikir

Keterampilan yang harus dikembangkan oleh seorang guru dikelas untuk siswa adalah mengkaji mengkritisi dan memberikan sebuah nilai terhadap suatu data, mampu merencanakan, merumuskan sebab akibat, memprediksi hasil dari suatu peristiwa, berbagi pendapat, berspekulasi tentang masa depan, menawarkan berbagai solusi alternatif, mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda.


(33)

c) Keterampilan partisipasi sosial

Keterampilan partisipasi sosial ini san gat dibutuhkan agar siswa mampu berinteraksi dan bekerja sama secara berkelompok. Keahlian bekerja adalam kelompok sangatlah penting dikarenakan pada saat ini banyak masyarakat yang menggantungkan dirinya dalam sebuah kelompok tertentu. Keterampilan partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru adalah mengidentifikasi akibat bagi orang lain maupun diri sendiri dari sebuah perbuatan dan perkataan, menunjukkan rasa hormatserta perhatian terhadap orang lain, berbagi tugas dengan orang lain, berbuat efektif sebagai anggota kelompok, mengambil berbagai peran kelompok, menerima kritik dan saran, menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang diemban.

d) Keterampilan berkomunikasi

Upaya mendewasakan seorang anak manusia bisa dilakukan melalui pembelajaran. Salah satu cirri bahwa seseorang itu semakin dewasa dapat ditunjukkan dengan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang tidak dapat ditinggalkan dalam pendidikan IPS hususnya dalam inkuiri sosial. Dalam pembelajaran, setiap siswa diharuskan


(34)

berkomunikasi untuk mengemukakan pendapatnya. Umumnya, gagasan tersebut dikomunikasikan dengan cara tertulis ataupun secara lisa. Bagi seorang guru, hendaknya mendorong siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya ke dalam bentuk seni yang lebih kreatif.

3) Dimensi Nilai dan Sikap (Values and Attitude)

Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Dalam mengkaji nilai di masyarakat, nilai dapat dibedakan menjadi dua nilai, yaitu :

a) Nilai substantive

Nilai ini merupakan nilai yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya adalah hasil belajar, yang bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan sebuah informasi saja. b) Nilai Prosedural

Nilai prosedural yang perlu dibelajarkan pada siswa adalah nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran, dan menghargai pendapat orang lain.


(35)

4) Dimensi Tindakan (Action)

Tindakan sosial merupakan hal yang sangat penting dalam dimensi IPS, karena dengan tindakan mampu memungkinkan siswa untuk menjadi peserta didik yang aktif. Siswa juga mampu belajar berlatih secara konkret dan praktis. Dimensi tindakan sosial dalam IPS meliputi tiga model aktivitas. Aktivitas tersebut adalah mempercontohkan suatu kegiatan dalam memecahkan suatu permasalahan dikelas, berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, pengambilan keputusan dapat menjadi bagian dari kegiatan kelas.

B. Pengertian Strategi Catatan Terbimbing 1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara umum strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai “setiap kegiatan yang dipilih, yang dapat memberikan fasilitas ataupun bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.6 Selain kegiatan, yang termasuk dalam strategi pembelajaran adalah “materi dan paket pembelajaran”. Strategi memiliki pengertian bahwa segala sesuatu baik dari materi, paket pengajaran, dan juga prosedur yang difungsikan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

6

Abdul Gafur, Desain Pembelajaran: Konsep, Model dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: Ombak, 2012), 73.


(36)

Strategi pembelajaran juga memiliki arti segala rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.7 Ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Selian itu strategi pembelajaran juga menyangkut segala hal yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

Dalam referensi lain juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.8 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua pengertian penting, yaitu : (a) strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. (b) strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Kozma menyatakan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yang dapat memberikan fasilitas atau

7

Suyono dkk, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2012), 20. 8


(37)

bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.9

Dari berbagai pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang didalamnya mencakup seluruh aspek atau komponen kegiatan pembelajaran (pengelolaan siswa, pengelolaan materi, dan lain sebagainya) yang membantu dan memfasilitasi siswa dalam mencapai suatu tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

2. Pengertian Strategi Catatan Terbimbing

Strategi catatan terbimbing merupakan strategi yang menekankan pada peningkatan kemampuan dalam menangkap point-point penting dari teks lisan yang didengar dengan memberikan panduan yang berbentuk kisi-kisi yang berupa pernyataan yang belum sempurna. Strategi catatan terbimbing merupakan cara belajar aktif dengan cara guru menyiapkan sebuah catatan dengan mengosongkan beberapa kata yang dianggap menjadi kata kunci atau point penting.

Proses pembelajaran yang didesain seperti ini, akan sangat membantu peserta didik untuk berkonsentrasi dalam mengambil point-point penting yang ada dalam sebuah materi pembelajaran. Suprijono menyatakan

9

Abdul Gafur, Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: Ombak, 2012), 73.


(38)

bahwa pembelajaran aktif dengan strategi guided note taking atau catatan terbimbing merupakan strategi belajar berupa catatan terbimbing yang dikembangkan agar pembelajaran secara ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian peserta didik10.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi catatan terbimbing merupakan strategi yang menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menangkap poin-poin penting untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dengan cara memberikan panduan berupa kisi-kisi yang belum sempurna agar strategi ceramah yang dibawakan guru lebih mendapatkan perhatian peserta didik. Panduan berupa kisi-kisi ini disebut dengan handout catatan terbimbing, yaitu handout yang isinya berupa kisi-kisi atau poin-poin penting berupa titik-titik yang harus diisi peserta didik selama proses pembelajaran.

3. Langkah-Langkah Strategi Catatan Terbimbing

Strategi catatan terbimbing harus dilakukan berdasarkan langkah-langkah tertentu untuk kelancaran pelaksanaannya. Langkah-langkah-langkah strategi catatan terbimbing adalah sebagai berikut :

a) Guru menyiapkan sebuah catatan yang membahas tentang materi yang dipelajari yaitu materi “zaman pra-aksara”.

b) Guru membagikan kertas catatan terbimbing tersebut kepada siswa.

10

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Media, 2011) , 105.


(39)

c) Ketika semua siswa telah menerima kertas catatan terbimbing, guru membacakan materi atau menerangkan materi yang berkaitan dengan isi teks catatan terbimbing.

d) Ketika guru sedang membacakan ataupun menerangkan, siswa menyimak dengan seksama dan mengisi beberapa kata yang sengaja dikosongkan dalam kertas catatan terbimbing tersebut.

e) Setelah itu, seluruh siswa diperintahkan untuk membaca kertas yang telah diisi selama 5 menit.

f) Guru memrintahkan siswa untuk menulis sebuah cerita tentang “zaman pra-aksara” yang sesuai dengan teks catatan terbimbing dengan menggunakan bahasanya sendiri.

g) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi “zaman pra -aksara”

h) Siswa menuliskan hikmah yang dapat dipetik atau pelajaran yang dapat diambil dari sejarah tentang “zaman pra-aksara “.

C. Materi Zaman Pra-Aksara

Prasejarah atau Praaksara adalah zaman dimana manusia tidak atau belum mengenal tulisan. Pra berarti belum/tidak dan aksara berarti huruf atau tulisan. Setiap bangsa di dunia, pasti mengalami pra-aksara. Tetapi


(40)

aksara itu sendiri. Tetapi, setelah manusia mengenal tulisan, maka zaman yang dinamakan sebagai pra-aksara tersebut berubah menjadi zaman aksara.

Gambar 2.1

(Peninggalan dari zaman pra-aksara)

Berdasarkan penelitian dan fosil yang ditemukan oleh para arkeolog serta ahli lainnya, fosil purba terbanyak ditemukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Dari banyaknya fosil yang ditemukan di pulau jawa ada sebagian besar yang ditemukan di Lembah Sungai Brantas dan Lembah Begawan Solo, yang membuktikan kalau ditempat itulah mereka tinggal.

Jenis-jenis manusia yang hidup di Indonesia adalah :

1) Meganthropus Paleojavanicus, berarti manusia purba besar dan tua yang hidup di Jawa. Manusia purnba ini memiliki tubuh yang kekar. Manusia purba ini ditemukan di Sangiran, Surakarta oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan 1941.


(41)

2) Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera tegak berdiri, dengan ciri-ciri berbadan tegak dan memiliki tinggi sekitar 165-180 cm. Manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Begawan Solo Surakarta tahun 1891 dan merupakan manusia purba yang paling banyak ditemukan di Kedungtrubus, Trinil, Mojokerto, Sangiran dan Ngandong. 3) Homo berarti manusia ada beberapa jenis homo yaitu homo soloensis,

homo wajakensis dan homo sapiens, keadaan dan ciri fisik mereka lebih sempurna dibanding Manusia purba sebelumnya.

Perkembangan dan perubahan manusia purba selalu terjadi dari masa ke masa. Masa-masa tersebut adalah :

1) Masa Berburu Dan Meramu.

Kehidupan dimasa berburu dan meramu sangat identik dengan hidup berpindah-pindah atau nomaden. Kehidupan pada masa ini biasa disebut food gathering yang berarti memanfaatkan dan mengambil makanan yang bersumber dari alam tanpa harus menanam atau mengolahnya dulu. Peralatan yang digunakan pada masa ini adalah kapak perimbas untuk menebang kayu, memecahkan tulang dan menguliti binatang. & kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong binatang buruan serta alat serpih yang berfungsi sebagai pisau.


(42)

2) Masa Bercocok Tanam (Food producing ).

Pada masa ini manusia purba mulai mengenal kegiatan bercocok tanam dan pada masa ini juga mereka sudah tingal menetap disuatu tempat dan memiliki rumah. Namun, kegiatan berburu dan meramu masih belum hilang sepenuhnya dari kehidupan mereka.Alat-alat yang digunakan pada masa ini banyak terbuat dari batu yang dihaluskan seperti mata panah, gerabah, beliung persegi, dan kapak lonjong.

3) Masa Perundagian atau pertukangan.

Pada masa ini, manusia purba sudah mengenal pembagian tugas atau kerja. Pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu juga sudah dikenal untuk memenuhi keperluan / peralatan rumah tangga.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah classroom action research atau biasa disebut dengan penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas merupakan perkembangan dari penelitian tindakan. Oleh sebab itu, untuk memahami arti dari penelitian tindakan kelas, harus memahami terlebih dahulu arti dari penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.1 Sedangkan menurut Stephen Kemmis dari universitas Deakin bersama Wilf Carr dari universitas College Of North Wales penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan sebuah partisipan (guru, peserta didik, kepala sekolah, dan partisipan lain) di dalam suatu situasi sosial (pembelajaran) yang bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: a) praktik sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan; b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta c) situasi dan institusi yang terlibat di dalamnya.2

1

Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2009), 24. 2

H. E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), 5.


(44)

Penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial amerika serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, Jhon Elliot, Dave Ebbut, dan lainnya.3 Penelitian tindakan kelas ini menjadi pusat perhatian dikarenakan jenis penelitian yang semacam ini mampu menjadi sumber referensi atau memberikan berbagai prosedur dan cara baru yang lebih bermanfaat dan lebih memiliki arti dalam merevisi dan meningkatkan profesionalisme guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Secara ettimologis, ada tiga istilah yang berhungan dengan penelitian tindakan kelas, yaitu :

1. Penelitian yang memiliki arti suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol. Sistematis dalam arti yang simple dan ringkas diartikan sebagai keruntutan. Sedangkan dalam artian yang lebih rinci memiliki arti bahwa segala proses yang dilakukan dengan cara yang runtut ataupun urut dan harus sesuai dengan peraturan tertentu yang telah disahkan. Artinya dalam pelaksanaan penelitian harus dilakukan dengan cara bertahap dan tidak diloncat-loncat , yakni dimulai dari menyadari bahwa memang ada sebuah masalah hingga merencanakan berbagai cara ataupun solusi pemecahan masalah yang telah ditemukan tersebut. Menurut referensi lain, sistematis memiliki arti mengikuti suatu

3

Fauti subhan, Penelitian Tindakan Kelas (Sidoarjo : Qisthos Digital Press, 2013), 17.


(45)

pola urutan tetap dari komponen sistem tersebut.4 Dan empiris memiliki arti bahwa proses ataupun pengerjaan penelitian harus memiliki dasar, yaitu berdasarkan data-data tertentu yang mendukung penelitian tersebut. Terkontrol artinya proses kerja penelitian harus berdasarkan pada prosedur-prosedur yang jelas, sehingga hasilnyapun dapat diuji atau dibuktikan oleh orang lain..

2. Tindakan adalah sebuah bentuk perilaku tertentu yang dijalankan oleh seorang peneliti. Peneliti yang dimaksud dalam hal ini adalah guru. Hal ini difungsikan untuk perbaikan kinerja guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu, penelitian tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini memiliki manfaat yang sangat besar, karena penelitian tindikan kelas ini bukan hanya sekedar untuk mencari ataupun mendapatkan suatu informasi saja melainkan juga sebagai obat untuk memecahkan sebuah permasalahan.

3. Kelas menunjukkan sebuah tempat. Tempat yang dimaksud dalam hal ini adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar berlangsung baik itu kelas secara out-door ataupun kelas secara in-door. Artinya, penelitian tindakan kelas ini dilakukan disebuah tempat yang mana tempat tersebut terdapat komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, peserta didik, dan materi yang sedang diajarkan, dimana hal tersebut

4

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Tindakan dan Pengembangannya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 18.


(46)

terjadi secara real dan tanpa adanya settingan. Dan hal ini menjadi salah satu ciri khas dari penelitian tindakan kelas.5

Seorang ahli dibidang penelitian, mengemukakan pengertian PTK secara lebih sistematis sebagai berikut6 :

1. Penelitian adalah suatu kegiatan mencari objek dengan menggunakan cara dan aturan untuk metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati.

2. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.

3. Kelas adalah tempat dimana sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dan guru yang sama.

Berdasarkan berbagai pemaparan mengenai penelitian tindakan kelas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses yang mengkaji permasalahan yang terjadi didalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar terlaksana, dan pengajiannya dilakukan melalui instropeksi dan refleksi diri dalam upaya untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu dengan menerapkan berbagai cara yang cara tersebut dipraktekkan melalui sebuah tindakan yang sistematis, empiris, dan terkontrol yang terencana

5

Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2009), 26. 6

Fauti Subhan, Penelitian Tindakan Kelas (Sidoarjo: Qisthos Digital Press, 2013), 18.


(47)

dalam suatu keadaan yang benar-benar real tanpa mengesampingkan untuk melakukan analisis dari setiap dampak atau pengaruh dari tindakan tersebut.

Dari konsep diatas, maka perlu digarisbawahi bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sengaja untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada di kelas.

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian Kurt Lewin yang menggunakan sistem spiral refleksi diri. Dalam model ini pelaksanaannya diawali dengan sebuah planning (rencana) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan sebuah acting (tindakan), dan diteruskan dengan melakukan observing (pengamatan), dan diahiri dengan proses reflecting (refleksi). Kegiatan ini berulang secara runtut, artinya jika penelitian sudah sampai tahap refleksi maka diulang kembali dengan proses perencanaan sampai dengan selanjutnya sebagai salah satu taktik untuk memecahkan suatu kasus atau permasalahan. Peneliti memiliki sebuah alasan untuk mengimplikasikan model penelitian Kurt Lewin ini dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Peneliti beranggaoan bahwa model penelitian Kurt Lewin ini sangat cocok dan sesuai untuk permasalahan yang sedang dihadapi oleh peneliti. Jika model penelitian yang digunakan sudah relevan, maka model penelitian ini akan sangat membantu peneliti dalam memecahkan sebuah permasalahan yang sedang ditelitinya.


(48)

Jika digambarkan dalam sebuah bentuk bagan, maka secara keseluruhan bentuk model penelitian Kurt Lewin ini akan membentuk siklus seperti bagan yang telah digambarkan di bawah ini :

Bagan 2.1 : Siklus model penelitian Kurt Lewin

SIKLUS II

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN

PELAKSANAAN

SIKLUS I


(49)

B. Setting Penelitian Dan Karakteristik Penelitian 1. Setting Penelitian

Setting penelitian ini meliputi : a) Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini berlangsung di Yayasan Perguruan Islam Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah yang terletak di desa Pakel kecamatan Montong kabupaten Tuban. Letak yayasan ini sangatlah strategis. Madrasah ini terletak ditengah-tengah pemukiman warga, sehingga jangkauannya sangat mudah. Dan sangat dekat bagi peserta didik yang menimba ilmu di madrasah ini. Peserta didik yang bersekolah di madrasah ini mayoritas asli domisili dari desa tersebut. Memang ada sebagian kecil peserta didik yang berasal dari desa lain, tetapi desa tersebut tidak terletak jauh dari madrasah ini. Sehingga meskipun peserta didiknya sebagian kecil bukan asli domisili desa Pakel, tetapi tetap mudah dijangkau karena jaraknya yang tidak terlalu jauh.

b) Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terlaksana ketika pertengahan semester genap. Sebagai seorang peneliti, sudah seharusnya mengikuti dan mentaati kalender akademik yang ada di madrasah tersebut. Peneliti memiliki alasan mengapa harus mengikuti kalender akademik yang telah ditentukan oleh madrasah. Alasan tersebut adalah karena dalam kegiatan


(50)

penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh peneliti memerlukan sebuah waktu dimana waktu tersebut terjadi kegiatan belajar mengajar secara efektif.

c) Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Untuk mengetahui keefektifan strategi catatan terbimbing yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban, maka penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menempuh dua siklus. Pelaksanaan dari masing-masing setiap siklus dilakukan dengan cara yang runtut slias cara yang sistematis. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara runtut dan sesuai dengan model penelitian yang digunakan yaitu model penelitian Kurt Lewin. Dimana pelaksanaan setiap siklus diawali dengan membuat sebuah rencana yang disebut (planning). Setelah rencana tersusun dengan matang, maka eneliti segera melakukan aksi dan mengimplikasikan rencana yang telah disusun sebelumnya, kegiatan ini disebut dengan (action). Setelah peneliti melakukan sebuah action, selanjutnya peneliti melakukan observasi dan yang terahir peneliti melakukan refleksi atas kegiatan penelitian yang telah dilakukan.

Pada siklus kedua, peneliti juga menerapkan model yang sama dengan yang dilakukan disiklus pertama yaitu model penelitian Kurt


(51)

Lewin. Pertama, peneliti menyusun sebuah rencana dan kemudian rencana tersebut dituangkan dalam bentuk aksi yang dilakukan oleh peneliti. Setelah melakukan aksi sesuai rencana yang telah disusun, peneliti melakukan observasi. Selanjutnya peneliti melakukan refleksi terhada penelitian yang telah terlaksana. Peneliti memerlukan waktu waktu 2 jam pelajaran yakni 2x35 menit untuk melakukan masing-masing siklus.

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban tahun pelajaran 2015-2016 yang berjumlah sebanyak 30 siswa. Alasan peneliti memilih subjek siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban karena siswanya tidak terlalu banyak sehingga pengendalian kelas atau pengondisian kelas tidak terlalu menyulitkan peneliti. Selain itu, alasan lain adalah karena strategi catatan terbimbing ini lebih tepat diterapkan pada siswa kelas atas seperti halnya siswa kelas IV MI ini.

C. Variabel Yang Diselidiki

Variabel-variabel penelitian yang menjadi titik pusat untuk memecahkan permasalahan yang sedang diteliti adalah :

1. Variabel input : siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban 2. Variabel proses : strategi catatan terbimbing


(52)

3. Variabel output : peningkatan pemahaman materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial

D. Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melalui dua siklus yang masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan juga refleksi. Untuk tiap siklus membutuhkan waktu 2x35 menit atau dua jam mata pelajaran.

Berikut uraian secara detail mengenai tiap-tiap siklus : 1) Siklus 1

1. Tahap perencanaan

Dalam tahap perencanaan, kegiatan utama yang dilakukan oleh peneliti adalah :

a) Membuat sebuah RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) yang didalamnya berisi tentang sebuah rencana yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran.

b) Mempersiapkan berbagai media yang akan digunakan ketika melakukan kegiatan belajar mengajar.

c) Menyusun lembar observasi aktifitas guru dan aktifitas siswa.

d) Menyusun lembar observasi tingkat pemahaman siswa yang meliputi 3 tingkat pemahaman yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman interpretasi, dan pemahaman ekstrapolasi.


(53)

e) Mempersiapkan apersepsi dan ice breaking untuk menumbuhkan semangat siswa dalam belajar.

f) Menyusun sebuah materi yang akan diajarkan.

g) Membuat lembar kerja siswa dan teks catatan terbimbing. 2. Tahap pelaksanaan/tindakan

Tahap ini merupakan action dari RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan. Adapun rincian pelaksanaannya adalah sebagai berikut : a) Kegiatan awal

1) Guru masuk kelas dan mengucapkan salam. 2) Guru membimbing siswa untuk berdoa bersama. 3) Guru mengabsen kehadiran siswa.

4) Guru melakukan ice breaking untuk membuat siswa lebih semangat belajar.

5) Guru melakukan apersepi untuk menggiring siswa agar terfokus pada materi yang akan di pelajari. (guru meminta salah satu peserta didik untuk menceritakan secara singkat tentang pengalamannya ketika sedang belajar dikelas III dulu).

6) Guru menuliskan konsep materi yang akan dipelajari. 7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


(54)

b) Kegiatan inti

(Eksplorasi)

1) Guru memberi penjelasan tentang bagaimana proses kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan bersama-sama.

2) Guru memberikan sebuah teks catatan terbimbing.

3) Guru membacakan teks catatan terbimbing secara lengkap, sedangkan pada saat yang sama siswa mendengarkan sambil melengkapi teks catatan terbimbing yang telah disediakan oleh guru. 4) Guru memerintahkan siswa untuk membaca teks catatan terbimbing

yang telah dilengkapinya selama 5 menit. (Elaborasi)

5) Setelah kegiatan tersebut selesai, guru memerintahkan siswa untuk menguraikan isi dari teks catatan terbimbing tersebut dengan bahasa siswa sendiri.

6) Guru memberikan sebuah penjelasan tentang materi zaman pra-aksara (sesuai dengan isi dari teks catatan terbimbing).

7) Siswa menguraikan hikmah yang dapat diambil dari teks catatan terbimbing yang membahas tentang kehidupan masyarakat pra-aksara.


(55)

(Konfirmasi)

8) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah di pelajari bersama.

9) Guru mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tugas yang telah di kumpulkan.

10) Siswa mengerjakan tugas yang ada di buku paket sebagai pekerjaan rumah.

c) Kegiatan penutup

1) Guru memberikan pujian terhadap kegiatan yang telah dilakukan siswa.

2) Guru memberikan motivasi kepada siswa

3) Guru menutup proses pembelajaran dengan membaca doa bersama. 4) Guru mengahiri proses pemebelajaran dengan mengucapkan salam. 3. Tahap Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan sebuah proses pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang membahas tentang zaman pra-aksara dengan memanfaatkan strategi catatan terbimbing. Hal yang diamati oleh peneliti adalah tingkat pemahaman siswa dalam memahami materi zaman pra-aksara yang telah dipelajari bersama sebelumnya. Peneliti mengamati apakah siswa sudah mampu mencapai


(56)

tingkat pemahaman yang kedua yakni tingkat pemahaman penafsiran (interpretasi) ataukah belum. Patokan yang dijadikan peneliti untuk mengamati tingkat pemahaman siswa adalah kemampuan siswa ketika menguraikan kembali materi zaman pra-aksara sesuai dengan teks catatan terbimbing serta aktifitas siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Dengan hasil pengamatan yang telah didapatkan oleh peneliti, maka hasil pengamatan ini akan dijadikan tolak ukur untuk melakukan penelitian di siklus berikutnya yaitu di siklus ke-II.

Hal yang menjadi perhatian khusus untuk diamati peneliti adalah :

a) Mengamati tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa baik dalam hal menceritakan kembali, menjawab pertanyaan, mengambil hikmah, menjawab dan memberikan pertanyaan, dan lain sebagainya.

b) Mengamati berbagai masalah yang muncul dalam proses kegiatan belajar mengajar ketika siklus I berlangsung.

c) Mengamati tindak perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

4. Tahap refleksi

Tahap refleksi merupakan tahap analisis. Dimana peneliti melakukan sebuah analisis terhadap hasil observasi yang telah didapatkan. Peneliti menganalisis seberapa jauh tingkat pemahaman siswa, apakah siswa sudah


(57)

mampu mencapai tingkat pemahaman penafsiran, dan seberapa jauh pembelajaran yang dilakukan itu mencapai keberhasilan. Selain itu peneliti juga menganalisis berbagai permasalahan baru yang muncul ketika siklus I berlangsung. Jika pada pelaksanaan siklus I ditemukan berbagai masalah baik itu pada tingkat pemahaman siswa ataupun permasalahan lain, maka peneliti mampu melakukan perbaikan pada siklus ke-II guna mendapatkan hasil yang maksimal.

2) Siklus II

Pada pelaksanaan siklus ke-II ini tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan siklus I. Peneliti memulai dengan tahap perencanaan dengan membuat RPP dan juga segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran berlangsung. Kemudian memasuki tahap pelaksanaan atau tahap tindakan yang merupakan pengimplementasian dari tahap yang pertama. Kemudia peneliti melakukan proses observasi dan dilanjutkan dengan proses refleksi.

1. Tahap perencanaan

Dalam tahap perencanaan, kegiatan utama yang dilakukan oleh peneliti adalah :

a) Membuat perencanaan pembelajaran yang disusun dalam bentuk RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran).


(58)

b) Mempersiapkan media yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung.

c) Mempersiapkan materi yang akan diajarkan. d) Mempersiapkan ice breaking dan apersepsi.

e) Membuat lembar kerja dan teks catatan terbimbing. 2. Tahap pelaksanaan/tindakan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

1) Guru masuk kelas dan mengucapkan salam. 2) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa.

3) Guru dan siswa berdoa bersama untuk memulai pembelajaran. 4) Guru melakukan ice breaking.

5) Guru melakukan apersepi untuk menggiring siswa agar terfokus pada materi yang akan di pelajari. (guru menunjukkan sebuah gambar tentang kehidupan zaman pra-aksara).

6) Guru menuliskan konsep materi yang akan dipelajari. 7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


(59)

b) Kegiatan inti (eksplorasi)

1) Guru memberi penjelasan tentang proses kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.

2) Guru membagikan sebuah teks catatan terbimbing yang didalamnya terdapat sebuah gambar peninggalan masyarakat pra-aksara.

3) Guru membacakan teks catatan terbimbing secara lengkap, sedangkan pada saat yang sama siswa mendengarkan sambil melengkapi teks catatan terbimbing yang telah disediakan oleh guru.

4) Guru memerintahkan siswa untuk membaca teks catatan terbimbing yang telah dilengkapinya selama 5 menit.

(elaborasi)

5) Setelah siswa membaca, guru memerintahkan siswa untuk menguraikan isi dari teks catatan terbimbing sesuai dengan kemampuannya.

6) Guru memberikan penjelasan mengenai materi.

7) Siswa menguraikan hikmah yang dapat diambil dari teks sejarah zaman pra-aksara.


(60)

(Konfirmasi)

8) Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari bersama.

9) Guru mengevaluasi hasil belajar siswa.

10) Guru memberikan tugas sebagai pekerjaan rumah. c) Kegiatan penutup

1) Guru memberikan pujian terhadap kegiatan belajar siswa. 2) Guru memberikan sebuah motivasi kepada siswa.

3) Guru dan siswa berdoa bersama. 4) Guru mengucapkan salam. 3. Tahap observasi

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses belajar siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang menggunakan strategi catatan terbimbing. Peneliti melakukan sebuah pengamatan tentang tingkat pemahaman siswa. Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan terhadap hasil belajar siswa yang kemudian akan dijadikan tolak ukur untuk melakukan kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Hal yang menjadi perhatian husus untuk diamati peneliti adalah :

a) Mengamati permasalahan-permasalahan yang muncul ketika proses pembelajaran.


(61)

b) Mengamati perilaku dan respon siswa terhadap pelajaran ketika proses pembelajaran berlangsung.

c) Mengamati tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa.

d) Mengamati kemampuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Tahap refleksi

Tahap refleksi ini merupakan tahap untuk analisis terhadap hasil dari observasi. Hal yang dianalisis adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam hal peningkatan pemahaman yang dilakukan di siklus II. Selain itu, analisis juga dilakukan untuk menemukan permasalahan-permasalahan baru yang timbul ketika siklus II sedang berlangsung. Jika peneliti sudah menganalisis berbagai kekurangan yang ada baik dari siklus I ataupun siklus II, maka peneliti mampu melakukan perbaikan pada kegiatan belajar mengajar pada kesempatan waktu berikutnya guna mendapatkan hasil yang benar-benar maksimal.

E. Sumber Data 1. Siswa

Dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, siswa merupakan sumber data yang utama. Peneliti memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ketika pembelajaran berlangsung. Melalui pembelajaran yang dilakukan siswa, peneliti dapat mengetahui tingkat


(62)

pemahaman yang dimiliki siswa dan juga peneliti mampu mengetahui tingkat keberhasilan desain pembelajaran yang telah dirancang peneliti. 2. Guru

Melalui guru, peneliti dapat menghasilkan data yang signifikan. Informasi yang diberikan guru sangat membantu peneliti dalam memperoleh data. Sehingga penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti menjadi penelitian yang baik. Data yang diperoleh peneliti melalui wawancara pada guru adalah mengenai cara pembelajaran sehari-hari seperti strategi, metode, media dan lain sebagainya. Selain itu juga mengenai sumber belajar yang digunakan ketika melakukan proses pembelajaran. Melalui wawancara ini, peneliti juga menggali tentang tingkat pemahaman siswa dan juga kemampuan menjawab pertanyaan serta mengerjakan sebuah lembar kerja yang diberikan oleh guru. Data tentang perilaku siswa ketika proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran juga didapatkan oleh peneliti.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tidakan kelas ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban dalam memahami materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui strategi catatan terbimbing. Oleh karena itu, teknik


(63)

yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan tes.

Berikut adalah pemaparan pengertian dari berbagai teknik yang diterapkan oleh peneliti, pemaparannya adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi ataupun pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.7 Observasi juga diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.8 Sedangkan dalam referensi lain menyebutkan observasi adalah suatu prosedur perekaman dan penafsiran data tentang proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang sedang di rancang.9 Sutrisno Hadi mengungkapkan bahwa observasi adalah suatu proses kompleks yang tersusun dari berbagai proses-proses biologis dan psikologis. Observasi adalah pengamatan objek penelitian langsung, yang bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja dan penggunaan responden kecil.

Teknik observasi dalam penelitian ini, digunakan untuk mengumpulkan data tentang seberapa jauh tingkat pemahaman siswa dalam

7

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 27. 8

Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2009), 86. 9

Fauti subhan, Penelitian Tindakan Kelas (Sidoarjo : Qisthos Digital Press, 2013), 74.


(64)

memahami materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Selain itu teknik ini juga digunakan untuk mengetahui aktifitas siswa selama proses pembelajaran dan juga keefektifan strategi “catatan terbimbing” pada materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak10. Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara pewawancara dengan yang diwawancarai baik menggunakan pedoman wawancara ataupun tidak.

Teknik wawancara ini dilakukan terhadap siswa dan guru. Wawancara yang dilakukan terhadap siswa digunakan untuk mengetahui tingkat minat siswa dalam mempelajari sejarah serta tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Interview juga dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sumber-sumber yang digunakan ketika melakukan proses kegiatan belajar mengajar dalam membahas materi zaman pra-aksara mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Selain itu juga untuk mengetahui proses pembelajaran yang meliputi strategi belajar mengajar. Selanjutnya, wawancara yang dilakukan terhadap guru adalah untuk mengetahui

sumber-10

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 27.


(65)

sumber yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu juga proses pembelajaran yang meliputi strategi yang biasa digunakan beserta hal yang melatarbelakangi penerapan strategi tersebut.

3. Tes Hasil Belajar

Pengambilan data dengan cara tes baik secara lisan ataupun tertulis, yaitu menginginkan siswa mampu memahami materi yang sedang diajarkan. Tes memiliki arti suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid.11 Dalam penerapan strategi catatan terbimbing, ketika tes secara tertulis guru menyiapkan sebuah teks catatan terbimbing yang dibagikan kepada siswa. Kemudian guru membacakan teks catatan terbimbing tersebut secara lengkap dan siswa melengkapi teks catatan terbimbing yang telah dipegangnya. Setelah itu, siswa diberi waktu 5 menit untuk membaca teks tersebut dan kemudian menguraikan kembali isi teks dan menguraikan hikmah yang bisa dipetik dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa dan kemampuannya masing-masing.

G. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan suatu cara yang diterapkan untuk mengolah suatu data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga bisa dijadikan acuan untuk menarik kesimpulan. Data-data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif yakni dengan

11

Ibid., 29


(66)

memaparkan dan mendeskripsikan berbagai data yang dihasilkan dalam penelitian dan kemudian dianalisis. Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah pemanfaatan strategi catatan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi zaman pra-aksara dengan bertujuan untuk melihat bagaimanakah aktivitas guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, dan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang dicapai oleh siswa setelah adanya tindakan ini.

Data yang dihasilkan dalam penelitian dari setiap siklus akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan teknik penilaian hasil ataupun nilai dari tugas yang diberikan yakni tugas pengisisan soal atau hasil penilaian lain yang diperoleh siswa. Untuk mengetahui prosesntase kesuksesan siswa setelah adanya tindakan, maka dalam setiap siklusnya diberikan sebuah tes. Aktivitas guru juga perlu ditinjau dan diketahui menggunakan lembar observasi. 1. Analisis metode observasi

Analisis hasil observasi diperoleh dari pengamat untuk mengisi lembar observasi saat mengamati kegiatan belajar mengajar pada tiap siklus. Analisis ini dilakukan untuk mengetahi hasil observasi guru.

Analisis lembar observasi digunakan rumus:

(Rumus 3.1 Analisis Lembar Observasi) � = �


(67)

Tabel 3.1

Kriteria simbol penilaian analisis lembar observasi

Keterangan

P Nilai

F Skor yang diperoleh N Skor maksimal

Dari hasil penilaian yang diperoleh dikategorikan kedalam bentuk penskoran dengan menggunakan kategori sebagai berikut12 :

Tabel 3.2

Kategori penskoran penilaian lembar observasi Kategori Penskoran

90 – 100 Sangat baik 80 – 89 Baik 65 – 79 Cukup 55 – 64 Kurang Kurang dari 55 Tidak Lulus

2. Analisis metode tes

Setelah peneliti memperoleh suatu data, maka peneliti perlu melakukan sebuah analisis data yang diperolehnya yang berkaitan dengan rumusan masalah yang diajukan. Penelitian ini menghasilkan data kualitatif,

12

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 82.


(68)

dan setelah itu dapat dijadikan rujukan untuk membuat sebuah kesimpulan atas apa yang diperoleh untuk mencari nilai rata-rata siswa.

Untuk mencari nilai yang dihasilkan oleh siswa dalam mengerjakan LK menguraikan kembali isi teks catatan terbimbing dan menuliskan hikmah dengan menggunakan rumus dibawah ini :

Tabel 3.3

Perhitungan skor dengan sistem bobot soal

Nomor

Soal Keterangan

Skor

25 15 5

1

Penggunaan Kosakata

Kosakatanya sangat mudah di fahami

Kosakatanya cukup mudah di fahami Kosakatanya sulit di fahami Keruntutan cerita Alur ceritanya sangat runtut Alur ceritanya cukup runtut Alur ceritanya tidak runtut 2 Banyak hikmah yang dapat di uraikan

Menguraikan 3 hikmah atau lebih dari 3

Menguraikan 1 atau 2 hikmah

Tidak menguraikan hikmah

3 Kesesuaian hikmah yang disebutkan dengan isi teks

Hikmah yang disebutkan sangat sesuai Hikmah yang disebutkan cukup sesuai Hikmah yang disebutkan tidak sesuai


(69)

(Rumus 3.2 Menghitung Skor Peserta Didik)

Untuk mencari nilai siswa dalam mengerjakan soal melengkapi teks catatan terbimbing adalah dengan menggunakan rumus dibawah ini:13

(Rumus 3.3 menghitung nilai peserta didik dalam melengkapi teks catatan terbimbing)

Keterangan dari simbol-simbol yang ada dalam rumus tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Keterangan simbol rumus melengkapi teks catatan terbimbing Keterangan

B Jumlah Jawaban Benar

N Jumlah Soal

Untuk mencari nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM, maka perlu menggunakan rumus sebagai berikut :

(Rumus 3.4 Rumus Mencari Nilai Rata-Rata

13

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 229.

Skor : B

N x 100 (skala 0-100)

M = ∑�

Penskoran : Skore yang diperoleh X 100 Skore maksimal


(70)

Tabel 3.5

Keterangan simbol rumus mencari nilai rata-rata Keterangan

M Nilai rata-rata

X Jumlah nilai dari semua siswa

N Banyaknya siswa

Hasil penilaian dikategorikan kedalam bentuk penskoran. Kategori penskoran berdasarkan standar penilaian sekolah dasartersebut adalah sebagai berikut14 :

Tabel 3.6 Kategori penskoran

Kategori Penskoran

90 – 100 Sangat baik 80 – 89 Baik 65 – 79 Cukup 55 – 64 Kurang Kurang dari 55 Tidak Lulus

Untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas setelah melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan strategi catatan terbimbing, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

14

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 82.


(1)

menceritakan kembali isi teks catatan terbimbing dan menuliskan hikmah yang

dapat diambil dari sejarah zaman pra-aksara pada siklus II diperoleh presentase

ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 78%. Dengan hasil yang telah diperoleh

pada siklus II tersebut dapat disimpulakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh

peneliti dengan memanfaatkan strategi catatan terbimbing untuk meningkatkan

pemahaman materi zaman pra-aksara siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel

Montong Tuban dikatakan berhasil. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan,

maka peneliti menyimpulkan bahwa:

1. Penerapan strategi catatan terbimbing dengan materi kehidupan masyarakat

pra-aksara pada siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel Montong Tuban pada

semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 telah dilaksanakan dengan sangat

baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil dari dua perbandingan hasil

observasi aktifitas guru dan hasil observasi aktifitas siswa yang dilakukan

pada siklus I dan siklus II. Penjabaran dari kedua aspek tersebut adalah: 1)

Hasil observasi aktifitas guru pada siklus I skor ahirnya mencapai 87,5 yang

termasuk dalam kriteria baik. Sedangkan hasil observasi aktifitas guru pada

siklus II mampu mencapai skor yang lebih baik lagi yaitu 96,8 dan dalam

kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa hasil observasi dari aktifitas

guru pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Dengan demikian,

pembelajaran sudah dilaksankan dengan sangat baik. Skor akhir dari aktifitas

guru dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,3.

Peningkatan yang terjadi pada hasil observasi aktifitas guru dari siklus I ke

siklus II ini berdampak pada meningkatnya aktifitas siswa. 2) Hasil observasi


(3)

dalam satu kelas sebesar 21,5. Sedangkan hasil observasi aktifitas siswa

dalam satu kelas pada siklus II diperoleh rata-rata skor akhir 23,2. Dari kedua

hasil observasi aktifitas siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa aktifitas

siswa dalam mengikuti kegiatan kegiatan belajar mengajar dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,7. Data di atas membuktikan

bahwa peningkatan yang terjadi pada aktifitas guru juga akan mempengaruhi

peningkatan aktifitas siswa.

2. Penerapan strategi catatan terbimbing sangat mempengaruhi meningkatnya

pemahaman siswa terhadap materi zaman pra-aksara mata pelajaran IPS. Hal

ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai prosentase ketuntasan belajar secraa

klasikal yang dihasilkan siswa dalam mengerjakan soal-soal bentuk uraian

untuk mengetahui tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Nilai

prosentase ketuntasan belajar secara klasikal dalam melengkapi teks catatan

terbimbing yang dilakukan pada siklus I adalah 67%. Sedangkan nilai

prosentase ketuntasan belajar secara klasikal yang dilakukan pada siklus II

mencapai 76,6%. Nilai prosentase ketuntasan belajar secara klasikal dari

siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,6%. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan strategi catatan terbimbing mampu

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi zaman pra-aksara mata


(4)

B. Saran

Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

memberikan saran sebagai berikut :

1. Peneliti berharap guru dapat menerapkan strategi catatan terbimbing dalam

pembelajaran IPS materi-materi yang lain. Sehingga pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan akan mengali peningkatan.

2. Peneliti berharap adanya penelitian yang lebih lanjut. Hal ini dikarenakan

penelitian hanya dilakukan pada siswa kelas IV MI Islamiyah Pakel


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto Suharsimi. 1984. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina

Aksara.

Gafur Abdul. 2012. Desain Pembelajaran: Konsep, Model dan Aplikasinya dalam

Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.

Majid Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa H. E. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Partowisastro Koestor. 1983. Dinamika dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Erlangga.

Purwanto Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi pengajaran.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Purwanto Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja


(6)

Setyosari Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: kencana prenada

media group.

Setyosari Punaji. 2010. Metode Penelitian Tindakan dan Pengembangannya.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Somantri Nu’man. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Subhan Fauti. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Sidoarjo: Qisthos Digital Press.

Sudijono Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sudjana Nana. 2010. Evaluasi Proses dan hasil pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Suyono dkk. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Offset.

Syaifurahman dkk. 2013. Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.

Wena Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjuan

Konseptual Operasional. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.

Widoyoko Eko Putro. 2011. Evaluasi Program pembelajaran. Yogyakarta:


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN MATERI BENTUK Penerapan Strategi Jigsaw Pada Mata Pelajaranilmu Pengetahuan Sosial (Ips) Dengan Materi Bentuk Muka Bumi Dan Aktivitas Penduduk Di Indonesia Untuk Siswa K

0 2 11

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Penerapan Strategi Pembelajaran Scramble Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas II

0 1 19

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU Penerapan Strategi Pembelajaran Scramble Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas III SD Negeri I Karan

0 1 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASALAH SOSIAL DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

0 0 6

Penerapan straregi True or False untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna siswa kelas IV MI Muhammadiyah 21 Kapas Bojonegoro.

0 13 100

Penerapan strategi daftar terfokus untuk meningkatkan pemahaman materi indahnya kalimat thayyibah assalamu'alaikum pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV MI Badrussalam Surabaya.

2 44 104

Penerapan media bagan pohon untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV MI Islamiyah Kepoh.

0 3 126

PENGGUNAAN STRATEGI SQ3R UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI PENYESUAIAN DIRI PADA MAKLUK HIDUP DI KELAS V A MI SALAFIYAH SURABAYA.

0 4 110

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PUASA RAMADHAN MATA PELAJARAN FIQIH MENGGUNAKAN STRATEGI JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS III MI ISLAMIYAH TAMAN SIDOARJO.

0 0 107

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SUSUNAN BUMI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V MI DARUNNAJAH.

0 0 107