Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Perhatian Orang Tua dengan Perilaku Agresif Remaja Kelas XI di SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2011 / 2012 T1 132008044 BAB II

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perilaku Agresi

2.1.1. DefinisiPerilaku Agresi

Menurut Scheneiders (1955) perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampilkan dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.

Buss (dalam Sarah, 2005) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu perilaku yang dilakukan secara sengaja yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (secara fisik dan verbal) yang dimaksudkan untuk menyakiti makhluk hidup lain. Buss & Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah dan permusuhan. Selanjutnya Buss & Werren (2000) juga mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk dari impuls yang dapat menimbulkan tingkah laku agresif adalah kemarahan, emosi, sakit hati, serta keinginan melukai atau merugikan orang lain.

Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mengemukakan agresi merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang lain yang terdorong untuk menghindari


(2)

perlakuan itu.Hal senada juga di ungkapkan oleh (Krahe, 2005) bahwa definisi agresi disajikan berdasarkan fokusnya terhadap tiga aspek yaitu akibat merugikan/menyakitkan, niat, dan harapan untuk merugikan, dan keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk menghindari stimuli yang merugikan itu.

Buss (dalam Indarsih, 2003) mengemukakan manusia dalam kaitan kehidupannya tidak terlepas dari perilaku agresif. Perilaku agresif sudah mulai nampak sejak individu tersebut memasuki masa kanak-kanak. Menurut Indarsih (2003) bentuk-bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke luar maupun ke dalam adalah merupakan gejala umum tingkah laku agresif. Contoh perilaku diarahkan ke luar maupun ke dalam diri seseorang seperti bertindak kasar sehingga menyakiti orang lain, berkelahi, membuat onar di sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah dan melanggar perintah. Sedangkan bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke dalam antara lain kecenderungan putus asa, dan rasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan, cenderung tidak tertarik pada kesenangan yang sifatnya berkelompok, apatis terhadap kegiatan sekolah ataupun masyarakat.

Teori belajar mengungkapkan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan serta memiliki tujuan untuk melukai korban, dalam hal itu di dahului oleh observasi terhadap model (contoh agresi). Motif utama perilaku agresif sendiri adalah keinginan


(3)

yang tidak memperdulikan realitas, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak menyensor diri sendiri dan bekerja atas dasar prinsip kesenangan serta amoral untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif atau keinginan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif .

Sedangkan Wrighstman dan Deux (dalam Dayaksini dan Hudaniyah, 2003), mengatakan bahwa agresimerupakan bagian dari ego. Dorongan agresif sehat, karena merupakan usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang nyata dari manusia.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis merasa tertarik dengan pendapat Buss & Perry sehingga penulis menyimpulkan perilaku agresif dengan berdasarkan definisi yang dibuat oleh Buss & Perry (1992) bahwa perilaku agresif adalah suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah dan permusuhan.

2.1.2. Jenis-jenis perilaku Agresi

Secara umum Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi sebagai berikut:

1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression)

adalah perilaku agresi yang ditandai dengan emosi yang tinggi dan dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti.


(4)

2. Agresi instrumental adalah perilaku agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.

Berkowitz (1995), membedakan agresi menurut sasarannya kedalam duajenis, yaitu:

1. Agresi Instrumental, yaitu agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untukmencapai tujuan tertentu.

2. Agresi Impulsif, yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untukmelukai, menyakiti dan juga menimbulkan efek kerusakan, kematian pada korban.

Buss & Perry (1992), berpendapat bahwa ada empat bentuk pola agresi yang biasa dilakukan oleh individu, yaitu :

1. Agresi fisik

Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik, seperti memukul, menendang dan lain-lain.

2. Agresi verbal

Agreesi yang dilakukan secara verbal kepada lawan, seperti mengumpat, menyebarkan cerita yang tidak menyenangkan tentang korban kepada orang lain, memaki, mengejek, membentak, dan berdebat.

3. Agresi Benci

Agresi yang semata-mata dilakukan sebagai pelampias keinginan untuk melukai, menyakiti atau agresi yang tanpa tujuan selain


(5)

untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.

4. Agresi instrumental

Agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresi

Menurut Davidoff (dalam Mutadin, 2002)perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Faktor Biologis

Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:

a. Gen

Tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Ada hubungan antara faktor genetik atau keturunan terhadap perilaku agresif manusia.

b. Sistem otak

Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi.

c. Kimia darah

Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku


(6)

agresi. Pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogendan progresteronmenurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan wanita menjadi mudah tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanita yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada saat berlangsungnya siklus haid ini.

2. Faktor lingkungan

Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu: a. Kemiskinan

Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi remaja secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonomi dan moniter yang menyebabkan pembengkakan kemiskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar.

b. Anonimitas

Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri). Jika seseorang merasa anonim cenderung berperilaku semaunya sendiri,


(7)

karena merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati dengan orang lain.

c. Suhu udara yang panas

Suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968, US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya.

3. Kesenjangan generasi

Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.

4. Amarah

Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak. Pada saat amarah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran


(8)

yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.

5. Peran belajar model kekerasan

Menyaksikan adegan kekerasan dapat menyebabkan terjadinya proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.

6. Frustasi

Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Frustasi ini kemudian melahirkan agresi, karena agresi bisa meringankan emosi negatif (Bushman, Baumeister, & Philips, 2001 dalam Davidoff).

7. Proses pendisiplinan yang keliru

Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti ini akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.


(9)

Menurut Willis (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah sebagai berikut :

1. Kondisi pribadi anak

Adalah kondisi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu , lemahnya kontrol diri terhadap lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan.

2. Kondisi lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan perhatian sehingga anak mencarinya dalam kelompok sebaya, keluarga yang lemah dan keluarga yang kurang harmonis. 3. Kondisi lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, terbelakang pendidikan pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap anak jalanan, pengaruh norma-norma baru yang ada diluar. 4. Kondisi lingkungan sekolah, seperti kurangnya perhatian guru.

(Pearche, 1987dalam Willis, 1981) menyatakan bahwa perilaku agresif diperoleh dari belajar dengan perantara model dan akibat timbal balik dengan keadaan sosialnya dan seseorang belajar melakukan tindak agresi dengan melalui imitasi dan pemberian penguat.


(10)

2.1.4. Aspek-Aspek Perilaku Agresif

Buss dan Perry (1992) mengemukakan bahwa ada tiga aspek untuk mengukur kecenderungan perilaku agresif, diantaranya :

1. Agresi fisik dan verbal

Agresi fisik adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain yang dilakukan secara fisik. Sedangkan agresi verbal adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain berupa perkataan atau ucapan.

2. Kemarahan

Reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan atau frustasi, dan dicirikan oleh reaksi darurat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatik, dan secara implikit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatik atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan.

3. Permusuhan

Kecenderungan ingin menimbulkan kerugian, kejahatan, gangguan atau kerusakan pada orang-orang lain, kecenderungan melontarkan rasa kemarahan pada orang lain.


(11)

2.2. Perhatian Orang Tua

2.2.1. Pengertian Perhatian Orang Tua

Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.

Seperti yang dikemukakan oleh Verbeek(1978)perhatian orang tua merupakan hal yang penting, dalam hal ini perhatian diberikan oleh orang tua yang dinyatakan dalam sikap-sikap terbuka atau terarah dan itu pun dilakukan secara sadar. Memperhatikan berarti menolong seseorang berkembang dan ini merupakan suatu proses, suatu cara menjalin relasi dengan seseorang.

Menurut Crowd (dalam Mugiyati, 2003) bahwa memberikan perhatian berarti memberi petunjuk pada pikiran-pikiran anak kearah ide-ide yang utama atau mendorong anak untuk mengatakan sesuatu dengan keyakinan dan kenyataan yang ada.


(12)

Seperti yang diterangkan oleh Kartono (2000) bahwa keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Dengan demikian perlu adanya perhatian dari keluarga karena perhatian keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan watak dan kepribadian anak serta menjadi unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak, sehingga dalam hal ini perhatian orang tua sangat diperlukan dalam perkembangan anak.

Remaja tumbuh mulai dari keluarga dan dari orang tualah yang dekat dengan anak. Dalam hal ini orang tua haruslah menjadi pemimpin yang baik, yaitu pemimpin yang berada di muka, pemimpin yang berada ditengah-tengah serta pemimpin yang mengawasi dari belakang. Dengan bertindak sebagai pemimpin orang tua tidaklah hanya sebatas mengawasi, tetapi remaja perlu adanya teladan, dorongan dan perhatian dari orang tua.

Perhatian orang tua merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses perkembangan psikologis remaja dimana pada akhirnya juga akan mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Jadi perhatian orang tua perlu ditunjukkan dengan respon-respon yang memuaskan karena hal itu dapat merangsang remaja untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku (Mugiyati, 2003) dan sebaliknya akan menjadi masalah jika perhatian itu ditunjukkan dengan respon-respon


(13)

melanggar standar moral yang akibatnya anak merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung sehingga anak lebih suka melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai moral untuk menarik perhatian orang tua (Kartono, 1998).

Kartono (dalam Dewi, 2002) perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktifitas, daya konsentrasi dan pembatasan. Suryabrata (2000) mengartikan perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada satu objek, juga banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua

Menurut Ahmadi (1982) hal-hal yang mempengaruhi perhatian orang tua antara lain :

1. Pembawaan

Pembawaan merupakan tipe-tipe pribadi yang dimiliki oleh setiap orang tua, tipe-tipe kepribadian yang berbeda pada orang tua akan berbeda pula sikapnya dalam memberikan perhatian kepada anak. 2. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai suatu tujuan yang harus dicurahkan.


(14)

3. Kewajiban

Kewajiban mengandung unsur tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua

4. Keadaan Jasmani

Tidak hanya kondisi psikologis tetapi kondisi fisiologis juga ikut mempengaruhi perhatian orangtua, kondisi fisiologis yang tidak sehat akan berpengaruh pada usaha orangtua dalam mencurahkan perhatiannya.

5. Suasana Jiwa

Keadaan batin, perasaan atau pikiran yang sedang berlangsung yang dapat mempengaruhi perhatian orangtua. Hal ini bisa bersifat membantu atau sebaliknya bisa juga menghambat usaha orangtua dalam memberi perhatian.

6. Suasana Sekitar

Merupakan suasana dalam keluarga itu sendiri, misalnya ada ketegangan diantara anggota keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua.


(15)

2.2.3. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua terhadap Anak

Aspek-aspek perhatian orang tua terhadap anak menurut Kartono (dalam Mugiyati, 2003) antara lain :

1. Memantau kegiatan anak

Orang tua memantau kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah, agar dapat memahami apa saja yang dilakukan oleh anak.

2. Membangkitkan Semangat Belajar

Orang tua harus bisa memotivasi anak untuk rajin belajar, agar anak dalam belajar juga semangat karena itu merupakan tugas dan tanggungjawab anak sebagai siswa.

3. Pemenuhan Kebutuhan

Memenuhi kebutuhan anak baik secara materi maupun psikologis merupakan suatu wujud dari perhatian orang tua. 4. Dorongan Kepada Anak untuk Memenuhi Peraturan

Orang tua harus sabar dalam mengarahkan anak-anaknya untuk tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada. Karena anak remaja yang sedang mengalami pergolakan di dalam hatinya, biasanya cenderung ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya.


(16)

Hal ini sangat penting, karena dengan memahami dan mengajak anak untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Keakraban dapat menjadikan saling mengerti danmemahami keinginan antara orang tua dan anak.

2.3. Pengertian Remaja

Menurut Santrock (2002), remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan kognitif dan sosial emosional.Selanjutnya Papalia & Olds (dalam Santrock, 2002) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun.

Menurut Hall (dalam Sarwono, 2000) masa remaja atau

adolescence adalah masa topan – badai (strum and drang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai.

2.3.1. Tugas Perkembangan Remaja

Pikunas (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir remaja, yaitu :


(17)

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya


(18)

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas

3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok

4. Menemukan model untuk identifikasi

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber yang ada pada dirinya

6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada

7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Agustiani, 2006) adalah:

1. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin

2. Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial 3. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara

efektif


(19)

5. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga 6. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi

7. Menemukan set dari nilai-nilai dan system etika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi 8. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku

sosial secara bertanggung jawab

2.4.Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Remaja

Secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Remaja tidak hanya akan mempertanyakan siapa dirinya tetapi juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan (dalam Agustiani 2006). Pada masa-masa transisi seperti inilah banyak menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan yang dapat memungkinkan remaja akan mudah bertindak agresif.

Menurut Kartini Kartono (1992), anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan berpijak. Sehingga anak akan mengembangkan reaksi kompensatoris negatif dalam bentuk dendam dan sikap bermusuh terhadap dunia luar. Seperti contohnya melakukan tindakan yang agresif untuk menarik perhatian dan mengganggu orang tuanya.


(20)

Menurut Mugiyati (2003) bahwa dalam aspek perhatian orang tua yang salah satunya adalah memahami dan mengajak berkomunikasi, hal ini sangat penting karena hanya dengan memahami dan mengajak anak untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Jika kurang adanya komunikasi antara orang tua dan anak, maka orang tua tidak akan tahu dan tidak akan dapat memahami apa yang menjadi keinginan anaknya. Hal ini bisa menimbulkan anak berperilaku agresif pada orang tua, orang lain atau bahkan pada benda di sekelilingnya (Mugiyati, 2003).

2.5. Temuan Penelitian Yang Relevan

Ada berbagai macam penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Karunianti, Korri, Eddy(2005) dengan judul “Hubungan Interaksi Orang Tua dan Anak dengan Intensi Agresi Pada Remaja Awal”. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi pada remaja awal yang ditunjukkan dengan rxy sebesar 0,60 dengan p>0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi.


(21)

Tua dengan Perilaku Agresif remaja pada Pelajar di SMK Karya Nugroho Boyolali. Dari hasil penelitian ini didapatkan p value = 0,011 (p value < 0,05). Hal ini berartiterdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi remaja terhadap orangtua dengan perilaku agresif remaja pada pelajar SMK Karya Nugraha Boyolali.

Penelitian R, Ester Lina (2006) ditunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap perhatian orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja di SMP N 10 Salatiga dengan r=-0,245 dan p<0,05

Penelitian Sulistiari, Nitalia Cipuk, (2009), mengenai hubungan antara keharmonisan keluarga dengan perilaku agresif pada remaja diperoleh r = -0, 534 dengan p < 0,01 dengan sumbangan efektif 28,6 % yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dan perilaku agresif remaja.

Penelitian Bled dan Canger (Syafroni, 1999) menunjukkan bahwa anak yang mempunyai interaksi positif dengan keluarga mempunyai pengaruh dalam keberhasilan pendidikannya. Anak yang mempunyai potensi di atas rata-rata pada siswa SLTA dan berprestasi tinggi lebih sering berinteraksi dengan keluarga dibandingkan remaja yang berprestasi rendah. Bentuk interaksi tersebut diantaranya ada komunikasi yang lancar, ada kesamaan ide artinya saling memberi, saling menerima yang ditandai dengan saling pengertian, saling


(22)

percaya, mencintai dan memberi semangat dalam meraih prestasi belajar.

2.6. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara perhatian orang tua dengan perilaku agresif pada remaja, yaitu semakin tinggi perhatian orangtua, maka semakin rendah perilaku agresif pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah perhatian orang tua, maka semakin tinggi perilaku agresif pada remaja.


(1)

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya


(2)

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas

3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok

4. Menemukan model untuk identifikasi

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber yang ada pada dirinya

6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada

7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Agustiani, 2006) adalah:

1. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin

2. Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial 3. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara

efektif


(3)

5. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga 6. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi

7. Menemukan set dari nilai-nilai dan system etika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi 8. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku

sosial secara bertanggung jawab

2.4.Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Remaja Secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Remaja tidak hanya akan mempertanyakan siapa dirinya tetapi juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan (dalam Agustiani 2006). Pada masa-masa transisi seperti inilah banyak menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan yang dapat memungkinkan remaja akan mudah bertindak agresif.

Menurut Kartini Kartono (1992), anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan berpijak. Sehingga anak akan mengembangkan reaksi kompensatoris negatif dalam bentuk dendam dan sikap bermusuh terhadap dunia luar. Seperti contohnya melakukan tindakan yang agresif untuk menarik perhatian dan mengganggu orang tuanya.


(4)

Menurut Mugiyati (2003) bahwa dalam aspek perhatian orang tua yang salah satunya adalah memahami dan mengajak berkomunikasi, hal ini sangat penting karena hanya dengan memahami dan mengajak anak untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Jika kurang adanya komunikasi antara orang tua dan anak, maka orang tua tidak akan tahu dan tidak akan dapat memahami apa yang menjadi keinginan anaknya. Hal ini bisa menimbulkan anak berperilaku agresif pada orang tua, orang lain atau bahkan pada benda di sekelilingnya (Mugiyati, 2003).

2.5. Temuan Penelitian Yang Relevan

Ada berbagai macam penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Karunianti, Korri, Eddy(2005) dengan judul “Hubungan Interaksi Orang Tua dan Anak dengan Intensi Agresi Pada Remaja Awal”. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi pada remaja awal yang ditunjukkan dengan rxy sebesar 0,60 dengan p>0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan intensi agresi.


(5)

Tua dengan Perilaku Agresif remaja pada Pelajar di SMK Karya Nugroho Boyolali. Dari hasil penelitian ini didapatkan p value = 0,011 (p value < 0,05). Hal ini berartiterdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi remaja terhadap orangtua dengan perilaku agresif remaja pada pelajar SMK Karya Nugraha Boyolali.

Penelitian R, Ester Lina (2006) ditunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap perhatian orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja di SMP N 10 Salatiga dengan r=-0,245 dan p<0,05

Penelitian Sulistiari, Nitalia Cipuk, (2009), mengenai hubungan antara keharmonisan keluarga dengan perilaku agresif pada remaja diperoleh r = -0, 534 dengan p < 0,01 dengan sumbangan efektif 28,6 % yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dan perilaku agresif remaja.

Penelitian Bled dan Canger (Syafroni, 1999) menunjukkan bahwa anak yang mempunyai interaksi positif dengan keluarga mempunyai pengaruh dalam keberhasilan pendidikannya. Anak yang mempunyai potensi di atas rata-rata pada siswa SLTA dan berprestasi tinggi lebih sering berinteraksi dengan keluarga dibandingkan remaja yang berprestasi rendah. Bentuk interaksi tersebut diantaranya ada komunikasi yang lancar, ada kesamaan ide artinya saling memberi, saling menerima yang ditandai dengan saling pengertian, saling


(6)

percaya, mencintai dan memberi semangat dalam meraih prestasi belajar.

2.6. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara perhatian orang tua dengan perilaku agresif pada remaja, yaitu semakin tinggi perhatian orangtua, maka semakin rendah perilaku agresif pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah perhatian orang tua, maka semakin tinggi perilaku agresif pada remaja.


Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25