STRUKTURASI GIDDENS DAN SOCIAL CONSTRUCTION OF

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

STRUKTURASI GIDDENS DAN SOCIAL CONSTRUCTION OF
TECHNOLOGY (SCOT) SEBAGAI PISAU ANALISIS ALTERNATIF
PENELITIAN SOSIAL ATAS TEKNOLOGI MEDIA BARU

Adi Wibowo Octavianto
Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Multimedia Nusantara
Jl. Boulevard, Gading Serpong Tangerang-Banten
Telpon (021) 54220808
Email: adi.wibowo@umn.ac.id

Abstrak
Artikel ini menawarkan alternatif kerangka konseptual penelitian terhadap teknologi komunikasi semisal teknologi media baru. Kerangka konseptual yang ditawarkan menggunakan
cara pandang paradigma konstruktivis dimana teknologi dipandang sebagai produk konstruksi

sosial. Social Construction of Technology (SCoT) adalah konsep yang dikembangkan Pinch
dan Bijker (1984). Seiring waktu SCoT mendapat perhatian dari akademisi-akademisi lain serta
mengalami perkembangan dan modifikasi. Pada artikel ini penulis mencoba menyandingkan
penggunaan SCoT dengan pendekatan agen-struktur dari teori strukturasi Giddens. Kerangka
konsep tersebut telah dicobakan dalam penelitian penulis di tahun 2011. Teknologi yang diteliti
adalah teknologi media sosial, sementara agen yang dimaksud adalah pengguna media sosial,
kemudian budaya komunikasi ditempatkan sebagai struktur sosial yang berperan sebagai konteks yang lebih luas. Kerangka konseptual seperti dijelaskan di sini terutama bermanfaat untuk
menguraikan hubungan teknologi dan masyarakat serta menjawab pertanyaan bagaimana proses saling membentuk terjadi antara teknologi dengan perilaku sosial dalam masyarakat.
Key words: Teknologi, Media Baru, Strukturasi, Social Construction of Technology, Konstruktivis, Giddens

Teknologi dan Masyarakat

kan bahwa teknologi mencakup semua pera-

Ilmuwan sosial cenderung melihat latan, mesin, instrumen, senjata dan sebagainteknologi sebagai kesatuan terintegrasi antara ya dan juga melibatkan keahlian kita dalam
aspek material dan non-material atau aspek memproduksi dan menggunakannya (Bain,
teknis dan non-teknis. Read Bain menyebut- 1937). Rogers menjabarkan teknologi sebagai

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014


41

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

konsep yang terdiri dari komponen perangkat

dari kaum determinasi sosial yang kemudian

keras (hardware) dan perangkat lunak (soft-

menjadi pandangan dominan semenjak awal

ware), dimana pengertian perangkat lunak

1990-an (Lievrouw & Livistone, 2006c, p.4).


digambarkan sebagai landasan informasi ter-

Menurut aliran determinasi sosial, munculnya

kait dengan perangkat keras (Rogers, 1986).

inovasi dan teknologi merupakan bagian dari

Perangkat lunak dalam definisi Rogers dapat proses konstruksi sosial sehingga tidak bisa
juga diartikan sebagai serangkaian informasi

dilepaskan begitu saja dari proses-proses so-

mengenai makna teknologi dan cara menggu-

sial disekitarnya. Teknologi dalam hal ini mer-

nakan teknologi tersebut.


upakan hasil bentukan sosial (social shaping).

Berdasarkan cara pandang itu, maka

Maksud dari teknologi sebagai ha-

kajian terhadap teknologi terutama dalam

sil bentukan sosial sebenarnya lebih kepada

konteks ilmu sosial harus mempertimbangkan adanya hubungan timbal balik yang saling
kedua aspek sekaligus, yaitu aspek material/ membentuk antara pengembangan teknologi
perangkat keras dan non-material/perangkat dengan praktek-praktek sosial, sehingga anlunak. Suatu pertanyaan mendasar kajian te-

tara teknologi dan praktek sosial sifatnya sa-

knologi dalam konteks ilmu sosial adalah

ling menentukan (co-determining) (Lievrouw


mengenai makna teknologi bagi masyarakat

& Livistone, 2006b, p.4). Cara pandang seper-

dan bagaimana masyarakat merespon, meng-

ti itu menurut Lievrouw dan Livistone mem-

gunakan dan beradaptasi dengan kehadiran

buat kajian terhadap teknologi harus memper-

teknologi.

hatikan dua aspek, yaitu; perhatian terhadap

Sejauh ini berbagai referensi menun-

agensi dan tindakan, sekaligus pula menaruh


jukkan ada dua cara pandang utama terhadap

perhatian pada efek-efek sosial, struktur dan

kajian teknologi, yaitu determinasi teknologi dampak yang ditimbulkannya.
(technological determinism) dan determinasi

Munculnya pendekatan determinasi

sosial (social determinism). Kaum determina-

sosial tidak lepas dari perkembangan teori-te-

si teknologi berasumsi bahwa perkembangan ori sosial mengenai modernitas dan perubahteknologi adalah proses independen yang ti-

an sosial, seperti teori mengenai ruang publik

dak berkaitan dengan proses-proses sosial, na-

dari Habermas dan teori strukturasi dari Gid-


mun demikian setelah suatu teknologi terben-

dens. Teori-teori tersebut turut memberi inspi-

tuk dan mengakar, maka teknologi itu akan rasi terhadap pendekatan teoretis baru yang
memengaruhi penciptaan kondisi baru dalam mengaitkan teknologi khususnya media baru
masyarakat (Lievrouw & Livistone, 2006b,

(new media) dengan struktur & praktik so-

p.4).

sial dalam hubungan yang saling menentukan
Sekitar tahun 1980-an pandangan

determinasi teknologi

42


mendapat tantangan

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

(co-determination) (Lievrouw & Livistone,
2006a, p.19).

Adi Wibowo Octavianto

Teknologi dan Budaya

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

tem) atau sebagai suatu rangkaian matrix kode

Pembahasan mengenai keterkaitan yang menjadi dasar diorganisasikannya aktiviantara teknologi dan budaya telah dilakukan tas sosial. Budaya juga dapat dipahami sebagai
oleh beberapa ahli (Lievrouw & Livistone, keseluruhan cara hidup atau bentuk-bentuk

2006b), (Krug, 2005a), (Flew, 2005). Krug pengalaman yang dijalani. Raymond Williams
bahkan menyarankan agar; diri (self), budaya mendefinisikan budaya sebagai “a particular
dan teknologi dipandang sebagai elemen yang way of life” cara hidup tertentu yang dibensaling menciptakan dan saling merefleksikan, tuk melalui sejumlah nilai tradisi, keyakinan,
teknologi bahkan dapat dipandang sebagai obyek material, dan wilayah. Lebih jauh Lull
menyebutkan bahwa budaya adalah suatu
suatu budaya (Krug, 2005, p.xi & p.1-25).
Keberadaan suatu teknologi dapat konteks. Budaya adalah tentang cara memanmerubah arah dunia sosial tempat masyarakat dang dunia dan menjalani berbagai aktivitas
hidup. Teknologi dapat merubah persepsi kehidupan, seperti misalnya cara berbahasa
dan pemikiran-pemikiran masyarakat tentang dan berpakaian (Lull, 1994, p.66). Pemahatatanan dunia. Namun sekali lagi ini tidak ter- man terakhir ini mengarahkan kita pada benjadi dalam konteks sesederhana determinasi tuk-bentuk nyata dari aktivitas komunikasi,
teknologi, melainkan lahir melalui hubungan

hubungan sosial, dan praktek-praktek dalam

dialektis antara struktur-struktur makna dan kehidupan sehari-hari (Flew, 2005, p.26).
Berdasarkan level pendefinisian teekpresi-ekpresi teknologi yang nyata. (Krug,
2005, p.19). Maka dari itu melakukan pene- knologi dan budaya tadi, kita dapat melihat
litian terhadap teknologi melalui perspektif ada titik temu antara teknologi dan budaya.
budaya membutuhkan pendefinisian teknolo- Keterkaitan ini muncul manakala kita megi yang melingkupi tiga tingkat pendefini- lihat teknologi sebagai sistem pengetahuan
sian, yaitu; tidak hanya memahaminya sebatas dan makna sosial yang hadir bersamaan denobyek fisik, peralatan dan artefak; tapi juga gan penggunaan teknologi. Pendefinisian tadi
dalam pengertian konten yang dihasilkan dan bersinggungan dengan definisi budaya sedistribusikan; juga harus dilihat dalam kon- bagai landasan sistem struktural yang melaluteks sistem pengetahuan dan makna sosial inya aktivitas-aktivitas sosial diorganisasikan

yang hadir bersamaan dengan penggunaan (Flew, 2005, p.26).
dan pengembangan teknologi itu (Flew, 2005,

Titik temu inilah yang dimaksud
Flew dan juga Krug saat mengatakan teknolo-

p.21).

Pemahaman tentang budaya menurut gi sebagai suatu bentuk budaya. Flew menaFlew juga harus diperluas bukan hanya seke- makan cara pandang ini sebagai cultural techdar dari dimensi artistik dan kreatif saja. Bu-

nologies atau teknologi yang bersifat budaya

daya harus dipahami sebagai suatu landasan (Flew, 2005, p.28). Konsep ini sejalan pula
sistem struktural (underlying structural sys-

dengan perspektif determinasi sosial sebagai

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

43


Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

suatu konsep yang berlawanan dengan pers- perkembangan perspektif determinasi sosial
pektif determinasi teknologi. Flew mengutip yang menjadi trend dalam penelitian-peneliLangdon untuk menggambarkan bagaimana tian seperti itu, banyak diinspirasikan oleh tekonsep cultural technologies diterapkan un- ori strukturasi Giddens (Liewrouw, 2006).
tuk mengamati hubungan antara teknologi dan

Anthony Giddens, penggagas teori

budaya. Langdon mengatakan teknologi bu- strukturasi adalah seorang sosiolog Inggris.
kan semata alat bantu bagi aktivitas manusia, Pemikiran Giddens mengenai interplay antara
namun merupakan kekuatan yang mendorong

struktur dan agensi dalam teori ini memiliki

pembentukan ulang aktivitas-aktivitas terse-

kesamaan dengan konsep co-determination

but dan maknanya.

antara perkembangan teknologi dan prak-

Penelitian yang selaras dengan cara tik-praktik sosial dalam perspektif determinapandang teknologi dan budaya tersebut mis- si sosial. Teori strukturasi Giddens pun menjaalnya penelitian tentang teknologi media baru, di inspirasi bagi Poole dan DeSantics (1990)
yaitu media sosial yang dikaitkan dengan dalam merumuskan Adaptive Structuration
perkembangan atau perubahan budaya komu- Theory (AST) (Hollingshead & Contractor,
nikasi seperti yang dilakukan Adi W. Octavi- 2006, p.123). AST mengajukan axiom yang
anto (2011) atau penelitian terhadap peruba- menyebutkan bahwa struktur-struktur sosial
han budaya komunikasi dikalangan pengguna dan tindak komunikasi (communicative actelpon genggam yang dilakukan oleh Brodjo-

tion) itu saling merubah satu sama lain (Djik,

negoro (2006).

2006, p.17). Pada bagian lain Dijk (2006,
p.242) juga menyebutkan struktur-struktur

Struktur Giddens

tersebut akan muncul dalam tindak komunika-

Seperti telah disebutkan sebelumnya si yang terjadi.
perkembangan teori-teori sosial turut mem-

Pengaruh Giddens yang cukup besar

berikan inspirasi bagi pendekatan teoretis dalam wacana teknologi dan masyarakat inilah
baru dalam kajian terhadap teknologi, uta- yang mendorong penulis mencoba menawarmanya yang terkait dengan media baru (new kan landasan pemikiran strukturasi Giddens
media). Pendefinisian media baru sendiri sela- untuk digunakan bersama kerangka konsep
lu dikaitkan dengan teknologi komunikasi dan

perkembangan teknologi yang masih berkem-

informasi (ICT’s) yaitu yang biasa kita kenal bang, yaitu Social Contruction of Technology
dengan Internet (Flew, 2005) dan (Lievrouw (SCoT). Namun sebelum secara spesifik kita
& Livistone, 2006a).

menelaah bagaimana SCoT dan Strukturasi

Teori strukturasi Giddens sangat lay-

Giddens digunakan bersama-sama, ada bai-

ak dipertimbangkan sebagai kerangka konsep

knya kita membahas Strukturasi Giddens ter-

penelitian sosial atas teknologi mengingat lebih dahulu.

44

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

Adi Wibowo Octavianto

A. Perkembangan Strukturasi
Giddens
Teori strukturasi Giddens muncul se-

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

dominasi subyek individu (agensi) dihadapkan
pada dominasi totalitas masyarakat (struktur).
Bagi Giddens domain kajian ilmu-ilmu sosial

bagai hasil elaborasi dan kritik dari berbagai adalah pertemuan diantara kedua kubu dalam
teori lain seperti Marxis, interaksionisme sim- hubungan yang dialektis. Pertemuan antara
bolik, dan fungsionalisme struktural (Ritzer & agensi dan struktur ini terwujud dalam prakGoodman, 2007, p.507). Giddens sebagaima-

tek-praktek sosial yang ditata menurut ruang

na beberapa ahli lainnya seperti Fuller, Mar-

dan waktu dan berlangsung secara rekursif

garet Archer dan Dewe menaruh perhatian atau berulang-ulang (Giddens, 2003, p.2-3).
pada masalah hubungan antara agen dengan
Gidden (1984) setuju bahwa riset sostruktur (Ritzer & Gorodman, 2007, p.505).

sial selalu berkaitan dengan hubungan antara

Selama beberapa periode teori-teori sosial di-

tindakan (agensi) dan struktur, tetapi bukan be-

hadapkan pada dua kubu yang memiliki pan-

rarti struktur yang menentukan tindakan atau

dangan yang saling bertentangan, yaitu kubu

sebaliknya. Teori strukturasi Giddens ini mer-

sosiologi interpretatif versus kubu fungsional-

upakan upaya paling terkenal yang mengin-

isme dan strukturalisme (Ritzer, 2007 & Gid-

tegrasikan agen dengan struktur (Ritzer &

dens, 1984).

Goodman, 2007, p.507). Integrasi antara agen

Fungsionalisme dan strukturalisme

dan struktur ini diterjemahkan Giddens dalam

cenderung mengekspresikan sudut pandang

konsep dualitas struktur sebagai kontra bagi

naturalistik dan menuju objektivisme. Kedua

dualisme.

pendekatan ini menekankan keunggulan keutuhan sosial atas bagian-bagian individualnya.
Dengan kata lain kehidupan sosial ditentukan
oleh bingkai struktural sehingga gerak indivi-

B. Dualitas Struktur
Tujuan fundamental teori struk-

du-individu sangat tergantung pada bingkai turasi adalah menjelaskan hubungan saling
tersebut. Sebaliknya sosiologi interpretatif memengaruhi antara agen dan struktur. Ini
menekankan subyektivitas atau tindakan in-

artinya kedua komponen tidak dapat dipaha-

dividual dengan merendahkan peran struk-

mi dalam keadaan saling terpisah. Kondisi

tur. Giddens (1984) menyebutkan pendekatan tidak terpisahkan antara agen dan struktur ini
sosiologi interpretatif sebagai imperialisme lah yang dimaksud Giddens dengan dualitas.
subyek atas obyek, sementara strukturalisme Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur
dan fungsionalisme disebutnya imperialisme dan seluruh struktur membutuhkan tindakan
obyek sosial (Giddens, 2003b, p.1-2).

sosial (Ritzer & Goodman, 2007, p.508). Se-

Giddens (1984) menolak pendekat- mentara itu dalam konteks dualisme, agen dan
an kedua kubu yang menekankan telaah ilmu struktur merupakan dua hal yang terpisah dan
sosial hanya pada salah satu aspek saja, yaitu

cenderung bertentangan. Dualisme agen dan

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

45

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

struktur berarti masing-masing dapat diamati

hal serupa, setidaknya dengan meningkatkan

secara independen tanpa memperhatikan ket-

rasa kewajaran untuk melakukan hal yang

erkaitan satu sama lain.

sama. Nilai kewajaran yang digunakan orang-

Pada konsep dualitas, tindakan-tin-

orang secara berulang ketika menggunakan

dakan agen yang berulang-ulang akan men-

facebook untuk mengundang teman ke acara

ciptakan suatu pola atau jejak memori yang

pernikahan kemudian menjadi suatu sistem

memungkinkan tersedianya kondisi dimana

budaya berkomunikasi atau dengan kata lain

tindakan serupa dapat dilakukan oleh agen-

menjadi bagian dari praktik-praktik rekursif

agen lain. Struktur dalam konsepsi Giddens

yang membentuk struktur budaya komunikasi.

itu hadir (exist) hanya dalam perwujudan

Namun perlu dicatat tindakan-tin-

melalui praktik-praktik tertentu dan sebagai dakan agen yang dilakukan secara rekursif,
jejak memori yang berorientasi pada perilaku

walaupun dilakukan dengan kesadaran dan

manusia sebagai agen yang berpengetahuan motivasi, seringkali menimbulkan konsekuen(knowledgeable human agent) (Giddens, 2003,

si yang tidak dimaksudkan (unintended con-

p.20-21). Struktur sebagai jejak memori dan

sequences) (Giddens, 2003, p.6-17). Manaka-

perwujudan praktik-praktik yang berulang ini

la agen melakukan tindakan-tindakan yang

menjadi sesuatu yang membatasi (constraint)

kemudian melahirkan konsekuensi tak dimak-

tapi sekaligus juga memungkinkan (enabler)

sudkan dalam bentuk produksi dan reproduk-

tindakan-tindakan dikemudian hari (Giddens,

si tindakan lain dikemudian hari, maka agen

1984:25,26) dalam (Ritzer & Goodman, 2007,

melakukan tindakan keagensian sehingga

p.510). Struktur disini berperan sebagai me-

agen berubah menjadi agensi.

dium sekaligus hasil dari praktik sosial yang

Hubungan agen – struktur dalam

berulang dan terorganisir (Ritzer & Goodman, strukturasi Giddens cenderung kearah hubun2007, p.511).

gan agensi – struktur. Dualitas agensi-struk-

Melalui dan dalam aktivitas-aktivitas,

tur ini bisa diartikan secara sederhana bahwa

agen-agen mereproduksi kondisi-kondisi yang

manusia memang memiliki kehendak dan pi-

memungkinkan dilakukannya aktivitas tadi

lihan dalam bertindak, namun kehendak dan

(Giddens, 2003, p.3). Sebagai ilustrasi konsep

pilihan tersebut tidak menentukan hasil yang

tersebut, kita dapat mengambil contoh ketika

dikeluarkan (McPhee & Poole, 2009, p.936).

individu sebagai agen melakukan aktivitas

Struktur sebagai sesuatu yang ada sebagai ha-

komunikasi dengan teman-temannya melalui

sil praktik rekursif agen, seringkali terbentuk

facebook, misalnya untuk menyampaikan sebagai hasil konsekuensi yang tidak disadari,
undangan pernikahan. Melalui tindakan itu

dan kemudian menjadi rules dan resources

sesungguhnya individu tadi telah merepro- bagi tindakan-tindakan agen selanjutnya.
duksi nilai-nilai dan kondisi yang akan memu-

Struktur, kata Giddens hanya ada di

ngkinkan orang lain di waktu lain melakukan dalam dan melalui aktivitas agen manusia.
46

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

Adi Wibowo Octavianto

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Struktur hanya dapat terwujud karena adan- D. Kesadaran Diskursif dan Praktis
ya aturan (rules) dan sumber daya (resourcMenjadi manusia berarti menjadi
es). Fenomena sosial sebagai hasil dari prak- agen bertujuan yang memiliki alasan-alasan
tik-praktik sosial oleh agen memiliki kapasitas atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan
yang cukup untuk menjadi struktur (Ritzer jika diminta akan mampu menjelaskan ala& Goodman, 2007, p.510). Memang defini-

san-alasan tersebut berulang-ulang. Kemam-

si struktur dari Giddens berbeda dari definisi

puan menjelaskan ini termasuk juga jika si

yang diberikan oleh Durkheminian. Struktur agen itu berbohong mengenai alasan-alasan
berdasarkan pola Durkheminian selalu di- yang dikemukakan (Giddens, 2003, p.3). Mapandang sebagai sesuatu yang ada diluar dan

nusia sebagai agen dalam konteks Giddens

memaksa aktor. Giddens memang mengakui berkesan sebagai agen yang aktif, dalam arti
bahwa struktur dapat menjadi kekuasaan yang selalu memiliki alasan dan kesadaran dalam
memaksa, namun cara pandang para sosiolog
Durkheminia dianggapnya terlalu berlebihan.

melakukan aktivitas-aktivitasnya.
Namun Giddens juga menjelaskan bahwa bentuk kesadaran yang dimaksud
memiliki dua dimensi yaitu; kesadaran diskur-

C. Waktu dan Ruang

sif dan kesadaran praktis. Garis antara kesadaWaktu dan ruang menjadi variabel ran diskursif dan praktis berfluktuasi dan dapat
penting dalam teori strukturasi karena prak- ditembus antara satu dan lainnya. Ini bisa kita
tik-praktik sosial dilakukan dalam koridor lihat misalnya saat mengamati pengalaman
waktu dan ruang tertentu. Lazimnya wak- agen-agen individu dalam konteks aktivitas
tu dan ruang ini berkaitan dengan kehadiran sosial yang berbeda (Giddens, 2003, p.5)
orang lain saat praktik-praktik sosial tertentu

Sebagai agen, aktor-aktor sosial bi-

dilakukan. Kehadiran ini biasanya terjadi asanya akan mampu menjelaskan sebagian bedalam bentuk tatap muka, namun dalam ke- sar hal-hal yang mereka lakukan jika memang
hidupan modern yang didukung oleh teknolo- diminta (Giddens, 2003, p.6). Namun kita
gi telah memungkinkan terbentuknya sistem biasanya tidak akan menanyai orang lain tensosial yang berjarak dalam arti orang lain ti- tang alasan dia melakukan aktivitas yang sifadak perlu hadir dalam waktu dan ruang yang tnya konvensional bagi kelompok atau budaya
sama. (Ritzer & Goodman, 2007, p.511-512)

yang dia dan kita sendiri menjadi anggotanya

Media baru melalui bentuk digital, (Giddens, 2003, p.7).
berjaringan dan terkonvergensinya dalam hal
Agen biasanya melakukan monitorini menjadi teknologi yang memungkinkan ing terhadap praktek sosial dan kondisi yang
terjadinya praktik-praktik sosial melintasi memungkinkan praktek sosial yang lazim
waktu dan ruang bagi orang-orang yang terli- dilakukan itu berlangsung. Walaupun setiap
bat di dalamnya.

agen cenderung dapat menjelaskan secara di-

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

47

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

skursif alasan praktek sosial yang dilakukan,

seseorang berusaha mengangkat gelas namun

jarang sekali seorang agen menanyai agen lain

malah terjatuh dan tumpah. Gelas yang jatuh

tentang alasan praktek sosial yang sudah men- dan tumpah dianggap merupakan tindakan
jadi konvensi (Giddens, 2003, p.7).
Sedangkan gagasan kesadaran prak-

agensi karena peristiwa itu tidak akan terjadi
bila tidak ada campur tangan agen yang beru-

tis merupakan dasar bagi teori strukturasi saha meraih gelas tadi. (Giddens, 2003, p.8)
(Giddens, 2003, p.7). Batas kesadaran praktis dengan kesadaran diskursif dapat diubah Social Construction of Technology
oleh banyak aspek sosialisasi dan pengalaman (SCOT)
belajar agen. Antara kesadaran praktis dan A. Perkembangan SCoT
diskursif tidak ada batasan, hanya ada perTeori atau konsep SCoT berawal dari
bedaan-perbedaan antara apa yang bisa dika- penjelasan Trevor Pinch and Wiebe Bijker datakan dan apa yang secara khas bisa dilakukan lam, “The Social Construction of Facts and
(Giddens, 2003, p.8).

Artefacts: or How the Sociology of Science

Agen, menurut Giddens adalah ak- and the Sociology of Technology Might Benefit
tor yang berpengetahuan dan selalu berusaha Each Other”. SCoT merupakan suatu bagian
melakukan rasionalisasi atas tindakan-tinda- penting dari kajian terhadap ilmu pengetahuan
kannya. Menjadi manusia kata Giddens ada- dan teknologi yang berusaha melakukan analilah menjadi agen yang bertujuan. Untuk itu

sa teknologi sebagai hasil bentukan sosial (so-

manusia sebagai agen selalu memonitor tinda- cial shaping of technology) (Klein & Kleinkan-tindakannya melalui proses yang disebut man, 2002, p.28). Sebagai bagian dari kajian
Giddens sebagai reflexive monitoring of action Social Shapping of Technology (SST), SCoT
atau pemantauan reflektif atas tindakan. Pada lebih menekankan pengaruh masyarakat terhproses pemantauan reflektif ini agen menilai adap teknologi daripada sebaliknya, SCoT beaspek-aspek sosial dan fisik dimana agen ter- rupaya memahami hubungan yang kompleks
libat dalam tindakan. Hasil refleksifitas itu di- antara masyarakat dan teknologi (Lievrouw &
gunakan agen untuk melakukan rasionalisasi Livistone, 2006c, p.246).
tindakan atau menentukan tindakan-tindakan
dimasa depan.

Konsep dasar SCoT menyatakan
bahwa desain teknologi merupakan suatu

Tindakan memiliki konsekuensi yang proses terbuka dimana kondisi sosial selama
tidak dimaksudkan (unintended consequenc- tahap pengembangan memiliki peran dalam
es). Makna agensi menurut Giddens menga- menentukan desain akhir. Kondisi sosial yang
cu pada kekuasaan kemampuan agen dalam berbeda-beda selama proses pengembangan
melakukan tindakan, terlepas apakah hasilnya desain berpeluang menghasilkan desain akhir
sesuai dengan maksud awal agen. Contohnya, yang berbeda-beda pula.

48

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

Adi Wibowo Octavianto

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

“[Basic concepts of SCoT] suggests that tech- yaitu penemuan sains dapat diinterpretasikan
nology design is an open process that can pro- secara berbeda oleh ilmuwan yang berbeduce different outcomes depending on the so- da. Tahap kedua adalah mekanisme sosial
cial circumstances of development. (Klein & manakala terdapat konsensus ilmiah yang diKleinman, 2002, p.29)”

gunakan sebagai acuan untuk mendefinisikan

Pinch & Bijker (1984) membagi ka- kebenaran dan membatasi interpretasi yang
jian teknologi (technology studies) menjadi muncul. Tahap ketiga adalah menghubungtiga bagian, yaitu: innovation studies, history kan mekanisme penyimpulan atau penutupan
of technology, dan sociology of technology. (closure mechanism) dengan konteks sosial
Pendekatan innovation studies dan history of budaya yang lebih luas (Pinch & Bijker, 1984,
technology cenderung melihat perkemban- p.409).
gan teknologi secara linear melalui kajian

EPoR yang menjadi acuan bagi kon-

empirik terhadap teknologi yang berhasil

sep SCoT berangkat dari tradisi sociology of

saja. Sementara sociology of technology men- scientific knowledge yang telah berkembang
awarkan suatu perspektif bahwa keberhasilan dan didukung cukup banyak kajian empiris,
dan kegagalan suatu teknologi merupakan

sementara SCoT merupakan langkah awal

hasil interaksi sosial di tempat teknologi itu pendekatan empirik tradisi sociology of techberkembang. Pendekatan terakhir inilah yang nology yang masih berupa embrio dan belum
kemudian memberikan jalan bagi munculnya memiliki tradisi riset yang mapan (Pinch &
konsep SCoT (p.404-408).

Bijker, 1984, p.410). Ini berarti pendekatan

Pinch dan Bijker (1984) mengem- SCoT masih membuka cukup banyak ruang
bangkan SCoT berdasarkan konsep Empirical bagi pengembangan konsep dan kajian empirProgramme of Relativism (EPoR), suatu kaji-

ik.

an tentang perkembangan ilmu pengetahuan

Pinch & Bijker (1984) dalam pe-

alam dari sudut pandang konstruksi sosial.

maparan awal SCoT mengembangkan tiga

Berdasarkan EPoR maka penjelasan menge-

tahapan dalam EPoR menjadi empat kom-

nai penerimaan dan penolakan terhadap suatu

ponen yang saling berkaitan, yaitu; relevant

klaim pengetahuan itu ada di dunia sosial dar-

social group, interpretative flexibility, clou-

ipada di dunia fisik (natural world) (Pinch

sure and stabilization, dan the wider context.

& Bijker, 1984, p.401). Kajian EPoR sendiri

Keempat komponen SCoT tersebut kemudian

menfokuskan diri terutama pada kontroversi

menjadi acuan bagi sejumlah penelitian, na-

yang terjadi dalam pengembangan pengeta-

mun sebagian besar diantaranya menggunakan

huan. EPoR menjelaskan proses pengemban-

pendekatan yang berpusat pada agensi (agen-

gan pengetahuan dalam tiga tahapan. Tahap

cy-centered approach) (Klein & Kleinman,

pertama adalah fleksibilitas interpretasi (inter-

2002, p.28). Naskah awal Pinch dan Bijker

pretative flexibility) terhadap penemuan sains,

mengenai SCoT (1984) lebih banyak member-

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

49

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

ikan penjelasan terhadap komponen interpre-

lain untuk memperkaya pemahaman terhadap

tative flexibility serta clousure and stabiliza-

peran struktur. Berbagai pihak juga telah men-

tion. Sementara the wider context merupakan

coba pendekatan lain terhadap peran struktur,

komponen yang paling sedikit disentuh.

misalnya Kline & Pinch (1996) menggunakan

Konsep awal SCoT seperti yang

peran gender sebagai struktur dalam pros-

dikemukakan Bijker dan Pinch tersebut kemu-

es SCoT, kemudian Rosen (1993) menggu-

dian mendapat berbagai kritik dan respon yang

nakan konteks postmodern dan post-Fordist

mendorong munculnya varian teori. Klein &

economy sebagai struktur yang memengaruhi

Kleinman (2002) misalnya menilai konsep

perkembangan teknologi. (Klein & Kleinman,

SCoT Bijker dan Pinch terlalu berpusat pada

2002, p.31).

keagenan (agency-centric) dan mengabaikan
peran struktur dalam keseluruhan proses.
Klein & Kleinman lalu menganjurkan untuk
lebih memberikan porsi besar pada kekuatan
struktur yang memengaruhi setiap proses da-

Pendekatan SCoT dari Klein & Kleinman yang lebih menekankan pengaruh struktur pada intinya merefleksikan asumsi dasar
terhadap dunia sosial yang dibatasi struktur.
“The fundamental premise of our

lam komponen-komponen SCoT.

SCoT juga kemudian menjadi lan- approach is that social world constituted of
dasan bagi ilmuwan lain seperti Norcliffe historically established structures that at any
(2009) untuk mencetuskan konsep lanju- given point in time confront actors as external
tan. Norcliffe dalam hal ini merumuskan

and constraining.” (Klein & Kleinman, 2002,

Geographical Construction of Technolo- p.35)
gy (G-COT) yang merupakan adaptasi teori

Walaupun Klein & Kleinman menga-

SCoT. G-COT menekankan pada interaksi an- kui bahwa struktur itu sendiri merupakan kontara pembuat dan pengguna dalam suatu area struksi sosial, namun keduanya menegaskan
geografis tertentu terutama pada periode awal bahwa pendekatan mereka lebih menaruh perhatian terhadap pengaruh yang ditimbulkan
pengembangan artefak teknologi.
Bijkner (1995) kemudian menam- struktur daripada mengkaji pembentukkan
bahkan satu konsep tambahan berupa tech- struktur itu sendiri. Klein & Klienman percaya
nological frame sebagai suatu struktur yang bahwa teknologi dan konteks sosial yang melmembatasi dan mendorong tindakan tertentu ingkupinya, walaupun saling membentuk tetaterhadap teknologi yang terkait. Tindakan pi masih dapat dikaji sebagai fenomena yang
Bijkner menambahkan konsep technological terpisah (Klein & Kleinman, 2002, p.36).
Lebih jauh Klein & Kleinman (2002)
frame tersebut merupakan langkah penting sebagai pengakuan terhadap kontribusi struktur menekankan bahwa konsep awal SCoT dari
dalam suatu proses perkembangan teknologi, Pinch & Bijker (1984) gagal memperhitungnamun begitu masih banyak kemungkinan kan ketidakseimbangan kekuasaan dalam
50

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

Adi Wibowo Octavianto

hubungan antar kelompok sosial relevan.

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

fleksibilitas interpretatif (interpretative flexi-

“SCoT assumes that groups are equal bility). Individu maupun kelompok-kelompok
and that all relevant social groups are present yang memiliki pemahaman atau makna yang
in the design process. This fails to adequately serupa terhadap suatu teknologi dapat dikateattend to power asymmetry between groups. gorikan dalam suatu kelompok sosial relevan
Some groups may be effectively prevented yang sama.
“The term is used to denote institufrom participating in the design process at all”
(Williams & Edge, 1996) in (Klein & Klein- tions and organizations (such as the military or
some specific industrial company), as well as
man, 2002, p.31)
Perbedaan antara konsep awal SCoT organized or unorganized groups of individu(Pinch & Bijker, 1984) dengan SCoT ber- als. The key requirement is that all members
pendekatan struktur (Klein & Kleinman, of a certain social groups share the same set
2002) sebenarnya merefleksikan dua kubu

of meanings, attached to a specific artefact.

pemikiran sosial yang bersebrangan, yaitu In deciding which social groups are relevant,
kubu yang berorentasi individual atau agen the first question is wheather the artefact has
dan kubu yang berorientasi struktur. Maka

any meaning at all for the members of the so-

dari itu akan menarik apabila eksplorasi ter- cial group under investigation. Obviously, the
hadap SCoT juga mencobakan perkembangan social group of ‘consumers’ or ‘users’ of the
pemikiran sosial yang mengintegrasikan agen

artefact fulfils this requirement.” (Pinch & Bi-

dengan struktur sebagai rangkaian proses yang

jker, 1984, p.414)

saling membentuk seperti yang dijelaskan dalam teori strukturasi Giddens.

Teori

SCoT

mengadopsi

model

perkembangan teknologi yang multi arah.
Model tersebut memberikan ruang untuk men-

B. Komponen SCoT

jelaskan mengapa sebagian varian teknologi
tidak berkembang lebih jauh dan mengapa

Bijker merumuskan 4 komponen uta-

varian-varian lain dapat bertahan dan terus
ma teori SCoT, yaitu relevant social group, berkembang (Pinch & Bijker, 1984, p.411).
interpretative flexibility, closure and stabiliza- Varian-varian suatu teknologi muncul karetion, dan the wider context.

na adanya perbedaan makna yang diberikan
kelompok-kelompok sosial terhadap artefak

a. Relevant Social Group

teknologi. Jika kita menengok teknologi me-

Konsep kelompok sosial relevan dia sosial misalnya, kita dapat melihat adanya
(relevant social group) digunakan untuk men- berbagai varian teknologi mulai dari email,
gelompokkan pihak-pihak yang relevan den- chat, blog, wiki, microblogging, social netgan proses pengembangan desain teknologi. work site dan sebagainya. Varian-varian media
Konsep ini terkait dengan konsep lain, yaitu sosial tersebut muncul sebagai respon terha-

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

51

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

dap definisi dan kebutuhan berbagai kelom-

yang dimaksud bagi suatu kelompok sosial.

pok sosial relevan yang bersentuhan dengan

Ini berarti penentuan kelompok sosial relevan

teknologi media sosial.

tidak sesederhana produser dan pengguna,

Terkait dengan fleksibilitas interpre-

karena diantara sesama produser dan penggu-

tasi, kelompok sosial relevan yang berbeda na pun dapat berkembang makna artefak teakan memiliki interpretasi yang berbeda pula knologi yang berbeda. Misalnya dalam kasus
mengenai bagaimana sebaiknya suatu arte-

pengembangan komputer tablet, pada awalnya

fak teknologi dibuat dan digunakan. Berbagai produser dari perusahaan Apple memiliki defiinterpretasi yang diterjemahkan ke dalam nisi kenyamanan ukuran tablet yang berbeda
bentuk berbagai varian artefak teknologi itu dibandingkan dengan Samsung dan Dell. Aplama-kelamaan cenderung mengerucut meng- ple meyakini bahwa ukuran paling ideal dan
hasilkan varian artefak teknologi yang dapat nyaman adalah 10 inchi, sementara Samsung
diterima oleh mayoritas kelompok-kelompok dan Dell percaya bahwa ukuran 7 dan 5 inchi
sosial relevan. Pinch & Bijker (1984) menunjukkan argumen tersebut melalui kajian ter-

pun masih nyaman untuk digunakan.
Begitu

kelompok-kelompok

so-

hadap perkembangan sepeda. Varian-varian

sial relevan berhasil diidentifikasi, kelom-

sepeda mulai dari yang beroda satu, dua dan

pok-kelompok tersebut digambarkan secara

tiga, kemudian beroda kayu dan karet, varian ukuran roda depan sangat besar sementara
roda belakang kecil versus ukuran roda sama,
semua itu kemudian perlahan-lahan mencapai
konsensus pada bentuk sepeda di jaman sekarang ini.

lebih detail. Detail tersebut diperlukan untuk mendefinisikan fungsi artefak bagi masing-masing kelompok (Pinch & Bijker, 1984,
p.415). Contoh penggambaran kelompok sosial relevan misalnya;
“the social group of cyclist riding the

Kelompok sosial relevan meme- high-wheeled Ordinary consisted of young
gang peran penting dalam menentukan arah men of means and nerve: they might be properkembangan artefak teknologi. Bertahan fessional men, clerks, schoolmasters or dons’.
atau tidaknya suatu varian artefak teknolo- For this social group, the function of the bicygi tergantung pada masalah dan solusi yang cle was primarily for sport.” (Pinch & Bijker,
terkandung pada artefak teknologi itu bagi 1984, p.415)
kelompok-kelompok sosial yang relevan.

Peneliti SCoT khususnya tertarik pada

Produser dan pengguna artefak te- masalah-masalah yang dihadapi masing-masknologi jelas dapat dikelompokkan dalam dua ing kelompok berkaitan dengan artefak tekelompok sosial relevan yang berbeda. Penen-

knologi. Pada masing-masing masalah, variasi

tuan kelompok sosial relevan semata-mata di-

solusi dapat diidentifikasi. Masalah-masalah

tentukan oleh adanya makna artefak teknologi yang berbeda bagi masing-masing kelompok

52

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

Adi Wibowo Octavianto

sosial tersebut sering kali melahirkan konf-

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

ponen ini.
“In SCoT, the equivalent of the firts

lik selama proses pengembangan artefak te-

knologi. Misalnya dalam kasus pengemban- stage of the EPOR would seem to be the
gan sepeda terjadi konflik antara kebutuhan demonstration that technological artefatcs are
akan kecepatan dengan keselamatan. Ada

culturally constructed and interpreted - in oth-

kelompok-kelompok yang mengedepankan er words, the interpretative flexibility of techkecepatan, namun ada pula yang meletakkan nological artefact mus be shown.” (Pinch &
keselamatan sebagai prioritas utama (Pinch &

Bijker, 1984, p.421)
Pada pendekatan SCoT yang berori-

Bijker, 1984, p.415). Jika kita bawa konsep

tersebut pada konteks media sosial misalnya, entasi agen (Pinch & Bijker) fleksibilitas ini
terdapat dua kebutuhan yang saling bertentan- dipandang sebagai keleluasaan agen atau ingan dan sama-sama penting, yaitu kebutuhan dividu untuk menafsirkan teknologi secara beuntuk terkoneksi dengan sebanyak mungkin bas walaupun disebutkan pula ada wider conorang versus kebutuhan akan privasi dan ke- text yang memayungi interpretasi para agen.
Pendekatan SCoT berorientasi struktur (Klien
selamatan dari penguntit digital.
Suatu skema masalah atau konflik
dapat mendatangkan variasi solusi. Solusi yang muncul sebagaimana konflik yang
mungkin muncul, tidak selalu merupakan isu
teknologi, bisa juga berkaitan dengan isu hukum (misalnya paten) atau bahkan isu moral
(misalnya perubahan cara pandang terhadap
wanita bercelana panjang ketika sepeda mulai
populer di kalangan wanita).

& Klienman) menolak keleluasaan yang terlalu besar ditangan agen untuk melakukan
interpretasi terhadap teknologi. Mereka berpendapat struktur di sekitar agen memiliki
kekuatan yang cukup besar untuk membatasi
dan mengarahkan interpretasi yang muncul.
SCoT yang menggunakan kerangka
teori strukturasi mencoba pendekatan yang
menengahi kedua cara pandang tadi. Di sini
interpretasi agen yang diterjemahkan menjadi praktik penggunaan berulang diasumsikan

b. Interpretative Flexibility

akan membentuk struktur yang menjadi wid-

Komponen fleksibilitas interpretasi er context. Struktur yang terbentuk itu lalu
ini pada dasarnya menyoroti bahwa interpre- menyediakan aturan dan sumberdaya yang
tasi terhadap artefak teknologi bagi kelom- dibutuhkan agen untuk melakukan interpretasi
pok-kelompok sosial relevan itu

fleksibel. dikemudian hari dan mengimplementasikannFleksibilitas bukan saja terjadi pada cara ya dalam bentuk tindakan-tindakan penggubagaimana orang-orang memikirkan atau naan. Dengan demikian sesungguhnya proses
menginterpretasi artefak, namun juga pada interpretasi dan pembentukkan struktur memcara artefak tersebut di desain. Budaya meme- bentuk lingkaran proses yang tak berkesudagang peran penting dalam pembahasan kom- han.

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

53

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

c. Closure and Stabilization

Adi Wibowo Octavianto

relevan (Klein & Kleinman, 2002, p.30).

Seperti telah disebutkan sebelum-

Komponen ini ketika dibenturkan

nya, masing-masing kelompok sosial yang

pada strukturasi Giddens menjadi sedikit prob-

terlibat dengan artefak teknologi memiliki

lematik, karena strukturasi menekankan soal

interpretasi tersendiri mengenai artefak itu.

proses menstruktur yang terjadi terus menerus

Perbedaan interpretasi yang muncul sering

tiada henti sedangkan closure & stabilization

menjadi masalah bagi pengembangan artefak,

baik dalam pendekatan Pinch maupun Klien

namun seiring waktu desain artefak teknolo-

berhenti pada penjelasan adanya suatu pemak-

gi akan mengalami elaborasi, sampai konflik
yang berkaitan dengan artefak itu teratasi dan
tidak lagi menjadi masalah bagi kelompok sosial relevan mana pun (Pinch & Bijker, 1984).
Pada tahap ini proses yang melibatkan banyak
kelompok (multi-group) disebut mencapai penutupan (closure) dimana tidak ada lagi modifikasi desain lebih lanjut, dan artefak stabil
dalam bentuk finalnya (Klein & Kleinman,
2002, p.30).
Tahapan closure & stabilization dapat
dicapai melalui dua cara, yaitu; rhetorical closure dan closure by redefinition. Rhetorical
closure terjadi ketika suatu deklarasi dibuat
untuk menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi
problem yang terkait dengan artefak dan tidak
perlu lagi ada pengembangan lebih lanjut terhadap desain artefak. Kuncinya disini adalah

naan dan desain yang stabil. Namun sebenarnya hal tersebut dijelaskan pula oleh Giddens
melalui penjelasannya tentang struktur. Giddens mengakui kekuatan memaksa struktur
terhadap perilaku agen, karena struktur dapat
berfungsi sebagai pembatas (constraint) sekaligus pembuka peluang (enabler) bagi tindakan-tindakan dikemudian hari. Berdasarkan
kacamata strukturasi ini proses closure & stabilization akan selalu terjadi karena agen selalu melakukan tindakan monitoring reflektif
terhadap situasi dimana aktivitas terjadi. Interpretasi dominan yang diulang terus menerus
bisa saja membentuk struktur tertentu. Namun
selain membatasi, struktur yang terbentuk itu
juga membuka peluang bagi munculnya interpretasi-interpretasi baru.

bagaimana meyakinkan kelompok-kelompok
sosial relevan bahwa problem yang ada sudah d. The Wider Context
Pinch dan Bijker telah mendeteksi
berhasil diatasi. Pinch & Bijker menyebutkan
kampanye iklan sebagai suatu contoh upa- adanya kontribusi situasi sosiokultur (socioya rhetorical closure (Pinch & Bijker, 1984, cultural) dan politik di sekitar kelompok sop.427). Sedangkan closure by definition ter- sial dalam pembentukan norma dan nilai-nilai
jadi manakala masalah-masalah yang belum yang dianut oleh kelompok sosial itu. Pada
teratasi mengalami definisi ulang sehingga akhirnya norma dan nilai-nilai yang dianut
hal-hal tersebut tidak lagi dianggap merupa- suatu kelompok sosial akan memengaruhi
kan masalah bagi kelompok-kelompok sosial makna yang diberikan oleh kelompok sosial
54

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

Adi Wibowo Octavianto

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

itu terhadap artefak teknologi yang dihadapin- kan karena Pinch dan Bijkner (1984) sendiri
ya (Pinch & Bijker, 1984, p.428). Namun de-

mengakui bahwa konsep SCoT masih seperti

mikian naskah pertama tentang SCoT belum embrio yang memerlukan banyak penelitian
menjelaskan banyak tentang bagaimana aspek empirik untuk mematangkannya. Penggunaan
sosial, budaya dan politik memengaruhi atau

SCoT dalam berbagai penelitian menurut

memberikan kontribusi dalam proses fleksibil- Pinch dan Bijkner sebaiknya dipandang sebagai suatu kerangka konsep yang fleksibel
itas interpretasi dan penyetabilan.
bukannya dijadikan kerangka pemikiran yang

C. SCoT Dalam Kerangka
Strukturasi
Kajian teknologi dengan menggunakan SCoT sejauh ini telah menggunakan
perspektif yang mengutamakan agen (Pinch
& Bijker) lalu kemudian mendapatkan kritik karena mengabaikan pengaruh struktur.
Klein dan Kleinman mengajukan perspektif
yang mengedepankan pengaruh struktur da-

diikuti sebagaimana adanya (Pinch & Bijker,
1984, p.33)
Ilustrasi yang bisa menggambarkan
bagaimana SCoT digunakan bersama dengan teori strukturasi misalnya dapat dilihat
pada penelitian tentang penggunaan media
sosial dikaitkan dengan budaya komunikasi
(Octavianto, 2011). Pada penelitian tersebut
pengguna media sosial diposisikan sebagai
agen-agen berpengetahuan yang berkehendak

lam pembentukan kelompok sosial, interpre-

bebas, namun pola penggunaan media sosial
tasi terhadap teknologi dan kemudian proses yang berulang-ulang diasumsikan akan memkesepakatan dan penyetabilan. Dua pendeka- bentuk struktur yang melibatkan nilai-nilai
tan tersebut sebenarnya mewakili pergulatan yang berkenaan dengan budaya komunikasi.
antara perspektif sosiologi interpretatif dan Sebaliknya praktik-praktik penggunaan mestrukturalisme.

dia sosial untuk kepentingan komunikasi dan

Giddens muncul dengan mencoba interaksi dibatasi pula oleh nilai, norma, dan
memberikan jalan tengah dalam menyika- sumber daya yang mengatur pola komunikapi pertentangan antara kedua perspektif tadi. si antar individu yang telah menjadi struktur.
Giddens mengajukan teori strukturasi yang be- Budaya komunikasi disini menjadi struktur
rusaha menjelaskan bahwa agensi dan struktur yang memberikan peluang sekaligus memharus dilihat sebagai hubungan dialektis yang batasi tindak komunikasi yang melibatkan
saling membentuk. Mengikuti perkembangan penggunaan media sosial.
pemikiran tersebut maka penulis mencoba

Pada komponen kelompok sosial rel-

menawarkan perspektif dialektis antara agen- evan dan fleksibilitas interpretasi misalnya,
si dengan struktur untuk menjelaskan pros- seseorang atau sekelompok orang akan mees-proses yang terjadi dalam konsep Social nempatkan diri baik secara sadar maupun tiConstruction of Technology. Ini dapat dilaku- dak pada posisi tertentu terhadap penggunaan

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

55

Strukturasi Giddens dan Social Construction
of Technology (SCoT) Sebagai Pisau Analisis
Alternatif Penelitian Sosial Atas Teknologi Media
Baru

Adi Wibowo Octavianto

media sosial. Penempatan posisi demikian ini dibalik tindakan itu, namun ada pula sebagian
akan tergantung pada interpretasi makna yang tindakan yang begitu saja dilakukan tanpa
dibangun terhadap media sosial dan fungsin-

mampu merumuskan penjelasannya dalam

ya bagi orang itu. Interpretasi pada awalnya kata-kata. Fenomena-fenomena inilah yang
berkesan bebas, namun sesungguhnya diben- dicari untuk mengidentifikikasikan adanya
tuk berdasarkan struktur makna yang mewa-

kesadaran diskursif dan praktis dalam proses

dahi praktik-praktik penggunaan media sosial fleksibilitas interpretasi dan stabilitas makna
tersebut. Misalnya, jika budaya komunikasi teknologi.
yang ada disekitar orang itu mendorong un-

Terakhir, wider context dalam konsep

tuk mengutamaan tatap muka dalam aktivitas

SCoT diterjemahkan menjadi struktur sosial

komunikasi, maka ada kemungkinan individu

yang membatasi sekaligus memungkinkan

tersebut tidak menjadikan media sosial se-

berlangsungnya praktik-praktik penggunaan

bagai saluran utama dalam bertukar pesan.

teknologi media sosial. Praktik-praktik terse-

Namun suatu interpretasi awal yang but menggambarkan adanya suatu interpretasi
dimiliki seseorang mungkin saja berubah sei- makna terhadap media sosial. Adapun struktur
ring dengan situasi-situasi yang dihadapi da- sebagai wider context pada penelitian tersebut
lam konteks ruang dan waktu. Orang-orang

dibatasi dalam konteks budaya komunikasi.

disekitar individu tersebut juga melakukan

Struktur budaya komunikasi disini mengand-

praktik-praktik pengunaan media sosial yang

ung arti sejumlah aturan dan sumber daya

bervariasi. Ada yang serupa namun ada pula

yang diantaranya berupa norma, aturan dan

yang berbeda dengan dirinya. Maka dari itu

kebiasaan berkomunikasi yang berulang-ulang

menarik untuk mengamati bagaimana prak-

dipertahankan untuk memungkinkan tindakan

tik-praktik sosial berupa penggunaan te-

sosial tertentu berkaitan dengan penggunaan

knologi media sosial yang berulang disekitar media sosial sebagai perangkat komunikasi
individu membentuk suatu struktur budaya dan interaksi.
komunikasi, sementara itu budaya komunikasi

***

yang telah ada pun ikut berperan mengarahkan DAFTAR PUSTAKA
bagaimana individu melakukan interpretasi
terhadap teknologi dan mengejewantahkannya dalam wujud praktik-praktik sosial.
Manakala seseorang melakukan interpretasi terhadap teknologi atau melakukan kompromi

pemaknaan tertentu suatu

teknologi dan menerapkannya dalam wujud
praktek-praktek social, bisa saja dia memiliki
kemampuan untuk menjelaskan alasan-alasan
56

Volume VI, Nomor 2 Desember 2014

Bain, R. (1937). Technology And State Gover-

ment. American Sociological Reviews,
2(6), 860-874.
Brodjonegoro, S. S. (2006). Konstruksi Sosial
Media Baru Dan Budaya Komunikasi:
Penggunaan Telpon Genggam pada
Remaja Millennial. Jurnal Thesis,
V(3), 111-132.
Djik, J. v. (2006). The Network Society (2nd
ed.). London, Thousand Oaks, New
Delhi: SAGE Publications.
Flew, T. (2005). New Media - an Introduction

Adi Wibowo Octavianto

(2nd ed.). Oxford, New York: Oxford
University Press
Giddens, A. (2003). The Constitution of Society : Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial (D. A. L. Sujono, Trans.).
Pasuruan: Penerbit Pedati.
Hollingshead, A. B., & Contractor, N. S.
(2006). New Media and Small Group
Organizing. In L. A. Lievrouw & S.
Livistone (Eds.), The Hanbook of New
Media Updates Student Edition (Student Ed ed., pp. 114 - 133). London,
Thousand Oaks, New delhi: SAGE
Publications.
Klein, H. K., & Kleinman, D. L. (2002). The
Social Construction of Technology:
Structural Considerations. Science,
Technology & Human values, 27(1),
28-52.
Krug, G. (2005). Communication, Technology and Cultural Change (1st ed.).
London, Thousand Oaks, New Delhi:
SAGE Publications.
Lievrouw, L. A., & Livistone, S. (2006a). Introduction to the First Edition (2002)
The Social Shaping and Consequences of ICT. In L. A. Lievrouw & S.
Livistone (Eds.), The Hanbook of New
Media Updates Student Edition (Student Ed ed., pp. xx + 475). London,
Thousand Oaks, Ne