PEMANFAATAN DINAMIKA KELOMPOK DALAM MENI

Nama

: Andriyana Sugiyanto

NIM

: 2285142345

Mata Kuliah : Teori Bimbingan Kelompok

PEMANFAATAN DINAMIKA KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN
KEEFEKTIFAN TEAMWORK DALAM DUNIA USAHA DAN INDUSTRI
Artikel ini membahas tentang salah satu pemanfaatan dinamika kelompok dalam seting
dunia usaha dan industri, khususnya dalam hal membangun kerja sama dalam sebuah tim, yang
merupakan fondasi utama bagi suksesnya sebuah organisasi. Atas dasar sebuah pemikiran bahwa
setiap orang yang bekerja mengiginkan kesuksesan. Baik itu diraih atas usaha seorang diri dan
lebih banyak lagi yang meraih kesuksesan karena bekerja bersama orang lain dalam sebuah
kelompok kerja (teamwork) (Greenberg dalam Manerep, 2003:273). Reaksi individu ketika
bekerja bersama orang lain dalam tim bervariasi. Ada yang merasakan terbentuk teamwork akan
meringankan pekerjaan. Sebaliknya ada yang merasa tidak nyaman bekerja bersama orang lain.
Hasil yang diperoleh pasti membutuhkan waktu yang lama dan belum tentu memuaskan, jika

diukur dari kepentingan dan kecendrungan pribadi.
Hasil survey membuktikan bahwa para karyawan (employee) dalam work group secara sadar
dapat bertumbuh lebih baik melalui interaksi group. Ada sharing pengalaman, persoalan dan
solusi orang lain. Sebaliknya, kalau ada persoalan dalam teamwork dimana anggota tim tidak
bekerja sebagaimana layaknya, atau kurang maksimal, tidak produktif dan mengalami
kekecewaan, pada umumnya penyebabnya bukan pada teamwork itu sendiri. Akar masalahnya
terdapat pada kurangnya knowledge, skill dan respek dari anggota tim pada prinsip serta sikap
kerja sama secara efektif. Atau anggota teamwork tidak dilengkapi perspektif yang jelas
mengenai objektivitas, pengorganisasian, dan lingkungan perusahaan yang semestinya
(appropriate environment) oleh manajer. Ternyata kesuksesan bekerja dalam tim merupakan
pengalaman yang penuh dinamika. Ada saja tantangan dan hambatan yang merintangi (Cook dan
Hunsaker dalam Manerep, 2001:339). Menurut pandangan penulis, hal ini pasti dirasakan juga
oleh para manajer dan professional yang bekerja dalam satu panitia atau kelompok kerja.
Memang tidak mudah untuk menyusun satu resep strategi yang jitu dan komperhensif sebagai
kunci membentuk team work dengan kinerja yang tinggi. Namun demikian, dari hasil survey
banyak temuan yang memberi arah bagi terbentuknya satu teamwork yang handal. Setidaknya
dapat diperoleh pokok-pokok pemikiran mengenai nilai-nilai esensial yang perlu untuk
membangun sebuah teamwork. Artikel ini bermaksud untuk memperkaya pemahaman,
memperkuat apresiasi dan memperluas wawasan tentang fungsi dan kontribusi kelompok
(groups) bagi organisasi khususnya dalam lingkup dunia usaha dan industri, juga menyediakan

perangkat (tools) untuk berpartisipasi sebagai anggota yang efektif, kreatif dalam sebuah
teamwork. Serta memperoleh gambaran tentang cara menata dan mengembangkan kelompok
secara handal pada saat dibutuhkan manakala kesulitan. Hal penting yang juga disajikan dalam
artikel ini adalah berhubungan dengan tahapan pemanfaatan dinamika kelompok dan factorfaktor yang mempengaruhi keefektifan dinamika kelompok. Berdasarkan gambaran diatas
penulis mencoba membatasi masalah dengan sebuah kajian tentang seberapa besar pengaruh
yang dihasilkan dari proses dinamika kelompok ini untuk bias menghasilkan sebuah teamwork
dalam seting dunia usaha dan industri.

1

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Sama seperti manusia, group juga memiliki sejarah. Kelangsungan hidupnya bergantung
pada kualitas kerja sama dan hasil yang dicapai. Ada lima tahap pertumbuhan sebuah group.
Pertama, tahap pembentukan (forming). Dalam periode ini ada banyak ketidak-jelasan mengenai
tujuan, struktur, dan kepemimpinan dalam group. Kedua, tahap keributan (storming). Disini
mulai timbul konflik internal mengenai klarifikasi peran dan sikap tiap anggota (Romlah,
2006:125) Hal yang terpenting pada situasi ini adalah berusaha untuk menemukan solusi dari
konflik adalah sekitar power dan structure. Selain itu berusaha untuk menganti sikap
permusuhan dengan sikap saling menerima dan memiliki. Tahap ketiga, penetapan norma

(norming). Ini mencangkup komunikasi yang terbuka menyangkut sasaran yang hendak dicapai,
dan memperbesar kohesi saat anggota-anggota menetapkan pola tingkah lakuyang diharapkan
bersama. Tahap keempat, penyelenggaraan tugas (performing). Kalau sudah sampai pada masa
ini, anggota tidak akan lagi berkonflik tentang sikap saling menerima dan berelasi, mereka kini
bekerja secara independen untuk mencari solusi terhadap persoalan dalam komitmen terhadap
produktivitas group. Tahap terakhir, pembubaran (adjourning). Ini merupakan titik dimana
kelompok akan dibubarkan, biasanya menimbulkan kesedihan karena berakhirnya pertemuan dan
persahabatan, tapi juga kebahagiaan karena tugas-tugas merka telah berhasil.
Dalam tahapan pemanfaatan dinamika kelompok, sebuah kelompok atau group (teamwork) akan
tumbuh matang apabila: Pertama, ada pola relasi yang baku dan tetap antar anggota, sehingga
menghasilkan produktifitas yang sesuai harapan dan kesinergisan yang berimbang dalam
komponen perusahaan. Namun kenyataannya yang banyak terrjadi dalam dunia kerja masa kini,
banyak diantara komponen perusahaan atau karyawan yang saling acuh tak acuh terhadap rekan
kerjanya, hal ini yang dapat menyebabkan masalah miss comuniction between members of group.
Paradigma kurang baik inilah yang harus kita ubah, agar kedepannya prospek produktifitas
dalam lingkup dunia usaha dan industry menjadi lebih baik dengan kualitas ketenagakerjanya
yang saling berelasi dan bahu membahu dalam mencapai tujuan keberhasilan suatu tim
teamwork. Kedua, adanya network atau link komunikasi serta ikatan keakraban dan daya pikat
interpersonal antar anggota. Setelah proses pertama telah dilalui, maka sebuah teamwork harus
bias menciptakan suasana harmonis dan nyaman dalam berkomunikasi antar anggota lainnya,

sehingga mereka dapat saling berkontribusi dan bertukar pikiran dalam menentukan dan
merencanakan inovasi baru yang akan bermanfaat untuk prospek perusahaan mereka kedepan.
Ketiga, teridentifikasi anggota yang berpengaruh dan berwibawa. Setelah melewati proses yang
kedua, maka pada tahapan inilah mulai muncul sosok yang sekiranya diperhitungkan untuk
menjadi komando atau panutan yang dianggap dapat mengkoordinir kerja tim secara efisien,
sehingga timbulah rasa percaya kepada sosok tersebut dan pada akhirnya dipercaya sebagai
koordinator kelompok yang mengkoordinir anggotanya dalam menyelesaikan setiap masalah
atau tugas dalam lingkup bidang diperusahaanya. Keempat, terjadi persetujuan mengenai
tindakan-tindakan yang harus dihasilkan. Dalam kaitanya pada tahapan kali ini, bahwa setelah
teciptanya suasana yang harmonis antar anggota teamwork dan rasa percaya terhadap seorang
yang dianggap pantas untuk menjadi leader group work, maka selanjutnya akan tercipta suatu
goal atau tujuan yang akan menjadi arah yang akan mereka capai demi menuju kesuksesan dan
keberhasilan dalam teamwork tersebut, biasanya hal ini berdasarkan niatan bersama dari setiap
nurani antar anggota kelompok tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kecuali atas intruksi dari
pimpinan atau manajer prusahaan tersebut. Kelima, pemberian penghargaan kepada setiap
anggota tim yang menorehkan prestasi membanggakan untuk perusahaan. Dalam tahapan yang
terakhir yaitu tentang pemberian penghargaan (reward) pada anggota yang dianggap telah
berhasil membawa nama baik perusahaan, itu merupakan sebuah kewajiban manajer sebagai

2


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

suatu bukti bahwa dia telah berhasil melewati tahapan dalam pemanfaatan dinamika kelompok
(teamwork) dalam perusahaan. Dari tahapan yang telah dipaparkan diatas tertuju kearah dimana
sebuah kematangan kerjasama tim atau kelompok, dalam hal ini kematangan yang dimaksud
adalah kematangan yang mengarah pada pelaksanaan peran. Peran adalah kelakuan-kelakuan
yang diharapkan muncul terus-menerus dari setiap anggota dalam grup. Peran bersifat
fungsional, yakni yang mengarahkan kelompok meraih tujuan. Ada dua tipe peran yang
konstruktif dalam pemanfaat dinamika kelompok menurut (Zender dalam Eva :1968) yaitu:
peran yang berorientasi pada tugas (task-oriented role),yang menolong pencapaian tujuan
kelompok; dan peran yang berorientasi pada hubungan (relation-oriented-role) atau disebut juga
peran untuk menjaga hubungan (maintenance role) antar anggota. Peran yang terakhir ini
membantu menegakan dan menjaga relasi yang sehat dalam kelompok. Selain itu ada juga peran
yang berorientasi pada diri sendiri (personal role), yang hanya melayani kebutuhan individu dan
umumnya bersifat merusak interaksi dan integrasi kelompok. Jadi kesimpulan pada proses
tahapan pemanfaatan dinamika kelompok dalam seting dunia usaha dan industri adalah jika
tahapan-tahapan diatas dapat dilewati dengan baik, maka pada akhirnya akan tercipta kohesi,
yakni rasa saling memiliki antara tiap anggota kelompok. Mereka menghormati satu sama lain
dan ingin mempertahankan eksistensi keberlangsungan kelompok tersebut. Sehingga pada

akhirnya menumbuhkan komitmen dari setiap anggota kepada pelaksanaan tugas-tugas yang ada
dalam kelompok secara bersama-sama (teamwork).
Keberadaan kelompok dalam organisasi merupakan suatu kelaziman yang sudah tidak
asing lagi keberadaannya, baik kelompok yang dibentuk berdasarkan ketentuan formal maupun
yang bersifat informal. Menurut (Wingkel dalam Era :1991) ada tiga model untuk mengetahui
kinerja kelompok yang menunjukan pengaruh efektifitas dinamika kelompok: heuristic model,
technological model, dan organization-specific model. Heuristic model dapat digunakan pada
berbagai tipe organisasi yang berbeda. Persoalannya, apakah asumsi yang digunakan untuk
menganalisis kinerja suatu kelompok dapat diterapkan pada kelompok lain yang berbeda sifat
dan karakternya. Model yang cocok untuk gugus tugas penjualan belum tentu cocok untuk
diterapkan pada kelompok operator perusahaan. Meski pada tataran abstrak model heuristic
dapat diterapkan untuk berbagai seting kelompok yang berbeda, namun pada tataran praktikal
kondisinya sungguh berbeda. Pada kelompok operator perusahaan, keberadaan peralatan,
rancangan technologi dan kondisi lingkungan kerja industry mendominasi perilaku kelompok.
Contohnya dalam konteks operator pabrik, keberadaan teknologi menetukan struktur kelompok.
Oleh karenanya, untuk dapat memahami efektifitas kelompok, mesti harus dibuat model dalam
konteks tekhnologi tertentu, bukan dalam konteks kelompok yang sangat umum. Teknologi
dalam konteks model yang dimaksud diatas terdiri dari empat komponen: peralatan, material,
lingkungan fisik, dan program yang digunakan dalam merubah suatu objek dari suatu keadaan
menjadi bentuk atau keadaan lainnya. Keempat komponen ini menentukan pola dan hambatan

bagi aktifitas komponen. Untuk mengembangkan model kinerja kelompok secara konsisten
diperlukan pemahaman terhadap system teknologi. Dari berbagai spesifikasi teknologi ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa peralatan mempunyai pengaruh langsung terhadap produksi. Pada
intinya, pemahaman terhadap teknologi yang digunakan oleh suatu kelompok memiliki kinerja
lebih baik dari kelompok lainnya. Bila disuatu lingkup perusahaan terdapat beberapa
kelompok/bidang, interaksi antar kelompok,kepemimpinan kelompok, dan keteramilan
menjalankan tugas atau perannya pada masing-masing kelompok akan berkorelasi terhadap
kinerja kelompok dan seterusnya terhadap dinamika kelompok. Sehingga pada akhirnya untuk
mendefinisikan efektifitas pemanfaatan dinamika kelompok dalam seting dunia usaha dan

3

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

industri perlu disepakati terlebih dahulu pengertian efektifitas kerja-kelompok (work group
effectiveness). Dari segi pandang anggota kelompok, kepuasan atas tercapainya kebutuhan
mereka dapat menjadi salah satu kriteria dalam menentukan dimensi yang akan dicapai dari
pemanfaatan dinamika kelompok dalam seting dunia usaha dan indusrti ini. Sehingga pada
akhirnya kinerja kelompok atau (teamwork) menjadi lebih maksimal dan menghasilkan
produktifitas yang diharapkan perusahaan, karena telah berhasil memanfaatkan strategi

pemanfaatan dinamika kelompok dalam setting dunia usaha dan industi.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmiah. Manerep Pasaribu. 2005. Apa dan Bagaimana Membangun Teamwork Yang
Efektif. Jakarta: Universitas Indonesia
Romlah, T. 2006. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: UM Press
Jurnal Bimbingan & Konseling. Vera Mutia. 2013. PERSEPSI SISWA TERHADAP BIMBINGAN
KELOMPOK DI SMA NEGRI 6 MUARO JAMBI.Jambi: Universitas Jambi
Jurnal Ilmiah. Eva Imania Eliasa.2010. Dinamika kelompok.Jakarta: Universitas Gunadarma
Hartinah, S. Konsep Dasar Bimbingan kelompok. Yogyakarta: Refika Aditama

4

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING