Pengantar Transportasi 2 Karakteristik U

PERTEMUAN 2 Materi

Karakteristik Utama Berbagai Komponen Sistem Transportasi

2.1 Transportasi Sebagai Sistem

2.2 Obyek yang dipindahkan

2.3 Jalur gerak dan prasarana berhenti

2.4 Kendaraan

2.5 Organisasi (sistem pengoperasian dan manajemen)

2.1 Transportasi sebagai Sistem

Seperti yang dijelaskan pada pertemuan 1, sebelumnya Transportasi adalah salah satu sektor penting dan strategis dalam kehidupan keseharian manusia. Transportasi dalam bahasa Indonesia disepadankan dengan pengangkutan. Ada pula yang menerjemahkan dengan kata perjalanan yang lebih cocok untuk terjemahan dari kata trip/travel atau ada pula yang menganggap sebagai perpindahan yang dalam bahasa Inggrisnya adalah moving.

Morlok (1978) mendefinisikan transportasi sebagai “suatu tindakan, proses, atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya”. Secara lebih spesifik, transportasi didefinisikan sebagai “kegiatan pemindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya”. Dalam transportasi terdapat unsur pergerakan (movement), dan secara fisik terjadi perpindahan atas orang atau barang dengan atau tanpa alat pengangkutan ke tempat lain. Di sini pejalan kaki adalah perpindahan orang tanpa alat pengangkut.

Sistem adalah suatu kelompok elemen atau subsistem yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Karakteristik terpenting dari suatu sistem adalah apabila ada suatu elemen atau subsistem yang tidak berfungsi, sehingga hal ini mempengaruhi kelangsungan sistem tersebut secara keseluruhan, atau bahkan membuatnya tidak berfungsi sama sekali.

Sistem Transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang, yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami ataupun buatan/rekayasa.

Sistem transportasi diselenggarakan dengan maksud untuk mengkoordinasi proses pergerakan penumpang dan barang dengan mengatur komponenkomponennya di mana prasarana merupakan media untuk proses transportasi, sedangkan sarana merupakan alat yang digunakan dalam proses transportasi.

2.1.1 Tujuan Sistem

Tujuan dari sistem transportasi adalah untuk mencapai proses transportasi penumpang dan barang secara optimum dalam ruang dan waktu tertentu, dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan dan kelancaran, serta efisiensi waktu dan biaya.

2.1.1 Jenis Sistem Transportasi

Sistem transportasi dibedakan dalam sistem transportasi makro dan sistem transportasi mikro. Sistem transportasi makro merupakan sistem menyeluruh yang dapat dibagi menjadi beberapa sistem yang lebih kecil (mikro) dan saling terkait serta saling mempengaruhi yang semuanya berada di dalam Sistem Tata Ruang, terdiri atas:

 Sistem Penduduk  Sistem Kegiatan  Sistem Prasarana dan Sarana  Sistem Pergerakan

Gambar 2.1: Sistem Transportasi

Sistem pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Orang perlu bergerak karena kebutuhannya tidak dapat dipenuhi di tempat ia berada.

Sistem kegiatan sebagai sistem mikro yang pertama, mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Pergerakan yang berupa pergerakan manusia (penduduk) dan/atau barang, jelas membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan, merupakan sistem mikro yang kedua, yang biasa dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi Sistem kegiatan sebagai sistem mikro yang pertama, mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Pergerakan yang berupa pergerakan manusia (penduduk) dan/atau barang, jelas membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan, merupakan sistem mikro yang kedua, yang biasa dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi

Keinginan manusia untuk mendapatkan barang yang tidak bisa diperoleh dari tempat dimana dia berada, menyebabkan manusia harus melakukan perjalanan dari suatu tempat ketempat lain untuk menemukan yang diperlukan. Jadi ada tiga unsur utama transportasi yakni:

 Ada yang dipindahkan yaitu benda/barang, manusia, informasi.  Ada yang (mempermudah) memindahkan yaitu sarana,antara lain: kenderaan kereta api, kapal

laut, pesawat.  ada yang memungkinkan terjadinya perpindahan yaitu prasarana, antara lain jalan, jembatan, pelabuhan, terminal, bandara.

Perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain menghadapkan manusia pada berbagai pilihan jenis angkutan antara lain mobil angkutan umum, pesawat terbang, laut atau kereta api. Dalam menentukan pilihan perjalanaan, jarak tempuh, biaya dan tingkat kenyamanan. Meskipun diketahui faktor yang menyebabkan manusia memilih jenis moda yang digunakan pada kenyataannya sangatlah sulit merumuskan mekanisme pemilihan moda ini.

Kegiatan manusia seiring dengan kebutuhan dasar manusia dengan manusia lainnya atau sistem kebutuhan lainnya seperti alat perhubungan yang disebut dengan alat transportasi. Dengan adanya alat transportasi, maka pergerakan lalu lintas menjadi lebih cepat, aman, nyaman dan terintegrasi. Sarana transportasi (alat angkut) berkembang mengikuti fenomena yang timbul akibat penggalian sumberdaya seperti penemuan teknologi baru, perkembangan struktur masyarakat dan peningkatan pertumbuhan. Pemilihan sistem transportasi yang salah untuk wilayah perkotaan dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas, yang berarti pemborosan besar dari penggunaan energi dan ruang, serta timbulnya masalah pencemaran udara akibat gas buang kendaraan yang semakin besar jumlahnya.

Sistem penduduk juga berpengaruh terhadap pergerakan yang terjadi. Kepadatan penduduk, skala lokasi (lokal, kota, regional, desa), serta proses pertumbuhan penduduk (pesat, lambat, stagnan, tertinggal) mempengaruhi besarnya pergerakan yang terjadi. Sistem penduduk bersama sistem kegiatan, sistem Sistem penduduk juga berpengaruh terhadap pergerakan yang terjadi. Kepadatan penduduk, skala lokasi (lokal, kota, regional, desa), serta proses pertumbuhan penduduk (pesat, lambat, stagnan, tertinggal) mempengaruhi besarnya pergerakan yang terjadi. Sistem penduduk bersama sistem kegiatan, sistem

2.1.3 Perkembangan System Transportasi

Proses perkembangan sistem pergerakan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2: Perkembangan Pergerakan

2.1.4 Ciri Prasarana dan Kebutuhan Transportasi

Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai cara yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan, frekuensi, jenis kargo (muatan) yang diangkut, dan lain-lain. Pelayanan transportasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pergerakan, menyebabkan sistem transportasi tersebut tidak berguna (mubazir). Ciri ini membuat analisis dan peramalan kebutuhan pergerakan menjadi semakin sulit.

Kebutuhan pergerakan bersifat sebagai kebutuhan turunan (derived demand). Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan yang merupakan kegiatan harian, seperti pemenuhan Kebutuhan pergerakan bersifat sebagai kebutuhan turunan (derived demand). Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan yang merupakan kegiatan harian, seperti pemenuhan

Daerah pemukiman, industri, pertokoan, perkantoran, fasilitas hiburan dan fasilitas sosial, semuanya mempunyai beberapa persyaratan teknik dan nonteknik yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasi. Setiap lahan atau tata guna lahan mempunyai ciri teknik tersendiri yang menentukan jenis kegiatan yang cocok di lokasi tersebut. Beberapa ciri teknik yang sering dipakai adalah kondisi topografi (dataran, perbukitan, pegunungan), kesuburan tanah, dan geologi. Akibatnya lokasi kegiatan akan tersebar secara heterogen di dalam ruang yang ada, yang akhirnya menyebabkan perlu adanya pergerakan yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan. Semakin jauh pergerakan yang dilakukan, semakin tinggi peluang untuk memberikan kontribusi terhadap kemacetan lalu lintas.

Dua pilihan yang dapat dilakukan dalam melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut ada, yaitu bergerak dengan moda transportasi (kendaraan), atau tanpa moda transportasi (berjalan kaki). Pergerakan tanpa moda transportasi umumnya berjarak pendek (satu sampai dua kilometer), sedangkan pergerakan dengan moda transportasi dapat bergerak sedang atau jauh (antara lain menggunakan mobil pribadi, taksi, bus, kereta api, sepeda motor, pesawat terbang, kapal laut). Untuk setiap moda transportasi diperlukan tempat untuk bergerak, seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara, pelabuhan laut, yang bisa disebut sebagai prasarana transportasi.

2.1.5 Unsur Pokok Transportasi

Ada lima unsur pokok transportasi yaitu:

a. Manusia, yang membutuhkan transportasi.

b. Barang, yang diperlukan manusia.

c. Kenderaan, sebagai sarana transportasi.

d. Jalan, sebagai sarana transportasi.

e. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.

Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti pada saat awal diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana, serta pelaksanaan transportasi.

2.2 Obyek yang dipindahkan

Sistem transportasi, jika dilihat dari objek yang dipindahkan terbagi menjadi dua yaitu manusia dan barang dan dapat pula berfungsi sebagai alat untuk memindahkan, tergantung dari sisi mana melihatnya. Pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

2.2.1 Manusia sebagai objek

Manusia sebagai objek yang dipindahkan akan menyatu dengan perkembangan teknologi atau transportasi lain yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik manusia. Karakteristik manusia dipengaruhi banyak aspek salah satu yang dominan adalah perubahan sosial.

Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Perubahan ini akan menyebabkan pola penangan yang berbeda.

Pembangunan dan modernisasi sering kali bertukar tempat. Bahkan dalam beberapa konsep kedua hal ini memiliki kesamaan ciri. Konsep pembangunan menngandung makna sebuah perubahan positif yang direncanakan, terarah, dan dilakukan dengan sadar/disengaja. Modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan kontelasi dunia sekarang ini.

Proses pembangunan tidak selalu berjalan mulus, karena dihadapkan pada beberapa permasalahan mentalitas atau budaya. Ada budaya-budaya yang menghambat pembangunan itu sendiri. Contohnya adalah hambatan budaya seperti keterkaitan orang Jawa terhadap tanah yang mereka tempati. Tanah yang turun-temurun diyakini sebagai berkah kehidupan. Hal ini memunculkan penomena unik MUDIK.

Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Budaya berasal dari budi dan daya yang berarti cipta, rasa dan karsa. Wujud budaya dapat dilihat sebagai wujud konkret yaitu:

 Perilaku: cara bertindak atau bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu.  Bahasa: bahasa hasil budi daya manusia yang berfungsi sebagai alat berpikir dan alat

berkomunikasi.  Materi: budaya merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat. Bentuk materi berupa pakaian, alat produksi, alat transportasi dan sebagainya.

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran- pikiran, gagasan, dengan keyakinan.

Substansi (isi) utama budaya:  Sistem pengetahuan: suatu akumulasi dari perjalanan hidup manusia.

 Nilai: sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.  Pandangan hidup: pedoman bagi suatu masyarakat atau bangsa dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.  Kepercayaan: mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.  Persepsi: suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.  Etos kebudayaan: ciri kebudayaan dari suatu masyarakat atau suku tertentu.

Berdasarkan karakteristik dan substansi budaya maka akan menentukan pola penanganan yang berbeda, atas sistem transportasi. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni ketiga istilah itu sangat berkaitan erat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Tanpa ilmu tidak akan lahir teknologi, tanpa teknologi ilmu sulit berkembang pesat, baik ilmu maupun teknologi membutuhkan sentuhan seni dalam pengembangannya. Perkembangan ini akan menentukan pola penanganan dan pengembangan sistem transportasi yang manyangkut manusia sebagai objek.

2.2.2 Orang Sebagai Alat/Pelaku Pergerakan

Manusia adalah yang melakukan pergerakan dan biasa disebut dengan pedesterian atau pejalan kaki. Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan.

Definisi pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur pengguna jalan. (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

Pejalan kaki harus berjalan pada bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki, atau pada bagian pejalan kaki, atau pada bagian jalan yang paling kiri apabila tidak terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki (PP No. 43 , 1993).

Penyeberang jalan dengan kondisi fisik yang mendapat perhatian khusus dapat dibagi menjadi 3 (Dewar R dalam ITE 4th edition, 1992), yaitu :

 Penyeberang yang cacat fisik yaitu pengguna jalan/penyeberang yang cacat fisiknya atau mempunyai keterbatasan fisiknya, oleh karena itu perlu diberikan fasilitas khusus.

 Penyeberang anak-anak adalah penyeberang pada usia anak-anak (0-12 tahun) yang sering

terjadi kecelakaan dibanding dengan golongan lainnya.  Penyeberang usia lanjut lebih cenderung mengalami kecelakaan daripada usia yang lainnya

disebabkan oleh : Kelemahan fisik; Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyeberang ( karena faktor usia).

Perilaku Pejalan Kaki ditentukan atas karateristik pejalan kaki menurut Shane dan Roess (1990) secara umum meliputi : Volume pejalan kaki v (pejalan kaki/menit/meter); Kecepatan menyeberang S (meter/menit) dan Kepadatan D (pejalan kaki/meter persegi).

Pada hakikatnya, aktivitas pejalan kaki bertujuan untuk menempuh jarak sesingkat mungkin antara satu tempat dengan tempat lain dengan nyaman dan aman dari gangguan. (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan : Dirjen Penataan Ruang, 2000). Maka dibutuhkan sarana tersebut yaitu fasilitas penyeberangan. Fasilitas penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan. (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

Fasilitas penyeberangan dibagi dalam 2 kelompok tingkatan yaitu : (1) Penyeberangan Sebidang (At- Grade) dan (2) Penyeberangan Pelican

Penyeberangan sebidang terdiri atas 2 macam yaitu : (1) Penyeberangan Zebra (Zebra Cross) adalah fasilitas penyeberangan yang ditandai dengan garis-

garis berwarna putih searah arus kendaraan dan dibatasi garis melintang lebar jalan. Zebra cross ditempatkan di jalan dengan jumlah aliran penyeberang jalan atau arus yang relatif rendah sehingga penyeberang masih mudah memperoleh kesempatan yang aman untuk menyeberang. Persyaratan penggunaan Zebra Cross antara lain : Dipasang dikaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau diruas jalan.; Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, pemberian waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas persimpangan; Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, maka kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor adalah < 40 km/jam.

(2) Pelican adalah Zebra Cross yang dilengkapi dengan lampu pengatur bagi penyeberang jalan dan kendaraan. Fase berjalan bagi penyeberang jalan dihasilkan dengan menekan tombol pengatur dengan lama periode berjalan yang telah ditentukan Fasilitas ini bermaanfaat bila ditempatkan di jalan dengan arus penyeberang jalan yang tinggi. Penggunaan dari Pelikan dengan syarat : Dipasang pada ruas jalan, minimal 300 meter dari persimpangan, atau Pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalu lintas kendaraan > 40 km/jam.

Penyeberangan Tidak Sebidang (Elevated/Underground) terdiri atas 2 kategori yaitu : (1) Elevated/Jembatan adalah adalah jembatan yang dibuat khusus bagi para pejalan kaki. Fasilitas

ini bermaanfaat jika ditempatkan di jalan dengan arus penyeberang jalan dan kendaraan yang tinggi, khususnya pada jalan dengan arus kendaraan berkecepatan tinggi. Jembatan penyeberangan akan dapat berfungsi dengan baik apabila bangunannya landai atau tidak terlalu curam. Jembatan penyeberangan dapat membantu mengurangi kemacetan arus lalu lintas yang salah satu penyebab adalah banyaknya orang yang menyeberang di jalan. Persyaratan penggunaan jembatan penyeberangan antara lain : Jenis/jalur penyeberangan tidak dapat menggunakan penyeberangan zebra; Pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada;Pada ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan pejalan kaki yang cukup tinggi; Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan arus pejalan kaki yang cukup ramai

Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah jembatan yang hanya diperuntukan bagi lalu lintas pejalan kaki yang melintas diatas jalan raya atau jalan kereta api. (Dirjen Bina Marga : Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki di Perkotaan, 1995).

(2) Underground/Terowongan. Sama halnya dengan jembatan penyeberangan, namun pembangunan terowongan dilakukan dibawah tanah. Pembuatan terowongan bawah tanah untuk penyeberangan membutuhkan perencanaan yang lebih rumit dan lebih mahal dari pada pembuatan jembatan penyeberangan, namun sistem terowongan ini lebih indah karena bisa dapat menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Underground/terowongan digunakan apabila : Jenis jalur penyeberangan dengan menggunakan elevated/jembatan tidak dimungkinkan untuk diadakan dan Lokasi lahan/medan memungkinkan untuk dibangun underground/terowongan.

Kriteria pemilihan penyeberangan untuk sebidang dan tidak sebidang berdasarkan pada :

1. Penyeberangan Sebidang didasarkan pada rumus empiris (PV2) , dimana P adalah arus pejalan kaki yang menyeberang ruas jalan sepanjang 100 m tiap jam-nya (pejalan kaki/jam) dan V adalah arus kendaraan tiap jam dalam 2 (dua) arah (kendaraan/jam). P dan V merupakan arus rata-rata pejalan kaki dan kendaraan pada 4 jam sibuk, dengan rekomendasi awal seperti tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Rekomendasi pemilihan fasilitas penyeberangan

2. Penyeberangan Tidak Sebidang didasarkan pada jika (1) PV2 lebih dari 2 x 108, arus pejalan kaki (P) lebih dari 1.100 orang/jam, arus kendaraan 2 arah (V) lebih dari 750 kendaraan/jam, yang diambil dari arus rata-rata selama 4 (empat) jam sibuk. (2) Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana 70 Km/Jam; dan (3) Pada kawasan strategis, tetapi tidak memungkinkan para penyeberang jalan untuk menyeberang jalan selain jembatan penyeberangan.

2.3 Jalur gerak dan prasarana berhenti

Pergerakan lalu lintas terjadi karena kebutuhan yang tidak dipenuhi ditempat manusia berada. Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap hari, misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, hiburan, rekreasi dan lain-lain.

Pergerakan tersebut sebenarnya tidak perlu dilakukan kalau semua kebutuhan tersedia pada satu tempat karena adanya pembatasan dan pengelompokkan tata guna lahan. Setiap tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan meningkatkan pergerakan dan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang jelas memerlukan moda transportasi (sarana) dan media (Prasarana) tempat moda transportasi bergerak, dalam hal ini yaitu jaringan jalan, laut atau udara.

2.3.1 Jalur gerak

Jalur gerak adalah sarana untuk tempat/jalur pergerakan transportasi baik secara alamiah maupun buatan atau dibangun.

1. Jalur Gerak yang dibangun

Jalur gerak yang dibangun adalah jalur yang dibuat untuk pergerakan seperti jalan raya dan rel. Jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:

 Digunakan untuk kendaraan bermotor  Digunakan oleh masyarakat umum  Dibiayai oleh perusahaan Negara  Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan  Digunakan untuk kendaraan bermotor  Digunakan oleh masyarakat umum  Dibiayai oleh perusahaan Negara  Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan

Tidak semua jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor itu jalan raya. Contohnya lintasan- lintasan di daerah perkebunan. Di Malaysia jalan raya yang sah haruslah diumumkan oleh pihak berkuasa. Pada dasarnya pembangunan jalan raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi berbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowong, bahkan juag pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan). Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini.

Jalan raya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan raya, komoditi dapat mengalir ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar wilayah itu. Selain itu, jalan raya juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya.

Jalan raya sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan terlebih-lebih setelah menemukan kendaraan beroda diantaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan jalan raya tersebut. Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM. Jalan tersebut masih berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan kendaraan beroda padaknya diduga antara masa itu. Letaknya diduga antara Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.

Seiring perkembangan peradaban di Timur tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan raya yang menghubungkan Mesopotamia-Mesir. Selain untuk perdagangan, jalan tersebut berguna untuk kebudayaan bahkan untuk peperangan. Jalan utama pertama di kawasan itu, disebut-sebut adalah Jalan Bangsawan Persia yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2857 km. Jalan ini bertahan dari tahun 3500-300 SM. Di Eropa, jalan tertua disebut-sebut adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani dan Tuscany hingga Laut Baltik. Di Asia timur, bangsa China membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya yang bila digabung mencapai 3200 km. Di puncak kejayaannya, bangsa Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang dari Inggris hingga Afrika Utara, dari pantai Samudera Atlantik di Semenanjung Iberia hingga Teluk Persia. Keberadaan jalan tersebut diabadikan dalam peta yang dikenal sebagai Peta Peutinger.

Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya. Di Eropa Utara yang repot dengan tanah basah yang berupa "bubur", dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya. Di Eropa Utara yang repot dengan tanah basah yang berupa "bubur", dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu

Konstruksi jalan Bangsa Romawi berciri khas lurus dengan empat lapisan. Lapisan pertama berupa hamparan pasir atau adukan semen, lapisan berikutnya berupa batu besar datar yang kemudian disusul lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava yang mirip batu api. Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Rancangan Jalan Romawi tersebut termasuk mutakhir sebelum muncul teknologi jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya jalan itu rusak ketika Romawi mulai runtuh. Konstruksi berikutnya adalah konstruksi jalan John Loudon Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang di Indonesia dikenal dengan jalan Makadam itu lahir berkat semangat membuat banyak jalan dengan biaya murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun jalan aspal namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu dapat disaksikan di Champ- Elysess, Paris, Perancis.

Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Meski lebih kuat, jalan tersebut mudah retak karena perubahan cuaca. Berbeda dengan aspal yang bersipat lebih plastis atau dapat kembang susut yang baik terhadap perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang lebih tahan air.

Jalan Aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia University, New York. Pada tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal dengan kepadatan maksimum. Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan Pennsylvania Avenue, Washington D.C pada tahun 1877. Pada saat ini sedikitnya 90 % jalan utama di perkotaan selalu menggunakan bahan aspal.

Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Untuk menikmatinya, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan.

Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas hambatan memerlukan bayaran.

Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan freeway atau expressway (free berarti "gratis", dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollway atau tollroad (kata toll berarti "biaya")).

b. Jalan Rel

Definisi Rel Kereta Api adalah pijakan tempat menggelindingnya roda Kereta Api dan berfungsi untuk meneruskan beban roda ke bantalan. Rel umumnya dibuat dari baja dengan bahan yang dipakai dalam pembuatan Rel sendiri antara lain : Carbon 0,4-0,82% ; Silicca 0,05-0,5% ; Mangan 0,6-1,7% ; Phosporus 0,05% max ; Sulfur 0,05% max. Untuk saat ini standard internasional rel yang banyak digunakan di Indonesia masih menoleh pada JIS (Japan Industrial Standard). Tergantung proyek jalan rel yang terkait bekerja sama dengan negara mana.

Rel digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat e (seperti penambat Pandrol).

Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.

Bentuk rel didesain sedemikian rupa agar dapat menahan momen rel sehingga dibentuk sebagai batang berbentuk profil I. Dibagi berdasarkan bentuknya, rel terdiri atas 3 macam, yaitu : Rel berkepala dua (double bullhead rails); Rel beralur (grooved rails) dan Rel Vignola (flat bottom rails).

Kegunaan Rel Kereta Api : (1) Sebagai landasan tempat melajunya kereta api, (2) Sebagai medium tempat terjadinya gesekan; (3) Sebagai pijakan tempat menggelindingnya roda kereta api d. Sebagai tempat meneruskan beban roda ke bantalan

Sifat-Sifat yang Dibutuhkan untuk Menunjang Fungsi Rel adalah: Wear Resistance; Heat Resistance; High Melting Point; Heavy and Strong Material dan Mampu Menahan Gaya atau Beban

Persyaratan teknis jalur kereta api tertuang dalam PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 60 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALUR KERETA API. Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api meliputi Persyaratan Sistem (Jalan rel; Jembatan; dan Terowongan) dan Persyaratan Komponen (Jalan rel; Jembatan; dan Terowongan).

Perencanaan konstruksi jalur kereta api harus direncanakan sesuai persyaratan teknis sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dan ekonomis. Secara teknis diartikan konstruksi jalur kereta api tersebut harus aman dilalui oleh sarana perkeretaapian dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya.

Secara ekonomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat diselenggarakan dengan tingkat harga yang sekecil mungkin dengan output yang dihasilkan kualitas terbaik dan tetap menjamin keamanan dan kenyamanan. Perencanaan konstruksi jalur kereta api dipengaruhi oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini diadakan klasifikasi jalur kereta api sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat guna.

Kelas Jalan rel ditentukan dari lebar rel, yaitu: (1) Lebar Jalan Rel 1067 mm; dan (2) Lebar Jalan Rel 1435 mm.

Tabel 2.2 Lebar Jalan Rel 1067 mm

Tabel 2.3 Lebar Jalan Rel 1067 mm

Kecepatan maksimum dan Lebar Badan Jalan Rel dari dua jenis rel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4: Lebar Badan Jalan Rel

2. Jalur gerak alamiah

Jalur gerak alamiah adalah jalur yang memang sudah ada tanpa dibuat oleh manusia seperti jalur air dan udara.

a. Jalur Air

Jalur air merupakan suatu sarana pergerakan sistem transportasi air. Transportasi air mengangkut orang dan barang atau kargo. Walaupun dalam sejarah, penggunaan transportasi air untuk penumpang cenderung menurun dikarenakan meningkatnya penerbangan komersial, transportasi air masih penting untuk transportasi jarak dekat dan kapal pesiar. Transportasi air masih menjadi sarana pengangkutan barang terbesar di dunia. Walaupun lebih lambat dibandingkan transportasi udara, transportasi air modern merupakan cara yang efektif untuk memindahkan barang dalam jumlah yang besar. Biaya untuk transportasi air lebih rendah dari transportasi udara untuk pelayaran antar-benua. Transportasi air seringkali bersifat internasional berdasarkan sifat alaminya, tetapi dapat juga dijalankan oleh kapal melintasi lautan, samudera, danau, kanal atau sungai.

b. Jalur Sungai

Angkutan Sungai adalah salah satu bentuk sistem angkutan barang dan penumpang. Sistem angkutan ini termasuk tua dan masih menjadi sistem angkutan utama di wilayah-wilayah tertentu bahkan di wilayah yang lebih maju sistem transportasinya seperti di Eropa.

Sejarah angkutan sungai di Indonesia dimulai sejak zaman pra sejarah manusia telah melakukan aktivitas transportasi dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada awal mulanya perahu yang Sejarah angkutan sungai di Indonesia dimulai sejak zaman pra sejarah manusia telah melakukan aktivitas transportasi dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada awal mulanya perahu yang

Angkutan sungai dan danau bisa dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:  Muara sungai dan bagian sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut seperti Palembang,

Banjarmasin dan beberapa daerah lain dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. Dapat digunakan oleh pelayaran laut sepanjang kedalaman alur pelayaran mencukupi. Cocok untuk angkutan barang curah, peti kemas.

 Sungai besar yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, bisa dilayari kapal laut sepanjang dilengkapi dengan pintu/lock yang sesuai dengan ukuran kapal.  Perairan lebar atau danau yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, angkutan dengan kapal khusus sungai, tongkang selalui pintu/lock, masih bisa digunakan untuk angkutan peti kemas.

 Terusan/canal sempit merupakan alur pelayaran buatan digunakan untuk angkutan ukuran kecil, tidak cocok untuk peti kemas

c. Jalur Laut

Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut di antara pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu berbagai pulau, daerah dan kawasan Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau , antar pantai, kesatuan Indonesia dapat terwujud. Pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau, adalah urat nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan Negara Indonesia. Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa kejayaan suatu Negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui keunggulan Laut. Karenanya, pembangunan industry pelayaran nasional sebagai sektor strategis, perlu diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Karena nyaris seluruh komoditi untuk perdagangan internasional diangkut dengan menggunakan sarana dan prasarana transportasi Laut, dan menyeimbangkan pembangunan kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan barat) demi kesatuan Indonesia, karena daerah terpencil dan kurang berkembang (yang mayoritas berada dikawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya alam) Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut di antara pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu berbagai pulau, daerah dan kawasan Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau , antar pantai, kesatuan Indonesia dapat terwujud. Pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau, adalah urat nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan Negara Indonesia. Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa kejayaan suatu Negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui keunggulan Laut. Karenanya, pembangunan industry pelayaran nasional sebagai sektor strategis, perlu diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Karena nyaris seluruh komoditi untuk perdagangan internasional diangkut dengan menggunakan sarana dan prasarana transportasi Laut, dan menyeimbangkan pembangunan kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan barat) demi kesatuan Indonesia, karena daerah terpencil dan kurang berkembang (yang mayoritas berada dikawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya alam)

Perkembangan trasportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi tersebut telah membuat bangsa Indonesia dapat memproduksi kapal angkut penumpang yaitu Palindo jaya 500. kapal tersebut diluncurkan pertama kali pada bulan Agustus 1995. Kapal tersebut dibuat untuk menunjang sarana trasportasi laut yang lebih cepat dan aman. Dengan demikian, kegiatan trasportasi laut akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Jaringan atau jalur transportasi laut sebagai salah satu bagian dari jaringan moda transportasi air mempunyai perbedaan karakteristik dibandingkan moda transportasi lain yaitu mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah besar dan jarak jauh antar pulau dan antar negara.

Jalur laut diterjemahkan kedalam sebuah alur pelayaran yang terdiri dari : alur pelayaran internasional yaitu alur laut kepulauan untuk perlintasan yang sifatnya terus menerus, langsung dan cepat bagi kapal asing yang melalui perairan Indonesia (innoncent passages), seperti Selat Lombok-Selat Makassar, Selat Sunda-Selat Karimata, Laut Sawu-Laut Banda-Laut Maluku, Laut Timor-Laut Banda-Laut Maluku, yang ditetapkan dengan memperhatikan factor-faktor pertahanan keamanan,keselamatan berlayar, rute yang biasanya digunakan untuk pelayaran internasional, tata ruang kelautan, konservasi sumber daya alam dan lingkungan, dan jaringan kabel/pipa dasar laut serta rekomendasi organisasi internasional yang berwenang.

d. Jalur Udara

Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak biaya untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.

Persaingan dalam banyak hal, terutama dibidang pembangunan ekonomi global ternyata telah merangsang para ilmuwan untuk menyediakan sistem transportasi yang dapat melayaninya. Demikian, kemudian terjadilah perlombaan besar-besaran dalam teknologi penerbangan. Sekedar menambah pengetahuan saja terutama sekali tentang pesatnya kemajuan teknologi penerbangan.

Menurut Konvensi Paris 1919, pesawat udara (aircraft) diartikan sebagai “any machine that can derive support in the atmosphere from the reaction of the air”. Sedangkan menurut Konvensi Chicago

1944 dalam Annex 7, pengertian tersebut ditambahkan menjadi : “any machine that can derive support in the atmosphere from the reaction of the air other than the reactions of the air against the earth’s surface”.

Sebagai perbandingan, pengertian pesawat udara di Indonesia menurut Undang- Undang Republik Indonesia No mor 83 Tahun 1958 adalah “setiap alat yang dapat memperoleh daya angkat dari udara”, kemudian pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1962, pesawat diartikan sebagai

“semua alat angkut yang dapat bergerak dari atas tanah atau air ke udara atau ke angkasa atau sebaliknya”, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992, pesawat udara adalah “setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena daya angkat dari reaksi udara”.

Kemudian baru pada Undang-Undang Penerbangan yang berlaku sekarang (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009) pengertian pesawat udara lebih mirip pada pengertian menurut Konvensi

Chicago 1944, pesawat udara diartikan sebagai “setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan”. Ketentuan internasional dalam Konvensi Chicago 1944 dan ketentuan nasional dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009.

3. Jalur Gerak Khusus

Jalur gerak khusus adalah jalur pergerakan tranportasi yang dibuat secara khusus, seperti misalnya jalur pipa; ban berjalan atau jalur kabel.

a. Jalur Pipa

Tranportasi pipa merupakan perangkat transportasi angkutan barang melalui pipa. Biasanya digunakan untuk angkutan gas dan cairan dalam jumlah yang besar, tetapi dapat juga untuk mengangkut barang[1] yang dikemas dalam kapsul yang didorong dengan tekanan udara, ataupun dalam bentuk tepung didorong dengan tekanan udara tertentu yang kemudian dipisahkan kembali.

Penggunaan angkutan pipa yang paling besar adalah untuk transportasi minyak mentah, minyak hasil pengolahan/refinery, gas alam ataupun untuk angkutan air kebutuhan industri ataupun ke perumahan. Angkutan melalui pipa dilakukan untuk mengangkut material yang stabil, dan untuk menstabilkan material yang dapat berubah sifat bila dialirkan untuk jarak yang jauh melalui pipa terkadang harus dilakukan pemanasan, untuk material yang dapat membeku selama mengalir seperti minyak kelapa sawit, minyak mentah dari jenis tertentu ataupun didinginkan bila material tersebut dapat berubah sifat ataupun bentuk.

b. Jalur Ban Berjalan

Ban berjalan adalah ban atau sabuk yang terhubung ke dua atau lebih katrol yang berputar yang digunakan untuk mengangkut material. Satu atau lebih katrol terhubung ke generator sehingga akan menggerakkan rangkaian ban atau sabuk tersebut.

c. Jalur Kabel

Jalur transportasi kabel berupa jalur untuk kereta gantung. Kereta gantung Gondola (Detachable Monocable Gondola - MGD), Gondola kabel (Kereta kabel) tunggal yang dapat dilepas-pasang. Sistem ini adalah yang paling populer dan banyak digunakan. Kelebihan dari sistem ini adalah anggaran biayanya yang relatif lebih rendah dari sistem lain, konstruksi ringan, dengan tower-tower yang relatif kecil. Sistem ini terdiri dari sejumlah kabin/ gondola dengan kapasitas 4-16 penumpang / kabin, yang digantungkan pada kabel yang berputar secara terus menerus. Di tiap setasiun gondola dilepaskan dari kabel dan diperlambat kecepatannya agar nyaman untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Kecepatan rata-rata yang dapat ditempuh adalah antara 4-6 meter per detik.

Kapasitas penumpang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, dengan kapasitas maksimum hingga 3500 penumpang / jam. Normalnya jalur dibuat lurus, dengan kemungkinan membuat stasiun antara untuk naik-turun penumpang atau untuk belok dengan sudut yang terbatas.

Kereta gantung adalah sebuah kereta yang menggantung yang berjalan menggunakan kabel. Jalur kereta gantung umumnya berupa garis lurus dan hanya dapat berbelok pada sudut yang kecil di stasiun antara. Awalnya kereta gantung digunakan pada tempat-tempat wisata misalnya di daerah bersalju, daerah pegunungan seperti pegunungan Alpen, atau taman hiburan, namun kini telah juga digunakan untuk transportasi umum di daerah perkotaan seperti misalnya di kota Medellin, Colombia.

Kapasitas kereta gantung dapat mencapai 3000 penumpang per jam, dengan kecepatan 4-6 meter per detik. Jenis kabin yang umum digunakan adalah gondola dengan kapasitas 4 hingga 12 penumpang. Ada pula jenis kabin yang kapasitasnya lebih besar hingga dapat menampung 150 penumpang. Kabin dengan tipe khusus dapat berputar 360 derajat untuk menikmati pemandangan ke segala arah.

2.3.2 Prasarana berhenti

Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga, dan lain-lain.

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya meliputi jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, drainase, persampahan, dan air kotor.

Prasarana dalam suatu sistem transportasi terdiri dari jalur gerak dan terminal. Jalur gerak diartikan sebagai suatu tempat pergerakan tertentu dari suatu moda transportasi (sarana) untuk menuju tempat tujuan perjalanan. Dalam sistem transportasi darat, jalur gerak meliputi jalan raya, pipa dan jalur rel.

Prasarana berhenti adalah nama lain dari Terminal transportasi yaitu titik awal, titik antara atau titik akhir dari jalur gerak transportasi. Terminal transportasi jalan dapat didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan dari fasilitas dan lahannya, dimana lalu lintas angkutan jalan berawal, berakhir, dan/atau tempat perpindahan sebelumnya, selama atau sesudah pergerakan angkutan jalan, termasuk fasilitas pelayanan atau kendaraan-kendaraan dan perlengkapannya dimana lalu lintas bergerak (William H. Hay, 1997).

1. Prasarana Berhenti Darat

Terminal transportasi jalan merupakan prasarana berhenti jalan darat yang dapat didefinisikan sebagai:

 Titik simpul (titik awal, titik antara dan titik akhir) dalam system jaringan transportasi jalan.  Tempat pengendalian lalu lintas dan angkutan kendaraan umum .  Prasarana angkutan untuk melancarkan mobilitas orang dan arus barang serta fasilitas untuk

kendaraan umum.  Tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

a. Fungsi Terminal Angkutan Darat

Beberapa terminal yang hanya mempunyai satu fungsi dan bongkar dan muat, terkadang sangat sederhana. Contoh: suatu tempat pemberhentian bus pada perempatan jalan, sering hanya terdiri dari Beberapa terminal yang hanya mempunyai satu fungsi dan bongkar dan muat, terkadang sangat sederhana. Contoh: suatu tempat pemberhentian bus pada perempatan jalan, sering hanya terdiri dari

Penumpang atau barang biasanya tidak sama tiba di terminal. Sebelum waktu keberangkatan dan kadang kala terminal menyediakan fasilitas tempat menunggu bagi penumpang dan tempat penyimpanan barang sebelum naik atau dimuatkan ke kendaraan. Jika periode tunggu cukup lama mungkin diperlukan fasilitas lebih lengkap seperti fasilitas ruang tunggu yang nyaman, restoran, dan tempat hiburan bagi penumpang. Fasilitas untuk barang disediakan gudang untuk menyimpan, melindungi dari kemungkinan rusak, hilang, atau memproses barang menurut lokasi penyaluran (Edward K. Morlok, 1977). Untuk angkutan, tersedianya fasilitas untuk pemeliharaan.

Petunjuk teknis lalu lintas angkutan dan jalan, membedakan fungsi terminal khususnya terminal angkutan jalan ditinjau dari 3 (tiga) unsur, yaitu: (1) Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda/kendaraan ke moda/kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parker kendaraan pribadi. (2) Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan managemen lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan kendaraan umum, dan (3) Fungsi terminal bagi operator/pengusaha, adalah untuk pengaturan operasi kendaraan umum, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awal kendaraan umum dan sebagai fasilitas pangkalan.

b. Jenis Terminal Angkutan Darat

Jenis terminal transportasi dapat dibedakan berdasarkan moda yang dilayani, yaitu: terminal moda angkutan darat, moda angkutan air, dan moda angkutan udara. Terminal moda angkutan air: pelabuhan sungai dan pelabuhan samudera dan amoda angkutan udara adalah terminal pesawat udara, sedangkan terminal moda darat terdiri dari stasiun kereta api dan terminal transportasi jalan. Peraturan Pemerintah RI no. 43 tahun 1993, tentang prasarana dan lalu lintas jalan, membedakan terminal angkutan jalan raya menurut jenis angkutannya, yaitu: (1) Terminal penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra/antar moda tranportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum; dan (2) Terminal barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/antar moda tranportasi.

Keputusan Mentri Perhubungan no.31 tahun 1995 pasal 2, terminal penumpang terbagi menjadi 3 (tiga) tipe bagian terminal menurut skala pelayanannya, yaitu:

 Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan/atau angkutan lintas batas Negara, angkutan Antar Kota Dalam

Propinsi (AKDP) angkutan kota dan angkutan pedesaan.  Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan AKDP,

angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.  Terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

c. Lokasi Terminal Angutan Darat

Masyarakat yang maju, kegiatan dalam kehidupan mempunyai sifat yang kompleks, tidak hanya terikat pada pemenuhan kebutuhan sendiri, tetapi harus memikirkan pemenuhan pihak lain. Hal ini terjadi akibat adanya ketergantungan antara kegiatan yang dilakukan masyarakat. Tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat disebut lokasi. Lokasi ini merupakan tempat yang dapat dikenali dan dibatasi, dimana suatu kegiatan berlangsung, Teori penentuan lokasi suatu kegiatan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan optimasi. Efisiensi dan optimasi yang dimaksud adalah dalam hal perjalanan menuju lokasi yang bersangkutan maupun pengisian ruang. Penggunaan ruang yang efisiensi dan optimal, berarti memiliki dan menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dan menguntungkan bagi suatu ruang tertentu.