PENGARUH MODEL PELATIHAN TENIS MINI DAN

ISSN 0215 - 8250

829

PENGARUH MODEL PELATIHAN TENIS MINI DAN TENIS
LAPANGAN BIASA TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR KETERAMPILAN DASAR BERMAIN TENIS
LAPANGAN
oleh
I Made Danu Budhiarta
Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui, pengaruh model pelatihan tenis
mini dan tenis lapangan biasa terhadap peningkatkan hasil belajar
keterampilan dasar bermain tenis lapangan. Penelitian dilakukan dengan
rancangan randomized pre test-post test control group design yang
melibatkan dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.
Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen berupa pelatihan
sebanyak 3 kali seminggu selama 8 minggu. Kelompok eksperimen 1 diberi
perlakuan dengan model pelatihan tenis mini, kelompok eksperimen 2

diberi perlakuan dengan model pelatihan tenis lapangan biasa sedangkan
kelompok kontrol berlatih tenis lapangan secara konvensional. Data
dikumpulkan dengan menggunakan tes keterampilan dasar bermain tenis
lapangan yang sudah standar yang meliputi: service, drive dan rally. Data
dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 6,0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa F hitung = 14,6138 dengan batas penolakan p =
0,0000 dan  = 0,05. Oleh karena  > p, maka Ho : 1 = 2 = 3 ditolak
atau hasil tiap-tiap perlakuan berbeda. Ini berarti bahwa model pelatihan
tenis mini dan tenis lapangan biasa berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar keterampilan dasar bermain tenis lapangan. Di samping itu, hasil
analisis HSD dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa model
pelatihan tenis mini lebih baik dari pada model pelatihan tenis lapangan
biasa. Dapat disimpulkan bahwa model pelatihan tenis mini berpengaruh
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

830


lebih baik dari pada model pelatihan tenis lapangan biasa dalam
meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar bermain tenis lapangan.
Kata kunci : model pelatihan, tenis, hasil belajar
ABSTRACT
This research purposed to know the effect of training models of
“mini tennis” and lawn tennis towards the improvement of achievement in
lawn tennis basic skills. This research was conducted using randomized
pre test-post test control group design involving two experimental groups
and one control group. Each experimental group was given three times
training per week during an eight week period. The first experimental group
was given “mini tennis” training models, the second experimental group
was trained using normal lawn tennis training models, and the third group,
the control group, was trained conventionally. The data were collected by
using standard test for tennis basic skills consisted of service, drive, and
rally. Then, the data was analyzed by using SPSS programs version 6.0.
The result revealed that the value of F = 14.6138 with p = 0.0000 and  =
0.05. Because  > p, then Ho : 1 = 2 = 3 was rejected, or the results
obtained from each training models were different. This means that the
mini tennis training models and the normal lawn tennis training models can
be used to improve tennis basic skills. However, HSD analysis with 5 %

significance level showed that the “mini tennis” training models is better
than the normal lawn tennis training models. Based on these results it can
be concluded that the “mini tennis” training model is more effective than
the normal lawn tennis training model in improving the achievement of
lawn tennis basic skills.
Key words: training models, lawn tennis, achievement

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

831

1.

Pendahuluan
Dalam proses pembelajaran tenis lapangan, tidak jarang guru/pelatih
menggunakan berbagai cara agar apa yang diajarkan lebih cepat dapat
dikuasai baik oleh pemula maupun yunior, misalnya, melalui inovasi model

pembelajaran. Hal ini dapat diamati dari makin banyaknya model mengajar
yang tertuang dalam buku-buku tenis lapangan. Salah satu diantaranya
adalah model pelatihan dengan tenis mini.
Model pembelajaran tenis lapangan dengan tenis mini ini mulai
dikembangkan sekitar 3 (tiga) dasa warsa yang lalu. Model ini sangat
sederhana, mudah dikuasai, dapat dimainkan oleh siapa saja dari usia
termuda 3-4 tahun hingga usia dewasa dan dapat dimainkan di mana saja,
kapan saja asal lapangan itu datar dan dapat menggunakan raket yang
sederhana. Dalam buku Panduan Kejuaraan Tenis Mini KTKG I (1990: 4)
dituliskan bahwa,” Dengan tenis mini, di mana saja, kapan saja dan siapa
saja dapat bermain tenis dengan menggembirakan”.
Bila disimak lebih jauh, permainan tenis mini sebenarnya bukan
hanya untuk mendapatkan kesenangan saja, akan tetapi untuk
mempermudah penguasaan keterampilan dasar bermain tenis lapangan. Hal
ini dinyatakan oleh Van der Meer’s (1982: 10) bahwa: “A game of mini
tennis not only can be fun, but also can provide the fundamentals of tennis
for both young and older first-timers within short period of time”
Penguasaan keterampilan dasar sangat penting untuk meningkatkan
prestasi pada cabang olahraga manapun. Dalam belajar tenis lapangan yang
lebih dahulu harus diketahui adalah keterampilan dasar memukul bola.

Keterampilan ini dapat dilatihkan dengan model pelatihan tenis mini
maupun model pelatihan lain yang sesuai. Dengan menguasai keterampilan
dasar memukul bola dengan baik, pemain/pebelajar akan dapat menerapkan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

832

strategi dan taktik permainan yang bermuara pada peningkatan
keterampilan bermain tenis lapangan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, untuk pembinaan tenis
lapangan bagi anak-anak pemula, para pelatih sudah mulai menggunakan
model pelatihan dengan tenis mini walaupun penggunaannya belum begitu
banyak. Bila model ini dapat diterapkan, diharapkan akan dapat mendukung
perkembangan tenis lapangan di Indonesia. Namun demikian, belum
diketahui secara empirik seberapa besar keunggulan model pelatihan tenis
mini ini dibandingkan dengan model pelatihan dengan tenis lapangan biasa
dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar bermain tenis

lapangan.
Dari uraian di atas, secara eksplisit dapat dibuat rumusan masalah
berikut ini. Manakah yang lebih berpengaruh antara model pelatihan tenis
mini dengan model pelatihan tenis lapangan biasa terhadap hasil belajar
keterampilan dasar bermain tenis lapangan?
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui model mana yang lebih berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar keterampilan dasar bermain tenis lapangan antara
pembelajaran dengan model pelatihan tenis mini dan model pelatihan tenis
lapangan biasa.
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pengajar, pembina, pelatih, atlet, penggemar maupun pembuat kebijakan
dalam bidang permainan tenis lapangan dalam mengembangkan modelmodel pembelajaran tenis lapangan yang lebih cocok dan lebih baik untuk
memudahkan dalam pelatihan teknik/ keterampilan dasar bagi pemain
pemula. Selain itu, temuan penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250


833

minat masyarakat dalam bermain tenis lapangan dan meningkatkan mutu
permainan tenis lapangan di Indonesia.
Ketidakberhasilan proses pembelajaran tenis lapangan sering
disebabkan oleh penggunaan model yang kurang tepat. Umumnya, pelatih
mengajar atau melatih tidak berdasarkan pada program latihan yang jelas,
tidak memperhatikan tahapan-tahapan pelatihan. Dosen/pelatih cenderung
mengajar atau melatih semaunya/tanpa perencanaan (program) dan tiba di
lapangan cenderung langsung mengajak peserta bermain tanpa penekanan
pada penguasaan teknik-teknik dasar lebih dahulu. Oleh karena itu,
dosen/guru atau pun pelatih harus memahami dan dapat menerapkan model
pembelajaran dengan baik serta mampu memilih model pembelajaran yang
tepat.
Perbedaan pembelajaran tenis lapangan dengan model tenis
lapangan biasa maupun tenis mini terletak dalam hal peralatan, ukuran
lapangan, maupun cara pembelajarannya, namun bentuk pelatihannya sama.
Pembelajaran dengan model tenis lapangan biasa dimaksudkan sebagai
model pembelajaran tenis lapangan yang menggunakan alat-alat seperti

raket, bola, dan ukuran lapangan yang normal. Ukuran lapangan untuk
permainan tunggal adalah panjang 23,77 m, lebar 8,23 m, sedangkan untuk
ganda adalah panjang 23,77 m dan lebar 10,97m. Pelatihan/pembelajaran
tenis lapangan pada pemula dan junior masih didominasi dengan model
tenis lapangan biasa. Model ini sudah populer dilakukan di Indonesia
dengan anggapan bahwa model ini mudah dilaksanakan.
Pelatihan dengan model tenis mini merupakan suatu model
pendekatan dalam belajar tenis lapangan untuk mempermudah pencapaian
hasil belajar. Tenis mini ini merupakan permainan tenis lapangan yang
ukuran lapangannya diperkecil hanya seluas daerah service. Bila diterapkan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

834

untuk anak-anak, jenis bola dan ukuran raketnya pun dapat dimodifikasi.
Dalam penelitian ini digunakan bola dan raket ukuran normal, sedangkan
ukuran lapangannya hanya seluas daerah service . Bentuk lapangan tenis

mini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

B

A

Gambar 1 Bentuk Lapangan Tenis Mini ( Kraft, 1987 : 18)
Keterangan:
Panjang garis tunggal : 12,8 meter
Panjang garis service : 8,23 meter
Tinggi net
: 0,91 meter
Daerah yang diarsir : daerah lapangan tenis mini
A adalah
: pemain A
B adalah
: pemain B
Berbagai keterampilan dasar pukulan dalam permainan tenis
lapangan dapat dilatihkan melalui model pembelajaran tenis mini sebelum
menuju permainan tenis lapangan yang sebenarnya. Dalam permainan tenis

mini, yang dipentingkan adalah pemain berusaha untuk melewatkan bola di
atas jaring ke daerah lawan dengan pelan tetapi harus tepat jatuh di daerah
lapangan lawan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Van der Meer’s (1982:
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

835

174) bahwa: “Most important, through out the mini tennis progression
keep the ball under control by hitting gently and directing it carefully”.
Dengan kata lain, pemain harus dapat mengontrol agar bola tidak jatuh di
luar lapangan (batas). Yang dimaksud dengan ball kontrol adalah: (1)
mengusahakan supaya bola tidak ke luar batas, (2) mengarahkan bola atau
menahan bola” (Yudoprasetio, 1981: 15). Dengan kemampuan mengontrol
bola, pemain akan dapat menempatkan bola secara cermat di suatu tempat
yang dikehendaki.
Selain kemampuan mengontrol bola, keberhasilan pembelajaran
juga didukung oleh program pembelajaran serta sistematika pembelajaran.

Sistematika berarti pemberian pembelajaran keterampilan permainan tenis
lapangan yang harus dimulai dari yang mudah atau yang sederhana menuju
ke yang sukar atau kompleks, sehingga bila model pelatihan tenis mini
dilakukan secara sistematis dengan program yang terencana maka akan
lebih efektif atau lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan model
pelatihan tenis lapangan biasa.
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan 2 (dua) variabel
bebas, yaitu: (1) model pelatihan tenis mini dan (2) model pelatihan tenis
lapangan biasa, dan 1 (satu) variabel terikat yaitu hasil belajar keterampilan
dasar bermain tenis lapangan. Rancangan penelitian adalah the randomized
control group pretest - post test design, seperti gambar 2 berikut.
Kelompok 1 -----X1 -----T2
P -------- R -------S --------T1

Kelompok 2 -----X2 -----T2
Kelompok 3 ----- O -----T2

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

836

Gambar 2 The Randomized Control Group PreTest - Post Test Design
(Moh. Nazir, 1988:289)
Keterangan:
P = Populasi
R = Random
S = Sampel
T1 = pre-test untuk kelompok 1,2 dan 3
X1 = perlakuan dengan model pelatihan tenis mini
X2 = perlakuan dengan model pelatihan tenis lapangan biasa
O = kelompok kontrol, belajar tenis lapangan secara konvensional
T2 = post-test untuk kelompok 1,2 dan 3
Populasi dalam penelitian ini adalah segenap karakteristik
mahasiswa putera Program Studi Penjaskesrek IKIP Negeri Singaraja tahun
akademik 2000/2001 yang belum mengambil mata kuliah tenis lapangan.
Dari hasil observasi diketahui mahasiswa yang belum mengambil mata
kuliah tenis lapangan sebanyak 51 orang, yang menunjukkan ukuran
populasi, sedangkan ukuran sampel minimal ditentukan berdasarkan tabel
Krejecie dan Morgan (Isaac, 1982: 193) sebanyak 44 orang dengan
kesalahan standar 5 %. Dalam penelitian ini, digunakan sampel sebanyak
45 orang, yang artinya 1 orang lebih banyak dari jumlah minimal yang
diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan, serta untuk
memudahkan membagi ke dalam 3 kelompok. Pengambilan ke-45 anggota
sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Selanjutnya, sampel
dibagi menjadi 3 kelompok dengan teknik pairing, sehingga diperoleh
kelompok dengan kemampuan yang setara.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

837

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
berupa tes keterampilan dasar bermain tenis yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1977: 1-16). Tes ini meliputi
keterampilan dasar forehand dan backhand drive, service serta rally selama
3 menit. Pelaksanaan tes mengacu pada prosedur pengumpulan data yang
terdiri dari prosedur pelaksanaan tes dan cara penilaian hasil tes untuk
menghindari kesalahan dalam pelaksanaannya.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
varians, dengan syarat populasi berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, sedangkan untuk memudahkan analisis, perhitungan
dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi
6,0.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Hasil perhitungan nilai rata-rata pretest keterampilan dasar bermain
tenis lapangan ketiga kelompok, termasuk kategori sangat kurang. K1 =
68,00, K2 = 68,27, K3 = 68,73. Pada tes akhir terlihat ada perbedaan nilai
rata-rata dari ketiga kelompok yaitu: K1 = 100,20, K2 = 87,20, dan K3 =
73,27. Bila dikonversikan ke pedoman penilaian keterampilan bermain
tenis lapangan, nilai tersebut masih termasuk kategori sangat kurang.
Hasil perhitungan menunjukkan besarnya respon pelatihan dilihat
dari besarnya rata-rata peningkatan (X) antara pretest dan post test
masing-masing kelompok. Kelompok 1 (K1), rata-rata peningkatan dari
pretest ke post test sebesar 31,53 poin dengan rata-rata peningkatan
perorang sebesar 2,10 poin. Kelompok 2 (K2), kenaikan respon pelatihan
dari pretest ke post test sebesar 18,93 poin dengan peningkatan rata-rata
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

838

perorang sebesar 1,26 poin. Sedangkan kelompok 3 (K3) respon pelatihan
dari pretest ke post test juga mengalami peningkatan sebesar 4,54 poin
dengan rata-rata peningkatan perorang 0,30 poin.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran sampel
yang mewakili populasi berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji
normalitasnya adalah hasil pretest, post test dan gain skor keterampilan
dasar bermain tenis lapangan untuk kelompok eksperimen 1, eksperimen 2
dan kelompok kontrol. Uji ini dilakukan terhadap hipotesis statistik:
Ho: F(x) = Ft (x)
melawan
Ha: F(x)  Ft (x)
Hasil analisis dengan taraf signifikansi (), menunjukkan bahwa untuk data
dari kelompok 1, 2, dan 3 baik hasil pretest, post tes maupun gain, nilai
batas penolakan p semuanya lebih besar dari , oleh karena  < p maka Ho
diterima. Ini berarti bahwa populasi asal sampel berdistribusi normal.
Untuk mengetahui apakah data keterampilan dasar bermain tenis
lapangan homogen atau tidak dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas
dimaksudkan untuk menguji statistik berikut.
Ho: 12 = 22
melawan Ha : 12  22
Hasil perhitungan menunjukkan besarnya batas penolakan p untuk
data pretest, post test, dan gain semuanya menunjukkan lebih besar dari 
= 0,05. Oleh karena  p = 0,000, maka Ho ditolak
atau rata-rata dari ketiga kelompok berbeda nyata. Jadi, terdapat perbedaan
rata-rata peningkatan skor keterampilan dasar bermain tenis antara K1
dengan K2, K1 dengan K3 dan K2 dengan K3 secara signifikan.
Untuk mengetahui berapa besar derajat beda rata-rata
antarkelompok, dilakukan uji HSD (Highly Significance Diference). Uji
HSD dianalisis dengan program Tukey dengan taraf signifikansi 5 %.
Tabel 2. Uji Signifikansi Beda Rata-rata Antarkelompok
Beda Rata-rata
Antara
K1 – K2
K1 - K3
K2 – K3

Beda Rata-rata

HSD0,05

Kesimpulan

31,53 – 18,93 = 12,6
31,53 – 4,53 = 27,0
18,93 – 4,53 = 14,4

12,12
12,12
12,12

Beda Signifikan
Beda Signifikan
Beda Signifikan

Keterangan:
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

841

K1= kelompok eksperimen 1
K2 =kelompok eksperimen 2
K3 = kelompok kontrol
Berdasarkan hasil uji signifikansi antarkelompok di atas, ternyata
besar beda antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2
adalah 12,6 > HSD0,05 = 12,12, yang berarti bahwa besar beda antara K1
dan K2 signifikan pada taraf signifikansi 5 %. Beda antara kelompok
eksperimen 1 dengan kelompok kontrol sebesar 27,0 > HSD0,05 = 12,12,
yang berarti bahwa besar beda antara K1 dan K3, berbeda secara signifikan
pada taraf signifikansi 5 %. Beda antara kelompok eksperimen 2 dengan
kelompok kontrol sebesar 14,4 > HSD0,05 = 12,12, yang berarti bahwa besar
beda antara K2 dengan K3 signifikan pada taraf signifikansi 5 %.
Hasil analisis varians dan uji derajat beda di atas, selanjutnya
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu:
“Terdapat perbedaan pengaruh antara model pelatihan tenis mini dan model
pelatihan tenis lapangan biasa terhadap peningkatan hasil belajar
keterampilan dasar bermain tenis lapangan. Pengaruh model pelatihan tenis
mini lebih besar dibandingkan dengan pengaruh model pelatihan dengan
tenis lapangan biasa”.
Ringkasan hasil perhitungan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
peningkatan (gain) nilai keterampilan dasar bermain tenis lapangan antara
ketiga kelompok berbeda secara signifikan dengan  = 0,05, sedangkan
besar beda hasil uji derajat beda rata-rata antara masing-masing kelompok
dengan uji HSD (tabel 3) antara K1 dan K2 adalah 12,6, antara K1 dengan
K3 = 27,0, sedangkan antara K2 dengan K3 adalah 14,4 yang lebih besar
dari nilai HSD0,05 = 12,12. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa besar
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

842

beda rata-rata antarketiga kelompok berbeda secara signifikan dengan  =
0,05. Ini berarti bahwa hipotesis penelitian di atas dapat diterima. Artinya
terdapat perbedaan pengaruh antara model pelatihan tenis mini dan tenis
lapangan biasa terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan dasar
bermain tenis lapangan.
Perbandingan pengaruh pelatihan antarkelompok secara lebih rinci
dapat dicermati dari data respon siswa terhadap pelatihan yang diberikan.
Respon pelatihan untuk kelompok eksperimen 1 (K1) sebesar 2,10, respon
pelatihan untuk kelompok eksperimen 2 (K2) sebesar 1,26, dan respon
pelatihan untuk kelompok kontrol (K3) sebesar 0,30. Ternyata, hasil tes
ketiga kelompok menunjukkan adanya peningkatan. Walaupun demikian,
terlihat bahwa respon kelompok 1 lebih besar daripada respon K2 serta
lebih besar daripada respon K3.
3.2 Pembahasan
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model pelatihan
dengan menggunakan tenis mini dapat meningkatkan keterampilan dasar
bermain tenis lapangan. Hal ini dapat dilihat dari respon pelatihan terhadap
model tenis mini yang menunjukkan adanya peningkatan (respon pelatihan
perorang secara rata-rata meningkat sebesar 2,10). Peningkatan perolehan
hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa model ini cukup efektif
digunakan dalam pelatihan tenis lapangan. Hal ini disebabkan oleh dengan
model tenis mini mahasiswa dilatih kemampuannya untuk mengontrol bola,
sebagaimana pernyataan Van der Meer’s (1982) bahwa: “Most important,
through out the mini tennis progression keep the ball under control by
hitting gently and directing it carefully”. Dengan kata lain, pemain harus
dapat mengontrol bola agar bola tidak jatuh di luar lapangan (batas),
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

843

dengan kemampuan mengontrol bola pemain akan dapat menempatkan bola
secara cermat disuatu tempat yang dikehendaki.
Melalui penelitian ini juga ditemukan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pelatihan tenis lapangan biasa dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa dalam bermain tenis lapangan. Respon pelatihan
perorang secara rata-rata dengan metode tenis lapangan biasa meningkat
sebesar 1,26. Peningkatan ini ditunjang oleh adanya program pembelajaran
yang baik untuk mengatasi hambatan-hambatan yang cenderung muncul
pada saat pelatihan. Sebagaimana dinyatakan oleh Soekarman (1989: 11),
untuk mengatasi hambatan dalam pelatihan, perlu disusun strategi dan
rencana pelatihan yang baik.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil
belajar kelompok kontrol mengalami peningkatan. Peningkatan respon
pelatihan perorang secara rata-rata adalah 0,30 poin. Peningkatan yang
dialami kelompok kontrol disebabkan oleh orang coba telah mengikuti
perkuliahan tenis lapangan secara konvensional (tradisional) yang memang
muncul pada semester itu. Tetapi, bila dibandingkan respon pelatihan yang
dicapai maka peningkatan respon pelatihan kelompok eksperimen 1 yang
paling besar, sedangkan kelompok kontrol peningkatannya paling kecil
(hanya 0,30 poin). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
pada kelompok eksperimen 1 lebih berpengaruh dari pada perlakuan yang
diberikan pada kelompok eksperimen 2.
Dengan demikian, perlakuan yang diberikan kepada kelompok
eksperimen 1 lebih besar pengaruhnya terhadap hasil post test daripada
perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen 2. Ini berarti,
pelatihan dengan model tenis mini lebih besar pengaruhnya terhadap
peningkatan hasil belajar keterampilan dasar bermain tenis lapangan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

844

daripada pelatihan dengan metode tenis lapangan biasa maupun dengan
pembelajaran tenis secara konvensional.
Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa perbedaan ratarata peningkatan skor keterampilan dasar bermain tenis antara ketiga
kelompok signifikan, dengan derajat perbedaan rata-rata antarketiga
kelompok lebih besar dari HSD0,05. Ini berarti, mahasiswa yang diberikan
pelatihan keterampilan memukul bola dengan model pelatihan tenis mini
memiliki penguasaan keterampilan dasar bermain tenis lapangan yang lebih
baik dari mahasiswa yang diberikan latihan dengan tenis lapangan biasa
dan dengan model konvensional. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
melakukan kontrol bola yang baik pada permainan tenis di lapangan tenis
mini akan mudah ditransfer ke lapangan tenis yang sebenarnya karena
latihan memukul bola di lapangan tenis mini pada dasarnya tidak berbeda
dengan di lapangan sebenarnya. Di samping itu, permainan tenis mini
mengandung unsur gembira sehingga mahasiswa merasa senang untuk
berlatih. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan dalam buku Panduan
Kejuaraan Tenis Mini KTKG I (1990: 4) bahwa,” dengan tenis mini, di
mana saja, kapan saja dan siapa saja dapat bermain tenis lapangan dengan
menggembirakan”. Secara psikologis, rasa senang akan memotivasi siswa
untuk belajar dengan lebih baik karena siswa merasakan hal itu sebagai
suatu kebutuhan yang harus dipenuhi., sehingga hasil pelatihan dengan
model tenis mini menjadi lebih baik dari pada pelatihan dengan
menggunakan model tenis lapangan biasa dan model konvensional. Dengan
demikian, model pelatihan dengan tenis mini berpengaruh terhadap
peningkatan penguasaan keterampilan memukul bola pada permainan tenis
lapangan. Oleh karena itu, model pelatihan dengan tenis mini perlu terus

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

845

dikembangkan untuk meningkatkan mutu permainan tenis lapangan yang
sudah memasyarakat.
Walaupun terlihat adanya peningkatan hasil belajar dalam bermain
tenis untuk pelatihan dengan kedua perlakuan dalam penelitian ini,
sebenarnya peningkatan yang dicapai belum sesuai dengan yang
diharapkan. Tingkat keterampilan bermain tenis lapangan sebelum dan
sesudah perlakuan masih termasuk kategori sangat kurang. Hal ini mungkin
lebih disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa belajar bermain tenis
lapangan dari seorang pemula yang betul-betul belum mengenal tenis
lapangan relatif lebih sulit dari belajar olahraga permainan yang lain.
Walaupun demikian, hasil pengamatan penulis selama penelitian
berlangsung menunjukkan, pola-pola gerakan keterampilan bermain tenis
lapangan yang mereka tampilkan seperti: footwork, drive yang terdiri dari:
back swing, forehand swing, infact dan follow trough, service, lob, dan
smash sudah cukup baik. Oleh karena itu, untuk mencapai kemajuan yang
lebih baik, pelatihan perlu diteruskan dan diperlukan kesungguhan serta
ketekunan dalam berlatih.
4. Penutup
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa model pelatihan tenis mini berpengaruh lebih efektif dari pada
model pelatihan tenis lapangan biasa dalam meningkatkan hasil belajar
keterampilan dasar bermain tenis lapangan.
Sehubungan dengan simpulan di atas, maka dapat direkomendasikan bahwa: (1) dalam melatih permainan tenis lapangan disarankan dapat
digunakan model pelatihan tenis mini disertai dengan pembuatan program
pelatihan yang direncanakan dengan baik; (2) terhadap pemain pemula
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006

ISSN 0215 - 8250

846

yang sama sekali belum pernah mengenal tenis lapangan, disarankan agar
selalu menumbuhkan sikap gembira serta tekun dan memiliki disiplin yang
tinggi dalam berlatih; (3) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut oleh
peneliti lain yang memfokuskan pada pengembangan model pelatihan tenis
lapangan serta menyelidiki variabel lain yang mungkin belum
teridentifikasi dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen P dan K. 1977. Bermain Tenis. Jakarta: Pusat Kesegaran
Jasmani dan Rekreasi.
Isaac, Stephen. and William B. Michael. 1982. Hand Book In research and
Evaluation. California: EDITS Publishers San Diego.
Kejuaraan Tenis Mini KTKG I. 1990. Jakarta: Komite Pengembangan PB.
PELTI
Kraft, Steven. 1987. Tennis Drill. Bonus Majalah Tenis 05. Jakarta
Nazir, Moh, PhD. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soekarman. R. 1989. Dasar-dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan
Atlet. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Van der Meer’s, Dennis. 1982. Complete Book of Tennis. New York: Golf
Digest/Tennis Inc. New York Time Company.
Yudoprasetio, B. 1981. Belajar Tenis.
Aksara.

Jilid 1. Jakarta: Bharata Karya

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4
TH. XXXIX Oktober 2006