PENGARUH PEMBELAHAN UMBI BIBIT DAN PEREN

PENGARUH PEMBELAHAN UMBI BIBIT DAN PERENDAMAN DALAM
FUNGISIDA TERHADAP PERTUMBUHAN FASE AWAL TANAMAN KENTANG
(Solanum tuberosum Linn)
EFFECT OF SEED CUTTING AND SEED SOAKING IN FUNGICIDES ON EARLY
GROWTH PHASE OF POTATO (Solanum tuberosum Linn)
Laelatil Hasanah, Bambang Budi Santoso, Herman Suheri
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
Jalan Majapahit 62 Mataram 83127, Telp. (0370) 640189
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah pembelahan umbi bibit dan

perendaman umbi bibit dalam larutan fungisida terhadap pertumbuhan fase awal tanaman
kentang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan April 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi dan Ruang Tumbuh, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2
faktor yaitu pembelahan umbi bibit dan perendaman fungisida. Pembelahan umbi bibit terdiri dari 2
perlakuan yaitu umbi belah dua (B2) dan umbi belah 4 (B4). Perendaman fungisida terdiri dari 4
perlakuan yaitu perendaman dengan fungisida berbahan aktif Mankozeb (Fs1), Metiram (Fs2),
Fungisida nabati lengkuas (Fn1) Fungisida nabati daun sirih (Fn2) dan perendaman tanpa
fungisida/kontrol (F0), masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga
terdapat 120 unit percobaan. Berdasarkan hasil analisis keragaman dan uji lanjut BNT, tidak

terdapat interaksi antara pembelahan umbi bibit dan perendaman fungisida terhadap pertumbuhan
fase awal tanaman. Umbi belah empat menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibanding umbi
belah dua dan lapisan suberin yang lebih tebal terdapat pada umbi bibit yang direndam dalam
fungisida nabati lengkuas dan daun sirih dibandingkan dengan umbi yang direndam dalam Mankozeb
dan Metiram.

Kata kunci : fungisida nabati, pertumbuhan, suberin
Abstract
The aim of this study was to determine the effect of seed cutting and seed soaking in fungicide solution
on early growth phase of potato. The study was conducted from February to April 2014 at growth
chamber and Laboratory of Microbiology, Faculty of Agriculture, Mataram University. The
experimental design used was a factorial completely randomized design (CRD) with two factors, i.e:
seed cutting and seed soaking in fungicide. Seed cutting consisted of 2 treatments; 2 wedges (B2) and
4 wedges (B4). Soaking in fungicide consisted of 4 treatments, i.e: soaking with Mancozeb fungicide
(Fs1), Metiram (Fs2), botanical fungicide from galangal rizhome (Fn1), botanical fungicide from
piper leaf (Fn2) and aquadest (F0). Each treatment combination had 4 replications to form 120
experimental units. The results clearly indicated that there was no interaction between seed cutting
and seed soaking in fungicides in affecting early growth phase of potato. Plants from 4 wedges
produced higher stem than plant from 2 wedges. Suberin layers found in wedges that were soaked in
botanical fungicide from rhizome and piper leaves were thicker than suberin layers in wedges that

were soaked in Metiram and Mancozeb.

Keywords: botanical fungicides, growth, suberin

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Umbi bibit yang dibutuhkan dalam
budidaya kentang varietas Granola sebanyak
1,5 ton per hektar. Sementara itu, harga bibit
yang mahal menjadi salah satu kendala dalam
budidaya tanaman kentang di Desa Sembalun
.Untuk mengatasi mahalnya harga umbi bibit,
salah satu cara yang dilakukan adalah
membelah umbi bibit yang memiliki diameter
antara 5-7 cm atau umbi bibit ukuran LL
(Zarka dkk., 2009). Pembelahan umbi bibit
dapat mengurangi biaya produksi tetapi dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi

patogen pada umbi bibit karena bagian umbi
bibit yang dibelah dapat menjadi entry point
atau titik masuknya patogen pada umbi
kentang terutama patogen tular tanah (soilborne pathogen). Salah satu patogen yang
menyerang tanaman kentang adalah jamur
dari genus Fusarium.
Untuk menanggulangi terjadinya
gejala serangan jamur Fusarium pada umbi
bibit kentang yang dibelah, maka diperlukan
adanya seed treatment pada umbi bibit yaitu
dengan aplikasi fungisida. Salah satu bahan
botani yang dapat digunakan sebagai
fungisida adalah lengkuas (Alpinia galanga)
dan sirih (Piper betle). Lengkuas memiliki
kandungan bahan aktif p-methoksisinamal,
benzil benzoat, dan xanthorhizal (Amrullah,
2008). Sedangkan daun sirih memiliki
kandungan bahan aktif fenol, kavikol, saponi,
flavonida dan polipenol yang dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk

mengendalikan hama penghisap. Artikel ini
memaparkan hasil penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pembelahan umbi
bibit kentang dan perendaman umbi bibit
dalam larutan fungisida kimia sintetik dan
fungisida nabati terhadap pertumbuhan
tanaman kentang.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan untuk
mengetahui
interaksi
antara
jumlah
pembelahan umbi bibit dan perendaman umbi
bibit kentang dalam larutan fungisida

terhadap pertumbuhan fase awal tanaman
kentang.

Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan perlakuan umbi bibit kentang
(seed treatment) sebelum tanam serta menjadi
tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari 2014 sampai dengan April 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi dan Ruang
Tumbuh, Fakultas Pertanian, Universitas
Mataram.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat Penelitian
Alat-alat
yang
digunakan
pada
penelitian ini adalah cawan petri, gelas kimia,

gelas ukur, pipet mikro, pisau scalpel, jarum
ent, jarum preparat, lampu Bunsen, jangka
sorong, haemocytometer, kapas steril, kain
saring, blender, mikroskop cahaya, laminar
air flow cabinet, polybag, kotak plastik, rak
kayu, dan ruang pertumbuhan.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah umbi bibit kentang
varietas Granola (Solanum tuberosum Linn.
var. granola) G3, biakan murni jamur
Fusarium oxysporum, media Potato Dextrose
Agar (PDA), tanah sawah, pupuk kompos,
rimpang lengkuas (Alpinia galanga), daun
sirih (Piper betle), fungisida Mankozeb,
fungisida Metiram, aquadest steril, dan
alkohol 75%.

2


Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode experimental
dengan percobaan di laboratorium.
Rancangan Percobaan
Penelitian
ini
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan
dua faktor yaitu pembelahan umbi bibit dan
fungisida. Terdapat 2 perlakuan pembelahan
umbi bibit yaitu umbi belah dua (B2) dan
umbi belah empat (B4) dan 4 perlakuan
fungisida yaitu perendaman dengan fungisida
berbahan aktif Mankozeb 80% (Fs1),
fungisida berbahan aktif Metiram 55%,
fungisida nabati daun sirih dengan konsentrasi
30% (Fn1), fungisida nabati lengkuas dengan
konsentrasi 35% (Fn2), dan tanpa perlakuan
fungisida atau kontrol (F0) sehingga diperoleh

10 kombinasi perlakuan termasuk kontrol.

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Umbi Bibit
a. Persiapan Biakan Fusarium oxysporum
b. Pembuatan Fungisida Nabati
c. Perlakuan Fungisida pada Umbi Kentang
d. Persiapan Media Tanam
e. Inokulasi Jamur
f. Penanaman
g. Pemeliharaan Tanaman

Analisis Hasil
Data hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan analisis keragaman pada taraf
nyata 5%. Apabila ada perlakuan yang
berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Hasil dan Pembahasan

Hasil
Rangkuman analisis ragam dari seluruh
variabel pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kentang asal umbi bibit disajikan pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pembelahan
umbi bibit berpengaruh terhadap jumlah mata
tunas per belahan (Tabel 2), tinggi tanaman (Tabel
5), jumlah tunas tumbuh (Tabel 4), bobot umbi 3
MST, bobot basah dan bobot kering tajuk (Tabel
9), bobot basah dan bobot kering akar, serta rasio
tajuk-aka (Tabel 8). Perendaman fungisida
berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman 2
MST (Tabel 6), diameter batang tanaman (Tabel
7), susut bobot umbi 3 MST, bobot basah tajuk,
dan bobot kering tajuk (Tabel 9). Namun,
interaksi antara faktor jumlah pembelahan umbi
bibit dan perendaman fungisida tidak berpengaruh
nyata pada variabel pertumbuhan yang diamati
tersebut.


Tabel 1. Hasil Analisis Keragaman Semua
Parameter Pengamatan
Parameter Pengamatan
Bobot Umbi bibit sebelum
tanam
Ketebalan lapisan suberin
Jumlah mata tunas per
belahan
Jumlah Tunas per belahan
Tinggi Tunas
Susut Bobot umbi 14 hari
setelah perendaman
fungisida
Jumlah tunas yang tumbuh
Tinggi tanaman
Jumlah daun
Diameter batang
Bobot basah tajuk
Bobot basah akar
Bobot kering tajuk

Bobot kering akar
Rasio bobot kering TajukAkar
Bobot Umbi 3 MST

Pembelahan

Interaksi

S

Fungi
sida
NS

NS
S

S
NS

NS
NS

S
NS
NS

NS
NS
NS

NS
NS
NS

S
S
NS
NS
S
S
S
S
S

NS
NS
S
S
S
NS
S
NS
NS

NS
NS
NS
NS
NS
NS
NS
NS
NS

S

S

NS

NS

Keterangan: S = berbeda nyata; NS = tidak berbeda
nyata

3

Tabel 2. Bobot Umbi Bibit sebelum Tanam,
Jumlah Tunas dan Jumlah Mata Tunas pada
Tingkat Belahan Umbi

Umbi bibit belah 2

Bobot
umbi
sebelum
tanam
(gram)
59,9 a

Umbi bibit belah 4

32,5 b

Perlakuan

Jumlah
mata
tunas

Jumlah
tunas

2,1 a

6,4 a

1,6 b

3,3 b

0,1

Tanpa Fungisida
Mankozeb
Metiram
Lengkuas
Daun sirih
BNT 5%

Lengkuas

47,1

1,9

4,5

43,5

1,8

4,8

Daun sirih
BNT 5%

43,5

1,7

4,4

-

-

-

Umbi bibit belah 4

0,70

-

-

-

-

8,4

10,4

11,4

0,40

Daun sirih
BNT 5%

Tinggi
tunas
10
hari
(mm)

0,2

Tanpa Fungisida

4,9

11,7

Lengkuas

Nilai BNT 5%

1,9

9,4

Metiram

2,5 b

48,2

10,6

8,1

2,4 b

Metiram

8,7

Mankozeb

1,6 b

5,5

7,7

Tanpa Fungisida

Umbi bibit belah 4

2,0

Umbi bibit belah 2
Nilai BNT 5%

Jumlah
tunas
tumbuh
3 MST
4,6 a

48,7

Ting
gi
tunas
14
hari
(mm)
10,3

Pembelahan

Jumlah
tunas
tumbuh
2 MST
4,3 a

Mankozeb

1,0

Tabel 3. Tinggi Tunas dan Susut Bobot Tunas
setelah 14 hari Perendaman Fungisida pada
Tingkat Belahan Umbi
Tinggi
tunas
5 hari
(mm)

Umbi bibit belah 2

Jumlah
tunas
tumbuh
1 MST
1,9 a

Pembelahan

2,8

Nilai BNT 5%

Tabel 4. Jumlah Tunas Tumbuh pada Tingkat
Belahan Umbi

Susut
bobot
perenda
man
fungisida
(gram)
0,86

9,8

10,8

1,08

7,8

9,5

10,4

1,28

8,4

10,4

11,4

0,40

8,3

9,8

10,8

0,73

-

-

-

-

0,5

0,5

1,9

3,7

3,8

1,8

3,8

4,0

1,7

3,1

3,4

1,7

3,1

3,2

1,6

3,3

3,4

-

-

-

Tabel 5. Tinggi Tanaman pada Tingkat
Belahan Umbi
Tinggi
Tanaman
2 MST
(cm)
10,3 b

Tinggi
Tanaman
3 MST
(cm)
18,2

LPR
(cm/
hari)

Umbi bibit belah 2

Tinggi
Tanaman
1 MST
(cm)
0,9

Umbi bibit belah 4

0,7

13,4 a

21,8

1,03

Pembelahan

Nilai BNT 5%
Tanpa Fungisida
Mankozeb
Metiram
Lengkuas
Daun sirih
BNT 5%

-

0,84

-

-

0,7

3,1
13,5

19,0

-

0,9

13,6

23,8

-

1,0

11,7

21,8

-

0,9

11,1

17,7

-

0,8

9,4

17,7

-

-

-

-

-

4

Tabel 6. Jumlah Daun Tanaman, laju
pertumbuhan relatif berdasarkan jumlah daun
dan Ketebalan Lapisan Suberin pada masingmasing Perendaman Fungisida

Umbi bibit belah 2

3,4

4,8

2,3

Keteb
alan
lapisa
n
suberi
n
(mm)
0,37

Umbi bibit belah 4

2,5

4,5

2,4

0,37

-

-

-

Pembelahan

Jumlah
daun
2 MST
(helai)

Nilai BNT 5%
Tanpa Fungisida
Mankozeb
Metiram
Lengkuas
Daun sirih
BNT 5%

Jumlah
daun
3 MST
(helai)

LPR
(helai/
mingg
u)

Tabel 8. Bobot Basah Akar, Bobot Kering
Akar, dan Rasio Bobot Kering Tajuk-Akar
pada Tingkat Belahan Umbi

Pembelahan

Umbi bibit belah
2
Umbi bibit belah
4

Mankozeb
Metiram
Lengkuas
Daun sirih
BNT 5%

2,0 b
2,6 a

0,9

0,08

4,0

0,5

2,3

4,6

0,5

2,7

4,3

0,5

2,5

3,0

0,4

2,5

3,2

0,4

2,0

-

-

-

Tanpa Fungisida

-

3,1 b

4,7 a

-

0,31 b

Metiram

4,6

a

5,9 a

-

0,34 b

Lengkuas

2,2 bc

3,9 a

-

0,49 a

1,6

4,4 a

-

0,45 a

Daun sirih
BNT 5%

Mankozeb

-

0,4

Tabel 9. Bobot Basah Tajuk, Bobot
Kering Tajuk dan Bobot Umbi 3 MST
pada Tingkat Belahan Umbi dan
Perendaman Fungisida

0,1

Diamet
er
Batang
1 MST
(mm)
3,0

Diamet
er
Batang
2 MST
(mm)
4,1

Diameter
Batang
3 MST
(mm)

LPR
(mm/
mingg
u)

4,5

0,9

2,8

4,0

4,5

0.8

Nilai BNT 5%

-

-

-

-

2,8 b

4,0 ab

4,4 ab

-

BNT 5%
Tanpa Fungisida

0,6 a
0,3 b

Nilai BNT 5%

Tabel 7. Diameter Batang Tanaman pada
masing-masing Perendaman Fungisida

Pembelahan

5,1 a
2,5 b

4,3 a

2,2

Rasio
bobot
kering
tajukakar

Umbi bibit belah 4

3,2 ab

1,4

Bobot
Kering
Akar
(gram)

Umbi bibit belah 2

0,26 b

c

Bobot
Basah
Akar
(gram)

Umbi bibit belah 2

Bobot
Basah
Tajuk
(gram)
14,2 a

Bobot
Kering
Tajuk
(gram)
1,2 a

Bobot
Umbi 3
MST
(gram)
58,2 a

Umbi bibit belah 4

9,6 b

0,9 b

29,3 b

Tanpa Fungisida

2,3
11,8 ab

0,2
1,0 bc

3,1
47,4 a

Mankozeb

15,0 a

1,3 a

46,0 a

1,2 ab

45,3 a

Pembelahan

2,8 b

4,5 a

5,0 a

-

Metiram

12,8 ab

3,8 a

4,5 a

5,0 a

-

Lengkuas

10,1 b

0,7 c

39,7 b

2,6 b

3,4 b

3,9 b

-

Daun sirih

9,6 b

0,9 bc

40,4 b

2,4 b

3,7 b

4,2 b

-

BNT 5%

0,8

0,9

0,7

-

3,6

0,3

4,9

5

Pembahasan
A. Pengaruh Pembelahan Umbi bibit
Perbedaan
tingkat
belahan
mengakibatkan perbedaan bobot pada
masing-masing umbi bibit, demikian juga
dengan jumlah mata tunas dan jumlah
tunas. Mata tunas dan tunas pada umbi
belah dua lebih banyak dibanding umbi
belah empat. Sejalan dengan pernyataan
Bukit (2008), semakin besar bobot umbi,
maka jumlah tunas akan semakin banyak.
Pembelahan umbi menyebabkan
umbi mengalami luka. Dalam proses
penyembuhan luka tersebut, terjadi
suberisasi sehingga terbentuk lapisan
suberin. Ketebalan lapisan suberin pada
masing-masing tingkat belahan umbi tidak
berbeda nyata karena tingkat belahan
umbi hanya mengakibatkan perbedaan
luas permukaan umbi yang mengalami
suberisasi. Setelah pecah mata tunas,
maka tunas akan terus tumbuh dan
berkembang,
ditandai
dengan
bertambahnya tinggi tunas. Tinggi tunas
pada umbi yang dibelah tidak dipengaruhi
oleh tingkat pembelahan umbi. Tetapi
terdapat pertambahan tinggi tunas (laju
pertumbuhan relatif), yaitu pada umbi
belah dua berkisar antara 0,23-0,33 mm
per hari sedangkan laju pertumbuhan
relatif berdasarkan tinggi tunas pada umbi
belah empat berkisar antara 0,30-0,35 mm
per hari.
Selama
masa
pembentukan
lapisan suberin (2 minggu), terjadi susut
bobot pada masing-masing umbi yang
dibelah. Namun, susut bobot baik pada
umbi belah dua maupun umbi belah empat
tidak berbeda nyata.
Setelah
2
minggu
masa
pembentukan lapisan
suberin
dan
kemudian penanaman umbi bibit, hal
pertama yang dapat dilihat adalah jumlah
tunas yang berhasil tumbuh dan
berkembang. Jumlah tunas yang tumbuh
pada tanaman dari umbi bibit belah dua
lebih banyak dibandingkan dengan yang
berasal dari umbi bibit belah empat.

Peningkatan jumlah tunas tumbuh yang
signifikan pada tanaman asal umbi belah
dua terjadi pada 2 MST yaitu pada 1,9
tunas kemudian 4,3 tunas. Jumlah tunas
yang tumbuh berkaitan dengan tinggi
tanaman dan bobot basah dan bobot
kering tajuk dan akar pada masing-masing
belahan.
Pertumbuhan dan perkembangan
tunas pada masing-masing tingkat belahan
menyebabkan adanya perbedaan tinggi
tanaman diantara umbi belah dua dan
umbi belah empat. Pada minggu kedua,
tinggi tanaman pada umbi bibit belah
empat lebih tinggi dibandingkan yang
berasal dari umbi bibit belah dua. Jumlah
batang (sink) yang lebih banyak
menyebabkan cadangan makanan yang
tersimpan dalam umbi harus dialokasikan
ke sink tersebut. Tinggi tanaman pada
minggu ketiga tidak berbeda nyata antara
perlakuan.
Pada penelitian ini terjadi etiolasi
karena kurangnya intensitas penyinaran.
Pengamatan
Photosinteticaly
Active
Radiation (PAR) pada saat tanaman
berumur 2 minggu menunjukkan bahwa
nilai PAR di lingkungan penanaman
sebesar 20 μmol.m-2s-1 sedangkan tanaman
kentang membutuhkan 400-600 μmol.m2 -1
s untuk tumbuh secara optimal (Van der
Zaag, 1992). Menurut Taiz dan Zeiger
(1990), titik kompensasi cahaya pada sun
plant seperti tanaman kentang berkisar
antara
10-20
μmol.m-2s-1.
Titik
kompensasi cahaya merupakan titik
dimana laju fotosintesis sama dengan laju
respirasi. Hal ini berarti bahwa energi
yang digunakan tanaman untuk tumbuh
bukan berasal dari fotosintesis melainkan
dari cadangan makanan yang tersimpan
dalam umbi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Suryanto dkk. (2005) yang
menyatakan bahwa tanaman kentang yang
mendapatkan intensitas cahaya rendah
akan cenderung mengalami etiolasi.
Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tidak hanya ditandai dengan
bertambahnya tinggi tanaman tetapi juga
pertambahan diameter batang dan jumlah

6

daun tanaman. Diameter batang dan
jumlah daun pada tanaman yang berasal
dari umbi bibit belah dua tidak berbeda
nyata dengan diameter batang dan jumlah
daun asal umbi belah empat. Laju
pertumbuhan relatif berdasarkan tinggi
tanaman berkisar antara 0,6-1,2 cm per
hari, laju pertumbuhan relatif berdasarkan
jumlah daun berkisar antara 1,9-3,2 helai
per minggu dan laju pertumbuhan relatif
berdasarkan diameter batang sebesar 0,61,3 mm per minggu.
Jumlah tunas yang tumbuh pada
tanaman asal umbi belah dua lebih banyak
menyebabkan bobot basah serta bobot
kering tajuk dan akar pada tanaman asal
umbi belah dua lebih besar daripada bobot
basah serta bobot kering tajuk dan akar
asal umbi belah empat. Bobot kering tajuk
dan akar pada tanaman asal umbi belah
dua dan belah empat mengalami
penurunan yang signifikan dari bobot
basahnya.
Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa rasio tajuk-akar tanaman lebih
tinggi pada tanaman asal umbi belah
empat (2,6) dibanding umbi belah dua
(2,0). Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan pada tanaman asal umbi
belah empat cenderung ke arah tajuk.
Pada
akhir
minggu
ketiga
pengamatan, dilakukan pengukuran bobot
umbi bibit setelah penanaman (3 MST).
Bobot umbi 3 MST lebih kecil
dibandingkan bobot umbi sebelum tanam
baik pada umbi belah dua maupun umbi
belah empat. Ini disebabkan oleh
cadangan fotosintat yang disimpan dalam
umbi digunakan untuk pembentukan tajuk
dan akar pada fase awal pertumbuhan
tanaman serta mengalami decay atau
pembusukan.
B. Pengaruh Fungisida
Bobot umbi sebelum tanam dan
susut bobot umbi pada umbi belah dua
tidak berbeda nyata dengan bobot umbi
sebelum tanam dan susut bobot umbi pada
umbi belah empat. Umbi bibit baik yang

dibelah dua maupun empat serta mendapat
perlakuan perendaman fungisida dan
tanpa fungisida dapat membentuk lapisan
suberin. Pembentukan lapisan suberin
diamati 14 hari setelah perendaman umbi
bibit dalam fungisida. Lapisan suberin
pada umbi yang direndam dengan
fungisida nabati lengkuas dan daun sirih
lebih tebal dibandingkan lapisan suberin
pada umbi yang direndam dalam fungisida
Mankozeb, Metiram dan kontrol (Gambar
5).
Menurut Schaller (2008), ABA
memicu proses biokimia yang berakibat
terhadap
pembentukan
faktor-faktor
pemicu suberisasi, yang bertanggung
jawab terhadap enzim yang terlibat dalam
biosintesis suberin. ABA diketahui dapat
meningkatkan aktifitas komponen polimer
aromatic dan alifatik pada suberin dan
enzim-enzim yang berperan dalam
pembentukan suberin.
Mattinen dkk. (2009) menyatakan
bahwa suberin mengandung komponen
fenolik (0,4 mmol/g) dan polifenol.
Suberin terdiri dari susunan susunan
fenolik yang mirip dengan lignin.
Kompleks tersebut tersedia di dinding sel
melalui rangka fenolik dan terbenam
dalam susunan lilin. Menurut Kahl dan
Schell (1982), Biosintesis suberin meliputi
-hydroxylation dan juga hydroxylation
dari
monomer
aromatik,
yang
menginisiaasi
aktifitas
retikulum
endoplasma. Ribosom pada reticulum
endoplasma bertanggung jawab terhadap
sintesa enzim mikrosomal, yang akan
mengkatalis sintesa suberin. Enzim-enzim
yang berperan dalam sintesa suberin
antara lain -hydroxyacid dehidrogenase
yang muncul 3 hari setelah luka dan
oxo acid dehydrogenase.
Diameter batang, jumlah daun, dan
bobot umbi 3 MST pada tanaman yang
direndam dalam fungisida berbahan aktif
Mankozeb, Metiram dan kontrol lebih
besar dibanding diameter batang, jumlah
daun, dan bobot umbi 3 MST pada
tanaman yang direndam dalam fungisida
nabati lengkuas dan daun sirih. Diameter
batang yang lebih lebar serta jumlah daun

7

yang lebih banyak pada tanaman asal
umbi yang direndam dalam fungisida
berbahan aktif Mankozeb dan Metiram
menyebabkan peningkatan pada bobot
basah dan bobot kering tajuk. Ini sesuai
dengan hasil penelitian White (1986) yang
menyatakan bahwa umbi bibit yang
mendapatkan seed tratment fungisida
berbahan aktif Mankozeb memiliki bobot
basah dan bobot kering tajuk yang lebih
besar dibandingkan dengan umbi bibit
yang mendapat seed treatment fungisida
berbahan aktif Benomyl. Lopes dkk.
(2013) menyatakan bahwa aplikasi
fungisida
berbahan
aktif
Methiram+Pyraclostrobin pada tanaman
kentang dapat meningkatkan metabolisme
tanaman yang berakibat meningkatnya
pertumbuhan vegetatif dan produktivitas
tanaman.
Pada minggu kedua setelah tanam
(2 MST) jumlah daun terbanyak
didapatkan pada perendaman umbi bibit
pada fungisida berbahan aktif Mankozeb,
Metiram, dan kontrol. Jumlah daun
kentang pada perlakuan perendaman
dengan fungisida nabati lengkuas dan
daun sirih terdapat jumlah daun yang lebih
sedikit yaitu 2,2 dan 1,9 helai daun.
Susut bobot umbi pada saat 14 hari
setelah perendaman yang rendah terdapat
pada umbi yang memiliki lapisan suberin
paling tebal. Ini dapat terjadi karena
lapisan suberin pada umbi yang direndam
dalam fungisida lengkuas dan daun sirih
dapat mengurangi transpirasi sehingga
laju penurunan bobot umbi dapat
dikurangi. Umbi bibit belah 2 dan belah 4
yang mendapatkan perlakuan perendaman
dengan
fungisida
berbahan
aktif
Mankozeb, Metiram serta tanpa fungisida
memiliki lapisan suberin yang lebih tipis
dibandingkan umbi bibit yang mendapat
perlakuan perendaman fungisida nabati
lengkuas dan daun sirih.

a. Tidak terdapat interaksi antara tingkat
belahan
umbi
bibit
dengan
perendaman umbi dalam fungisida
terhadap pertumbuhan fase awal
tanaman kentang.
b. Pembelahan umbi bibit berpengaruh
nyata terhadap bobot umbi sebelum
tanam, jumlah mata tunas, jumlah
tunas, tinggi tanaman, jumlah tegakan,
bobot basah dan bobot kering tajuk,
bobot basah dan bobot kering akar,
rasio bobot kering tajuk-akar dan
bobot umbi 3 MST.
c. Perendaman umbi bibit dalam
fungisida berpengaruh nyata terhadap
ketebalan lapisan suberin, diameter
batang, jumlah daun, bobot basah dan
bobot kering tajuk serta bobot umbi 3
MST.
d. Lapisan suberin pada belahan umbi
kentang yang direndam dalam
fungisida nabati lengkuas dan daun
sirih lebih tebal dibandingkan dengan
lapisan suberin pada umbi yang
direndam dalam fungisida berbahan
aktif Mankozeb, Metiram, dan kontrol.
e. Terbatas
pada
periode
fase
pertumbuhan awal, tanaman asal umbi
belah
empat
menunjukkan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik
dibandingkan dengan tanaman asal
umbi belah dua.

Saran
Untuk melindungi umbi bibit yang
dibelah dari susut bobot yang tinggi dan
serangan patogen pada saat penyimpanan
maka perlu dilakukan perendaman umbi bibit
dengan fungisida berbahan aktif Metiram dan
Mankozeb. Untuk mengetahui kemampuan
tanaman membentuk umbi bibit dan efisiensi
penggunaan umbi bibit maka perlu
dilaksanakan pengujian di lapangan mengenai
umbi belah empat.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
dan pembahasan yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

8

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. 2008. Uji Potensi Ekstrak Daun
Sirih (Piper betle L.) sebagai
Antimikroba
terhadap
Bakteri
Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan
Jamur Fusarium oxysporum. Fakultas
Sains Universitas Negeri Malang.
Malang.
Bukit, A. 2008. Pengaruh Berat Umbi Bibit
dan Dosis Pupuk KCl terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kentang
(Solanum tuberosum L.). Universitas
Sumatera
Utara.
http://repository.usu.ac.id. [13 Februari
2014]
Kahl, G., J. Schell. 1982. Molecular Biology
of Plant Tumors. Academic Press. http:
http://books.google.co.id. [9 September
2014]
Lopes, E.C., S.O. Jadoski., L.R. Saito., M.S.
de Ramos. 2013. Plant Morphological
Characteristic and Yield of Potato cv.
Ágata in Function to Fungicides
Application. Brazilian Journal of
Applied Technology for Agricultural
Science.3(1):37-46.
http://revistas.unicentro.br. [27 Agustus
2014]
Mattinen, M.L., I. Filpponen., R. Järvinen., B.
Li., H. Kallio., P. Lehtinen., D.
Argyropoulos. 2009. Structure of the
Polyphenolic Component of Suberin

Isolated from Potato (Solanum
tuberosum var. Nikola). Journal of
Agriculture and Food Chemistry.
57:9747-9753. http://www4.ncsu.edu.
[25 Agustus 2014]
Salisburry,F.B., C.W Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
Schaller,A. 2008. Induced Plant Resistance to
Herbivory. http://books.google.co.id. [9
September 2014]
Suryanto, A., B. Guritno., Y. Sugito., Y.
Koesmaryono.
Efisiensi Konversi
Energi Surya Pada Tanaman Kentang
(Solanum tuberosum L.). J. Agromet. 19
(1): 39 – 48.
Taiz, L., E. Zeiger. 1991. Plant Physiology.
The Benjamin/Cummings Publishing
Company. California.
Van der Zaag, D.E. 1992. Potatoes and Their
Cultivation in the Netherlands.
Netherlands
Potato
Consultative
Institute. The Hague.
White, M.D. 1986. Potato Seed Piece
Carbamate Protectant Effects on
Sprouting,
Growth
and
Yield.
University of Arizona.
http://arizona.openrepository.com. [27
Agustus 2014]
Zarka, K.A., D.C. Kells., D.S. Douches., C.R.
Buell. 2009. A Guide to Growing
Potato in Your Home Garden.
Michigan State University. USA.

9