II. TUJUAN PEMBELAJARAN - MODUL 8 MA

MODUL 8
KASUS / FENOMENA / ISU DALAM AGRIBISNIS

I. DESKRIPSI MODUL
Modul 8 dipersiapkan sebagai bahan perkuliahan Manajemen Agribisnis
pada pertemuan (tatap muka) yang ke-14. Dalam modul 8, disajikan tentang
kasus/fenomena/isu dalam agribisnis, materi yang akan dipelajari adalah tentang :
1. Pengertian kasus, studi kasus, fenomena dan isu
2. Contoh kasus/fenomena/isu dalam agribisnis
3. Respon/tanggapan terhadap kasus/fenomena/isu agribisnis konteknya dengan
modul 1 sampai dengan modul 7.
Materi ini diberikan setelah mahasiswa menempuh dan mempelajari modul
1 sampai dengan modul 7, dengan harapan mahasiswa telah memiliki bekal untuk
belajar dan berdiskusi tentang kasus/fenomena/isu dalam agribisnis.
Beberapa contoh kasus/fenomena/isu yang diberikan kepada modul 8 ini
tentunya berhubungan erat dengan modul 1 sampai dengan modul 7. Secara global
meliputi :
1. SDA (Sumber daya alam)
2. SDM (Sumber daya manusia)
3. Finansial
4. Kelembagaan

5. Kemitraan
Dari contoh kasus/ fenomena/ isu yang diberikan, mahasiswa diharapkan dapat
memberikan tanggapan/respon terhadap kasus/fenomena/isu tersebut berdasarkan
kajian Manajemen Agribisnis yang telah dipelajari pada modul 1 sampai dengan
modul 7.

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kasus, studi kasus,
fenomena dan isu.
2. Diharapkan pada diri mahasiswa tertanam dan tumbuh minat, kesadaran dan
perhatiannya terhadap kasus/fenomena/isu dalam agribisnis.
3. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan respon/tanggapan terhadap
kasus/fenomena/isu agribisnis.

III. URAIAN SINGKAT MATERI PEMBELAJARAN
3. 1. Pengertian kasus, studi kasus, fenomena dan isu

Kasus berasal dari bahasa latin yaitu care, casus yang berarti peristiwa,
perkara, proses, acara. Dalam kamus

bahasa Indonesia kasus adalah

keadaan/kondisi sebenarnya dari suatu urusan/peristiwa/kejadian/perkara yang
berhubungan dengan seseorang atau sesuatu hal.
Studi kasus adalah suatu penelitian, telaahan, kajian yang cermat, mendalam
tentang suatu kasus.
Fenomena adalah suatu hal yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan
dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
Isu adalah masalah yang dikedepankan (dan untuk ditanggapi),
Tujuan dari studi kasus adalah :
1. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai ciri khas dari suatu unit yang diteliti.
2. Untuk memahami relasi antara unit tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
3. Untuk memahami sejarah dari unit yang diteliti.

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si


Langkah-langkah dalam studi kasus :
1. Tentukan kasus yang akan diteliti
2. Tentukan tujuan penelitian studi kasus
3. Tentukan satuan studi kasus yang akan digunakan, apakah berupa individu atau
pribadi, keluarga, instansi/badan/institut atau sekelompok masyarakat.
4. Tentukan banyaknya kasus yang akan diteliti.
3.2. Beberapa contoh kasus/fenomena/isu dalam Agribisnis
Contoh

kasus/fenomena/isu

yang

akan

di

berikan


dalam

materi

pembelajaran ini adalah yang terkait dengan komoditas tanaman pangan, yaitu
komoditas padi, palawija, dan hortikultura dan selain itu tentang kelembagaan dan
kemitraan.
1. Komoditas padi/beras
Indonesia masih mengimpor beras? Data impor beras? Pada tahun 2009
ditargetkan produktivitas padi di Indonesia meningkat menjadi 50,4 kw/ha
dengan luas lahan meningkat menjadi 12,45 juta ha. Diharapkan produksi padi
pada tahun 2009 mencapai 63 juta ton GKG (gabah kering giling). Bila target
ini tercapai, Indonesia surplus 3 juta ton GKG. Berarti Indonesia :
1. Tidak impor beras
2. Mampu ekspor beras
3. Harga beras turun
4. Mengurangi impor gandum
5. Makanan berbahan gandum dirubah menjadi berbahan beras (mie gandum
menjadi mie beras).


Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

Bagaimana mencapai target itu ?
1. Pemerintah telah mengembangkan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
dan Sumber Daya Terpadu (SLPTT). Bagaimana program dan kegiatannya?
2. Penggunaan pupuk berimbang dan organik. Bagaimana aplikasinya?
(Ir.

Sutarto

Alimoeso,

MM

Dirjen

Tanaman


Pangan

dalam

http://www.sinartani.com
Berapa produksi padi pada tahun 2011/2012? Target tercapai?
2. Komoditas Hortikultura
Jenis tanaman yang termasuk hortikultura adalah sayuran buah-buahan
tanaman hias dan tanaman obat-obatan (rempah/empon-empon) disini akan
diberikan contoh kasus/fenomena/isu agribisnis buah-buahan.
Agribisnis anggur yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai
solusi untuk usaha pada lahan sempit dengan tujuan mencapai profit yang
besar. Salah satu anggota pengurus KTNA di Kecamatan Wonomerto
(Marhapi, 33 tahun), mengusahakan anggur pada luas lahan 1000 m 2 dengan
dua kali panen per tahun. Profit yang diperolehnya mencapai Rp. 15 juta – Rp.
20

juta

per


tahun.

(http://arbaatimaripatun.wordpress.com/2010/05/21/

agribisnisanggur). Bagaimana Marhapi menjalankan bisnis anggurnya?
Sehingga profitnya besar!
Di Kabupaten Majalengka yang merupakan salah satu dari sentra
produksi mangga di Propinsi Jawa Barat menghasilkan jenis mangga gedong.
Terhadap mangga gedong ini dilakukanlah diversifikasi bentuk buah menjadi
jenis baru yaitu mangga gedong gincu dengan keistimewaan sebagai berikut :
1. Harga jual tinggi dari pada mangga gedong biasa. Dan ini meningkatkan
pendapatan petani.
2. Mempunyai/membuka pasar ekspor, karena sesuai dengan permintaan
negara impor. Jumlah ekspor ke pasar internasional sebesar 1% dan untuk
pasar domestik sebesar 99%. Ekspor ke negara Hongkong, Singapura dan
Arab Saudi.

Manajemen Agribisnis, Modul 8


Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

(Ade

Supriatna,

Puslitbang

Sosek

Pertanian

Bogor

dalam

http://blogs.unpad.ac.id/sosek/...............
Bagaimana bisnis gedong gincu menembus pasar internasional? Apakah
ekspornya bisa meningkat?
Di New Zealand dalam 10 tahun terakhir ini produksi hortikutltural yang

sangat menonjol adalah buah kiwi dan anggur. Selain buah-buahan juga
diproduksi sayuran dan bunga. Komuditas ini produksinya terus meningkat dan
nilai ekspornya juga meningkat. Pada tahun 1999 produksi anggur 77.300 ton
dan pada tahun 2009 produksi meningkat menjadi 282.447 ton. Komoditas
hortikultural ini diekspor ke beberapa negara. Hasil yang sangat memuaskan
ini, dikarenakan adanya keahlian dan kerja keras (dedikasi) dari semua pihak
dan adanya perubahan perbaikan dalam sistem dan teknologi, yang meliputi :
1. Penggunaan varietas baru
2. Sistem produksi berkelanjutan
3. Cara panen, pengolahan, pengepakan, penyimpanan, transportasi dan
pemasaran eksport.
(Peter Landon, 2009. Plant & Food Research. Fresh fact. New Zealand
Horticulure).
Bagaimana Indonesia dengan ekspor hortikulturalnya? Data eksport?
Indonesia mengekspor komoditas Hortikultura ke Singapura baru sekitar
5% (5% dari jumlah produk hortikultura yang ada di Singapura) padahal
permintaan produk hortikultura di Singapura mencapai 16%. Jumlah ini masih
belum dapat dipenuhi oleh Indonesia. Karena sebagian besar produknya masih
untuk keperluan konsumsi dalam negeri. Selain itu komoditas hortikultura
masih belum dikenal oleh banyak masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi

tantangan dan peluang bagi pengusaha hortikultura. Salah satu dukungan
pemerintah untuk menggairahkan bisnis hortikultura adalah diadakannya Event
Pekan Flori & Flora Nasional (PF2N) tahun 2011 di Bali, sebagai ajang /
tempat bertemunya pebisnis hortikultura nasional dan diharapkan dapat
menumbuhkan ekonomi kreatif.

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

(Dirjen

Hortikultura

Hasanuddin

Ibrahim,

18-10-2011,


dalam

htpp://new.okezone.come/read/2001).
Selain itu, adalah kesepakatan bahwa Indonesia mengekspor produk
hortikultura dengan jumlah yang tidak terbatas ke Singapura. Ini merupakan
peluang dan peningkatan eksport bagi hortikultura Indonesia dan ini bisa
mencapai 30%.
(Dirjen Pemasaran & Pengelolahan Hasil Pertanian (P2HP) Kementrian
Pertanian Zaenal Bachrudin dalam http://www.indonesiabprestasi.web.id).
3. Komoditas Palawija
Salah satu komoditas palawija adalah ubi kayu. Ubi kayu banyak
manfaatnya bagi manusia. Salah satu manfaat / kegunaan ubi kayu adalah
sebagai bahan baku industri. Ubi kayu dapat diolah menjadi bioetanol yang
dimanfaatkan sebagai campuran premium untuk transportasi sebagai bahan
bakar minyak nabati / biofuel). Peluang pengembangan ubi kayu untuk
bioetanol cukup tinggi karena minat investor tinggi, permintaan produk tinggi,
mempunyai potensi untuk di ekspor.
Sehubungan dengan hal tersebut dilihat dari produksi ubi kayu nasional
pada tahun 2005 sekitar 19,5 juta ton, sedangkan permintaan untuk pangan,
pakan dan industri (termasuk bioetanol) sekitar 24,8 juta ton. Untuk memenuhi
permintaan tersebut perlu pengembangan ubi kayu untuk peningkatan produksi
sebesar 5,3 juta ton.
Dalam pengembangan usaha tani ubi kayu, hambatan yang dihadapi
(Suyanto & J. Wahyono dalam http://balitkabi.bimasakti. Malang.te.net.id)
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lahan sempit,
Modal & tenaga kerja produktif yang terbatas
Biaya transportasi hasil mahal
Rantai pemasaran hasil panjang
Harga ubi kayu berfluktuasi
Umur tanaman ubi kayu panjang
Ubi kayu cepat rusak.

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

Bagaimana

solusinya

apakah

dengan

intensifikasi,

eksentifikasi

dan

mengoptimalkan / memaksimalkan kegiatan usaha tani ? bagaimana kondisinya
pada tahun 2011 / 2012?
4. Kelembagaan
Departemen perindustrian (2003) mendata perkembangan usaha /
kelembagaan, ada 40 produk dari minuman, ikan dalam kaleng, kecap sampai
dengan makanan ringan, jumlah perusahaan terus meningkat, pada tahun 2000
tercatat 2.673 perusahaan dan pada tahun 2004 jumlahnya 2.924 perusahaan.
Meningkatnya jumlah perusahaan berdampak pada peningkatan :
1. Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam perusahaan dan yang
tidak langsung seperti pedagang pengumpul, pengecer, pemasok.
2. Produksi
3. Lainnya ?
(http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/)
Pabrik kecap di kota Madya Medan menurut Departemen perindustrian
ada 4 buah pabrik dengan total limbah sebesar 250 ton/pertahun. Limbah
tersebut perlu diperhatikan. Selain untuk pakan ternak apakah mungkin dapat
dimanfaatkan untuk keperluan lain karena nilai gizinya sangat tinggi.
(http://repository.usu.ae.id/bitstream/).
Sub terminal agribisnis (STA) di maksudkan sebagai infrastruktur
pemasaran, salah satu manfaatnya untuk memperlancar dan meningkatkan
efisiensi pemasaran komoditas agribisnis, yang meliputi :
1. Sebagai pusat transaksi hasil agribisnis
2. Sebagai pusat informasi pertanian
3. Memperbaiki struktur pasar
4. Cara dan jaringan pemasaran
5. Untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku bisnis.
Masalah yang ada adalah tidak aktifnya STA, contoh STA di Kecamatan
Cicurug Sukabumi, karena petani-petani jagung (komoditas utama dari STA
tersebut) sudah terikat dengan pedagang / pemilik modal. Sehingga pemasaran

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

jagung tidak lagi melalui STA, tetapi langsung ke pedagang / pemilik modal
tersebut. Selain itu letak STA yang menimbulkan tambahan biaya, sehingga
petani lebih senang ke pasar induk ramayana Bogor dan Kramatjati, dan
karena harga yang diterima petani lebih kompetitif.
(Iwan Septiajie A Puslitbangsosektan Bogor, 4 Februari 2004 Sinartani dalam
http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/...)
Bagaimana dengan keadaan STA yang berada dekat / diwilayah sekitar kita?
5. Kemitraan
Dalam perkembangan agribisnis nasional, Indonesia mendapat perhatian
dari beberapa negara asing yaitu Belanda, Jepang, dan Australia dalam hal
pengucuran bantuan dana dan transfer teknologi.
Kerjasama antara Indonesia dan Belanda yaitu INA (IndonesiaNetherland Association) dengan program HPSP (Horticulture Partnership
Support Program).
1. Tujuan HPSP adalah :
Pengembangan / penguatan kemitraan antara petani dengan sektor
swasta dalam hal bantuan inovasi teknologi dan akses jejaring.
2. Sumber Dana HPSP :
a. Dari kerajaan Belanda
b. Dari agriterra (sebuah asosiasi petani di Belanda yang bermisi membantu
sesama petani dari negara berkembang).
c. Dari Cordaid (lembaga swadaya masyarakat).
d. Dari yayasan Robobank.
3. Untuk pengembangan bisnis
Bagi petani sayuran, buah, tanaman hias dan tanaman obat, bisa
mengajukan proposal bantuan ke HPSP. Bila proposal diterima, dana akan

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

dialirkan langsung ke petani. Selama proyek berlangsung HPSP memberi
pendampingan.
Sampai dengan tahun 2008 – 2009 jumlah kemitraan yang telah
dibantu oleh HPSP sebanyak 17 kemitraan yang menyebar di seluruh
nusantara.
Selain itu HPSP juga menawarkan jejaring bisnis, terutama untuk
pasar eksport Eropa. Salah satunya dengan CBI (Suatu Lembaga di Eropa
yang mempromosikan import produk dari negara berkembang).
Contoh :
Kelompok telapak di Bogor, mitra binaan HPSP yang mendapat akses
eksport kumis kucing ke Perancis.
Kerjasama dengan Jepang membentuk JICA (Japan Internasional
Cooperation Agency) dan dengan Australia membentuk ACIAR (Australia
Centre for International Agriculture Research), masing-masing dengan
program yang berbeda.
(Slamet R. Dadang WI., Peni SP., Enny PT., Tri Mardi dan Yan S, 2009
dalam http://www/agrina-online.com).
Bagaimana kemitraan petani dengan lembaga yang ada di dalam negeri ?

3.3 Tanggapan / Respon terhadap kasus / fenomena / isu
dalam Agribisnis
Sebagai calon pebisnis maupun pelaku agribisnis, mulai saat ini tanamkan
dan tumbuhkan minat, perhatian, kepedulian kita terhadap kasus / fenomena / isu
agribisnis yang terjadi.
Berikan tanggapan / respon, apa yang seharusnya dilakukan untuk memberi
solusi terhadap kasus / fenomena / isu tersebut.
Kasus / fenomena / isu agribisnis dapat ditanggapi / di respon dengan
memperhatikan SDA, SDM, finansial, kelembagaan, kemitraan yang berdasarkan
kajian manajemen yang telah diuraikan pada modul 1 s/d modul 7.

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si

IV. TUGAS PEMBELAJARAN
Tugas masing-masing kelompok :
1. Mencari kasus / fenomena / isu agribisnis yang terjadi pada tahun 2011 / 2012.
2. Beri tanggapan / respon pada nomor 1 tersebut.
3. Tugas tersebut akan dipresentasikan dan didiskusikan di kelas.
4. Tugas yang telah dipresentasikan dan didiskusikan segera di revisi sesuai saran
kemudian dikumpulkan berupa Hard copy dan soft copy pada minggu depan.
V. DAFTAR PUSTAKA

1.

Ade
Supriatna,
Puslitbang
Sosek
http://blogs.unpad.ac.id/sosek/...............

Pertanian

Ibrahim,

Bogor

dalam

18-10-2011,

dalam

2.

Dirjen
Hortikultura
Hasanuddin
htpp://new.okezone.come/read/2001

3.

Dirjen Pemasaran & Pengelolahan Hasil Pertanian (P2HP) Kementrian
Pertanian Zaenal Bachrudin dalam http://www.indonesiabprestasi.web.id

4.

http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/

5. http://arbaatimaripatun.wordpress.com/2010/05/21/ agribisnisanggur

6.

http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/

7.

Ir. Sutarto Alimoeso,
http://www.sinartani.com

8.

Iwan Septiajie A Puslitbangsosektan Bogor, 4 Februari 2004 Sinartani dalam
http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/...

9.

Peter Landon, 2009. Plant & Food Research. Fresh fact. New Zealand
Horticulure

MM

Dirjen

Tanaman

Pangan

dalam

10. Slamet R. Dadang WI., Peni SP., Enny PT., Tri Mardi dan Yan S, 2009 dalam
http://www/agrina-online.com
11. Suyanto & J. Wahyono dalam http://balitkabi.bimasakti

Manajemen Agribisnis, Modul 8

Oleh : Ir. Eff uswita, M.Si