PERAN GIS DALAM PENATAAN RUANG
PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI
GEOSPASIAL RTRW DIY UNTUK
MENDUKUNG PENATAAN RUANG
Yogyakarta, 27 Juni 2013
DASAR HUKUM
• Undang – Undang no 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang
• UU No 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
• Peraturan Pemerintah no 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
• PP No 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana
Tata Ruang
PENGERTIAN
• Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data
tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran,dan/atau
karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada
di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.
• Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG adalah
DG yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
ruang kebumian.
• Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang
LATAR BELAKANG
Informasi Geospasial RTRW DIYmerupakan bagian
tidak terpisahkan dari Perda RTRW DIY.
Informasi Geospasial RTRW DIY berfungsi sebagai
model yang menjelaskan RTRW DIY secara spasial.
Informasi Geospasial RTRW DIY bukan hanya
diperlukan pada proses perencanaan tata ruang saja
tetapi juga pada proses pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Lanjutan..
Dengan demikian maka pengelolaan data dan
informasi geospasial menjadi penting karena
menjadi salah satu pendukung pada proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian ruang.
CONTOH TEKNIS PENGGUNAAN IG DALAM PENYUSUNAN IG RTRW DENGAN SIG
I. PROSES PENGUMPULAN DATA
1. DATA WILAYAH
ADMINISTRASI
Peta
Administrasi
((BAPPEDA)
2. DATA FISIOGRAFI
3. DATA
KEPENDUDUKAN
Peta Curah Peta Jenis
Tanah
Hujan
(BMKG) (Pertanian)
Peta
Jumlah
Penduduk
(BPS)
4. DATA EKONOMI DAN
KEUANGAN
Peta Kemiskinan dan
Peta PDRB
(BPS)
5. DATA KETERSEDIAAN
SARANA DAN PRASARANA DASAR
Peta Jalan Peta Infrastruktur
(HUBKOMINFO) (PUPESDM)
6. DATA PENGGUNAAN LAHAN
DATA RAWAN BENCANA
Peta
Penggunaan
Lahan
(PUPESDM)
Peta Rawan
Bencana
(BPBD)
Peta Lereng
(PUPESDM)
II. PROSES STANDARISASI DAN KATEGORISASI PETA-PETA TEMATIK Diperlukan
III. PROSES OVERLAY PETA-PETA TEMATIK
IV. PROSES PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
- Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung
- Analisis Keterkaitan Antar Wilayah
- Perumusan Konsep Perencanaan
agar
tidak terjadi
kesalahan
geometri dan
substansi dalam
proses pengolahan
dan analisis
PETA RTRW
PETA STRUKTUR RUANG
PETA POLA RUANG
PETA PRASARANA WILAYAH
PETA KAWASAN STRATEGI
Persoalan Pengelolaan Data dan Informasi Geospasial
EKSISTING
• IGD Berbeda
• Data atribut
belum baku
• Metadata tidak
ada
• Format data
berbeda
• Data susah di
akses
• Tidak up to date
HARAPAN
• IGD sama
• Data atribut
sudah baku
• Metadata
tersedia
• Format data
sama
• Data mudah
diakses
• Up to date
Soil
Persoalan Pengelolaan Data dan
Informasi Geospasial
• Keputusan membutuhkan data dan informasi
geospasial
Berapapun jumlah data dan informasi geospasial
yang ada, keputusan tetap dapat diambil
Persoalannya seberapa besar keyakinan atas
keputusan tersebut
• Perkembangan SIG terjadi pada ARAH
PERKEMBANGAN YANG SALAH
SIG diartikan sebagai pembuatan peta digital
semata
Tidak dikaitkan dengan kemampuan dalam
Spatial Analysis dan Sharing Data.
• Data dan informasi geospasial yang tersedia
seharusnya juga mengikuti SKALA dan
INFORMASI yang dibutuhkan untuk berbagai
tingkatan rencana
Bentuk Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
PELANGGARAN
FUNGSI (PF)
PELANGGARAN
PERUNTUKAN
(PP)
• Pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang sebagai Fungsi Lindung
dimanfaatkan menjadi Fungsi Budidaya.
• Contoh : Hutan lindung (Fungsi Lindung)
dimanfaatkan menjadi Permukiman (Fungsi
Budidaya).
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
peruntukannya sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang.
• Contoh : Pemanfaatan ruang yang
diperuntukan bagi kegiatan pertanian yang
dimanfaatakan menjadi kegiatan perindustrian.
PELANGGARAN
TAPAK
KAWASAN (TK)
• Perubahan pemanfaatan ruang dalam suatu
kawasan yang tidak sesuai dengan pola
pemanfaatan yang telah ditetapkan dalam rencana
tata ruang.
• Contoh : Kawasan Cagar Budaya yang mengalami
perubahan menjadi Kawasan Perdagangan.
PELANGGARAN
PERSYARATAN
TEKNIS
BANGUNAN
• Pemanfaatan ruang yang mengabaikan
persyaratan teknis yang ditetapkan dalam suatu
kawasan.
• Contoh : Ketinggian suatu bangunan dalam suatu
kawasan yang ditetapkan maksimal 3 (tiga) lantai,
realisasinya dibangun 5 (lima) lantai.
Langkah Yang Dilakukan
STRATEGI PENGELOLAAN
BASIS DATA DAN INFORMASI
GEOSPASIAL
– Ketersediaan dan fungsi basis data dan informasi
geospasial harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin untuk membantu proses pelaksanaan tugastugas institusi pemerintahan, baik untuk kepentingan
penataan ruang atau sektor yang lain
• Perlu pemahaman mengenai data dan informasi geospasial.
• I nformasi geospasial bukan hanya untuk kepentingan
internal, tetapi harus dapat dibagi ( share) dengan institusi
lainnya.
• I nformasi harus terintegrasi secara vertikal maupun
horisontal
• Penyediaan metadata I G
TERSISTEM
AKURAT
Pendekatan
Pengembangan
Wilayah
DATA
TERINTEGRASI
/ DATA SHARING
TERKINI
Peta dasar sesuai pasal
16 UUIG :
Batas wilayah
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf e
digambarkan berdasarkan
dokumen penetapan
penentuan batas wilayah
secara pasti di lapangan
oleh Instansi Pemerintah
yang berwenang
(mendagri) .
PENYEDIAAN SINGLE BASE MAP
• Informasi geospasial untuk dapat mendukung
pengendalian pemanfaatan ruang secara optimal
memerlukan suatu standar yang sama agar
menghasilkan kualitas tertentu (akurasi dan presisi)
dan terintegrasi secara nasional sesuai asas
keterpaduan dalam UU Penataan Ruang dan UU
Informasi Geospasial
Sistematika Single Base Map
Permendagri
No 72 Th 2007
(penegasan bts
wil Kota Sleman)
Permendagri
No 4 th 2009
(penegasan bts
wil Sleman GK)
Permendagri
no 19 th 2006
(penegsan bts
wil DIYJateng)
Permendagri
no 70 th 2007
(penegsan bts
wil Bantul –
KP)
Permendagri
No 61 th 2009
(penegasan bts
wil KP Sleman)
Permendagri
No 15 th 2009
(penegasan bts
wil Kota Bantul)
Single
basemap
DIY
RBI
Sampai saat ini baru berupa Surat
Edaran Sekda DIY dan masih
dikoordinasikan dengan BIG
sebagai Penyelenggara IGD
BAPPEDA
Batas
Kehutanan
Sama atribut beda
referensi spasial
ADministrasi
RAWAN KONFLIK
HORISZONTAL
BTS Administrasi
DIY Menurut
Permendagri no 19
th 2006
PASTI
DIY
BTS Administrasi
Menurut Peta
Yang LAin
KAWASAN
ABU2
PASTI
KLATE
N
SISTEM INFORMASI
PENATAAN RUANG (SIPR) DIY
1. Media penyebar luasan informasi Penataan Ruang
Provinsi DIY (Perda Nomor 2 tahun 2010 ) dan
informasi geospasial yang ada di Pemda DIY
2. Memudahkan sinkronisasi dan harmonisasi antara
RTRW Kabupaten/Kota dengan RTRW Provinsi.
3. Sebagai instrumen dalam membantu menganalisis
perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang
4. Mensinergikan perencanaan sarana dan prasarana
yang sudah ada (transportasi, keciptakaryaan,
Sumberdaya air, dll)
Pemanfaatan
Ruang
Profil RTRW
Studi
Literatur
Sinkronisasi dan Harmonisasi RTRW
DIY dengan RTRW Kab/Kota
RTRW Provinsi
Skala 1 :
100.000
RTRW
Kabupaten
Skala 1 : 50.000
Klasifikasi
Hirarkhi I, II, III
Overlay
Hubungan Fungsional
antar Pemanfaatan
Ruang
Matriks
Peta
Kriteria
Kesesuaian
(S1, S2, TS)
Analisis dan
Rekomendasi
PRINSIP KESESUAIAN
SESUAI1(S1)
SESUAI 2 (S2)
TIDAK SESUAI
(TS)
• Kesamaan
fungsi
kawasan
(lindung
dengan
lindung)
• Contoh : hutan
lindung vs
hutan lindung
• Hirarkhi I sama
hirarkhi II dan
III berbeda dan
diperkirakan
tidak
mengganggu
antar kegiatan
• Contoh : hutan
lindung vs
resapan air
• Perbedaan
fungsi
kawasan
(lindung
dengan
budidaya)
• Contoh : hutan
lindung vs
pertanian
lahan kering
Contoh Sinkronisasi dan
Harmonisasi
Adanya konflik pemanfaatan ruang antar wilayah :
Penetapan fungsi kawasan yang berbeda pada satu
kawasan.
Di wilayah Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul
yang berbatasan dengan wilayah Kecamatan Piyungan
Kabupaten Bantul terjadi penetapan dua fungsi kawasan
yang berbeda. Dimana pada wilayah Kecamatan Patuk
ditetapkan sebagai kawasan lindung sementara di
wilayah Kecamatan Piyungan ditetapkan sebagai
kawasan wisata.
Manfaat
SIPR
1. Menampilkan semua produk peta
BAPPEDA Secara Online
Manfaat
SIPR
2. Menampilkan peta series yang
dapat diupdate dari tahun ke
tahun
Manfaat
SIPR
3. Sebagai Informasi Pendukung
Keputusan
4. Melakukan Analisis RTRW
Manfaat
SIPR
Penataan Ruang dalam Keistimewaan DIY
• UU No.13/2012 ttg Keistimewaan DIY disahkan 31
Agustus 2012 dan diundangkan 3 September 2012.
– (Lembaran Negara No.170 Tahun 2012; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5339).
• Dinyatakan pada pasal 7 ayat (2) bahwa
kewenangan dalam urusan keistimewaan meliputi:
1. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas,
dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur;
2. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
3. Kebudayaan;
4. Pertanahan; dan
5. Tata ruang.
• Pada pasal 30-35 diperlukan Perdais untuk mengatur
urusan keistimewaan dalam hal:
1. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
2. Kebudayaan;
3. Pertanahan; dan
4. Tata ruang.
Pelaksanaan yang sedang dilakukan :
Penyusunan Naskah Akademis Induk
Penyusunan Naskah Akademis Perdais Tata Ruang
Rancangan Perdais Tata Ruang
• Dengan telah disahkannya Undang-undang Nomor 13
tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta maka Pemerintah DIY perlu menyelaraskan
kerangka umum kebijakan tata ruang di atas tanah
Sultan Ground dan Pakualam Ground mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah DIY.
• Memerlukan pengelolaan basis data dan informasi
geospasial tentang status tanah Sultan Ground dan
Pakualam Ground (SG PAG)
Penting untuk Ditindaklanjuti
Perlunya dibangun SATU REFERENSI IGD yang sama,
jika memungkinkan sampai dengan tingkat
kedetilan yang cukup (skala 1 : 5000) agar dapat
dipergunakan secara operasional oleh Provinsi dan
Kabupaten/Kota > Undang-Undang No 4 Tahun 2011 tentang IG
Perlunya dibangun integrasi data tabuler dengan
menggunakan SATU DATA KUNCI (GEOCODE) YANG
BAKU untuk dapat dikaitkan dengan data
spasialnya
Perlunya pengembangan SISTEM TERINTEGRASI
yang dapat menampung seluruh data perencanaan
pembangunan secara sistematis dan mudah
diakses (SIPR)
Perlunya dibangun JARINGAN KOMUNIKASI DATA
DAN INFORMASI GEOSPASIAL secara mantap dan
terpelihara yang menghubungkan Simpul Jaringan
DIY – Kabupaten/Kota – Nasional
Perlunya FASILITASI kepada Pemerintah Daerah
untuk mengembangkan IGT di masing-masing
Daerah (Fasilitasi data satelit PJ dengan resolusi
tinggi) >Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan,
Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh
Resolusi Tinggi
Perlunya memperkuat dukungan Pemerintah Pusat
(Ina Geoportal) untuk PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN DATA CENTER SIMPUL JARINGAN
DIY > Sesuai Perpres 85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN)
Penyesuaian Peta Rencana Tata Ruang yang ada di
DIY dengan PP no 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian
Peta Rencana Tata Ruang
GEOSPASIAL RTRW DIY UNTUK
MENDUKUNG PENATAAN RUANG
Yogyakarta, 27 Juni 2013
DASAR HUKUM
• Undang – Undang no 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang
• UU No 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
• Peraturan Pemerintah no 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
• PP No 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana
Tata Ruang
PENGERTIAN
• Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data
tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran,dan/atau
karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada
di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.
• Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG adalah
DG yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
ruang kebumian.
• Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang
LATAR BELAKANG
Informasi Geospasial RTRW DIYmerupakan bagian
tidak terpisahkan dari Perda RTRW DIY.
Informasi Geospasial RTRW DIY berfungsi sebagai
model yang menjelaskan RTRW DIY secara spasial.
Informasi Geospasial RTRW DIY bukan hanya
diperlukan pada proses perencanaan tata ruang saja
tetapi juga pada proses pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Lanjutan..
Dengan demikian maka pengelolaan data dan
informasi geospasial menjadi penting karena
menjadi salah satu pendukung pada proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian ruang.
CONTOH TEKNIS PENGGUNAAN IG DALAM PENYUSUNAN IG RTRW DENGAN SIG
I. PROSES PENGUMPULAN DATA
1. DATA WILAYAH
ADMINISTRASI
Peta
Administrasi
((BAPPEDA)
2. DATA FISIOGRAFI
3. DATA
KEPENDUDUKAN
Peta Curah Peta Jenis
Tanah
Hujan
(BMKG) (Pertanian)
Peta
Jumlah
Penduduk
(BPS)
4. DATA EKONOMI DAN
KEUANGAN
Peta Kemiskinan dan
Peta PDRB
(BPS)
5. DATA KETERSEDIAAN
SARANA DAN PRASARANA DASAR
Peta Jalan Peta Infrastruktur
(HUBKOMINFO) (PUPESDM)
6. DATA PENGGUNAAN LAHAN
DATA RAWAN BENCANA
Peta
Penggunaan
Lahan
(PUPESDM)
Peta Rawan
Bencana
(BPBD)
Peta Lereng
(PUPESDM)
II. PROSES STANDARISASI DAN KATEGORISASI PETA-PETA TEMATIK Diperlukan
III. PROSES OVERLAY PETA-PETA TEMATIK
IV. PROSES PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
- Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung
- Analisis Keterkaitan Antar Wilayah
- Perumusan Konsep Perencanaan
agar
tidak terjadi
kesalahan
geometri dan
substansi dalam
proses pengolahan
dan analisis
PETA RTRW
PETA STRUKTUR RUANG
PETA POLA RUANG
PETA PRASARANA WILAYAH
PETA KAWASAN STRATEGI
Persoalan Pengelolaan Data dan Informasi Geospasial
EKSISTING
• IGD Berbeda
• Data atribut
belum baku
• Metadata tidak
ada
• Format data
berbeda
• Data susah di
akses
• Tidak up to date
HARAPAN
• IGD sama
• Data atribut
sudah baku
• Metadata
tersedia
• Format data
sama
• Data mudah
diakses
• Up to date
Soil
Persoalan Pengelolaan Data dan
Informasi Geospasial
• Keputusan membutuhkan data dan informasi
geospasial
Berapapun jumlah data dan informasi geospasial
yang ada, keputusan tetap dapat diambil
Persoalannya seberapa besar keyakinan atas
keputusan tersebut
• Perkembangan SIG terjadi pada ARAH
PERKEMBANGAN YANG SALAH
SIG diartikan sebagai pembuatan peta digital
semata
Tidak dikaitkan dengan kemampuan dalam
Spatial Analysis dan Sharing Data.
• Data dan informasi geospasial yang tersedia
seharusnya juga mengikuti SKALA dan
INFORMASI yang dibutuhkan untuk berbagai
tingkatan rencana
Bentuk Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
PELANGGARAN
FUNGSI (PF)
PELANGGARAN
PERUNTUKAN
(PP)
• Pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang sebagai Fungsi Lindung
dimanfaatkan menjadi Fungsi Budidaya.
• Contoh : Hutan lindung (Fungsi Lindung)
dimanfaatkan menjadi Permukiman (Fungsi
Budidaya).
• Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
peruntukannya sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang.
• Contoh : Pemanfaatan ruang yang
diperuntukan bagi kegiatan pertanian yang
dimanfaatakan menjadi kegiatan perindustrian.
PELANGGARAN
TAPAK
KAWASAN (TK)
• Perubahan pemanfaatan ruang dalam suatu
kawasan yang tidak sesuai dengan pola
pemanfaatan yang telah ditetapkan dalam rencana
tata ruang.
• Contoh : Kawasan Cagar Budaya yang mengalami
perubahan menjadi Kawasan Perdagangan.
PELANGGARAN
PERSYARATAN
TEKNIS
BANGUNAN
• Pemanfaatan ruang yang mengabaikan
persyaratan teknis yang ditetapkan dalam suatu
kawasan.
• Contoh : Ketinggian suatu bangunan dalam suatu
kawasan yang ditetapkan maksimal 3 (tiga) lantai,
realisasinya dibangun 5 (lima) lantai.
Langkah Yang Dilakukan
STRATEGI PENGELOLAAN
BASIS DATA DAN INFORMASI
GEOSPASIAL
– Ketersediaan dan fungsi basis data dan informasi
geospasial harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin untuk membantu proses pelaksanaan tugastugas institusi pemerintahan, baik untuk kepentingan
penataan ruang atau sektor yang lain
• Perlu pemahaman mengenai data dan informasi geospasial.
• I nformasi geospasial bukan hanya untuk kepentingan
internal, tetapi harus dapat dibagi ( share) dengan institusi
lainnya.
• I nformasi harus terintegrasi secara vertikal maupun
horisontal
• Penyediaan metadata I G
TERSISTEM
AKURAT
Pendekatan
Pengembangan
Wilayah
DATA
TERINTEGRASI
/ DATA SHARING
TERKINI
Peta dasar sesuai pasal
16 UUIG :
Batas wilayah
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf e
digambarkan berdasarkan
dokumen penetapan
penentuan batas wilayah
secara pasti di lapangan
oleh Instansi Pemerintah
yang berwenang
(mendagri) .
PENYEDIAAN SINGLE BASE MAP
• Informasi geospasial untuk dapat mendukung
pengendalian pemanfaatan ruang secara optimal
memerlukan suatu standar yang sama agar
menghasilkan kualitas tertentu (akurasi dan presisi)
dan terintegrasi secara nasional sesuai asas
keterpaduan dalam UU Penataan Ruang dan UU
Informasi Geospasial
Sistematika Single Base Map
Permendagri
No 72 Th 2007
(penegasan bts
wil Kota Sleman)
Permendagri
No 4 th 2009
(penegasan bts
wil Sleman GK)
Permendagri
no 19 th 2006
(penegsan bts
wil DIYJateng)
Permendagri
no 70 th 2007
(penegsan bts
wil Bantul –
KP)
Permendagri
No 61 th 2009
(penegasan bts
wil KP Sleman)
Permendagri
No 15 th 2009
(penegasan bts
wil Kota Bantul)
Single
basemap
DIY
RBI
Sampai saat ini baru berupa Surat
Edaran Sekda DIY dan masih
dikoordinasikan dengan BIG
sebagai Penyelenggara IGD
BAPPEDA
Batas
Kehutanan
Sama atribut beda
referensi spasial
ADministrasi
RAWAN KONFLIK
HORISZONTAL
BTS Administrasi
DIY Menurut
Permendagri no 19
th 2006
PASTI
DIY
BTS Administrasi
Menurut Peta
Yang LAin
KAWASAN
ABU2
PASTI
KLATE
N
SISTEM INFORMASI
PENATAAN RUANG (SIPR) DIY
1. Media penyebar luasan informasi Penataan Ruang
Provinsi DIY (Perda Nomor 2 tahun 2010 ) dan
informasi geospasial yang ada di Pemda DIY
2. Memudahkan sinkronisasi dan harmonisasi antara
RTRW Kabupaten/Kota dengan RTRW Provinsi.
3. Sebagai instrumen dalam membantu menganalisis
perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang
4. Mensinergikan perencanaan sarana dan prasarana
yang sudah ada (transportasi, keciptakaryaan,
Sumberdaya air, dll)
Pemanfaatan
Ruang
Profil RTRW
Studi
Literatur
Sinkronisasi dan Harmonisasi RTRW
DIY dengan RTRW Kab/Kota
RTRW Provinsi
Skala 1 :
100.000
RTRW
Kabupaten
Skala 1 : 50.000
Klasifikasi
Hirarkhi I, II, III
Overlay
Hubungan Fungsional
antar Pemanfaatan
Ruang
Matriks
Peta
Kriteria
Kesesuaian
(S1, S2, TS)
Analisis dan
Rekomendasi
PRINSIP KESESUAIAN
SESUAI1(S1)
SESUAI 2 (S2)
TIDAK SESUAI
(TS)
• Kesamaan
fungsi
kawasan
(lindung
dengan
lindung)
• Contoh : hutan
lindung vs
hutan lindung
• Hirarkhi I sama
hirarkhi II dan
III berbeda dan
diperkirakan
tidak
mengganggu
antar kegiatan
• Contoh : hutan
lindung vs
resapan air
• Perbedaan
fungsi
kawasan
(lindung
dengan
budidaya)
• Contoh : hutan
lindung vs
pertanian
lahan kering
Contoh Sinkronisasi dan
Harmonisasi
Adanya konflik pemanfaatan ruang antar wilayah :
Penetapan fungsi kawasan yang berbeda pada satu
kawasan.
Di wilayah Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul
yang berbatasan dengan wilayah Kecamatan Piyungan
Kabupaten Bantul terjadi penetapan dua fungsi kawasan
yang berbeda. Dimana pada wilayah Kecamatan Patuk
ditetapkan sebagai kawasan lindung sementara di
wilayah Kecamatan Piyungan ditetapkan sebagai
kawasan wisata.
Manfaat
SIPR
1. Menampilkan semua produk peta
BAPPEDA Secara Online
Manfaat
SIPR
2. Menampilkan peta series yang
dapat diupdate dari tahun ke
tahun
Manfaat
SIPR
3. Sebagai Informasi Pendukung
Keputusan
4. Melakukan Analisis RTRW
Manfaat
SIPR
Penataan Ruang dalam Keistimewaan DIY
• UU No.13/2012 ttg Keistimewaan DIY disahkan 31
Agustus 2012 dan diundangkan 3 September 2012.
– (Lembaran Negara No.170 Tahun 2012; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5339).
• Dinyatakan pada pasal 7 ayat (2) bahwa
kewenangan dalam urusan keistimewaan meliputi:
1. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas,
dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur;
2. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
3. Kebudayaan;
4. Pertanahan; dan
5. Tata ruang.
• Pada pasal 30-35 diperlukan Perdais untuk mengatur
urusan keistimewaan dalam hal:
1. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
2. Kebudayaan;
3. Pertanahan; dan
4. Tata ruang.
Pelaksanaan yang sedang dilakukan :
Penyusunan Naskah Akademis Induk
Penyusunan Naskah Akademis Perdais Tata Ruang
Rancangan Perdais Tata Ruang
• Dengan telah disahkannya Undang-undang Nomor 13
tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta maka Pemerintah DIY perlu menyelaraskan
kerangka umum kebijakan tata ruang di atas tanah
Sultan Ground dan Pakualam Ground mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah DIY.
• Memerlukan pengelolaan basis data dan informasi
geospasial tentang status tanah Sultan Ground dan
Pakualam Ground (SG PAG)
Penting untuk Ditindaklanjuti
Perlunya dibangun SATU REFERENSI IGD yang sama,
jika memungkinkan sampai dengan tingkat
kedetilan yang cukup (skala 1 : 5000) agar dapat
dipergunakan secara operasional oleh Provinsi dan
Kabupaten/Kota > Undang-Undang No 4 Tahun 2011 tentang IG
Perlunya dibangun integrasi data tabuler dengan
menggunakan SATU DATA KUNCI (GEOCODE) YANG
BAKU untuk dapat dikaitkan dengan data
spasialnya
Perlunya pengembangan SISTEM TERINTEGRASI
yang dapat menampung seluruh data perencanaan
pembangunan secara sistematis dan mudah
diakses (SIPR)
Perlunya dibangun JARINGAN KOMUNIKASI DATA
DAN INFORMASI GEOSPASIAL secara mantap dan
terpelihara yang menghubungkan Simpul Jaringan
DIY – Kabupaten/Kota – Nasional
Perlunya FASILITASI kepada Pemerintah Daerah
untuk mengembangkan IGT di masing-masing
Daerah (Fasilitasi data satelit PJ dengan resolusi
tinggi) >Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan,
Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh
Resolusi Tinggi
Perlunya memperkuat dukungan Pemerintah Pusat
(Ina Geoportal) untuk PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN DATA CENTER SIMPUL JARINGAN
DIY > Sesuai Perpres 85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN)
Penyesuaian Peta Rencana Tata Ruang yang ada di
DIY dengan PP no 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian
Peta Rencana Tata Ruang