TEORI DAN PASAL PENDIDIKAN docx

LANDASAN PENDIDIKAN

TEORI DAN PASAL PENDIDIKAN
Menyimpulkan pokok-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S.
Bloom, John Dewey, Paulo Freire, UU tahun 2003 Sisdiknas dan UU 2005 tentang Guru dan
Dosen dan menganalisis sejauh mana lembaga pendidikan yang dilalui menerapkan atau tidak
menerapkan teori dan peraturan perundangan tersebut serta menjelaskan alasan-alasannya.
Dosen Pengampu : Didin Syafrudin, MA, Ph.D

OLEH: NURUL HIKMAH (1113013000011)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang

ditentukan. Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat, keluarga, dan umatnya. Adapun judul makalah ini adalah “Teori dan Pasal
Pendidikan”.
Dalam pembahasan penting didalmnya, menyimpulkan pokok-pokok pendidikan menurut:
“Ralp W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, UU tahun2003 Sisdiknas dan
UU 2005 tentang Guru dan Dosen dan menganalisis sejauhmana lembaga pendidikan yang
dilalui menerapkan atau tidak menerapkan teori dan peraturan perundangan tersebut serta
menjelaskan alasan-alasannya”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak, Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi
lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam penulisan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 15 Oktober 2013
Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah..............................................................................................2
3.1 Tujuan Penulis....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan........................................................................................3
B. Teori-teori Pendidikan ......................................................................................3
1. Ralph W. Tyler................................................................................................3
2. Benjamin Samuel Bloom................................................................................5
3. John Dewey.....................................................................................................8
4. Paulo Freire.....................................................................................................10
C.Pasal-Pasal Terpenting..........................................................................................12
1.UUD 1945 dan UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. . .12
2.UUD No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ..........................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan pendidikan dalam kehidupan sangatlah penting, maka kedudukan itulah yang
menjadikan acuan untuk kita mengetahui dasar dari mana pendidikan itu harusnya dimulai,
berproses, dan berkembang agar semua tujuan pendidikan yang diinginkan dapat terwujud.
Pendidikan Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata pendidikan berasal dari kata
‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses
atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengertian pendidikan itu jika ditunjau dari Undang-undang SISDIKNAS No.20 tahun
2003 yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Tentu semua tujuan pendidikan tersebut mengacu kepada cita-cita Negara Indonesia
dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa.

Dan tujuan bangsa itu pula yang yang menjadikan dasar pembuatan makalah ini, sebagai
wujud refleksi nyata dari teori-teori yang berkembang didunia mengenai pengaruh teori-teori
tersebut dalam pendidikan bangsa, mengenai pasal-pasal pendidikan yang dijunjung oleh
Negara Indonesia sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan rakyat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pokok-pokok teori pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John
Dewey, Paulo Freire?
2. Sejauhmana penerapan teori-teori pendidikan tersebut dalam lembaga formal?
3. Apa hasil analisa tentang pasal-pasal terpenting dalam dunia pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pokok-pokok teori pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom,
John Dewey, Paulo Freire.
2. Mengetahui sejauh mana penerapan teori-teori pendidikan tersebut dalam lembaga formal.
3. Mengetahui analisis pasal-pasal terpenting dalam pendidikan Negara Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata pendidikan berasal dari kata
‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses
atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan

potensi

dirinya

untuk

memiliki

kekuatan

spiritual


keagamaaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
B. Teori-Teori Pendidikan
1. Ralph W. Tyler
Ralph W.Tyler lahir di Chicago pada tanggal 22 April 1902. Dianggap sebagai salah satu
dari orang paling berpengaruh di Amerika baik di bidang pendidikan dan evaluasi. Ia
menerima gelar sarjana pada tahun 1921 pada usia 19 dari Doane College Crete, Nebraska.
Pekerjaan mengajar pertamanya adalah sebagai guru sains SMA di Pierre, South Dakota.
Pada tahun 1923, Tyler menulis tes ilmu pengetahuan bagi siswa SMA yang membantunya
"melihat lubang-lubang dalam pengujian hanya untuk menghafal”. Ia meraih gelar master
dari University of Nebraska pada tahun 1923 dan gelar Ph.D. dari University of Chicago pada
tahun 1927 .
Empat bagian yang dikenal sebagai Pemikiran Tyler :


Apa tujuan pendidikan yang harus dicapai di sekolah? (Menentukan tujuan


pembelajaran yang tepat)


Bagaimana pengalaman belajar dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut ?

(Memperkenalkan pengalaman belajar yang berguna)


Bagaimana pengalaman belajar yang efektif ? (Pengorganisasian pengalaman untuk

memaksimalkan efeknya)


Bagaimana efektivitas evaluasi pengalaman belajar ? (Mengevaluasi proses dan

merevisi daerah yang tidak efektif) yakni mengenai: tujuan, tingkah laku (rekor), sejauh
mana kemampuan tingkah laku.

Ralph Tyler juga memberikan kontribusi terhadap lembaga pendidikan seperti Science
Dewan Nasional , Badan Penelitian dan Pengembangan Panel Dinas Pendidikan Amerika

Serikat , Dewan Penasehat Nasional pada Anak Tertinggal , Science Research Foundation
Sosial , Angkatan Bersenjata Institute, dan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu
Pengetahuan . Ralph Tyler juga menjabat Asosiasi untuk Pengawasan dan Pengembangan
Kurikulum ( ASCD ) dan membantu mempublikasikan Keputusan Kurikulum Fundamental
pada tahun 1983 .
Banyak program pendidikan yang memiliki tujuan yang kurang jelas, maka dari sisi
demikianlah Tyler mencetuskan pemikirannya mengenai tujuan pendidikan sesuai kurikulum
yang jelas. Tyler menjelaskan bahwa pemikirannya mengenai pendidikan terwujud pula
dalam Landasan Pengembangan Kurikulum seperti sebuah bangunan yang tinggi tentu
membutuhkan landasan atau fondasi yang kuat agar dapat berdiri tegak, kokoh, dan tahan
lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh maka pasti akan cepat
hancur. Begitu pula dengan pengembangan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum
pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada
waktu mengembangkan kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun
luar sekolah. Dengan adanya tujuan pendidikan yang terperinci seperti didalam sebuah
sekolah ada bagian kurikulum yang bertugas mengorganisir setiap kurikulum yang akan
digunakan berdasarkan tingkatan dan kemampuan siswa sebagai cara agar pembelajaran tepat
sasaran dan bentuk pengajaran bisa lebih bermanfaat dan tidak hanya sebatas formalitas
pendidikan belaka.
Pengalaman belajar bisa dijadikan sebagai sesuatu yang berguna untuk memenuhi

tujuan pendidikan dan pengalaman belajar bisa dipraktikan secara jelas. Dari berbagai bentuk
pengajaran yang telah terorganisir dalam sebuah kurikulum, maka dasar-dasar yang ada
didalamnya harus lebih mampu diimplementasikan dan jauh semakin baik
Evaluasi bisa diadakan didalam pengalaman belajar itu seperti,bagaimana cara
sekolah(intansi) atau seorang guru dalam membangun sebuah kurikulum dalam pendidikan?.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikankebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep
pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum pada intinya merupakan
proses pembuatan keputusan untuk merevisi suatu program kurikulum.

Oleh karena itu operasi yang terlibat dalam memilih dan merumuskan tujuan pendidikan
dan dalam memilih dan mengorganisir pengalaman belajar, akan terlihat bahwa analisis
mengenai kurikulum pendidikan telah berjalan. Evaluasi juga merupakan operasi penting
dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum pendidikan saat ini memang tidak bisa dipungkiri itu adalah
bentuk dari pemikiran-pemikiran Tyler, karena itu pula “tujuan” sebagai bentuk perhatian
Tyler menjadi perhatian pendidikan formal saat ini.
2. Benjamin Samuel Bloom
Benjamin S. Bloom, lahir di Lansford, Pennsylvania, 21 Februari 1913 – meninggal 13

September 1999 pada umur 86 tahun, adalah seorang psikolog pendidikan dari Amerika
Serikat, dengan kontribusi utamanya adalah dalam penyusunan taksonomi tujuan pendidikan
dan pembuatan teori belajar tuntas.
Ia menerima gelar sarjana dan magister dari Pennsylvania State University pada tahun
1935 dan gelar doktor dalam pendidikan dari University of Chicago pada bulan Maret 1942.
Ia menjadi anggota staff Board of Examinations di University of Chicago dari tahun 1940
sampai 1943. Sejak tahun 1943 ia menjadi pemeriksa di universitas sampai kemudian
mengakhiri jabatan tersebut tahun 1959. Pekerjaan sebagai pengajar di Jurusan Pendidikan
University of Chicago dimulai tahun 1944 untuk kemudian ditunjuk sebagai Distinguished
Service Professor pada tahun 1970. Ia menjabat sebagai presiden American Educational
Research Association dari tahun 1965 sampai 1966. Ia menjadi penasihat pendidikan bagi
pemerintahan Israel, India, dan beberapa bangsa lain.
Taksonomi tujuan intruksional menurut Benjamin S. Bloom
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan
dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal
berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih
umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Taksonomi ini pertama kali
disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula
disebut sebagai "Taksonomi Bloom".


Mengembangkan

suatu

klasifikasi

tujuan

intruksional

(educational

objectives).

Klasifikasi/taksonomi menurut Bloom terbagi kedalam tiga ranah yaitu: kognitif,afektif dan
psikomotorik.
Ranah Kognitif (cognitive domain) yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
1) Pengetahuan (knowlege)
2) Pemahaman (comprehension)
3) Penerapan (application)
4) Analisis (analysis)
5) Sintesis (synthesis)
6) Evaluasi (evaluation)
Kategori-kategori ini disusun secara hierarkis(berurutan), sehingga menjadi taraf-taraf yang
semakin kompleks. Meski pada ranah kognitif belum terlalu meyakinkan untuk diterapkan
dibeberapa jenjang karena memiliki kelemahan di penerapannya yang tidak bisa digunakan
secara menyeluruh oleh setiap tingkatan karena masih ada tumpang tindih dibeberapa
kategori, namun ranah ini cukup popular dan banyak diterapkan pada proses pembelajaran.
Ranah Afektif (affective domain) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
1) Penerimaan (receiving)
2) Partisipasi (responding)
3) Penilaian/penentuan sikap (valuing)
4) Organisasi (organization)
5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value complex)

Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan
mesin.
1) Persepsi (perception)
2) Kesiapan (set)
3) Gerakan terbimbing (guided response)
4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
5) Gerakan yang kompleks (complex response)
6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
7) Keativitas (creativity)
Tujuan Intruksional bertujuan untuk menggariskan hasil-hasil pembelajaran siswa,
pelbagai bahasan yang diungkapkan B.S Bloom sangat berpengaruh besar terhadap cara
pembelajaran pada institusi formal karena selama ini bentuk penilaian itu pun terfungsikan
menjadi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik meski harus ada pencapaian tujuan yang
pasti mengenai penerapan ranah diatas.
3. John Dewey
Apa itu Pendidikan?
Pendidikan adalah merupakan proses perkembangan seseorang yang memiliki peran
partisipasi baik individu maupun sosial, John Dewey mengungkapkan pendidikan itu diawali
dari proses sejak lahir secara tidak sadar sudah berlangsung dan berkembang membentuk
mental dan karakter individu. Individu dalam proses sosialnya akan menemukan
kepribadiannya dengan ikut berpartisipasi dalam lingkup sosial tersebut. Proses pendidikan
memiliki dua bagian yaitu psikologi dan sosiologi dimana keduanya memiliki keterkaitan.
Psikologi adalah modal dasar individu yang berpengaruh terhadap aktivitas sosial yang
dijalaninya sehingga berpengaruh terhadap pendidikan individu tesebut. Sosiologi adalah
proses yang mengembangkan modal dasar individu tersebut. Dan jika kita tidak memadukan
antara kedua sisi yakni psikologi dan sosiologi maka hasil yang akan didapatkan dimasa

mendatang adalah abstrak. Jadi dalam seriap pembentukan diri seseorang pun tidak terlepas
dari mana tempat ia tumbuh dan berkembang dan bagaimana pula proses sosial yang
dialaminya.
Apa itu Sekolah?
Seperti yang dikemukakan dalam My Pedogogic Creed, sekolah adalah lembaga sosial
pertama, pendidikan merupakan proses kehidupan saat ini, bukan untuk persiapa yang akan
datang.
Sekolah harus bisa mewakili didalam kehidupan sehari-hari atau nyata, dirumah, dengan
tetangga atau teman bermain. Sekolah sebagai kehidupan sosial yang sederhana, kehidupan di
sekolah tumbuh secara bertahap dari kehidupan dirumah. Maka semestinya sikap disiplin
disekolah harus diterapakn dirumah. Maka dari itu sekolah harus memberikan pengalaman
yang baik kepada anak didiknya karena tidak dapat dipungkiri tidak semua pengalaman baik,
maka dari sekolah lah pengalaman-pengalaman pengembang mental kecerdasan, religius, dan
interaksi sosial yang baik harus mampu diterapkan.
Subjek Materi Pendidikan
Kehidupan sosial atau interaksi sosial individu adalah dasar dari semua pertumbuhan,
dalam proses pendidikan di sekolah itu yang dibutuhkan adalah korelasi atau hubungan
timbal balik antara peserta didik dengan pendidik dan itu berasal dari kegiatan sosial individu
itu sendiri. Kurikulum disekolah pada faktanya membatasi peserta didik untuk lebih ekspresif
dalam proses pendidikan padahal peserta didik itu diharapkan lebih ekspresif dan konstruktif
dari korelasi yang diharapkan. Dan perlu diadakannya standarisasi dimana setiap individu
dituntut untuk berhasil melakukan suatu tujuan pendidikan itu sendiri.
Sifat Metode
Bahwa metode tersebut adalah berdasarkan kepada pengembangan dan kepentingan
individu tersebut, individu tersebut dituntut untuk aktif dalam partisifasinya dalam proses
pendidikan, selain itu untuk menumbuhkan minat anak didik dalam proses pendidikannya
dimana anak harus berfikir dalam proses sosialnya untuk mengembangkan apa yang
sebelumnya dipelajari untuk mencapai tujuan itu sendiri.
Sekolah dan Kemajuan Sosial
Sekolah mengajarkan pendidikan sebagai metode dasar kemajuan sosial dan perubahan,
dimana kegiatan individu berdasar atas kesadaran sosial. Dimana konsep sosial dalam
pengajaran dapat mendorong individu untuk merangkai cita-cita dimasa depan. Sekolah yang
ideal itu memberikan sokongan kepada individu tersebut untuk mampu mereaktualisasikan
apa itu cita-cita setiap individu, selain dalam hal ini masyarakat pun berperan peting dalam

perkembangan pendidikan individu tersebut. Seperti, mampu untuk merumuskan tujuan
sendiri, dapat mengatur sumber dan saran sendiri, mengarahkan pergerakan ekonomi. Karena
kesemua perangkat yakni sekolah dan masyarakat yang didalamnya ada sosialisasi yang
dapat memberi kekuatan kepada setiap individu untuk mampu beradaftasi dengan
perkembangan lingkungan sekitar. Psikologis individu berpengaruh besar terhadap bentuk
aktifitas sosial individu tersebut sehingga proses sosial itu berjlan tepat sesuai tujuan
pendidikan. Dan guru sebagai individu yang bermartabat dalam membantu perkembangan
sosial individu didiknya berjalan dengan baik agar semua harapan dapat terwujud.
Bisa dikatakan teori John Dewey ini sudah cukup diterapkan dibeberapa lembaga sekolah,
meski kebanyakan dari semuanya adalah sejauh mana peran tenaga pendidik dalam
mengembangkan teori ini kepada anak didiknya.
4. Paulo Freire
Paulo freire adalah salah seorang yang paling penting dan berpengaruh pada teori dan
praktek pendidikan kritis. Dalam kancah International dia dikenal sebagai pendidik
keaksaraan pembangunan. Teori Freie adalah mengkritisi Banking Concept of Education,
yang melatarbelakangi munculnya teori ini adalah karena adanya penindasan, kemiskinan,
buta huruf, dan diskriminasi yang pada saat itu terjadi di wilayah miskin Brazil. Freire juga
terlibat dengan gerakan social dan pendidikan, Dalam gerakan tertentu terkait dengan budaya
populer dan gerakan komunitas basis dalam gereja Khatolik. Bekerja dengan petani dan
buruh terutama di wilayah miskin Brazil Utara-Timur, Disitulah pertama kali Freire
mengembangkan metode untuk menangani masalah buta huruf. Freire diundang oleh
kemetrian brazil pendidikan untuk mengatur keaksaraan program. Karyanya terputus oleh
kediktatoran militer pada tahun 1964. Freire ditangkap dan diasingkan ke Chili, Dia juga
pernah bekerja sebagai konsultan bagi Departemen UNESCO. Ia diundang untuk mengambil
posisi di Hardvard Universitas. Freire juga menjadi rekan kehormatan di berbagai universitas
dan menerima sejumlah penghargaan besar dari universitas di seluruh dunia. Freire kembali
dan menerima posisi mengajar di universitas khatolik kepausan dari sao Paulo dan universitas
Campinas. Dan begitu banyak lagi pencapaian luar biasa yang telah dicapai dalam semasa
hidupnya.
Dia menulis sejumlah buku provokatif yang memiliki pembaca yang sangat luas di
seluruh dunia . Dalam buku dan dalam banyak wawancara dan artikel, ia berusaha untuk
meningkatkan pertanyaan tentang karyanya dan lain-lain yang menuntut perhatian. Mungkin
ide yang paling generatif nya adalah bahwa pendidikan selalu tindakan politik. Ide ini

bukanlah slogan belaka baginya. Memang , itu adalah pusat untuk memahami teori
pendidikan Freire. Baginya, pendidikan selalu melibatkan hubungan sosial dan, karenanya,
harus melibatkan pilihan politis. Freire menegaskan bahwa pertanyaan-pertanyaan seperti '
apa? ', ' Mengapa ? ' , 'Bagaimana ? ', ' Untuk apa ' ? , ' Untuk siapa ' ? adalah pusat untuk
kegiatan pendidikan. Ini tidak dimaksudkan untuk menjadi abstraksi. Setiap pendidik harus
menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban mereka akan menjadi pemandu penting
untuk setiap proyek pendidikan kritis. Kita harus terus-menerus menyadari bahwa semua
kebijakan dan praktik pendidikan memiliki implikasi social.
Pendidikan emansipatoris bagi Freire tidak pernah transmisi sederhana pengetahuan.
Mengetahui tidak mengakumulasi fakta atau informasi, apa yang disebut 'perbankan'.
Sebaliknya, mengetahui adalah membangun diri sendiri sebagai subjek di dunia, orang yang
mampu baik untuk menulis ulang apa yang membaca dan bertindak di dunia untuk secara
radikal mengubah itu. Dengan demikian, gagasan Freire keaksaraan baik melampaui
kapasitas subjek untuk membaca kata-kata. Sebaliknya, kegiatan membaca harus tentang
kemampuan untuk 'membaca' dunia.
Dalam proses pendidikan guru dan siswa juga adalah manusia yang tidak sempurna
dan keduanya harus banyak belajar dari satu sama lain dalam proses pendidikan. Ini tidak
berarti bahwa guru harus menyangkal dirinya atau perannya sebagai orang yang melakukan
proses belajar. Tetapi proses harus didasarkan pada dialog kritis dan penciptaan pengetahuan
bersama.
Freire menekankan peran guru sebagai pekerja budaya kritis. Guru harus berjuang
dengan tentang nilai-nilai budaya dominan yang hadir baik di masyarakat dan di dalam diri
mereka untuk memahami fungsi budaya dan politikyang ada. Perjuangan ganda ini dapat
menyebabkan guru untuk bekerja dengan cara refleksif dan transformatif. Dan sekali lagi,
pekerjaan transformatif seperti perlu dilakukan di luar kelas.
Maka teori Freire saat ini banyak diterapkan bagaimana saat ini pendidikan kritis
mulai menjamur tenaga pendidik dan anak pendidik perlu melakukan pembelajaran secara
kritis tidak hanya didalam kelas tetapi juga diluar kelas.
1. Pasal-Pasal Terpenting
1. UUD 1945 dan UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
Pasal 5
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.

Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus.
Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat.
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.
Analisis :
Betapa jelas peraturan itu dirancang, tidak ada yang salah dengan pasal yang sekiranya
dapat meningkatkan kesejahteraan dimasa mendatang. Pendidikan yang kini dianut bangsa
Indonesia yakni wajib belajar 9 tahun bahkan hendak meningkat wajib belajar 12 tahun,
hanya seperti sebuah bingkai janji manis saja, kewajiban itu dibuat tanpa disertai hak yang
pasti didapat setiap warga, lagi-lagi persoalan jatuh pada ketidaktahuan warga tentang
pentingnya pendidikan sedari dini serta hambatan ekonomi yang melanda.
Pasal 7
Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada
anaknya.
Analisis :
Dalam hal pendidikan keluarga khususnya orang tua merupakan faktor utama yang paling
disoroti, dalam hal ini orang tua berperan penting mengarahkan laju pendidikan anaknya,
orang tua juga berhak mendapat informasi perkembangan anaknya mengenai pendidikan
yang sedang dijalani, tetapi saat ini justru banyak terdapat ketimpangan dimana orang tua
dan tenaga pendidik sama-sama tidak mengkomunikasikan setiap perkembangan anak dalam
dunia pendidikannya, dan harus disadari pula bahwa momentum pendidikan yang paling
berharga berada ditangan orangtua.
Pasal 8

Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan.
Analisis :
Pasal ini begitu menggugah bangsa, bahwa lingkungan yaitu masyarakat memiliki peran
penting dalam mensejahterakan pendidian bangsa selain individu, keluarga, negara. bahwa
peran masyarakat begitu komplek didalam pendidikan. Dan yang pasti berpengaruh besar
terhadap segala perubahan bangsa dalam kemajuan program pendidikan. Jangan sampai
masyarakat hanya dibiarkan sebagai penonton didalam pendidikan negeri ini.
Pasal 9
Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Analisis:
Bahwa dalam

hal ini masyarakat juga berperan dalam pengaruh eksternal dimana

mendukung proses pendidikan itu sendiri.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen

Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
Analisis : dalam hal ini kesejhteraan guru memang perlu mendapat perhatian, meski ada
ujaran bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, namun guru pun merupakan
pahlawan yang patut diberi jasa yang layak atas kerja keras dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Namun erat kaitannya dengan hal ini jangan sampai memanfaatkan pendidikan
sebagai ladang memupuk kekayaan, artinya pendapatan itu harus disesuaikan dengan
kinerja dan loyalitas yang diberikan.
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
Analisis : seorang guru berhak mendapatkan hasil buah pengabdiannya terhadap bangsa,
tidaklah salah jika yang demikian itu mendapatkan penghargaan sebagai bentuk terima
kasih bangsa terhadap pahlawan yang tak ada matinya.
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
Analisis : ini pun dinilai penting, mengingat guru adalah aset untuk mengelola pendidikan.
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

Analisis : setiap guru berhak diberi penunjang untuk terus mengembangkan dirinya sendiri
selain mengembangkan potensi anak didik memang perlu digalakkan, tetapi jangan sampai
hal ini dijadikan sebagai ajang mencari hiburan semata dengan mengatasnamakan
pendidikan, misal dengan melakukan riset atau pengembangan potensi pengajaran dengan
menginap di hotel berbintang dengan menggunakan anggaran negara namun melakukannya
dengan tidak serius sehingga tidak menghasilkan apapun, maka jika yang demikian itu
tidaklah benar dilakukan.
e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
Analisis : perlu diperhatikan dengan cermat bahwa hal ini harus mendapatan perhatian
intensif demi terselenggara dan tidak ada penyimpangan didalamnya.
f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan
kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan;
Analisis : ini sepenuhnya memang menjadi perhatian guru, tanggung jawab yang perlu
dilaksanakan dengan baik dan benar tanpa ada unsur diskriminasi dan menjunjung
kejujuran moralitas.
g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
Analisis : hal ini sangat lah urgen mengenai hak sebagai guru yang harus ditegakkan.
h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
Analisis : hak tersebut baik dibebaskan dan perlu diperhatikan organisasi dan hal semacam
apa yang dampak baik buruk nya harus diperhatikan dan menjadi kajian bersama.
i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;
Analisis : kebijakan ini menjadi baik hasilnya dengan penanganan yang berlangsung secara
benar.
j. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi; dan/atau
k. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Analisis : hal yang semacam ini yang perlu dikembangkan secara berkala dan terus menerus
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 8
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Analisis :
Dalam hal ini kualifikasi akademik harus menjadi pertimbangan dimana setiap tenaga
pendidik dituntut memiliki keterampilan yang sesuai untuk memberi pelajaran yang baik
kepada peserta didiknya, dan sertifikasi pendidikan yang sesuai dengan apa yang diajarkan
karena jia ke propesionalitasan seorang tidak sesuai dengan konsentrasi bidangnya akan
berdampak buruk terhadap hasil pembelajaran.
Pasal 9
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan
tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Analisis :
Pasal ini sangat menunjang klasifikasi kelayakan tenaga pengajar, bahwa memang benar
tenaga pengajar tidaklah boleh sembarang orang melainkan tenaga ahli yang kualitasnya
sudah diketahui dengan modal belajar yang tidak singkat. Sehingga pengalaman baik pula
yang akan tersampaikan.
Pasal 45
Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan
rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat
bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Analisis :
Pasal ini memiliki bobot dan peran yang sama dengan pasal 8. Yakni Dalam hal ini
kualifikasi akademik harus menjadi pertimbangan dimana setiap tenaga pendidik dituntut
memiliki keterampilan yang sesuai untuk memberi pelajaran yang baik kepada peserta
didiknya, dan sertifikasi pendidikan yang sesuai dengan apa yang diajarkan karena jia ke
propesionalitasan seorang tidak sesuai dengan konsentrasi bidangnya akan berdampak
buruk terhadap hasil pembelajaran. Dan tentu kinerja dan loyalitas menjadi dasar
terwujudnya pengajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesipulan
Pendidikan merupakan bagian realitas kehidupan bernegara, dimana setiap orang mampu
mengembangkan perannya masing-masing dalam sebuah Negara. Perwujudan pendidikan
bisa dibangun dengan baik apabila pembentukan awal yang dilakukan dengan sebuah konsep
yang jelas. maka dalam hal ini dibangunlah sebuah teori dimana kedudukannya sebagai dasar,
hadirnya pemikiran-pemikiran baru dalam dunia pendidikan, serta peran pemerintah dalam
menegakkan asas-asas pendidikan yang berlaku, demi terwujudnya sebuah kesejahteraan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena dengan mengetahui ilmu-ilmu tersebutlah
dunia pendidikan akan disadari sebagai suatu identitas nyata sebuah perkembangan bangsa.

B. Saran

Dalam era globalisasi ini, pendidikan perlu mendapat perhatian besar maka sebagai warga
Negara Indonesia memerlukan pengetahuan ilmu dalam segala bidang agar mampu bersaing
dikancah dunia, diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca mampu mengetahui aspek
yang benar dalam mengelola proses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Tyler Ralph W. Principles of Curriculum and Instruction.Chicago:University of
Chicago.1949.
Bloom,B. S. ed. et al. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain.
New York: David McKay. 1956.
Archambault, R.D. John Dewey on Education. Selected Writings,Unversity of Chicago Press:
1964.
Bernstein, RJ. John Dewey, New York: Washington Square Press. 1996
http://id.wikipedia.org/wiki/Benjamin_S._Bloom

http://education.families.com/tyler-ralph-w-1902-x20131994-2587-2590-eoed
demeriyopai.blogspot.com/2012/03/menurut-franklin-bobbit-landasan-dan.html
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2005/14TAHUN2005UU.htm