POSISI PRAMUKA DALAM KURIKULUM 2013

POSISI PRAMUKA DALAM KURIKULUM 2013
Sebuah Kontroversi dan Solusi
(Tugas Individu tentang Problematika Dunia Pendidikan)

Dosen:
Dr. Awaluddin Tjalla
OLEH:
FAWZUL ARIFIN
NO. REG. 7816130506

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN

TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak kemunculannya di Inggris, kegiatan kepramukaan mulai banyak digemari
di kalangan pemuda di Eropa. Terjadinya kolonialisme dan imperalisme ke
wilayah Asia dan Afrika bukan semata-mata hanya meninggalkan bekas luka

yang pedih di kalangan masyarakat lokal, meninggalkan budaya-budaya seperti
hedonis, apatis dan juga budaya korupsi yang saat ini masih terjangkit oleh

1

petinggi negeri. Lebih dari itu, banyak peninggalan yang bersifat positif, seperti
pencerahan ilmu pengetahuan dan pendidikan, salah satunya adalah kegiatan
pemuda dalam bentuk kepramukaan.
Pertama kali berdiri organisasi kepramukaan di Nusantara yakni pada
tahun 1914 yang bernama NIPV (Nederlands Indische Padvinders Vereninging)
yang merupakan cabang daripada NPO (Nederlands Padvinders Organisatie) di
Belanda. Kemudian hanya berselang dua tahun saja, kegiatan dari organisasi
ini mulai mendapatkan perhatian yang antusias oleh kalangan penduduk
Nusantara, dan mengadaptasi kegiatan dan bentuk organisasi sesuai dengan
karakteristik warga Nusantara. organisasi pertama yang muncul adalah JPO
(Javanese Padvinders Organisatie) yang didirikan oleh Mangkunegara II.
Perkembangan selanjutnya banyak bermunculan organisasi tersebut,
sehingga NIPV mengeluarkan ultimatum pelarangan penggunaan nama
“padvinder” diluar anggota NIPV. Sejak pelarangan tersebut, puluhan organisasi
berubah nama dari “padvinder” menjadi “Pandoe”.

Istilah pandoe dan kepanduan, berkembang dan menjadi kegiatan
kepemudaan yang menarik bagi rakyat, serta ikut serta dalam perjuangan
membela tanah air. Pasca kemerdekaan, organisasi kepaduan berjumlah lebih
dari seratus, oleh karena itu, presiden Soekarno berinisiatif menyatukan
organisasi tersebut menjadi satu, yang pada tahun 1961 diresmikan menjadi
Gerakan Pramuka dengan kegiatannya bernama Kepramukaan dan
anggotanya disebut sebagai Pramuka. organisasi ini pertama kali dipimpin oleh
Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Organisasi ini pernah mengalami pasang surut lantaran terpengaruh politik.
Masa jaya Gerakan Pramuka terjadi saat era orde lama dan orde baru, dan
mengalami mass surutnya pada era reformasi. Dan kemudian pada tahun 2006
pada masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
diberlakukannya “Revitalisasi Gerakan Pramuka” melalui beberapa tahap,
meliputi regulasi pemerintah atas rekognisi Gerakan Pramuka di Indonesia,
mendukung kegiatan-kegiatan kepramukaan di tingkat provinsi, nasional
bahkan internasional.

2

Salah satu bentuk “revitalisasi” Gerakan Pramuka yang saat ini menjadi

kontroversial adalah dimasukannya Pramuka dalam sistem pendidikan
Indonesia melalui kurikulum terbarunya yakni kurikulum 2013. Kebijakan ini
menuai kontroversial lantaran adanya benturan undang-undang yakni UU
Gerakan Pramuka dan Kebijakan kurikulum, selain itu adanya pengekangan
dalam pramuka itu sendiri serta efek negatif lainnya. Dalam pelaksanaanya di
sekolah yang diwajibkan Pramuka, terjadi perbedaan penafsiran dan
implementasinya. Dualisme penafsiran ini berdampak serius pada peserta didik
itu sendiri.
Secara khusus makalah ini akan membahas:
1.
2.
3.
4.

Gerakan Pramuka, Tujuang, Fungsi dan Sifat Gerakan Pramuka.
Posisi Pramuka dalam Kurikulum 2013.
Efek positif dan negatif Pramuka dalam Kurikulum 2013.
Alternatif solusi Gerakan Pramuka dalam Kurikulum 2013.

BAB II

POSISI PRAMUKA DALAM KURIKULUM 2013
A. Gerakan Pramuka
1. Definisi Pramuka dan Gerakan Pramuka
Kata Pramuka, dalam sejarahnya mempunyai tiga sumber yang berbeda, yakni:
pertama, kata ini berasal dari kata “poromuko” yang merupakan sebuah
sebutan bagi tentara kerajaan Mataram yang berada di depan atau garda
terdepan dalam perang. Kata tersebut merupakan usulan dari Sri Sultan

3

Hamengku Buwono IX untuk menamakan organisasi yang dulunya bernama
“Kepanduan”.1 Kedua, berasal dari kata “Pra” dan “Muka” yang mempunyai
makna seorang prajurit yang berada di awal dan di depan garis peperangan,
kata ini diusulkan oleh Prijono (menteri P dan K). 2 Sedangkan yang ketiga, kata
pramuka merupakan singkatan dari kata “Praja Muda Karana” yang mempunyai
makna, seorang pemuda yang selalu ingin berkarya untuk bangsa dan
negaranya. Singkatan tersebut merupakan hasil musyawarah panitia 9
pembentukan Gerakan Pramuka.3
Dari ketiga asal-usul kata pramuka, pendapat yang ketiga inilah yang
digunakan sebagai pengertian resmi dalam organisasi Gerakan Pramuka. dan

yang tercantum dalam UU Gerakan Pramuka serta Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. oleh sebab itu, Pramuka
dipahami sebagai seorang “pemuda” yang ingin “berkarya” untuk “bangsa”nya.
Jadi, kegiatan pramuka lebih dikhususkan untuk kegiatan kepemudaan.
Sedangkan, kata Gerakan Pramuka, dinisbatkan sebagai sebuah wadah
atau organisasi yang menaungi kegiatan kepramukaan yang ada di Indonesia.
Di tingkat Nasional dikenal dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Kwartir
Daerah Gerakan Pramuka (tingkat provinsi), Kwartir Cabang Gerakan Pramuka
(tingkat kabupaten), Kwartir Ranting Gerakan Pramuka (tingkat kecamatan) dan
Gugus Depan (tingkat satuan/sekolah).4
2. Tujuan, Fungsi dan Sifat Gerakan Pramuka
a. Tujuan Gerakan Pramuka
Tujuan Gerakan Pramuka adalah terwujudnya kaum muda Indonesia yang
dipersiapkan menjadi :
1) Manusia yang berwatak, berkepribadian, berakhlak mulia, tinggi
kecerdasan dan ketrampilannnya serta sehat jasmaninya.

1
R. Darmanto Djojodibroto, Pandu Ibuku; Mengajarkan Budi Pekerti, Membangun Karakter
Bangsa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2012), 154-160.

2
Tempo, Sri Sultan, Hari-hari Hamengkubuwono IX: Sebuah Presentasi Majalah Tempo,
(Jakarta, GrafitiPers, 1998).
3
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Patah Tumbuh Hilang Berganti; 75 Tahun
Kepanduan dan Kepramukaan, (Jakarta: Kwartir Nasional, 1987), 50-52.
4
AD/ART Gerakan Pramuka

4

2) Warga Negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik
dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta
bersama sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara,
memiliki kepedulian terhadap sesame hidup dan alam lingkungan bail
tingkat local, nasional, maupun internasional. 5
b. Fungsi Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka berfungsi sebagai lembaga pendidikan non formal, di luar
sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan

pengembangan kaum muda, berlandaskan Prinsip Dasar Kepramukaan yang
dilakukan melalui Metode Kepramukaan, bersendikan sistem among, yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan
perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. 6
c. Sifat Gerakan Pramuka
1) Gerakan Pramuka bersifat terbuka artinya dapat didirikan diseluruh wilayah
Indonesia dan diikuti oleh seluruh warga negara Indonesia tanpa
membedakan suku, ras, dan agama.
2) Gerakan Pramuka bersifat Universal artinya tidak terlepas dari idealisme,
prisip dasar dan metode kepramukaan sedunia.
3) Gerakan Pramuka bersifat sukarela, artinya tidak ada unsur paksaan,
kewajiban dan keharusan untuk menjadi anggota Gerakan Pramuka.
4) Gerakan Pramuka bersifat patuh dan taat terhadap semua peraturan
perundangundangan Negara kesatuan Republik Indonesia.
5) Gerakan Pramuka bersifat nonpolitik, artinya:
a) Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuatan sosial-politik dan bukan
bagian dari salah satu organisasi kekuatan sosial-politik.
b) Semua jajaran Gerakan Pramuka tidak dibenarkan ikut serta dalam
kegiatan politik praktis.
c) Secara pribadi angota Gerakan Pramuka dapat menjadi organisasi

kekuatan sosialpolitik.
5
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 203 Tahun 2009 tentang Anggaran
Dasar Gerakan Pramuka Pasal 4.
6
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 203 Tahun 2009 tentang Anggaran
Dasar Gerakan Pramuka Pasal 6.

5

d) Anggota Gerakan Pramuka tidak dibenarkan membawa paham dan
aktifitas organisasi kekuatan sosial-politik dalam bentuk apapun dalam
Gerakan Pramuka.
e) Anggota Gerakan Pramuka tidak dibenarkan memakai atribut Pramuka
dalam kegiatan organisasi kekuatan sosial-politik.
6) Gerakan Pramuka bersifat religius, artinya wajib bagi setiap anggota
Gerakan Pramuka untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
keyakinan masing-masing, serta wajib bagi Gerakan Pramuka membina
dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan anggotanya, serta mampu
mengembangkan kerukunan hidup antar umat seagama dan antar pemeluk

agama.
7) Gerakan Pramuka bersifat persaudaraan, artinya setiap anggota Gerakan
Pramuka wajib mengembangkan semangat persaudaraan antar sesama
Pramuka dan sesama umat manusia.7
B. Posisi Pramuka dalam Kurikulum 2013
1. Pramuka dalam Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013 telah terjadi perubahan posisi dan kedudukan Pramuka
dalam dunia pendidikan. Pramuka dan kegiatan kepramukaan dinilai sejalan
dengan tujuan pendidikan Nasional. Sehingga pramuka mendapat perhatian
yang serius dan posisi yang sangat penting dalam mendidik anak-anak.
Walaupun pramuka diposisikan sebagai ekstrakurikuler namun diberikan
penekanan “wajib” bagi seluruh siswa dan lembaga pendidikan di tiap jenjang.
Peraturan wajibnya pramuka di tiap jenjang pendidikan dinilai dapat
membantu dalam mewujudkan pendidikan Nasional. Sehingga setiap sekolah
berbondong-bondong mendirikan Gugus Depan dan mewajibkan kegiatan
kepramukaan pada peserta didiknya. Dan pemerintah tidak tanggung-tanggung
dalam mendanai kegiatan tersebut, mulai kegiatan pada tingkat daerah bahkan
nasional. Lebih dari itu, bersedia mencetak pembina-pembina pramuka yang
berasal dari guru-guru yang bukan berlatar belakang pramuka yang diikut
sertakan dalam Kursus Mahir Dasar dan Lanjutan (KMD/KML) untuk

mengantisipasi kekurangan pembina pramuka pada lembaga pendidikan.
7
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 203 Tahun 2009 tentang Anggaran
Dasar Gerakan Pramuka Pasal 9.

6

2. Kontradiksi Regulasi
Gerakan Pramuka mendapatkan pengakuan yang sah sebagai satu-satunya
organisasi yang menyelenggarakan kegiatan kepanduan di Indonesia melalui
Undang-Undang No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. terbitnya UU
tersebut sebagai pengganti daripada Keputusan Presiden No. 238 tahun 1961
tentang Gerakan Pramuka.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan kurikulum 2013
terutama dengan menetapkan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib banyak
menuai kontroversial dilihat dari sisi regulasi. UU Gerakan Pramuka dan
AD/ART Gerakan Pramuka dengan terpaksa dihadapkan berlawanan dengan
aturan Kurikulum 2013. Dan kurikulum 2013 saling berkontradiksi dengan UU
Sistem Pendidikan Nasional. Berikut akan dijelaskan lebih rinci adanya
kontradiksi regulasi tersebut, yakni:8

a. UU Gerakan Pramuka versus Kurikulum 2013 (sukarela vs wajib)
Dalam UU No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, Pasal 20
disebutkan bahwa “Gerakan Pramuka bersifat mandiri, sukarela, dan non
politis, sukarela dijelaskan dalam UU tersebut organisasi yang
keanggotaannya atas kemauan sendiri, tidak karena diwajibkan”. Lebih
lanjut Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka tahun 2009 pasal 9
lebih lanjut disebutkan “Gerakan Pramuka bersifat sukarela, artinya tidak
ada unsur paksaan, kewajiban dan keharusan untuk menjadi anggota
Gerakan Pramuka”. Namun, kebijakan pemerintah dalam kurikulum 2013
justru malah mewajibkan kepramukaan kepada setiap jenjang
pendidikan.
b. UU Sistem Pendidikan Nasional versus Kurikulum 2013 (tidak dipaksa vs
wajib)
UU No. 12 Tahun 2010 Gerakan Pramuka pasal 11 menggolongkan
“Pramuka sebagai pendidikan non formal dalam sistem pendidikan
nasional”. Sedangkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 26 menjelaskan bahwa “pendidikan non formal
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
8
UU No. 12 Tahun 2012 Gerakan Pramuka, UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional dan AD/ART Gerakan Pramuka tahun 2009.

7

yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam…”. UU sisdiknas tersebut menjelaskan
pendidikan non formal diperuntukan bagi masyarakat yang memerlukan,
sementara kebijakan kurikulum 2013 dengan sangat arogansinya
mewajibkan pramuka di tiap jenjang pendidikan.
C. Efek positif dan negatif Pramuka dalam Kurikulum 2013
Dimasukannya pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib dalam kurikulum 2013
pada tiap jenjang pendidikan mempunyai efek positif maupun negatif, terlepas
daripada kontroversial kebijakan tersebut. Berikut merupakan efek yang muncul
yakni:
1. Efek Positif
Adanya nilai positif yang ditimbulkan dari digandengnya pramuka dalam
kurikulum baru tersebut yakni:
a) Mengokohkan posisi pramuka di Indonesia sebagai satu-satunya
organisasi yang menyelenggarakan kepanduan dan diakui oleh
pemerintah melalui regulasi dan kebijakan.
b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Gerakan pramuka sebagai bagian
dari pada sistem pendidikan nasional dan pelaksana pola pembinaan
Gerakan Pramuka di satuan pendidikan.
c) Mempermudah dalam pembiayaan setiap kegiatan kepramukaan baik di
luar maupun di dalam lingkungan sekolah baik di level daerah dan
nasional maupun internasional.
d) Mengembangkan metode-metode pendidikan dan pelatihan bagi
kepramukaan.
2. Efek Negatif
a) Terjadinya kekakuan dalam sistem pendidikan dan pelatihan
kepramukaan, membuat kegiatan menjadi terkekang oleh ruangan kelas,
dan mengurangi kegiatan-kegiatan di luar ruangan yang merupakan
kegiatan sesungguhnya dari kepramukaan.
b) Perubahan arah orientasi menjadi hanya sekedar menuntaskan
kewajiban belaka, bukan lagi membimbing karakter siswa melalui pola
hubungan kakak-adik.
c) Penurunan kualitas kepramukaan, hal ini dalam praktek dilapangan
sudah terjadi yakni dengan munculnya kebijakan mengikutsertakan guru-

8

guru kelas yang notabene bukan berlatar belakang pramuka ikut serta
dalam Kursus Mahir Dasar. Sehingga dapat mencetak pembina pramuka
yang bukan dari pramuka dan belum memahami pramuka.
d) Rawan terjadinya penyalahgunaan nama pramuka, baik dalam
pengajuan anggaran maupun dalam kampanye politik yang saat ini
terjadi.
D. Alternatif solusi Gerakan Pramuka dalam Kurikulum 2013
Seperti yang telah dikemukakan di atas, banyak terjadinya kekurangan dan
problematika ketika pramuka dimasukan dalam kurikulum 2013 serta menjadi
wajib bagi tiap jenjang pendidikan, dan yang paling krusial adalah adanya
pelanggaran terhadap UU baik UU Gerakan Pramuka maupun UU sistem
pendidikan nasional.
Solusi terbaik yang ditawarkan adalah ketika pramuka masih tetap ingin
dimasukan dalam kurikulum 2013 adalah sistem keanggotaannya tidak
diwajibkan, dalam arti keanggotaan pramuka bersifat sukarela, tidak ada
paksaan dan atas dasar kemauan sendiri yang sesuai dengan UU Gerakan
Pramuka, AD/ART Gerakan Pramuka dan UU Sistem Pendidikan Nasional.
Yang menjadi poin wajib adalah, setiap jenjang pendidikan diwajibkan
mendirikan Gugus Depan Gerakan Pramuka dan Melaksanakan kegiatan
kepramukaan. Dan hal ini tidak bertentangan dengan aturan-aturan tentang
Gerakan pramuka dan kepanduan pada umumnya.

9

BAB III
PENUTUP
Perjalanan panjang Gerakan Pramuka dalam sejarah kegiatan kepemudaan di
Indonesia telah mengalami pasang-surut seiring dengan perjalanan politik
bangsa Indonesia. Hingga pada akhirnya pada tahun 2006 dilakukannya
gerakan revitalisasi gerakan pramuka yang mana salah satunya adanya
tercetusnya UU Gerakan Pramuka sehingga posisinya menjadi semakin kokoh.
Sehingga pemerintah tidak segan menggandeng pramuka dalam kebijakan
kurikulum 2013 terbarunya.
Kebijakan kurikulum 2013 dengan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib
pada tiap jenjang pendidikan terbukti menuai kontroversi, yang paling krusial
adalah adanya kontradiksi antara UU Gerakan Pramuka, AD/ART Gerakan
Pramuka dan UU sisdiknas dengan kebijakan kurikulum 2013 yang mewajibkan
pramuka.
Solusi terbaik yang ditawarkan adalah ketika pramuka masih tetap ingin
dimasukan dalam kurikulum 2013 adalah sistem keanggotaannya tidak
diwajibkan, dalam arti keanggotaan pramuka bersifat sukarela, tidak ada
paksaan dan atas dasar kemauan sendiri yang sesuai dengan UU Gerakan
Pramuka, AD/ART Gerakan Pramuka dan UU Sistem Pendidikan Nasional.
Yang menjadi poin wajib adalah, setiap jenjang pendidikan diwajibkan
mendirikan Gugus Depan Gerakan Pramuka dan Melaksanakan kegiatan

10

kepramukaan. Dan hal ini tidak bertentanga dengan aturan-aturan tentang
Gerakan pramuka dan kepanduan pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

AD/ART Gerakan Pramuka tahun 2009.
Djojodibroto, R. Darmanto. Pandu Ibuku; Mengajarkan Budi Pekerti,
Membangun Karakter Bangsa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2012.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Patah Tumbuh Hilang Berganti; 75 Tahun
Kepanduan dan Kepramukaan, Jakarta: Kwartir Nasional, 1987.
Tempo, Sri Sultan, Hari-hari Hamengkubuwono IX: Sebuah Presentasi Majalah
Tempo, (Jakarta, GrafitiPers, 1998).
UU No. 12 Tahun 2012 tentang Gerakan Pramuka.
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

11