PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDI

PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafata Pendidikan
oleh : Arty Ardhila

A. Dasar Pemikiran
Sering saya mendengar dari ustad menyampaikan firman Allah yang menyatakan bahwa Tuhan
telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan, negatif dan positif pro
dan kontra baik dan buruk antara teori dan praktek kemudian akan ada hubungan horisontal dan
vertikal
Pengertian Horisontal dan vertikal dapat digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
sosiologi, psikologi, politik, organisasi kepemimpinan dan masih banyak lagi sampai pada cabang
filsafat dan pendidikan dan bahkan cabang filsafat pendidikan.
Antara Filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping, yaitu antara
hubungan disiplin ilmu yang satu dengan cabang ilmu yang lain yang berbeda-beda, sehingga
merupakan shyntesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada
penyesuaian masalah-masalah pendidikan dan pengjaran. Seperti sosiologi pendidikan merupakan
ilmu terapan, yaitu suatu lapangan studi yang mempelajari, sumber-sumber sosiologis terhadap
problema-problema pendidikan umpamanya, dan seterusnya masih banyak lagi.
Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis
terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran. Sebaliknya Filsafat pendidikan
menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah, dengan cabang-canbang ilmu

pendidikan yang lain seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan
perbandingan pendidikan dan pucaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu
tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu
pengetahuan sejenis.
Dalam pembahasan tentang masalah pendidikan dan filsafat pendidikan akan dimulai dengan
mengajukkan Istilah Pendidikan, alasan lahirnya Filsafat pendidikan, Defenisi filsafat pendidikan,
kriteria evaluasi persyaratan ilmiah filsafat pendidikan kemusian yang terakhir manfaat mempelajarai
Filsafat pendidikan

B. Istilah pendidikan
Paedagogik atau Ilmu Pendidikan ilmu pengetahuan yang penyelidiki,merenungkan tentang gejalagejala perbuatan mendidik, Paedagogik berasal dari kata yunani paedagogia yang berate “pergaulan
dengan anak-anak” Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang jaman Yunani kuno yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari
paedagogos itu, jadi nyatalah bahwa pendidikan anak-anak Yunani Kuno serahkan kepada Paeda
gogos itu
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya pembimbing pemimpin. Perkataan
paedagogos yang mulanya berarti rendah (pelayan bujang) sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia.
Paedagoog (Pendidik atau ahli didik) ialah seorang yang tugasnya membimbing anak dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
B. Pentingnya Pendidikan

Seorang Pendidik terhadap anak didiknya, Ia berusaha membimbing atau memmpin
pertumbuhan anak jasmani maupun rohaninya. Ia tidak memaksa pertumbuhan anak-anak
sekehendaknya, Ia tidak dapat membuat anak agar lekas berjalan atau berkata-kata jika belum
waktunya. Ia tidak bisa mencetak anak jadi Dokter, insinyur, sajana Ekonomi Ahli Hukum atau hal-hal
yang memungkinkan tercapainya tujuan. Dal;am pertumbuhannya jasmanidan rohani anak
berkembang sendiri, dan perkembangannya itu menurut tempo dan iramanya sendiri, sesuai dengan
pembawaan dan bakat sendiri-sendiri.. Pendidikk hanya dapat memimpin perkembangan anak itu
dengan mempengaruhinya dari luar seperti menjaga dan merawat anak dengan baik seperti
memberi makanan, memberi pakaian, menjaga anak supaya terhindar dari penyakit, menyediakan
alat-alat permainan, melarang, menghukum dan menyekolahkan dan kalau perlu memindahkan
anak kelingkungan yang lebih menguntungkan. Jadi Tindakan pendidikan terhadap anak didiknya
mengandung maksud tertentu ada tujuan hendak dicapai. Orang mendidik anaknya dengan maksud
agar anaknya itu mempunyai bekal yang dapat dipergunakan dalam kehiudupan kelak, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Pertumbuhan seorang anak tidak dapat disamakan secara mutlak dengan pertumbuhan
seekor binatang, pendidikan anak berbeda dengan pendidikan binatang. Dalam dunia hewan sering
terjadi gejala-gejala aneh yangkadang-kadang bertentangan dengan alam pikiran kita. seekor
kalajengking yang baru lahir, dengan cepat lari merangkak ke atas punggung induknya. Kalau tidak
berlaku demikian ia pasti dilahap oleh induknya. Setelah agak besar dan dapat mencari makanannya
sendiri, larilah ia sekencang-kencangnya melepaskan diri dari induknya yang pelahap itu, Sedangkan


laba-laba memakan jantannya ketika hampir masa bertelur. Mungkin hal ini dilakukan untuk menjaga
anak-anaknya nanti agar jangan dimakan oleh Bapaknya yang pelahap itu untuk melindungi anaknya
dari bahaya. Lain lagi yang dilakukan oleh Burung. Seekor Burung betina yang sedang mengerami
telur di sarangnya, jarang dan hampir tidak mau meninggalkan sarangnya sampai telurnya menetas.
Jantanlah yang mencarikan makannnya untuk induknya yang sedang mengeram itu.Jika sudah
menetas keduanya mencarikan makanan untuk anak-anaknya yang belum bisa mencari makanan
sendiri. Sesudah anak-anaknya sudah agak besar dan cukup untuk belajar terbang. Indukj dan
Jantannya waktunya untukj melatih anak-anaknya terbang dari ranting satu keranting yang lain.
Awalnya yang dekat lama-lama agak jauh, mula-mula rendah dan lama-lama agak tinggi dan
seterusnya, sehingga anak anaknya itu pandai terbang dan mencari makanan sendiri-sendiri.
Kemudian dapat lepas dari pengawasan dan perlindungan induknya.
Demikian contoh-contoh tersebut merupakan gambaran bahwa binatang pun ”mendidik
anak-anaknya, memelihara, melindungi dan mengajar anak-anaknya sampai anak-anaknya itu dapat
berdiri sendiri dan membangun kehidupan sendiri.
Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai kelebihan dari binatang-binatang yang mendidik
anak-anaknya secara instingtif. Kepandaian mendidik yang ada pada binatang bukan karena dipelajari
dari binatang lain, melainkan kepandaian yang sudah ada dari tiap-tiap jenis-jenis binatang dan
sifatnya tetap tidak berubah. Kemampuannyapun yang sudah ada dalam pembawaan dan akan
berkembang dengan sendirinya tanpa pengaruh dari luar. Belajar secara demikian dalam psikologi

pendidikan disebut belajar instingtif.
Ada memang beberapa jenis binatang yang dapat dilatih untuk melakukan sesuatu, tetapi
hasil atau prestasi dari latihan-latihan itusifatnya tetap dan tertentu, artinya hanya dalam batas-batas
tertentu insting itudapat dibentuk dan diubah. Tindakan-tindakan itu masih terbatas pada suasana
waktu tempat hal tertentu pula. Tindakan-tindakan dilakukan binatang secara otomatis tanpa
rencana dan tanpa dipikirkan dahulu. Tindakan-tindakan yang melatih binatang bukan pendidikan
melain ”dresur” . Demikian kita kalau mendresur anjing untuk keperluan berburu, sapi untuk
menarik gerobak dan sebagainya
Supaya lebih jelas apa yang dimaksud dengan dresur dan apa perbedaannya dengan
pendidikan menurut prof. J Gielen dan prof.S Strasser dari Buku Ilmu Mendidik (1960)
Dresur dan pendidikan.Dresur merupakan tindakan-tindakan menjinakan, mendresur dan melatih
binatang

hanya

dalam-batas-batas

tertentu

dari


instingnya.

Pendidikan

menggunakan

kecenderungan-kecenderungan apa yang timbul pada masa perkembangannya psikis. Pendidikan
mengarahkan napsu-napsu bawaan kepada tujuan berguna, ia menentukan bentuk-bentuk tindakan

instingtif yang boleh dilakukan. Ia turut menjaga, tetapi lebih-lebih dengan menuntun dan
memberikan bentuk pada perkembangan tadi.
Pendidikan adalah mendresur yang dilakukan pada binatang berlainan dengan pendidikan
yang dilakukan pada manusia. Dalam beberapa hal memang ada persamaan. Persamaan itu pada
pertumbuhan biologis aja yaitu berhubugan dengan perkembangan jasmani sedangkan pada
manusia harus diperhitungkan perkembangan psikisnya. Binatang adalah mahluk alam yang tidak
berkebudayaan. Manusia merupakan bilangan alam tetapi juga bilangan berkebudayaan. Manusia
mahluk yang lebih tinggi dari binatang adalah mahluk yang berbudiu, berpikir manusia adalah
anggota dari persekutuan masyarakat. Dengan adanyaBudi ini akan ada pilihan mana yang baik dan
mana yang buruk. Manusia dapat memilih dan menentukan dari berbagai kemungkinan yang akan

dilakukannya.Ia lebih bebas dalam melakukannya tetapi pertangungjawabanya lebih besar pula.
Sedangkan pada Binatang tidak demikian.:Perbuatan binatang terikat o0leh alam, oleh instingnya
tidak mengenal tanggung jawab. Karena perbuatan itu kehidupan manusia lebih sulit dari pada
kehidupan binatang.
Manusia merupakan anggota persekutuan atau masyarakat. Dari persekutuan itulah
bermacam-macam corak ragamnya, tinggi- rendahnya, kaya dan miskin pintar dan bodoh.. Dari
persekutuan akan timbul bermacam golongan yang berbeda bahasa, adat maupu pekerjaannya.Ada
persekutuan Pekerjaan, ada persekutuan paham, ada persekutuan.Pemuda Pemudi. Tingkat
kecerdasan dan kebudayaanpun berlainanb ada yang sudah maju dan ada yang ketinggalan.
Manusia memerlukan interaksi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok. Dalam suatu interaksi memerlukan penyesuaian diri terhadap kelompok atau masyarakat,
anak memerlukan pengarahan dari orang dewasa atau yang lebih pintar, terutama orangtuanya.
Orangtua atau pendidik tidak dapat begitu saja”membiarkan” anak-anaknya supaya tumbuh sendiri.
Tanpa pimpinan, anak anak akan tumbuh kearah pemuasan dorongn napsu, yang sudah banyak
bertentangan dengan apa yang berlaku dan dikehendaki oleh masyarakat.
Dari keterangan diatas betapa penting orangtua atau pendidikan itu bagi-anak-anak agar
mereka tidak terjerumus kerah dorongan hawa napsu, psikis anakanak masih labil. Perlu motivasi
dari orang yang lebih tahu untuk mendidik, melatih mengajar, membimbing anak-anak yang kurang
pengalaman dan rasa ingin tahunya sangat tinggi supaya anak tersebut menjadi dewasa dalam segala
hal.Secara sederhaa pendidikan itu dapat disimpulkan sebagai berikut Pendidikan ialah segala-usaha

orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk pemimpin perkembangan jasmani dan
rohaninyua kearah kedewasaan.
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian luas. Dalam
arti khusus. Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh

orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Menurut Abu
Ahmadio dan Nur Uhbiyati (l991):70 mengemukakan defenisi pendidikan sebagai berikut :
a). Menurut Prof. Hoogeveld mendidik anak membantu anak supaya anak itu cakap menyelesaikan
tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
b). Menurut Prof. Brojonegoro mendidik meberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa
dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan
jasmani.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usayha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Setelah anak menjadi dewasa
dsengan segala cirinya dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus pendidikan yang dilakukan
orangtua kepada anaknya yaitu pendidikan pertama dan utama pendidikan yang dilakukan oleh
keluarga. Sedangkan Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan
kesejaghteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat Henderson (1959 :44 ) mengemukakan
:“But to see education as a process of growtrh an d development taking place as the resulkt
of the interactionof an individual with his environment, both physical an d social, beginning birth and

lasting as long as life itself a process i9n which the social heritage as apart of the social environment
becomes a tool to be used toward the development of the best an most intelegent person possible,
menand women who wil promote human welfare, that is to see the educative process as
philosopher an d educational reformers conceived it.”
Jadi pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil
interaksi individu dengan l;ingkungan social dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir
3. Alasan lahirnya Filsafat Pendidikan
Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata ”philos” dan filsafat secara
harfiah adalah cinta yang sangan mendalam kepada kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan
secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baiksadar maupun tidak sadar. Dalampenggunaan
secara populer Filsafat dapat diartikasn sebagai sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan juga
disebut pandangan hidup (masyarakat)Secara populer misalnya kita sering mendengar” pancasila
merupakan

satu-satunya

falsafah

hidup


bangsa

Indonesia”

Herdesrson

(1959)

16)mengemukakan”Populery philosoiphy means ones’s general vews of life of mens of ideals, and of
values, in the sense eveyone has philosophy of life”

Filsafat pendidikan merupakan pola-polapemikiran atau pendekatan filosofis terhadap
permsalahan bidang pendidikan dan pengjaran. Filsafat Pendidikan menunjukkan hubungan pertikal,
naik keatas atau turun ke bawah dengan cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar
pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan. Hubungan vertikal tingkat penguasaan dan atau ke
ahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.. Filsafat pendidikan sebagai
salah satu ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada
penterapan pendekatan filosfis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
hidup dan penghidupan manusia pda umumnya dan manusia yang berpredikat guru pada khususnya.

Dasar alasan timbulnya atau mungkin lahirnya cabang ilmu pengetahuan yang disebut ilmu
filsafat pendidikan, yang memisahkan diri dari induknya, yaitu filsafat dan bagian dari rumpun dari
konsep ilmu pendidikan. Sedangkan dasar alasan yang dimaksudkan disini adalah dasar alasan
mengapa guru harus mempelajari ilmu filsafat pendidikan, yang akan merupakan pedoman
pelaksanaan tugas pendidikan dan pengjaran.
Dalam kepustakaan ilmu pendidikan, terutama sejarah pendidikan ditetapkan, terutama
sejarah pendidikan ditetapkan bahwa filsafat pendidikan dianggap sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri, lahir sebagai disiplin ilmu pada tahun 1908, pada saat itu dengan judul
”philosophy of education” atau fisafat pendidikan dan kita terima sampai saat ini.
Asumsi dasar lahirnya filsafat pendidikan. Dua assumsi dasar dari lahirnya cabang ilmu, atau
disiplin ilmu yang berdiri sendiri, yaitu filsafat pendidikan adalah pertama bahwa assumsi ilmu
pendidikan adalah ilmu pengetahuan normatif, yang berarti ilmu pendidikan disiplin ilmu yang
merumuskan kaidah-kaidah norma, atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku yang
seharusnya dilaksanakan manusia yang hidup dalam masyarakat manusia.
Sesuai dengan assumsi di atas, maka ilmu pendidikan erat berkaitan dengan ilmu-ilmu
pengetahuan normatif, seperti agama , filsafat dan kebudayaan serta ilmu Sosiologi, sebagai disiplin
ilmu yang merupakan su7mber norma dan nilai hidup dan pendidikan. Dengan demikian way of live
sosial masyarakat, kaidah fundamental negara dan tradisi kebudayaan bangsa dapat dimasukkn ke
dalam katagori pengertian di atas.
Asumsi dasar kedua dari lahirnya filsafat pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan

ilmu pengetahuan praktis artinya bahwa budaya daripada pendidikan sebagai aspek kebudayaan
adalah menyalurkan dan melestarikan nilai-nilai dari aspek kebudayaan dari generasi satu ke generasi
selanjutnya untuk dikembangkan ke arah tujuan yang lebih baik dan sempurna. Asumsi ini bahwa
tugas pendidik atau guru adalah menanamkan nilai norma ukuran tingkah laku kepada anak didik
yang bersumber pada dasar-dasar agama filsafat atau tradisi kebudayaan tertentu. Sampai kaidah
fumdamental negara

4. Defenisi Filsafat Pendidikan.
Dari uraian dan pemabahasan sebelumnya, dan dengan harapan dapat mempelajari jalan
pemikiran selanjutnya atau mempertajam fokus pemikiran maka di bawah ini dirumuskan defenisi
Filsafat Pendidikan :
Filsafat Pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan
memusatkan kegiatan-kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu :
a.

kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan,konsepsi tentang sifat hakekat

manusia, serta konsepsi hakekat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b.

Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (sience) of education ) yang meliputi

politik pendidikan, kepemimpinan penidikan atau organisasi pendidikan, methode pendidikan dan
pengajaran, termasuk pola-pola akulturusai dan peranan pendidikan dan pembangunan masyarakat
dan negara.

Defenisi di atas merngkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan sistem
atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya merupakan ilmu yang mempelajari adalah
yang satu pelengkap terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik
dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu,pendidikan sex umpamanya tidak
memerlukan filsafat dan filsafat pendidikan, karena tugasnya hanaya menentukan pilihan dalam caracara, teknik dan alat-alat maupun sarana dengan mana dapat dilakukan kegiatan mengajar yang
efektif.
Salah satu Defenisi pendidikan telah dikemukakan dalam kaitannya Filsafat pendidikan John
Dewey yang dikenal dengan Progresivisme, sebagai lawan dari filsafat essensialisme dan atau
perenialisme, yang rasionalis, religius metafisis tentang hakekat manusia dan dunia yang berada di
dalamnya. Assumsi dasar hakekat pendidikan ditentukan oleh hakekat manusianya didasarkan pada
filsafat aristoles bahwa amanusia adalah ”homo sapens” adalah sejenis mahluk yang dapat berpikir
sehingga defenisi pendidikannya adalah bahwa : Education is the procces by wich the human mind is
disciplined an d devepeloed” artinya Pendidikan adalah suatu proses dengan mana pikiran rasio,
mental manusia disiplin dan dikembangkan”
Para Pemikir Filsafat Pendidikan Indonesia, kita dikenalkan dengan salah satu rumusan tujuan
pendidikan sebagai berikut : membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab atas kesejahteraan negara dan tanah air” dalam rumusan ini
hakekat manusia sebagai manusia dan warga negara sebagai suatu aspek yang bernilai martabat

yang sama, sehingga yang satu tidak boleh mencaplok dan mengisap yang laio; artinya manusia
dihisap warganegara sehingga mengarah ke terhisapnya kepentingan individu demi kepentingan dan
kekayaan negara, dan sebaliknya aspek warga negara dan mengarah ke individualisme yang otomatis.
Suatu defenisi pendidikan yang mengarah pada pengisapan individualistas manusia ke dalam
konsep awrganegara adalah Defenisi pendidikan di bawah ini :
”Education in the process by wich rhe individual is thought loyalty an conformity to the group and to
social institutions”.
Arttinya “ pendidikan adalah kegiatan atau proses dengan mana individual dinina agar loyal setia
tanpa sarat dan penyesuaian membuta pada kelompok atau lelmaba social.”
Defenisi Pendidikan yang banyak dikemukakan oleh para psikolog lebih dekat dengan defenisi
pendidikan di bawah ini :
“education is a process of grow in which the individual is helped to developed his powers, his
talent, hius abilities, and his ineterst “
Artinya Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhanb di dalam mana individu di Bantu
mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya kecakapannya dan minatnya”. Titus Harold
(l953)
Perbedaan antara kedua defenisi pendidikan di atas, anata pendekatan sosiologis dan
pendekatan social meninjau proses pendidikan dalam kaitannya dengan kehidupan dan lembaga
social di mluar individu, sedangkan pendekatan psikologis meninjau proses pendidikan dari proses
internal dalam diri manusia anak didik, sehingga lebih mengarah kepada peninjauan Tentang konsep
hakekat psikologis, bukan filosofis, nampaknya masih terdapat ketidak pastian tentang perbedaan
masing-masing aspek psikologis dari kepribadian manusia utuh bulat
Pertama-tama harus diingat bahwa apa yang dimaksud dengan criteria kualifikasi di sini tiada
lebih merupakan criteria memenuhi syarat, lengkap tidaknya suatu aliran system filsafat pendidikan
tertentu, baik bukannya baik tidaknya, benar tidaknya suatu aliran system filsafat pendidikan.
Pemilihan aliran tergantung selera masing-masing penilianya subyektif ditentukan oleh keputusan
hati msing-masing guru atau individu yang bersangkutan.
Sesuai dengan kenyataan bahwa filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat
terhadap problema pendidikan, dan sejalan dengan pembahasan tentang ilmu pendidikan sebagai
ilmu pengetahuan normative, serta defenisi filsafat pendidikan. Jadi criteria kualifikasi fiklsafat

pendidikan artinya masalah apakah memenuhi persyaratan sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri
dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional ilmiah.
Adapun Kualifikasi terdiri atas :
1. menyelesaikan problema esensial filsafat pendidikan
a. merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan
b. merumuskan sifat hakekat manusia, baik sebagai subyek dan obyek pendidikan
c. merumuskan secara tegas hubungan antara agama, filsafat dan kebudayaan.
d. merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan
e. merumuskan perincian sistem, nilai, norma, atau isi moral pendidikannya.
2. harus terbuka, artinya suatu aliran filsafat pendidikan tertentu harus terbuka jika ada kritik, dinilai
tentang segi kebaikan dan kelemahannya, untuk diperbaiki dan disempurnakan.
3. bahwa filsafat pendidikan harus menempatkan individu dengan memberi kesempatan kepada
individu lain untuk berpikir kritis dan reflektif dan tidak berfikir secara dogmatis dan tradisional.
Masalah-masalah yang timbul dalam tiga kualifikasi perlu dikemukakan dan dijelaskan
dengan jelas, tidak semua aliran filsafat sebagai suatu sistem pemikiran dalam pendidikan
menentukan dan merumuskan perincian-perincian tersebut.Tidak jarang individu guru yang
mempelajari suatu aliran filsafat pendidikan tidak dapat meyelesaikan permasalahannya dengan
aliran tersebut tetapi dikembalikan lagi kepada persoalan eksplisit yang ada. Sehingga kadang-kadang
akan terjadi selisih interprestasi dari orang yang memberikan kritik.
5. Nilai Manfat Filsafat Pendidikan
Dalam rangka memahami nilai manfaat apa yang dapat diperoleh dengan mempelajari, maka
terlebih dahulu akan diajukkan tiga assumsi dasar yang ada kaitannya dengan manfaat Filsafat
pendidikan.
1.

Hidup tanpoa perenungan apa arti hakekat hidup, adalah suatu kehidupan tidak berbobot.

2.

Bahwa apabila pendidikan diakui sebagai proses eksperimental,maka beda dengan

eksperimentasi dalam ilmu fisika, eksperimentasi pendidikan dan sosial berhasil tidak tidak mudah
atau tidak segera kita ketahui atayu buktikan.
3.

bahwa berbuat slah tetapi tahu dari sadar akjan letak kesalahannya, lebih baik berbuat baik

tetapi tidak tahu letak kesalahannya.

Apabila ketiga assumsi dasar di atas benar, dan memang tidak terlalu salah dapat dikemukakan
berapa nilai manfaat mungkin dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan bagi setiap
pendidik.
1.

memberi kesempatan kepada setiap pendidik untuk mebiasakan diri mengadakan

perenungan mendalam atau berteori betapapun kurang atau belum sempurnanya teori tersebut.
2.

akan memberi pengertian yang mendalam akan problema essensial dan dasar pertimbangan

mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problema pendidikan.
3.

membiasakan para pendidik dan guru agar mengutamakan berpikir kritis dan reflektif dalam

menyelesaikan problema

6. Penutup
Berdasarkan

uraian

diatas

pada

pemabahasan-pebahasan

sebelum

dengan

kami menyimpulkan
a.

Antara Filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, , yaitu anatara hubungan disiplin ilmu
yang satu dengan cabang ilmu yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan shyntesa yang
merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian masalahmasalah pendidikan dan pengajaran. Seperti sosiologi pendidikanmerupakan ilmu terapan, yaitu
suatu lapangan studi yang mempelajari, sumber-sumber sosiologis terhadap problema-problema
pendidikan umpamanya, dan seterusnya masih banyak lagi.

b. Filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah, dengan cabangcanbang ilmu pendidikan yang lain seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori
pendidikan perbandingan pendidikan dan pucaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara
disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman atas
rumpun ilmu pengetahuan sejenis.
b.

Filsafat pendidkan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan, adalah cabang ilmu
pengetahuan yang memuaskan perhatiannya pada penterapan pendekatan filosofis pada bidang
pendidikan dalam rangka meningkatan kesejateraan hidup dan penghidupan manusia pada
umumnya dan guru pada khususnya adanya Filsafat Pendidikan dimaksdukan untuk membahas
masalah-masalah pendidikan sehingga problema-problema pendidikan dapat diselesaikan dan
pendidikan dapat berkembang sesuai dengan tuntutan jama.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.C 2008 Filsafat bahasa dan pendidikan Bandung :UPI dan Rosda Karya
Ali saefullah 1997 Pengantar Filsafat Pendidikan. Uasaha Nasional surabaya Indonesia
Dewey John, Prof dr. 1955 Perihalan kemerdekaan dan Kebudayaan, Terjemahan E.M Aritonang,
Cetakan Kedua Jakarta Saksama
Dewey Ojhn Democracy and Education A.n Introduction to the philosophy of educatio New York, The
Macmilan Company (1960)

M. Ngalim Purwanto MP 1995 Ilmu Pendidikan teoritis dan praktis Pt Remaja Rosdakarya Bandung
Siriasumantri, Jujun 1990 Filsfat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, jakarta : sinar harapan
Syam MN 2006 Filsafat Ilmu Malang FIP UM (Internet)