PERKEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL PADA MAS

PERKEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL PADA MASA
KANAK-KANAK
A. Latar Belakang
Perkembangan sosial dan kepribadian kepribadian pada masa kanakkanak dapat ditinjau dari sudut psikologi perkembangan dan pertumbuhan,
ada tugas-tugas perkembangan yang wajib dilewati oleh seorang manusia
sejak dia bayi, kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Demikian juga secara
analogis ada tugas-tugas perkembangan yang wajib dilewati oleh seseorang
dalam seluruh perjalanan kehidupannya.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang
kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada
orang lain. Bagi kebanyakan anak-anak sering kali dianggap tidak ada peran
bagi orang dewasa. Mereka tidak diperbolehkan mengambil keputusan
padahal mulai dari masa kanak-kanak inilah kepercayaan diri mereka
dibangun. Faktor sosial dan kepribadian dibentuk berdasarkan pola pengasuh
dari orang tua, kedisiplinan, kebebasan yang bertanggung jawab.
Gangguan yang muncul tersebut menyebabkan anak menjadi proses
penyimpangan moral dan agresi. Pada masa anak-anak mereka cenderung
tidak sabar menunggu saat didambakan yakni pengakuan dari masyarakat
mereka tidak ingin dianggap sebagai anak-anak lagi melainkan menginginkan
menjadi “Orang Dewasa”. Perkembangan sosial dan kepribadian pada masa
kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan

pada ibunya.
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari 2 tahun sampai 6 tahun, oleh
para pendidik dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada
masa ini berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan
pada masa bayi menjadi cukup baik. Pada saat masa awal kanak-kanak
dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai berbagai keterampilan dan
senang mencoba hal-hal baru.
Perilaku sosial dan kepribadian yang ditunjukkan oleh seorang anak
dalam lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya.

Perkembangan emosi seorang anak sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Suatu hal yang sangat bijak apabila kita mampu menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk membantu perkembangan emosi anak.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari
dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi
untuk mencapai pemuasan diri dan kesejahteraan pribadi pada saat
berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu. Misalnya saat anak masuk
Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai keluar dari lingkungan
keluarga dan memasuki dunia baru. Maka seorang anak mengalami
perubahan emosional dan berusaha menyesuaikan diri dengan teman sebaya,

guru dan orang dewasa di sekitarnya.
Dalam dunia baru yang dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan
terhadap lingkungan yang baru. Tidak setiap anak berhasil melewati tugas
perkembangan sosioemosional pada usia dini, sehingga berbagai kendala
dapat saja terjadi. Sebagai pendidik sepatutnyalah untuk memahami
perkembangan sosio-emosional anak sebagai bekal dalam memberikan
bimbingan terhadap anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuan
sosial dan emosinya dengan baik.
Berdasarkan paparan di atas maka makalah ini akan membahas tentang:
perkembangan pribadi dan sosial pada masa kanak-kanak yang terdiri atas:
1. Pembentukan konsep diri dan kesadaran diri seorang anak
2. Faktor keluarga dan teman sebaya
3. Perkembangan kepribadian dan moral anak.
4. Mendisiplinkan anak
5. Bahaya perkembangan sosial, moral dan pribadi.
6. Kebahagian pada masa anak.
7. Kajian jurnal terbaru perkembangan pribadi dan sosial pada masa kanakkanak.

B. Perkembangan Kanak-Kanak
Perkembangan adalah proses menuju dewasa, menjadi besar dan

sempurna. Proses perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan.

Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak
dapat diukur. Dengan kata lain, perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat
dinyatakan dengan angka. Menurut Santrock (2009: 37) ditandai dengan
beberapa periode: masa bayi, masa kanak-kanak awal; masa kanak-kanak
akhir, masa remaja, dan masa dewasa awal.

C. Pengertian perkembangan sosial, kepribadian dan moral pada masa
kanak-kanak
Perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak
merupakan suatu proses perkembangan pribadi di dalam lingkungan, yakni
keluarga, teman sebaya dan

masyarakat. Menurut Feldman (2012: 178)

perkembangan sosial dan kepribadian anak akan terus membentuk suatu
kesadaran diri yang memfokuskan pada pengembangan konsep diri mereka
termasuk konsep gender. Pada kehidupan sosial anak-anak prasekolah,
terutama bagaimana bermain dengan teman sama lain. Peran orang tua

sangatlah penting sebagai figur otoritas lain dalam kedisiplinan anak untuk
membentuk perilaku anak-anak.

1.

Ciri-ciri masa kanak kanak:
Masa bayi yang merupakan ciri khas pada masa periode lain dalam
rentang kehidupan, demikian juga pada ciri masa awal kanak-kanak yang
tercermin dalam sebutan yang biasanya diberikan oleh orang tua, pendidik,
dan ahli pisikologi. Menurut Hurloch (2008: 109) sebagai berikut:
a) Orang tua menyebut: “Usia yang mengundang masalah atau Usia
sulit“ masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua yang

umumya masalah pada perawatan fisik bayi, dengan datang nya masa
kanak kanak sering terjadi masalah prilaku yang lebih menyulitkan
dari pada masalah perawatan fisik bayi
b) Para pendidik menyebut: “Usia Prasekolah” untuk membedakan
disaat dimana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik maupun
mental untuk menghadapi tugas tugas pada saat mereka mengikuti
pendidikan formal: “anak prasekolah bukan anak sekolah”.

c) Ahli pisikologi:

 Usia Kelompok: masa dimana anak mempelajari dasar-dasar prilaku
sosial sebagai persiapan kehidupan sosial yang lebih tinggi.

 Usia

menjelajah:

menginginkan

sebuah

mengetahuai

lebel

dimana

kadaan


anak-anak

lingkungan,

mulai

bagaimana

mekanismenya, bagai mana perasaanya dan bagiamana ia bisa
menjadi bagian dari lingkungan.

 Usia meniru: anak meniru pembicaraan dan tindakan orang lain

 Usia kreatif; dimana anak menunjukan kreatifitas bermain selama
masa kanak kanak.
2.

Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah


laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari
kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada.
Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik
sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak

yang mudah bergaul. Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan
dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun
saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain, terjadi peristiwaperistiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat
membentuk kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi
manusia yang sempurna.

Menurut Feldman (2012: 179) perkembangan sosial anak dimana anak
mulai membangun psikososial dalam hal menyelesaikan konflik. Konflik ini
muncul ketika anak-anak berkeinginana untuk independen dari orang orang
tua mereka. Anak mulai tumbuh rasa inisiaf diri, untuk memcoba sesuatu hal
yang dirasa mampu dilakukannya seperti mengenakan sepatu sendiri,
berpakaian. Jika hal itu tidak dapat dilakukan mereka merasa bersalah.
Peran orang tua penting untuk terus bereaksi positif akan keputusan

yang diambil oleh anak mereka secara mandiri. Dengan memberikan
kesempatan untuk bertindak sendiri secara nyata sementara orang tua memberi
arahan dan bimbingan atas inisiatif anak-anak mereka (Feldman, 2012: 179).
Selain itu orang tua juga berperan untuk mencegah rasa bersalah yang dapat
bertahan lama dengan mempengaruhi konsep diri anak.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga berpengaruh pada
perkembangan proses berpikir tentang diri anak sendiri. Mereka mulai
membangun kepercayaan diri dan identitas diri masing-masing. Feldman
(2012: 179) pada saat umur 3-4 tahun anak-anak mulai melihat perbedaan
antara

orang-orang

berdasarkan

warna

kulit,

dan


mereka

mulai

mengidentifikasi diri mereka dalam suatu kelompok tertentu. Mereka mulai
menyadari bahwa etnis dan ras yang abadi merupakan bagian dari mereka
kemudian memahami bahwa masyarakat menempatkan berdasarkan etnis dan
ras.
Perkembangan sosial dan kepribadian dapat dibedakan berdasarkan
gender antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki prasekolah
menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan anak perempuan di rumput
yang tinggi bermain kasar, sedangkan anak perempuan prasekolah
menghabiskan lebih banyak waktu dalam permainan terorganisir dan bermain
drama/peran (Feldman, 2012: 181). Anak laki cenderung memiliki
kompetensi, independen, keuletan, dan daya saing. Sebaliknya anak
perempuan memilki sifat hangat, ekspresif, pemeliharaan dan patuh.
a. Perilaku sosial menurut Hurlock (2008: 118) antara lain:
Pola sosial:
1) . Meniru: anak cenderung meniru sikap dan perilaku orang yang sangat

mereka kagumi.
2) . Persaingan: keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orangorang lain sesudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah
dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar rumah.
3) . Kejasama: pada akhir tahun ketiga bermain koperatif dan kegiatan
kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi
maupun lamanya berlangsung, bersama dengan meningkatnya
kesempatan untuk bermain dengan anak-anak lain.
4) . Simpati: karena simpati menumbuhkan pengertian tentang perasaanperasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang
timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain, maka
semakim cepat simpati akan berkembang.
5) . Empati: seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian
tentang perasaaan dan emosi orang-orang lain tetapi di samping itu
juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di
tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang dapat melakukan
hal ini sampai awal masa kanak-kanak berakhir.

6) . Dukungan sosial: menjelang berakhirnya masa awal kanak-kanak
dukungan dari teman teman menjadi lebih penting dari pada
persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa perilaku
nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh

dukungan dari teman-temannya sebaya.
7) . Membagi: dari pengalaman bersama orang–orang lain. Anak
mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan
sosial adalah dengan cara membagi hak miliknya terutama mainan
untuk anak-anak yang lain. Lambat tahun sifat mementingkan diri
sendiri berubah menjadi sifat murah hati. Anak yang pada waktu bayi
memperoleh kepuasan hubungan erat dan personal dengan orang lain
berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang

di luar

rumah.
b. Kesadaran sosial: sebelum Awal masa kanak kanak berakhir kebanyakan
anak-anak membentuk pendapat tentang orang lain apakah seorang itu
“baik” atau “jahat”, “pandai” atau “bodoh”.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga mempengaruhi
keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial yang ada. Menurut
Feldman (2012: 183) sebelum usia 3 tahun kegiatan sosial melibatkan
keberadaan di tempat yang sama pada saat yang sama, tanpa interaksi
sosial yang nyata. Mereka menjalin hubungan didasarkan kepada
keinginan persahabatan, bermain dan menyenangkan. Fokus kegiatan
persahabatan mereka adalah melakukan hal-hal bersama-sama dan
bermain bersama-sama. Contoh konritnya misalnya mereka mendorong
mobil di lantai, bermain skiping/tali dan melompat atau permainan aktif.

3.

Perkembangan Kepribadian
Pembentukan kesadaran diri, masa ini disebut masa Trotzalter, periode

perlawanan atau masa krisi pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan
yang hebat dalam dirinya, yaitu dia muali sadar akan akunya, dia menyadari
bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut
nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain. Pada masa ini, berkembang

kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntunan dan tanggung jawab.
Oleh karena itu agar tidak berkembang sikap membandel anak yang kurang
terkontrol, pihak orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana, penuh
kasih sayang, dan tidak bersikap keras.
Pada pandangan konsep diri anak-anak memiliki kepercayaan yang
tinggi akan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki. Anak-anak
berharap mampu memenangkan dan mengalahkan setiap lawan dalam
perlombaan. Ini pandangan optimis yang muncul karena mereka belum
membandingkan kinerja diri dengan kinerja orang lain, sehingga memiliki
kebebasan untuk mengambil kesempatan dan mencoba kegiatan baru (Dweck
& Wang dalam Feldman, 2012: 180).
Pada dasarnya pengembangan konsep diri juga dapat dipengaruhi dari
ras dan etnis. Misalnya dicontohkan oleh Feldman (2012) anak-anak Asia
cenderung memiliki orientasi kolektif dimana individu cenderung untuk hal
diri mereka sebagai bagian dari jaringan sosial yang lebih besar dan mereka
saling bertanggung jawab kepada orang lain. Sebaliknya budaya barat
mengembangkan individualistik yang menekankan pada identitas pribadi dan
keunikan individu, mereka sebagai mandiri dan otonom dalam persaingan
dengan orang lain.
Menurut Hurlock (2008: 132) perkembangan kepribadian adalah sikap
awal teman-teman seperti halnya sikap keluarga yang sangat berarti karena
sebagai dasar konsep diri, karena baik keluarga maupun teman teman sebaya
terbiasa memandang anak dengan cara tertentu. Mengondisikan atau
menbentuk konsep diri pada masa kanak kanak. Karena lingkungan anak-anak
terbatas pada rumah dan keluarga maka maka tidak mengherankan jika
kondisi keluarga turut membentuk konsep diri anak dalam tahun tahun masa
kanak kanak, tapi yang paling penting adalah bagaimana orang tua mengenai
penampilan, kemampuan dan prestasinya sangat mempengaruhi cara pandang
dirinya sendiri, Hurlock (2008: 133).
1) . Cara pelatihan anak; disiplin otoriter yang keras disertai banyak
hukuman badan cenderung memupuk kebencian kepada semua orang
yanng berkuasa dan menimbulkan perasaan menyerah.

2) . Cita- cita orang tua: kalau harapan orangtua terlampau tinggi maka
anak cenderung gagal dan kegagalan menimbulkan bekas yang sulit
terlupakan dalam konsep diri.
3) . Posisi urutan: metode pembelajaran atau pengasuhan yang berbeda
anak pertama dan kedua dapat mempengaruhi perkembangan konsep
diri anak
4) . Kelompok minoritas: anak menyadari akan mempunyai efek yang
kurang baik bila teman temanya mengabaikanya
5) . Ketidaknyamanan lingkungan: kematian, perceraian atau mobilitas
sosial berpengaruh buruk terhadap konsep diri anak karena ia merasa
tidak aman dan merasa lain dari teman sebayanya.

4.

Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat

istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan
moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan,
nilai-nilai

atau

prinsip-prinsip

moral.

Banyak

ahli

menyumbangkan

pemikirannya untuk mengartikan kata moral secara terminologi.
Menurut

Santrock,

(2009:

187)

perkembangan

moral

adalah

perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
kehidupan anak berkenaan dengan tata cara, kebiasaan, adat, atau standar nilai
yang berlaku dalam kelompok sosial.
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas
terhadap kelompok sosial (orang tua saudara dan teman sebaya). Melalui
pengalaman berinteraksi dengan orang lain akan belajar memahami tentang
kegiatan atau perilaku mana yang baik/diterima/disetujui atau buruk/tidak
boleh/ditolak/disetujui. Berdasarkan pemahaman itu, maka pada masa itu anak
harus dilatih atau dibiasakan mengenal bagaimana dia harus bertingkah laku,
seperti mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur,
berbicara yang sopan dan membaca basmalah sebelum makan.

Menurut Hurlock (2008: 163) kode perkembangan dari konsep-konsep
moral pada umum, pada akhir masa kanak-kanak, peranan disiplin dalam
perkembangan moral sangat penting merupakan masalah yang serius bagi
anak yang lebih besar karena disiplin yang tepat mampu membuat moral anak
sangat baik. Perkembangan moral anak dalam hal penalaran tentang moralitas,
penyimpangan moral dan perilaku terhadap moral.

D. Hubungan dengan keluarga
Pentingnya peran orang tua dalam perkembangan sosial dan
kepribadian pada masa kanak-kanak ini merupakan faktor lingkungan
keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga, kesejahteraan ekonomi atau status
sosial ikut mempengaruhi perkembangan sosial dan kepribadian anak. Anak
bisa saja menerima kekerasan fisik dan mental dari keluarga karena faktor
perkawinan sehingga anak mendapatkan pelecehan. Anak yang dilecehkan
lebih cenderung rewel, tahan terhadap kontrol, dan tidak mudah beradaptasi
terhadap situasi yang baru (Feldman, 2012: 188).
Pada umumnya sikap anak terhadap orang berbeda beda dan pola
kehidupan keseluruhan berpola pada kehidupan rumah, hubungan keluarga
yang erat lebih besar pengaruhnya dari pada pengaruh sosial yang lainya,
barangkali kondisi yang paling penting yang mempengaruhi penyesuaian
anak, hubungan keluarga (orang tua, saudara, sanak keluarga), Hurlock (2008:
130).
1.

Hubungan Orang Tua
Karena anak lebih bergantung pada orang tua dalam hal perasaaan aman
dan kebahagiaaan, maka hubungan yang buruk dengan orang tua
menngakibatkan sagat buruk pada prilaku. Maka hubungan dengan
orangtua atau ibulah sebagian besar anak sangat tergantung.

2.

Hubungan dengan Saudara
Hubungan dengan saudara antara bayi dengan saudara-saudaranya mulai
berkurang pada tahun kedua pada saat bayi sudah mulai menjadi anak-

anak sering kali mengalami pergeseran namun tidak semua pergeseran itu
bukan bersifat pertentangan namun hanya bersifat sekali kali saja.
Bahkan pertengkaran saudara memberikan pengalaman belajar berharga
bagi anak: misal anak tungal tidak memiliki pertentangan dengan saudara
dan memperoleh perhatian tidak terbagi dari orang tuanya sehingga tidak
memiliki pengalaman belajar sosial,
3.

Hubungan dengan Sanak Keluarga
Ada dua kondisi dalam hubungan dengan sanak keluarga sehingga dapat
mempengaruhi pribadi dan sosial anak.
a)

Frekuensi hubungan jika sanak keluarga yang tinggal di lain kota
maka hubungan anak dengan saudara akan jarang.

b)

Peran sanak keluarga dalam kehidupan anak: sebagi teman
bermain, sedangkan nenek berperan sebagi pengasuh atau penganti
ibu.

Perkembangan sosial dan kepribadian anak juga dapat dipengaruhi
Gaya orang tua dalam Menurut Simons & Conger (Feldman 2012: 187) gaya
orang tua biasanya menghasilkan perbedaan perilaku anak sebagai berikut:
1) Anak-anak yang orang tuanya otoriter cenderung menunjukkan sedikit
sosialis, tidak terlalu ramah, dan sering berprilaku gelisah di sekitar
teman-temannya. Perempuan sangat bergantung pada orang tua mereka,
sedangkan anak laki-laki biasa bermusuhan.
2) Anak-anak dari orang tua yang permisif cenderung tergantung dan
murung, rendah keterampilan sosial dan pengendalian diri.
3) Anak-anak dari orang tua otoritatif, mereka umumnya independen, ramah,
menonjolkan diri dan koperatif. Mereka memiliki motivasi yang kuat
untuk mencapai, dan biasanya sukses dan menyenangkan. Mereka
berusaha mengatur perilaku mereka sendiri secara efektif baik terhadap
diri sendiri dan orang lain.
4) Anak-anak yang orang tuanya terlibat hal buruk, menunjukkan
perkembangan emosional terganggu. Mereka merasa tidak dicintai dan
memiliki emosional terpisah serta perkembangan fisik dan kognitif
mereka terhambat.

E. Mendisiplinkan Anak
1. .. Disiplin yang digunakan pada masa awal kanak-kanak menurut (Hurlock,
2008: 125). Disiplin Otoriter : disiplin ini merupakan bentuk disiplin
tradisional dan berdasarkan pada ungakpan kuno yang mengatakan bahwa
“menghemat cambukan berarti memanjakan anak” dalam disiplin otoriter
orang tua dan pengasuh yang lain memetapkan peraturan peraturan yang
harus dilakukan oleh anak. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak
mengapa ia harus patuh pada peraturan dan tampa memberi kesempatan
untuk anak mengemukakan pendapatnya.
a... Disiplin yang lemah: disiplin yang lemah berkembang sebagai disiplin
yang otoroter yang dialamai oleh banyak orang dewasa dalam masa
kanak kanak teknik disiplin ini adalah bahwa melalui akibat dari
perbuatan sendiri anak akan belajar berprilaku secara sosial. Dengan
demikian anak tidak diajarkan peraturan peraturan, ia tidak dihukum
karena sengaja melangar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi anak
yang berprilaku sosial baik.
b. . Disipilin demokratis: kecendruangan untuk menyenangi disiplin yang
bersadarkan prinsip-prinsip demokratis sekarang meningkat: Prinsip
ini menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa peraturan dibuat
dan memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya bila
beranggapan peraturan itu tidak adil. Dalam peraturan demokratis

hukuman “disesuaikan dengan kejahatan” dengan arti hukuman di
berikan berhubungan dengan kesalahan perbuatan, tidak lagi diberi
hukuman badan, penghargaan tetap diusahakan untuk usaha usaha
dengan harapan sosial yang tercakup pada peraturan-peraturan
melalui pemberian hadiah terutama pujian dan pengakuan sosial.

2. .. Pengaruh disiplin pada anak menurut (Hurlock, 2008: 125)
a. . Pengaruh pada perilaku: anak yang orang tua disiplinnya lemah akan
mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak-hak orang lain,
agresif dan tidak sosial. Anak yang mengalami disiplin keras, otoriter
akan sangat patuh jika di hadapkan pada orang dewasa, dan lebih
agresif di bandingkan dengan teman sebayanya. Anak yang

dibesarkan

dibawah

perilaku

disiplin

demokratis

belajar

mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak hak
orang lain.
b. Pengaruh pada sikap: anak yang dibesarkan dengan disiplin
otoroter

dan disiplin lemah maka anak cenderung membenci

orang yang berkuasa, disiplin otoriter juga merasa di berlakuakan
kurang adial. disiplin lemah seharusnya memperingatkan bahwa
tidak semua orang dewasa mau menerima prilaku yang tidak
disiplin. Disiplin demokratis dapat menimbulkan kemarahan yaang
sementara tapi bukan kebencian.
c. Pengaruh pada kepribadian: semakin banyak hukuman fisik
digunakan semakain anak cenderung cemberut, keras kepala dan
negativistik. Hal ini mengakibatkan penyesuaian pribadi dan sosial
cenderung buruk,yang juga merupakan ciri khas anak yang di
besarkan dengan disiplin yang lemah, anak yang dibesarkan
dengan disiplin yang demokratisakan mempunyai penyesuaian
pribadi dan sosial yang baik.

Menegakkan kedisiplinan tidak boleh diberikan secara fisik dan
psikologis (mental). Bahkan hukuman fisik ini berupa pemukulan, yang
dimulai dari kemarahan meningkat menjadi kekerasan. Kekerasan fisik harus
dihindari oleh orang tua tetapi kita tidak boleh melupakan kekerasan mental
(psikologi) yang harus juga dihindari. Misalnya orang tua yang kasar
menakut-nakuti, meremehkan, atau mempermalukan anak-anak mereka yang
mungkin bisa membuat mereka merasa seperti kekecewaan atau kegagalan
(Feldman, 2012: 190).

F. Bahaya pada Masa Kanak-kanak
1. .. Bahaya fisik (kematian, penyakit, kecelakaan, kejanggalan, kegemukan,
tangan-kidal).
2. .. Bahaya pisikologis (bahaya dalam berbicara, bahaya emosional, bahaya
sosial, bahaya bermain, bahaya dalam perkembangan konsep, bahaya
dalam kepribadian, bahaya dalam moral).

a) . Bahaya sosial:
1) . Jika pembicaraan dan perilaku anak tidak populer diantara teman
sebaya sehingga anak merasa kesepian.
2) . Jika anak dipaksa bermain sesuai gendernya maka anak akan
bertindak secara berlebiahan dan akan menjengkelkan teman
temannya: misal anak laki laki bersikap jantan dan agresif maka
akan menimbulkan pertentangan dengan teman-temanya.
3) . Sebagi akibat perlakuan dari teman temannya mungkin anak akan
sering mengembakan sikap sosial yang kuarang sehat.
4) . Mempunyai teman khayalan atau binatang, hal ini hanya mampu
menyelesaikan

sementara

masalah

kesepian

anak.

Namun

mengakibatkan sosialisasi anak sedikit.

5) . Dorongan orang tua yang lebih banyak mengunakan waktu anak
lain dan tidak membiasakan waktu sendiri, sehingga anak tidak ter
biasa memanfaatkan waktu.
b) . Bahaya Kepribadian:
Bahaya kepribadian yang paling serius adalah perkembangan
konsep diri yang kurang baik yang dapat disebabkan perlakuan anggota
keluarga dan teman. Dengan demikian sikap anak menjadi buruk sosial
dan kepribadiannya.
c) . Bahaya Moral:
1) ... Disiplin yang tidak konsisten menghambat proses belajar
menyesuaikan diri dengan harapan sosial.

2) ... Anak tidak ditegur atas perbuatan yang melanggar dan kalau
anak dibiarkan memperoleh kepuasan dalam melanggar, dan
membiarkan teman-temannya merasa iri hati dengan perilaku
yang salah maka mendorong anak terus melakukan hal yang
salah.
3) ... Terlampau banyak melakuakan hukuman terhadap perilaku yang
salah dan terlampu sedikit terhadap penekanan orang yang
berkuasa, dan anak lebih banyak menrima hukuman dari pada
hadiah,

anak

bukanya

mudah

menyesali

perbuatannya

melainkan cenderung kemarahan, brontak dan ingin menentang
orang yang menghukumnya.
4) ... Anak yang terkena disiplin otoriter yang pokok penekanannya
pada pengendalian eksternal tidak didorong mengembangkan
pengendalian internal terhadap perilaku yang sebagai dasar
pembentuk perilaku atau nurani maka anak meningalkan nurani.
Pengendalian diri internal dapat dilakukan sejak dini dengan
disiplin demokratis.

G. Kebahagiaan pada Masa Kanak-Kanak
Menurut Hurlock (2008: 133), beberapa kondisi penting mendukung
kebahagiaan dalam awal masa kanak-kanak:
1.

Kesehatan yang baik yang memungkinkan anak menikmati apapun yang ia
lakukan dan berhasil dalam melakukannya.

2.

Lingkungan yang merangsang dimana anak memperoleh kesempatan
untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.

3.

Perilaku yang kanak-kanak dan mengganggu diterima oleh orang tua dan
bimbingan orang tua dalam belajar berperilaku secara sosial.

4.

Kebijakan dalam menegakkan disiplin yang terencana dan dilaksanakan
secara konsisten.

H. Kajian jurnal tentang perkembangan sosial dan kepribadian pada masa
kanak-kanak

1. Transactional Links Between Personality and Adaptation From Childhood
Through Adulthood By: Rebecca L. Shiner and Ann S. Masten.

Department of Psychology, Colgate University, 13 Oak Dr., Hamilton,
NY 13346, USA. University of Minnesota, Twin Cities Campus, USA
(Journal of Research in Personality 36 (2002) 580–588).
Sejumlah studi longitudinal telah mendokumentasikan bahwa,
memang, kepribadian memprediksi berbagai hasil hidup, diperiode
perkembangan yang ditandai dengan perubahan signifikan dalam konteks
lingkungan (Shiner & Caspi, in press). Di Amerika Serikat ini waktu,
tugas-tugas perkembangan penting dari tahun-tahun sekolah melibatkan
efektivitas dalam tiga domain: prestasi akademik, aturan yang taat
terhadap aturan–melanggar melakukan dalam konteks rumah, sekolah,
dan masyarakat, dan rekan sosial kompetensi, dalam kaitannya dengan
bergaul dengan anak-anak lain dan mengembangkan persahabatan.
Sebagai pemuda bergerak melalui masa remaja dan memasuki masa
dewasa, yang sifat tiga tugas ini berubah: pendidikan menengah dan
tinggi memerlukan pengetahuan semakin kompleks dan keterampilan;
perilaku standar semakin mencakup perilaku taat hukum, dan rekan
kompetensi sosial yang semakin berfokus pada persahabatan dipilih
sendiri dan dekat, obligasi timbal balik. Selama masa remaja, domain
baru yang penting adaptasi muncul sebagai pemuda mulai melibatkan
tugas pekerjaan dan hubungan romantis, tugas-tugas ini menjadi penanda
penting dari kompetensi di masa dewasa.
Transaksi antara kepribadian dan adaptasi dari waktu ke waktu.
Untuk kembali ke pertanyaan yang kita mulai tulisan ini : Apakah ciriciri kepribadian yang nyata? Tellegen (1991) mengemukakan bahwa
salah satu cara untuk membangun realitas dari ciri-ciri kepribadian
adalah untuk memeriksa mereka longitudinal: '' Penting studi longitudinal
selesai atau sedang berlangsung ... izin atau akan mengizinkan evaluasi
stabilitas dan perubahan kepribadian , dan kontribusi mereka terhadap
lingkungan pribadi dan hasil hidup, '' (hlm. 30). temuan dari studi Proyek
Kompetensi membujur memberikan bukti untuk validitas ciri-ciri

kepribadian: Kepribadian perbedaan tampaknya memainkan peran dalam
bagaimana pemuda memenuhi tuntutan lingkungan dan tantangan
perkembangan baru. Lebih antusias, tinggi-calon anak dan lebih berhatihati, anak-anak dikontrol lebih mungkin untuk mencapai prestasi
akademik yang lebih tinggi dan kompetensi kerja yang lebih baik. Lebih
extraverted, anak-anak lebih ekspresif cenderung memiliki persahabatan
yang positif dan hubungan romantis. Lebih baik, anak perhatian
cenderung bukti perilaku antisosial muda orang dewasa. Yang penting,
perbedaan kepribadian anak juga memprediksi perubahan di adaptasi dari
waktu ke waktu. Namun, hubungan antara kepribadian dan adaptasi yang
lebih kompleks: Beberapa aspek kepribadian dewasa diperkirakan oleh
adaptasi masa kanak-kanak, dan dalam beberapa kasus adaptasi anak
memprediksi program pengembangan kepribadian sepanjang waktu.
Temuan ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan akan transaksi antara
kepribadian dan adaptasi, dengan pengaruh timbal balik yang terjadi dari
waktu ke waktu.
Masa depan kerja harus memeriksa jalur yang menghubungkan
kepribadian dan adaptasi. Pertama, kita perlu memahami lebih lanjut
tentang proses mediasi. bagaimana tepatnya ciri-ciri kepribadian tertentu
membentuk fungsi sehari- hari, dan bagaimana apakah keberhasilan atau
kegagalan perkembangan bentuk pola yang konsisten perilaku, emosi,
dan pikiran pada individu? Kedua, penelitian menunjukkan link antara
kepribadian dan adaptasi poin pada fakta bahwa beberapa kepribadian
Perbedaan membuat pemuda risiko untuk hasil kehidupan negatif,
namun, banyak pemuda dengan ''menantang'' kepribadian masih bisa
berkembang . Ini akan menjadi penting untuk memahami proses yang
memungkinkan pemuda tersebut untuk menangani adaptif dengan
mereka kepribadian. Ketiga, meskipun ada kontinuitas moderat
temperamen dan perbedaan kepribadian dengan tahun-tahun prasekolah
(Roberts & Delvecchio, 2000), temuan dari Proyek Kompetensi dan studi
longitudinal lainnya menunjukkan bahwa kepribadian dapat dan
melakukan perubahan (Caspi & Roberts, 2001). Untuk memahami

perkembangan kepribadian di masa kanak-kanak dan remaja, maka akan
diperlukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang keadaan di mana
temperamen dan kepribadian perubahan. Memahami proses-proses yang
membentuk kepribadian dan kompetensi di masa kanak-kanak, remaja,
dan dewasa akan membutuhkan tidak hanya desain membujur tetapi juga
model

perkembangan

yang

lebih

dinamis

kepribadian

yang

mencerminkan transaksi yang kompleks hidup dan berkembang sistem.

2. The Effectiveness of Early Childhood Development Programs A
Systematic Review by Laurie M. Anderson, dkk. Preventive Services ©

2003 American Journal of Preventive Medicine
Pengembangan anak usia dini dipengaruhi oleh karakteristik anak,
keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih luas. Kesehatan fisik, kognisi,
bahasa, dan sosial dan kesiapan sekolah mendukung perkembangan
emosional. Didanai publik, program pengembangan anak usia dini yang
komprehensif berbasis pusat merupakan sumber daya masyarakat yang
mempromosikan kesejahteraan anak-anak. Program seperti Head Start
dirancang untuk menutup kesenjangan dalam kesiapan untuk belajar
antara anak-anak miskin dan mereka lebih ekonomis rekan-rekan
diuntungkan. Tinjauan sistematis dari literatur ilmiah menunjukkan
efektivitas

dari

program

ini

dalam

mencegah

keterlambatan

perkembangan, sebagaimana dinilai oleh penurunan retensi dalam kelas
dan penempatan dalam pendidikan khusus. (Am J Med Sebelumnya
2003; 24 (3S).
Sebuah tubuh yang kuat bukti menunjukkan bahwa anak usia dini
program

pembangunan

memiliki

efek

positif

untuk

mencegah

keterlambatan perkembangan kognitif dan meningkatkan kesiapan untuk
belajar, sebagaimana dinilai oleh penurunan kelas retensi dan
penempatan di kelas pendidikan khusus. Bukti peningkatan hasil prestasi
dan sekolah akademik tes kesiapan standar mendukung kesimpulan ini.
Pada saat review ini, menurut Community Guiderules bukti, bukti tentang
efek program pengembangan anak usia dini pada kognisi sosial dan

risiko sosialperilaku terbatas pada hasil membujur dari program tunggal
dan, karena itu, tidak cukup untuk merumuskan rekomendasi.
Namun, signifikan hasil dan kekuatan dari penelitian tentang Perry
Program prasekolah prestasi terus perhatian sebagai lainnya studi
longitudinal mulai muncul. Bukti juga cukup untuk menentukan
efektivitas awal program anak kesehatan anak hasil skrining dan hasil
keluarga karena kurangnya studi banding yang cukup memeriksa hasil
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Feldman, Robert S. (2012). Discovering The Life-Span. New York: Pearson
Education, Inc.
Hurlock, Elizabeth B. (2008). Pisikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
http:

http://zulhasni.wordpress.com/2012/09/23/perkembangan-moral/

diakses

pada tanggal 23 Maret 2014.
Rebecca L. Shiner and Ann S. Masten. (2002). Transactional links between
personality and adaptation from childhood through adulthood by:.

Department of Psychology, Colgate University, 13 Oak Dr., Hamilton, NY
13346, USA. University of Minnesota, Twin Cities Campus, USA (jurnal)
Santrock, John W. (2009). Pisikologi Pendidikan: Education Psychology. Jakarta:
Salemba Humanika
_________________ (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa
Hidup: Jakarta: Erlangga
Laurie M. Anderson dkk. (2003) The Effectiveness of Early Childhood
Development Programs A Systematic Review. Preventive Services © 2003

American Journal of Preventive Medicine (jurnal)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25