OBSERVASI LAPANGAN KONDISI HIDROLOGI DI
OBSERVASI LAPANGAN KONDISI
HIDROLOGI DI KAWASAN KARST
KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Kasus : Luweng Blimbing/Luweng Anyar, Goa
Seropan, Goa Gremeng, Goa Kalisuci)
Danang Riza Fauzi
Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada
Email: [email protected]
INTISARI
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah yang sebagian besar kawasannya
merupakan bentuklahan karst. Bentuklahan karst merupakan bentuklahan asal proses
pelarutan. Kabupaten Gunungkidul berbeda dengan daerah lainnya yang berada di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul
memiliki bentuklahan karst sehingga memiliki karakteristik hidrologi yang berbeda
dengan daerah lainnya. Kegiatan observasi lapangan ini bertujuan untuk mengamati
kondisi hidrologi pada kawasan karst di Gunungkidul. Titik pengamatan pada observasi
lapangan ini antara lain berada di Luweng Blimbing/ Luweng Anyar, Goa Seropan, Goa
Gremeng, dan Goa Kalisuci. Hasil observasi lapangan menunjukan bahwa kawasan karst
memiliki karakteristik hidrologi berupa aliran air yang masuk ke dalam bentuklahan
karst menjadi air tanah yang masuk dalam sistem cekungan airtanah dan mengalir
melalui sistem sungai bawah tanah.
Kata Kunci : Hidrologi, Karst, Goa, Luweng,
PENDAHULUAN
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sebagan besar
wilayahnya merupakan bentuklahan asal proses pelarutan.
Bentuklahan asal proses pelarutan merupakan bentuklahan yang
terjadi oleh proses pelarutan dengan media air hujan .air hujan
melarutkan senyawa kimia tertentu pada bentuklahan sehingga
terjadi pengikisan-pengikisan yang berlangsung selama jutaan
tahun. Pelarutan yang terjadi membentuk lubang lubang pada
bentuklahan. Proses pelarutan yang terjadi tersebut dinamakan
Karst. (Thonbury,1954)
[1]
Material yang terdapat pada kawasan karst sebagian besar
berasal dari batuan karbonat (gamping) yang memiliki tingkat
porositas tinggi terhadap proses pelarutan. Karst merupakan
bentuklahan yang merujuk pada bentukan dolomit dan batuan
kapur yang memiliki jalur aliran air yang menuju bawah
tanah.Karst memiliki beberapa jenis bentukan antara lain Sinkhole,
Terowongan alami, Gua, Dolin, Polye dan lain sebagainya
Air merupakan sumberdaya alam yang dibutuhkan manusia
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. keberadaan air di bumi
memiliki distribusi dan variasi terhadap kualitas, kuantitas dan
keberadaanya di permukaan bumi. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti iklim, morfologi, jenis tanah, batuan,
penggunaan lahan, vegetasi dan kegiatan manusia di dalamnya.
Kondisi hidrologi yang ada di kawasan Karst Kabupaten
Gunungkidul memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah
lainnya karena pada kawasan karst sebagian besar air masuk
kebawah permukaan tanah dan masuk ke dalam sistem aliran
airtanah. Kondisi hidrologi pada sistem air tanah berbeda dengan
air permukaan, berdasarkan karakteristik debit, kualitas, kuantitas,
distribusinya terhadap waktu, serta cara pelestarian dan
pemanfaatannya
Kegiatan observasi lapangan yang dilakukan di Luweng
Blimbing/Luweng Anyar, Goa Seropan, Goa Gremeng, dan Goa
Kalisuci ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi
hidrologi pada kawasan karst Kabupaten Gunungkidul berupa
karakteristiknya, dan cara pemanfaatanya.
ISI
Observasi lapangan untuk mengamati kondisi hidrologi
pada kawasan Karst Gunungkidul dilakukan pada beberapa titik
pengamatan antara lain Luweng Blimbing/Luweng Anyar, Goa
Seropan, Goa Gremeng, dan Goa Kalisuci yang dilakukan pada
acara praktikum lapangan Geohidrologi.
Karakteristik Hidrologi pada kawasan karst yang berupa
sebagian besar air masuk kebawah permukaan tanah dan masuk
ke dalam sistem hidrologi bawah tanah. Atau dapat kita sebut
sebagai air tanah. Air tanah merupakan air yang berada di bawah
permukaan tanah akibat proses infiltrasi. Infiltrasi merupakan
perpindahan air dari zona tidak jenuh menuju zona jenuh.
(Soemarto,1986). Faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan
airtanah pada suatu dearah antara lain adalah, formasi geologi
penyusun, jenis tanah, morfologi, jenis akuifer, penggunaan lahan,
vegetasi dan aktivitas manusia di daerah tersebut.
Stopsite pertama pada kegiatan observasi lapangan ini
terletak di Luweng Blimbing/Luweng Anyar yang terletak di Dusun
Serpeng Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten
[2]
Gunungkidul. Lokasi absolut Luweng Anyar terdapat pada posisi
koordinat -8.026281, 110.603643/ 8˚01’34.6” S, 110˚36’13.1” E.
Luweng Blimbing/Luweng Anyar ini merupakan sebuah
sinkhole yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang
selanjutnya akan dialirkan dalam sistem aliran sungai bawah
tanah. Luweng Anyar ini berbentuk tidak beraturan terbentuk
karena amblesan tanah yang terjadi akibat penjenuhan luweng
oleh air saat terjadi siklon Cempaka pada bulan November 2017.
Material pada luweng anyar didominasi oleh batu gamping dengan
perlapisan tanah di atasnya yang tidak tebal. Berdasarkan
penuturan salah seorang warga kondisi air saat itu meluap sampai
membentuk danau akibat hujan deras yang terjadi saat Siklon
Tropis Cempaka selanjutnya luweng amblas dan membentuk
Luweng Anyar ini. Hal Ini dapat dilihat bekas luapan air yang
terlihat pada pohon di sekitar luweng Anyar .
.
Gambar 1. Luweng Anyar di Dusun Serpeng Wetan, Desa Pacarejo,
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.
Stopsite selanjutanya pada kegiatan observasi lapangan ini
berada di Goa Seropan yang berlokasi di Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunungkidul. Lokasi absolut pada Goa Seropan
terdapat pada koordinat -8.015452, 110.682360/ 8˚00’55.6” S,
110˚40’56.5” E. Goa adalah lorong yang terbentuk secara alami
dalam suatu batuan sebagai saluran air yang menghubungkan titik
masuk dan keluar air.(Gillieson, 1996 dalam Pramono dan Ashari,
2014)
Goa Seropan merupakan goa yang telah dimanfaatkan
sebagai tempat wisata, tempat pemanfaatan airtanah, dan tempat
untuk melakukan studi airtanah. Goa Seropan memiliki sungai
bawah tanah di dalamnya yang berukuran cukup besar dengan
debit yang cukup tinggi. Air dari dalam sungai di Goa Seropan juga
sudah dimanfaatkan dengan diambil menggunakan pipa. Di dalam
[3]
goa seropan bentukan stalaktit yang ada nampak telah dipotong
potong kemungkinan hal ini berkaitan dengan pemanfaatan air di
dalam gua seropan yang telah diambil menggunakan pipa yang
besar sehingga mengharuskan pemotongan ornament-ornamen
gua berupa stalaktit saat melakukan penginstalasian pipa air.
Gambar 2. Logger di Goa Seropan
di sungai Goa Seropan
Gambar 3. Kondisi Air
Stopsite Selanjutnya berada di Goa Gremeng yang terletak
di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Goa Gremeng merupakan tempat keluarnya Air tanah dari dalam
sungai bawah tanah menuju sungai permukaan. Debit air di Goa
Gremeng adalah sebesar 1.870 liter per detik (Haryono, dkk,
2017). Air yang mengalir dari Goa Gremeng dimanfaatkan untuk
keperluan irigasi yang digunakan penduduk untuk mengaliri
sawah, kolam, dan keperluan lainnya. Pada stopsite Goa Gremeng
ini selain dilakukan observasi lapangan juga dijelaskan tentang
metode tracer untuk penelusuran aliran airtanah.
Gambar 4. Goa Gremeng
(http://welcome-umbulrejo.blogspot.co.id/2015/07/eksotisme-goagremeng.html)
Stopsite terakhir pada kegiatan observasi lapangan pada
acara praktikum lapangan Geohidrologi ini bertempat di Goa
Kalisuci yang terletak di Desa Pacarejo, Kecamaan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul. Goa Kalisuci merupakan goa dengan
[4]
destinasi wisata berupa wisata susur sungai dengan body tubing
yaitu melakukan penyusuran sungai dalam goa dengan
menghanyutkan diri menggunakan alat pengaman berupa
pelampung dan helm. Berdasarkan hasil observasi goa kalisuci
memiliki debit air yang cukup besar dan memiliki bentukan sungai
dengan gradien yang cukup curam sehingga menarik digunakan
sebagai wisata body tubing.
PENUTUP/KESIMPULAN
Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul yang sebagian
besar tersusun oleh batuan gamping memiliki kondisi hidrologi
berupa hidrologi karst dimana sebagian besar air masuk kebawah
permukaan tanah melalui pori dan rongga pada hasil pelarutan
material batu gamping dan material lainnya yang mampu terlarut
oleh air terutama air hujan. Pemanfaatan aliran air pada kawasan
karst Gunungkidul adalah untuk pariwisata, irigasi, dan untuk
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat akan air bersih.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pengampu
praktikum geohidrologi, asisten praktikum geohidrologi, dan
seluruh rekan-rekan praktikan geohidrologi, yang telah berkenan
membimbing dan memberikan ilmu dan pengetahuannya dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum lapangan ini sehingga dapat
membantu dalam penulisan makalah laporan kegiatan praktikum
lapangan geohidrologi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono, E., Barianto D. H., dan Cahyadi, A. 2017. Petunjuk
Kegiatan Lapangan Hidrogeologi Kawasan Karst Gunungsewu.
Pekan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Ahli Airtanah
Indonesia (PIT PAAI), 15 September 2017 diunggah di INARxiv Papers, 14 September 2017 Yogyakarta: Perhimpunan
Ahli Airtanah Indonesia, Groundwater Working Group,
Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Pramono, H., dan Ashari, A. 2014. Geomorfologi
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Dasar.
Soemarto, 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.
Thornbury, 1954. Principle Of Geomorphology. New York : John
Willey and Sons.
[5]
[6]
HIDROLOGI DI KAWASAN KARST
KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Kasus : Luweng Blimbing/Luweng Anyar, Goa
Seropan, Goa Gremeng, Goa Kalisuci)
Danang Riza Fauzi
Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada
Email: [email protected]
INTISARI
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah yang sebagian besar kawasannya
merupakan bentuklahan karst. Bentuklahan karst merupakan bentuklahan asal proses
pelarutan. Kabupaten Gunungkidul berbeda dengan daerah lainnya yang berada di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul
memiliki bentuklahan karst sehingga memiliki karakteristik hidrologi yang berbeda
dengan daerah lainnya. Kegiatan observasi lapangan ini bertujuan untuk mengamati
kondisi hidrologi pada kawasan karst di Gunungkidul. Titik pengamatan pada observasi
lapangan ini antara lain berada di Luweng Blimbing/ Luweng Anyar, Goa Seropan, Goa
Gremeng, dan Goa Kalisuci. Hasil observasi lapangan menunjukan bahwa kawasan karst
memiliki karakteristik hidrologi berupa aliran air yang masuk ke dalam bentuklahan
karst menjadi air tanah yang masuk dalam sistem cekungan airtanah dan mengalir
melalui sistem sungai bawah tanah.
Kata Kunci : Hidrologi, Karst, Goa, Luweng,
PENDAHULUAN
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sebagan besar
wilayahnya merupakan bentuklahan asal proses pelarutan.
Bentuklahan asal proses pelarutan merupakan bentuklahan yang
terjadi oleh proses pelarutan dengan media air hujan .air hujan
melarutkan senyawa kimia tertentu pada bentuklahan sehingga
terjadi pengikisan-pengikisan yang berlangsung selama jutaan
tahun. Pelarutan yang terjadi membentuk lubang lubang pada
bentuklahan. Proses pelarutan yang terjadi tersebut dinamakan
Karst. (Thonbury,1954)
[1]
Material yang terdapat pada kawasan karst sebagian besar
berasal dari batuan karbonat (gamping) yang memiliki tingkat
porositas tinggi terhadap proses pelarutan. Karst merupakan
bentuklahan yang merujuk pada bentukan dolomit dan batuan
kapur yang memiliki jalur aliran air yang menuju bawah
tanah.Karst memiliki beberapa jenis bentukan antara lain Sinkhole,
Terowongan alami, Gua, Dolin, Polye dan lain sebagainya
Air merupakan sumberdaya alam yang dibutuhkan manusia
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. keberadaan air di bumi
memiliki distribusi dan variasi terhadap kualitas, kuantitas dan
keberadaanya di permukaan bumi. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti iklim, morfologi, jenis tanah, batuan,
penggunaan lahan, vegetasi dan kegiatan manusia di dalamnya.
Kondisi hidrologi yang ada di kawasan Karst Kabupaten
Gunungkidul memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah
lainnya karena pada kawasan karst sebagian besar air masuk
kebawah permukaan tanah dan masuk ke dalam sistem aliran
airtanah. Kondisi hidrologi pada sistem air tanah berbeda dengan
air permukaan, berdasarkan karakteristik debit, kualitas, kuantitas,
distribusinya terhadap waktu, serta cara pelestarian dan
pemanfaatannya
Kegiatan observasi lapangan yang dilakukan di Luweng
Blimbing/Luweng Anyar, Goa Seropan, Goa Gremeng, dan Goa
Kalisuci ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi
hidrologi pada kawasan karst Kabupaten Gunungkidul berupa
karakteristiknya, dan cara pemanfaatanya.
ISI
Observasi lapangan untuk mengamati kondisi hidrologi
pada kawasan Karst Gunungkidul dilakukan pada beberapa titik
pengamatan antara lain Luweng Blimbing/Luweng Anyar, Goa
Seropan, Goa Gremeng, dan Goa Kalisuci yang dilakukan pada
acara praktikum lapangan Geohidrologi.
Karakteristik Hidrologi pada kawasan karst yang berupa
sebagian besar air masuk kebawah permukaan tanah dan masuk
ke dalam sistem hidrologi bawah tanah. Atau dapat kita sebut
sebagai air tanah. Air tanah merupakan air yang berada di bawah
permukaan tanah akibat proses infiltrasi. Infiltrasi merupakan
perpindahan air dari zona tidak jenuh menuju zona jenuh.
(Soemarto,1986). Faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan
airtanah pada suatu dearah antara lain adalah, formasi geologi
penyusun, jenis tanah, morfologi, jenis akuifer, penggunaan lahan,
vegetasi dan aktivitas manusia di daerah tersebut.
Stopsite pertama pada kegiatan observasi lapangan ini
terletak di Luweng Blimbing/Luweng Anyar yang terletak di Dusun
Serpeng Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten
[2]
Gunungkidul. Lokasi absolut Luweng Anyar terdapat pada posisi
koordinat -8.026281, 110.603643/ 8˚01’34.6” S, 110˚36’13.1” E.
Luweng Blimbing/Luweng Anyar ini merupakan sebuah
sinkhole yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang
selanjutnya akan dialirkan dalam sistem aliran sungai bawah
tanah. Luweng Anyar ini berbentuk tidak beraturan terbentuk
karena amblesan tanah yang terjadi akibat penjenuhan luweng
oleh air saat terjadi siklon Cempaka pada bulan November 2017.
Material pada luweng anyar didominasi oleh batu gamping dengan
perlapisan tanah di atasnya yang tidak tebal. Berdasarkan
penuturan salah seorang warga kondisi air saat itu meluap sampai
membentuk danau akibat hujan deras yang terjadi saat Siklon
Tropis Cempaka selanjutnya luweng amblas dan membentuk
Luweng Anyar ini. Hal Ini dapat dilihat bekas luapan air yang
terlihat pada pohon di sekitar luweng Anyar .
.
Gambar 1. Luweng Anyar di Dusun Serpeng Wetan, Desa Pacarejo,
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.
Stopsite selanjutanya pada kegiatan observasi lapangan ini
berada di Goa Seropan yang berlokasi di Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunungkidul. Lokasi absolut pada Goa Seropan
terdapat pada koordinat -8.015452, 110.682360/ 8˚00’55.6” S,
110˚40’56.5” E. Goa adalah lorong yang terbentuk secara alami
dalam suatu batuan sebagai saluran air yang menghubungkan titik
masuk dan keluar air.(Gillieson, 1996 dalam Pramono dan Ashari,
2014)
Goa Seropan merupakan goa yang telah dimanfaatkan
sebagai tempat wisata, tempat pemanfaatan airtanah, dan tempat
untuk melakukan studi airtanah. Goa Seropan memiliki sungai
bawah tanah di dalamnya yang berukuran cukup besar dengan
debit yang cukup tinggi. Air dari dalam sungai di Goa Seropan juga
sudah dimanfaatkan dengan diambil menggunakan pipa. Di dalam
[3]
goa seropan bentukan stalaktit yang ada nampak telah dipotong
potong kemungkinan hal ini berkaitan dengan pemanfaatan air di
dalam gua seropan yang telah diambil menggunakan pipa yang
besar sehingga mengharuskan pemotongan ornament-ornamen
gua berupa stalaktit saat melakukan penginstalasian pipa air.
Gambar 2. Logger di Goa Seropan
di sungai Goa Seropan
Gambar 3. Kondisi Air
Stopsite Selanjutnya berada di Goa Gremeng yang terletak
di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Goa Gremeng merupakan tempat keluarnya Air tanah dari dalam
sungai bawah tanah menuju sungai permukaan. Debit air di Goa
Gremeng adalah sebesar 1.870 liter per detik (Haryono, dkk,
2017). Air yang mengalir dari Goa Gremeng dimanfaatkan untuk
keperluan irigasi yang digunakan penduduk untuk mengaliri
sawah, kolam, dan keperluan lainnya. Pada stopsite Goa Gremeng
ini selain dilakukan observasi lapangan juga dijelaskan tentang
metode tracer untuk penelusuran aliran airtanah.
Gambar 4. Goa Gremeng
(http://welcome-umbulrejo.blogspot.co.id/2015/07/eksotisme-goagremeng.html)
Stopsite terakhir pada kegiatan observasi lapangan pada
acara praktikum lapangan Geohidrologi ini bertempat di Goa
Kalisuci yang terletak di Desa Pacarejo, Kecamaan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul. Goa Kalisuci merupakan goa dengan
[4]
destinasi wisata berupa wisata susur sungai dengan body tubing
yaitu melakukan penyusuran sungai dalam goa dengan
menghanyutkan diri menggunakan alat pengaman berupa
pelampung dan helm. Berdasarkan hasil observasi goa kalisuci
memiliki debit air yang cukup besar dan memiliki bentukan sungai
dengan gradien yang cukup curam sehingga menarik digunakan
sebagai wisata body tubing.
PENUTUP/KESIMPULAN
Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul yang sebagian
besar tersusun oleh batuan gamping memiliki kondisi hidrologi
berupa hidrologi karst dimana sebagian besar air masuk kebawah
permukaan tanah melalui pori dan rongga pada hasil pelarutan
material batu gamping dan material lainnya yang mampu terlarut
oleh air terutama air hujan. Pemanfaatan aliran air pada kawasan
karst Gunungkidul adalah untuk pariwisata, irigasi, dan untuk
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat akan air bersih.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pengampu
praktikum geohidrologi, asisten praktikum geohidrologi, dan
seluruh rekan-rekan praktikan geohidrologi, yang telah berkenan
membimbing dan memberikan ilmu dan pengetahuannya dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum lapangan ini sehingga dapat
membantu dalam penulisan makalah laporan kegiatan praktikum
lapangan geohidrologi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono, E., Barianto D. H., dan Cahyadi, A. 2017. Petunjuk
Kegiatan Lapangan Hidrogeologi Kawasan Karst Gunungsewu.
Pekan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Ahli Airtanah
Indonesia (PIT PAAI), 15 September 2017 diunggah di INARxiv Papers, 14 September 2017 Yogyakarta: Perhimpunan
Ahli Airtanah Indonesia, Groundwater Working Group,
Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Pramono, H., dan Ashari, A. 2014. Geomorfologi
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Dasar.
Soemarto, 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.
Thornbury, 1954. Principle Of Geomorphology. New York : John
Willey and Sons.
[5]
[6]