PERANAN HUKUM TIDAK TERTULIS DALAM PENGE
PERANAN HUKUM TIDAK TERTULIS
DALAM PENGEMBANGAN HUKUM
TATA PEMERINTAHAN DI INDONESIA
oleh :
HELMY BOEMIYA, S.H.
BAB I
PERMASALAHAN
Perkembangan hukum tertulis dan tidak tertulis sebagai sumber hukum di dalam suatu tatanan
hukum, terus berkembang pesat seiring semakin dinamsinya kehidupan bermasyarakat dan
berkembangnya peradaban umat manusia. Aristoteles pernah mengungkapakan bahwa manusia
adalah zoon politicoon / makhluk sosial sehinga manusia tidak dapat hidup dan berkembang
dengan sendirinya melainkan saling bahu-membahu, tolong-menolong dan berinteraksi antar satu
dengan yang lain dalam kehidupan. Di dalam perkembangannya hingga zaman ini aturan /
hukum merupakan suatu hal yang sangat diperlukan keberadaannya pada zaman modern ini
dikarenakan semua hal itu bermuara pada hukum.
Negara kita Indonesia didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUDNRI Tahun 1945) di dalam pasal 1 ayat 3 menyatakan “bahwa Negara Indoesia adalah
Negara Hukum”. Dalam suatu negara hukum tentunya terdapat berbagai macam pembidangan
hukum seperti, hukum pidana, hukum perdata, hukam tata negara, hukum tata pemerintahan,
hukum irrian dll. Negara Indonesia yang berdasarkan Negara hukum (rechstaat) merupakan
landasan hukum tata pemerintahan
Tujuan dari Negara Indonesia berdasarkan hukum ialah Indonesia bukan Negara yang
berdasarkan kekuasaan. Namun semenjak Indonesia merdeka hingga saat ini banyak sekali
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para pejabat negara, sehingga untuk membatasi
kewenangan para penguasa atau pejabat negara tersebut diperlukan suatu ketentuan-ketentuan
hukum tata pemerintahan sebagai penyelenggara Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
Indonesia.
Tentunya pemerintahan yang baik sebagai salah satu tujuan adanya pengaturan tindakan
pemerintah melalui hukum tata pemerintahan membutuhkan legitimasi hukum yang kuat, baik
dari hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis, seperti konvensi, norma (asas) hukum, hukum
adat, hukum keagamaan, dan lainnya. Dalam hukum tata pemerintah terdapat sumber hukum
yang terdiri dari:
-
Sumber idiil/ideal
yaitu sumber yan terletak pada wewenang yang ada pada negara, dengan perkataan lain, cita-cita
yang menyebabkan timbulnya hukum tata pemerintahan ada pada suatu kelompok penguasa
yang mempunyai wewenang dalam bidang tata pemerintahan, baik di tingkat pemerintah pusat
maupun tingkat pemerintah daerah. Timbulnya hukum tata pemerintahan tergantung pada citacita yang ada pada suatu kelompok penguasa tersebut.
-
Sumber hukum materiik yang terdiri dari sumber historis, filosofis, sosiologis
-
Sebagai sumber-sumber Faktual Hukum tata pemerintahan :
a.
Undang-Undang (hukum tata pemerintahan tertulis)
b.
Praktek tata pemerintahan/konvensi (hukum tidak tertulis)
c.
Yurisprudensi
d.
Pendapat para ahli hukum (doktrin)
Dalam hukum tata pemerintahan peranan hukum tidak tertulis memiliki ruang tersendiri dalam
menciptakan suatu tatanan pemerintahan yang diinginkan oleh konstitusi, norma hukum
pemerintahan tidak tertulis dalam hukum pemerintahan dikembangkan oleh asas-asas umum
pemerintahan yang baik (AAUPB) yang memiliki peranan besar pada hukum tata pemerintahan,
selain itu peranan konvensi ketatanegaraan sebagai bagian hukum tidak tertulis juga berpengaruh
terhadap perkembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia.
Hukum tata pemerintahan telah berkembang dalam suasana pihak pemerintah mulai menata
masyarakat dan dalam kaitan itu menggunakan sarana hukum, umpamanya dengan menetapkan
keputusan-keputusan larangan tertentu atau dengan menerbitkan sistem-sistem perizinan. Oleh
karena itu dapat disepakati bahwa, hukum tata pemerintahan dalam bentuk awalnya sangat kuno,
oleh karena itu pihak pemerintah juga sejak dahulu kala telah bertanggung jawab atas penataan
dan pengelolan masyarakat secara lebih kurang.
Dalam hal ini, penulis tertarik mengkaji beberapa hukum tidak tertulis yang mempunyai peranan
penting dalam perkembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia, yaitu asas-asas umum
pemerintahan yang baik dan konvensi ketatanegaraan. Berdasarkan permasalahan yang di
kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana peranan hukum tidak tertulis berupa asas-asas umum pemerintahan yang baik
dalam pengembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia ?
2.
Bagaimana peranan hukum tidak tertulis berupa konvensi ketatanegaraan (praktik
kenegaraan) dalam hukum tata pemerintahan di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hukum Tata Pemerintahan
Menurut Rochmad Sumitro, bahwa yang dimaksud dengan hukum adminitrasi negara dan hukum
tata pemerintahan itu meliputi segala sesuatu mengenai pemerintahan, yakni seluruh aktivitas
pemerintah yang tidak termasuk pengundangan dan peradilan. Menurut G. pringgodigdo, hukum
tata pemerintahan ialah hukum eksekutif atau hukum tata pelaksanaan undang-undang dengan
perkataan lain hukum tata pemerintahan ialah hukum mengenai aktivitas-aktivitas kekuasaan
eksekutif (kekuasaan melaksanakan undang-undang). Menurut teori ilmu hukum murni, hukum
tata pemerintahan ialah kumpulan peraturan hukum yang mengatur aktivitas aparat pemerintah
dalam rangka melaksanakan fungsinya guna mewujudkan tujuan negara.
B. Peranan hukum tidak tertulis berupa asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam
pengembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia
Peristilahan tentang asas-asas umum pemerintahan yang baik memang masih beraneka ragam,
ada yang menyebutnya asas-asas umum pemerintahan yang layak, yang patut, yang bersih dan
wajar, istilah ini merupakan terjemahan dari “algemen beginselen van behoorlijk bestuur “
(bahasa belanda) atau les principles generaux du droit contumier public (bahasa perancis) atau
the general principles of good administration (bahasa inggris). Berikut ini adalah uraian tentang
13 asas-asas umum pemerintahan yang baik yang dikemukakan oleh De’Monchy dan dirangkum
oleh Crince Le Roy serta dikembangkan Kuncoro Purbopranoto :
1.
Asas kepastian hukum
Asas ini menghendaki agar di dalam mengeluarkan keputusan atau membuat suatu penetapan
apabila telah memenuhi syarat baik formil maupun materil tidak berlaku surut dan tidak dicabut
kembali
2.
Asas keseimbangan
Asas ini bertitik tolak dari ajaran keseimbangan antara hak dan kewajiban yang pada hakekatnya
menghendaki terciptanya keadilan menuju kepada kehidupan yang damai.
3.
Asas kesamaan dalam mengambil keputusan
Asas ini menghendaki bahwa terhadap kasus yang sama atau fakta-fakta yang sama sebaiknya
diambil tindakan-tindakan yang sama pula, atau dengan kata lain tidak boleh ada diskriminasi
dalam mengambil keputusan.
4.
Asas bertindak cermat
Asas ini menghendaki adanya ketelitian dari aparatur pemerintah/negara di dalam melakukan
suatu perbuatan atau melakukan tindakan dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
5.
Asas motivasi
Asas ini menghendaki bahwa dalam setiap keputusan atau ketetapan yang dibuat dan dikeluarkan
oleh administrasi negara haruslah mempunyai mtivasi/alasan yang cukup sebagai dasar
pertimbanagn yang dimuat pada bagian konsideran dari sebuah keputusan yang dikeluarkan.
6.
Asas larangan untuk mencampuradukkan kewenangan atau penyalahgunaan wewenang.
Asas ini memberikan petunjuk bahwa pejabat pemerintah atau alat administrasi negara tidak
boleh bertindak atas sesuatu yang bukan merupakan wewenangnya atau menjadi wewenang
pejabat atau badan lain.
7.
Asas permainan yang layak
Asas ini memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada rakyat untuk mencari kebenaran
dan keadilan sebelum aparatur negara/pemerintah mengambil suau keputusan atau menjatuhkan
suatu ketetapan.
8.
Asas keadilan dan kewajaran
Prinsip yang terkandung dalam asas ini yaitu bahwa bertindak secara sewenang-wenang atau
tidak layak bagi alat administrasi negara adalah dilarang atau tidak diperbolehkan.
9.
Asas menanggapi penghargaan yang wajar
Asas ini mendorong alat adminitrasi begara dalam melakukan perbuatannya yang menimbulkan
akibat hukum selalu memperhatikan harapan-harapan yang timbul dari masyarakat atau pihak
administrabel.
10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal
Asas ini menghendaki bahwa apabila ada sesuatu keputusan yang dibatalkan oleh lembaga
banding ataupun pengadilan, maka akibat dari suatu keputusan/ketetapan yang batal tadi harus
ditiadakan.
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup
Asas ini menghendaki agar warga masyarakat mempunyai hak atas kehidupan pribadinya dan
alat administrasi negara/aparatur negara/pemerintah dalam menjalankan tugasnya harus
menghormati dan melindungi hak-hak tersebut.
12. Asas kebijaksanaan
Maksud dari asas ini, yakni bahwa alat administrasi negara dalam segal tindakannya harus
senantiasa berpandangan luas dan dapat memandang jauhke depan serta dapat menghubungkan
tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan tugasnya itu dengan gejala-gejala yang ada
di masyarakat.
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum
Penyelenggaraan kepentingan umum adalah merupakan tugas yang paling penting dari alat
adminitrasi negara/aparatur pemerintah.
Asas-asas yang disebutkan diatas itu merupakan panduan, acuan, pedoman dan landasan
perbuatan atau tindakan hukum, baik berupa ketetapan, keputusan, peraturan peraturan lainnya
yang dilakukan oleh para pejabat negara, penyelengara negara, aparatur negara/pemerintah yang
berwenang sesuai Undang-Undang. Jadi bisa dikatakan bahwa peranan asas-asas umum
pemerintahan yang baik mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap pengembangan
hukum tata pemerintahan di Indonesia yakni sebagai suatu landasan pembentukan hukum
lainnya yang berupa peraturan, ketetapan, intruksi, keputusan dan lain halnya dalam melakukam
aktivitasnya.
C. Peranan hukum tidak tertulis berupa konvensi ketatanegaraaan dalam
pengembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia
Istilah konvensi berasal dari bahasa Inggris convention. Secara akademis serigkali istilah
convention digabugkan dengan perkataan constitution atau constitutional seperti convention of
the constitution. Menurut A.V. Dicey bahwa konvensi ketatanegaraan harus memenuhi ciri-ciri
sebagai berikut :
1.
Konvensi itu berkenan dengan hal-hal dalam bidang ketatanegaraan.
2.
Konvensi tumbuh, berlaku, diikuti dan dihormati dalam praktik penyelenggaraan negara.
3.
Konvensi sebagai bagian dari konstitusi, apabila ada pelangaran terhadapnya tak dapat di
adili oleh badan pengadilan.
Konvensi atau hukum tidak tertulis diakui didalam Undang Undang Dasar 1945 di dalam
penjelasan umum hal itu dapat diperhatikan sebagai berikut :
a.
Undang-Undang dasar suatu negara hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. UndangUndang dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disamping Undang-Undang Dasar itu
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
b.
Memang untuk menyelidiki hukum dasar suatu negara, tidak cukup hanya menyelidiki
pasal-pasal Undang-Undang Dasarnya saja, akan tetap harus menyelidiki juga bagaimana
prakteknya dan bagaimana suasana kebatinan Undang-Undang Dasar itu.
Dari kutipan penjelasan umum itu kita mengetahui bahwa UUD 1945 juga mengakui berlakunya
hukum tidak tertulis. Hukum tidak tertulis atau konvensi dalam hukum tata pemerintahan adalah
praktek dan keputusan-keputusan pejabat administrasi negara. Konvensi ini penting mengingat
hukum tata pemerintahan itu senantiasa bergerak dan seringkali dituntut perubahannya oleh
situasi. Tuntutan situasi yang sering terjadi tiba-tiba itu sulit di imbangi dengan lahirnya hukum
tertulis, oleh sebab itu diperlukan adanya lembaga konvensi sebagai hukum tidak tertulis.
Konvensi dalam hukum tata pemerintahan merupakan praktek pejabat-pejabat
pemerintahan.Muchsan dalam bukunya “Pengantar Hukum Adminitrasi Negara” member contoh
bahwa gerakan penghijauan yang pernah dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta merupakan
konvensi karena kemudian dijadikan contoh (model) oleh gubernur-gubernur lain.
Alat administrasi negara/aparatur pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan apa yang
menjadi tujuan dari undang-undang. Dalam rangka melaksanakan fungsinya maka alat
administrasi/aparatur pemerintahan tersebut menghasilkan keputusan-keputusan guna
menyelesaikan suatu masalah konkrit yang terjadi berdasarkan peraturan hukum yang abstrak
sifatnya. Dalam mengeluarkan keputusan inilah timbul praktek adminitrasi negara kebiasaan atau
konvensi. Keputusan alat administrasi negara/aparatur pemerintahan ada dua macam yakni : 1.
Keputusan yang member kesempatan kepada yang dikenai keputusan untuk memohon bandingan
pada pengadilan. 2. Keputusan alat adminitrasi negara yang tidak member kesempatan pada
pihak yang dikenai keputusan untuk memohon banding pada pengadilan.
Contoh-contoh lain konvensi ketatanegaraan yang terjadi di Negara Indonesia semenjak
Proklamsi Kemerdekaan hingga saat ini :
1.
Maklumat pemerintah tanggal 14 November No. X atas nama wakil presiden yang merubah
sistem pemerintahan dari presidensil ke parlementer.
2.
Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 yang mengambalikan UUD 1945
3.
Pidato dalam rapat umum, rapat raksasa Presiden Republik Indonesia (orde lama) pada
setiap tanggal 17 Agustus.
4.
Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia (orde baru) dihadapan siding paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap tanggal 16 Agustus .
5. Tap MPR No.1/MPR/1983 tentang mempertahankan UUD 1945 dan diperkenalkannya
referendum dalam sistem ketataegaraan Republik Indonesia.
6.
Praktik Musyawarah mufakat yang dilakukan oleh lembaga tinggi negara Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
7.
Penjelasan Presiden terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di
hadapan DPR.
8.
Adanya menteri Negara non departemen dan pejabat negara setingkat menteri.
Contoh-contoh konvensi diatas membuktikan bahwa diakuinya hukum tidak tertulis atau
konvensi sebagai sumber hukum di Indonesia karena tidak mungkin hukum tertulis mampu
mengatasi pluralism hukum di Indonesia. Jadi semakin jelas bahwa peranan hukum tidak tertulis
berupa konvensi ketatanegaraan sangatlah signifikan bagi pengembangan hukum tata
pemerintahan. Dimana tindakan-tindakan yang dilakukan para aparatur pemerintah, pejabat
negara, dan penyelenggara negara sah dan tidak melanggar hukum walau tidak ada aturannya
tetapi karena melakukan suatu konvensi ketatanegaran atau praktek ketatanegaraaan yang
merupakan hukum tidak tertulis dan di negara kita diakui sebagai sumber hukum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan panduan, acuan, pedoman dan landasan
perbuatan atau tindakan hukum, baik berupa ketetapan, keputusan, peraturan peraturan lainnya
yang dilakukan oleh para pejabat negara, penyelenggara negara, aparatur negara/pemerintah
yang berwenang sesuai Undang-Undang. Jadi bisa dikatakan bahwa peranan asas-asas umum
pemerintahan yang baik mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap pengembangan
hukum tata pemerintahan di Indonesia yakni sebagai suatu landasan pembentukan hukum
lainnya yang berupa diskresi, peraturan, ketetapan, intruksi, keputusan dan lain halnya dalam
melakukam aktivitasnya.
Begitu juga dengan peranan hukum tidak tertulis berupa konvensi ketatanegaraan sangatlah
signifikan bagi pengembangan hukum tata pemerintahan. Dimana tindakan-tindakan yang
dilakukan para aparatur pemerintah, pejabat negara, dan penyelenggara negara sah dan tidak
melanggar hukum walau tidak ada aturannya tetapi karena melakukan suatu konvensi
ketatanegaran atau praktek ketatanegaraaan yang merupakan hukum tidak tertulis dan di negara
kita diakui sebagai sumber hukum.
DAFTAR PUSTAKA
A.Ridwan Halim, 2007. Pengantar Hukum Indonesia dalam Tanya jawab jilid 1. Ghalia
Indonesia. Bogor selatan.
C.S.T Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, 2010. Teori dan Hukum Konstitusi. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Diana Halim Koentjoro,2004. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Bogor Selatan.
Eny Kusdarini. 2011. Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik. Uny Press. Yogyakarta.
E Utrecht, 1986. Pengantar Hukum Adminitrasi Negara Indonesia. Pustaka Tinta Mas. Surabaya
Hartono hadisoeprapto. 2011. Pengantar Hata Hukum Indonesia. Liberty. Yogyakarta.
Philipus M.Hadjon, 2005. Pengantar Jukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ridwan HR, 2006. Hukum adminitrasi negara. RajaGrafindo persada. Jakarta
SF. Marbun, Moh Mahfud MD, 2009. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara. Liberty.
Yogyakarta.
DALAM PENGEMBANGAN HUKUM
TATA PEMERINTAHAN DI INDONESIA
oleh :
HELMY BOEMIYA, S.H.
BAB I
PERMASALAHAN
Perkembangan hukum tertulis dan tidak tertulis sebagai sumber hukum di dalam suatu tatanan
hukum, terus berkembang pesat seiring semakin dinamsinya kehidupan bermasyarakat dan
berkembangnya peradaban umat manusia. Aristoteles pernah mengungkapakan bahwa manusia
adalah zoon politicoon / makhluk sosial sehinga manusia tidak dapat hidup dan berkembang
dengan sendirinya melainkan saling bahu-membahu, tolong-menolong dan berinteraksi antar satu
dengan yang lain dalam kehidupan. Di dalam perkembangannya hingga zaman ini aturan /
hukum merupakan suatu hal yang sangat diperlukan keberadaannya pada zaman modern ini
dikarenakan semua hal itu bermuara pada hukum.
Negara kita Indonesia didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUDNRI Tahun 1945) di dalam pasal 1 ayat 3 menyatakan “bahwa Negara Indoesia adalah
Negara Hukum”. Dalam suatu negara hukum tentunya terdapat berbagai macam pembidangan
hukum seperti, hukum pidana, hukum perdata, hukam tata negara, hukum tata pemerintahan,
hukum irrian dll. Negara Indonesia yang berdasarkan Negara hukum (rechstaat) merupakan
landasan hukum tata pemerintahan
Tujuan dari Negara Indonesia berdasarkan hukum ialah Indonesia bukan Negara yang
berdasarkan kekuasaan. Namun semenjak Indonesia merdeka hingga saat ini banyak sekali
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para pejabat negara, sehingga untuk membatasi
kewenangan para penguasa atau pejabat negara tersebut diperlukan suatu ketentuan-ketentuan
hukum tata pemerintahan sebagai penyelenggara Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
Indonesia.
Tentunya pemerintahan yang baik sebagai salah satu tujuan adanya pengaturan tindakan
pemerintah melalui hukum tata pemerintahan membutuhkan legitimasi hukum yang kuat, baik
dari hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis, seperti konvensi, norma (asas) hukum, hukum
adat, hukum keagamaan, dan lainnya. Dalam hukum tata pemerintah terdapat sumber hukum
yang terdiri dari:
-
Sumber idiil/ideal
yaitu sumber yan terletak pada wewenang yang ada pada negara, dengan perkataan lain, cita-cita
yang menyebabkan timbulnya hukum tata pemerintahan ada pada suatu kelompok penguasa
yang mempunyai wewenang dalam bidang tata pemerintahan, baik di tingkat pemerintah pusat
maupun tingkat pemerintah daerah. Timbulnya hukum tata pemerintahan tergantung pada citacita yang ada pada suatu kelompok penguasa tersebut.
-
Sumber hukum materiik yang terdiri dari sumber historis, filosofis, sosiologis
-
Sebagai sumber-sumber Faktual Hukum tata pemerintahan :
a.
Undang-Undang (hukum tata pemerintahan tertulis)
b.
Praktek tata pemerintahan/konvensi (hukum tidak tertulis)
c.
Yurisprudensi
d.
Pendapat para ahli hukum (doktrin)
Dalam hukum tata pemerintahan peranan hukum tidak tertulis memiliki ruang tersendiri dalam
menciptakan suatu tatanan pemerintahan yang diinginkan oleh konstitusi, norma hukum
pemerintahan tidak tertulis dalam hukum pemerintahan dikembangkan oleh asas-asas umum
pemerintahan yang baik (AAUPB) yang memiliki peranan besar pada hukum tata pemerintahan,
selain itu peranan konvensi ketatanegaraan sebagai bagian hukum tidak tertulis juga berpengaruh
terhadap perkembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia.
Hukum tata pemerintahan telah berkembang dalam suasana pihak pemerintah mulai menata
masyarakat dan dalam kaitan itu menggunakan sarana hukum, umpamanya dengan menetapkan
keputusan-keputusan larangan tertentu atau dengan menerbitkan sistem-sistem perizinan. Oleh
karena itu dapat disepakati bahwa, hukum tata pemerintahan dalam bentuk awalnya sangat kuno,
oleh karena itu pihak pemerintah juga sejak dahulu kala telah bertanggung jawab atas penataan
dan pengelolan masyarakat secara lebih kurang.
Dalam hal ini, penulis tertarik mengkaji beberapa hukum tidak tertulis yang mempunyai peranan
penting dalam perkembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia, yaitu asas-asas umum
pemerintahan yang baik dan konvensi ketatanegaraan. Berdasarkan permasalahan yang di
kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana peranan hukum tidak tertulis berupa asas-asas umum pemerintahan yang baik
dalam pengembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia ?
2.
Bagaimana peranan hukum tidak tertulis berupa konvensi ketatanegaraan (praktik
kenegaraan) dalam hukum tata pemerintahan di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hukum Tata Pemerintahan
Menurut Rochmad Sumitro, bahwa yang dimaksud dengan hukum adminitrasi negara dan hukum
tata pemerintahan itu meliputi segala sesuatu mengenai pemerintahan, yakni seluruh aktivitas
pemerintah yang tidak termasuk pengundangan dan peradilan. Menurut G. pringgodigdo, hukum
tata pemerintahan ialah hukum eksekutif atau hukum tata pelaksanaan undang-undang dengan
perkataan lain hukum tata pemerintahan ialah hukum mengenai aktivitas-aktivitas kekuasaan
eksekutif (kekuasaan melaksanakan undang-undang). Menurut teori ilmu hukum murni, hukum
tata pemerintahan ialah kumpulan peraturan hukum yang mengatur aktivitas aparat pemerintah
dalam rangka melaksanakan fungsinya guna mewujudkan tujuan negara.
B. Peranan hukum tidak tertulis berupa asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam
pengembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia
Peristilahan tentang asas-asas umum pemerintahan yang baik memang masih beraneka ragam,
ada yang menyebutnya asas-asas umum pemerintahan yang layak, yang patut, yang bersih dan
wajar, istilah ini merupakan terjemahan dari “algemen beginselen van behoorlijk bestuur “
(bahasa belanda) atau les principles generaux du droit contumier public (bahasa perancis) atau
the general principles of good administration (bahasa inggris). Berikut ini adalah uraian tentang
13 asas-asas umum pemerintahan yang baik yang dikemukakan oleh De’Monchy dan dirangkum
oleh Crince Le Roy serta dikembangkan Kuncoro Purbopranoto :
1.
Asas kepastian hukum
Asas ini menghendaki agar di dalam mengeluarkan keputusan atau membuat suatu penetapan
apabila telah memenuhi syarat baik formil maupun materil tidak berlaku surut dan tidak dicabut
kembali
2.
Asas keseimbangan
Asas ini bertitik tolak dari ajaran keseimbangan antara hak dan kewajiban yang pada hakekatnya
menghendaki terciptanya keadilan menuju kepada kehidupan yang damai.
3.
Asas kesamaan dalam mengambil keputusan
Asas ini menghendaki bahwa terhadap kasus yang sama atau fakta-fakta yang sama sebaiknya
diambil tindakan-tindakan yang sama pula, atau dengan kata lain tidak boleh ada diskriminasi
dalam mengambil keputusan.
4.
Asas bertindak cermat
Asas ini menghendaki adanya ketelitian dari aparatur pemerintah/negara di dalam melakukan
suatu perbuatan atau melakukan tindakan dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
5.
Asas motivasi
Asas ini menghendaki bahwa dalam setiap keputusan atau ketetapan yang dibuat dan dikeluarkan
oleh administrasi negara haruslah mempunyai mtivasi/alasan yang cukup sebagai dasar
pertimbanagn yang dimuat pada bagian konsideran dari sebuah keputusan yang dikeluarkan.
6.
Asas larangan untuk mencampuradukkan kewenangan atau penyalahgunaan wewenang.
Asas ini memberikan petunjuk bahwa pejabat pemerintah atau alat administrasi negara tidak
boleh bertindak atas sesuatu yang bukan merupakan wewenangnya atau menjadi wewenang
pejabat atau badan lain.
7.
Asas permainan yang layak
Asas ini memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada rakyat untuk mencari kebenaran
dan keadilan sebelum aparatur negara/pemerintah mengambil suau keputusan atau menjatuhkan
suatu ketetapan.
8.
Asas keadilan dan kewajaran
Prinsip yang terkandung dalam asas ini yaitu bahwa bertindak secara sewenang-wenang atau
tidak layak bagi alat administrasi negara adalah dilarang atau tidak diperbolehkan.
9.
Asas menanggapi penghargaan yang wajar
Asas ini mendorong alat adminitrasi begara dalam melakukan perbuatannya yang menimbulkan
akibat hukum selalu memperhatikan harapan-harapan yang timbul dari masyarakat atau pihak
administrabel.
10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal
Asas ini menghendaki bahwa apabila ada sesuatu keputusan yang dibatalkan oleh lembaga
banding ataupun pengadilan, maka akibat dari suatu keputusan/ketetapan yang batal tadi harus
ditiadakan.
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup
Asas ini menghendaki agar warga masyarakat mempunyai hak atas kehidupan pribadinya dan
alat administrasi negara/aparatur negara/pemerintah dalam menjalankan tugasnya harus
menghormati dan melindungi hak-hak tersebut.
12. Asas kebijaksanaan
Maksud dari asas ini, yakni bahwa alat administrasi negara dalam segal tindakannya harus
senantiasa berpandangan luas dan dapat memandang jauhke depan serta dapat menghubungkan
tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan tugasnya itu dengan gejala-gejala yang ada
di masyarakat.
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum
Penyelenggaraan kepentingan umum adalah merupakan tugas yang paling penting dari alat
adminitrasi negara/aparatur pemerintah.
Asas-asas yang disebutkan diatas itu merupakan panduan, acuan, pedoman dan landasan
perbuatan atau tindakan hukum, baik berupa ketetapan, keputusan, peraturan peraturan lainnya
yang dilakukan oleh para pejabat negara, penyelengara negara, aparatur negara/pemerintah yang
berwenang sesuai Undang-Undang. Jadi bisa dikatakan bahwa peranan asas-asas umum
pemerintahan yang baik mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap pengembangan
hukum tata pemerintahan di Indonesia yakni sebagai suatu landasan pembentukan hukum
lainnya yang berupa peraturan, ketetapan, intruksi, keputusan dan lain halnya dalam melakukam
aktivitasnya.
C. Peranan hukum tidak tertulis berupa konvensi ketatanegaraaan dalam
pengembangan hukum tata pemerintahan di Indonesia
Istilah konvensi berasal dari bahasa Inggris convention. Secara akademis serigkali istilah
convention digabugkan dengan perkataan constitution atau constitutional seperti convention of
the constitution. Menurut A.V. Dicey bahwa konvensi ketatanegaraan harus memenuhi ciri-ciri
sebagai berikut :
1.
Konvensi itu berkenan dengan hal-hal dalam bidang ketatanegaraan.
2.
Konvensi tumbuh, berlaku, diikuti dan dihormati dalam praktik penyelenggaraan negara.
3.
Konvensi sebagai bagian dari konstitusi, apabila ada pelangaran terhadapnya tak dapat di
adili oleh badan pengadilan.
Konvensi atau hukum tidak tertulis diakui didalam Undang Undang Dasar 1945 di dalam
penjelasan umum hal itu dapat diperhatikan sebagai berikut :
a.
Undang-Undang dasar suatu negara hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. UndangUndang dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disamping Undang-Undang Dasar itu
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
b.
Memang untuk menyelidiki hukum dasar suatu negara, tidak cukup hanya menyelidiki
pasal-pasal Undang-Undang Dasarnya saja, akan tetap harus menyelidiki juga bagaimana
prakteknya dan bagaimana suasana kebatinan Undang-Undang Dasar itu.
Dari kutipan penjelasan umum itu kita mengetahui bahwa UUD 1945 juga mengakui berlakunya
hukum tidak tertulis. Hukum tidak tertulis atau konvensi dalam hukum tata pemerintahan adalah
praktek dan keputusan-keputusan pejabat administrasi negara. Konvensi ini penting mengingat
hukum tata pemerintahan itu senantiasa bergerak dan seringkali dituntut perubahannya oleh
situasi. Tuntutan situasi yang sering terjadi tiba-tiba itu sulit di imbangi dengan lahirnya hukum
tertulis, oleh sebab itu diperlukan adanya lembaga konvensi sebagai hukum tidak tertulis.
Konvensi dalam hukum tata pemerintahan merupakan praktek pejabat-pejabat
pemerintahan.Muchsan dalam bukunya “Pengantar Hukum Adminitrasi Negara” member contoh
bahwa gerakan penghijauan yang pernah dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta merupakan
konvensi karena kemudian dijadikan contoh (model) oleh gubernur-gubernur lain.
Alat administrasi negara/aparatur pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan apa yang
menjadi tujuan dari undang-undang. Dalam rangka melaksanakan fungsinya maka alat
administrasi/aparatur pemerintahan tersebut menghasilkan keputusan-keputusan guna
menyelesaikan suatu masalah konkrit yang terjadi berdasarkan peraturan hukum yang abstrak
sifatnya. Dalam mengeluarkan keputusan inilah timbul praktek adminitrasi negara kebiasaan atau
konvensi. Keputusan alat administrasi negara/aparatur pemerintahan ada dua macam yakni : 1.
Keputusan yang member kesempatan kepada yang dikenai keputusan untuk memohon bandingan
pada pengadilan. 2. Keputusan alat adminitrasi negara yang tidak member kesempatan pada
pihak yang dikenai keputusan untuk memohon banding pada pengadilan.
Contoh-contoh lain konvensi ketatanegaraan yang terjadi di Negara Indonesia semenjak
Proklamsi Kemerdekaan hingga saat ini :
1.
Maklumat pemerintah tanggal 14 November No. X atas nama wakil presiden yang merubah
sistem pemerintahan dari presidensil ke parlementer.
2.
Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 yang mengambalikan UUD 1945
3.
Pidato dalam rapat umum, rapat raksasa Presiden Republik Indonesia (orde lama) pada
setiap tanggal 17 Agustus.
4.
Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia (orde baru) dihadapan siding paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap tanggal 16 Agustus .
5. Tap MPR No.1/MPR/1983 tentang mempertahankan UUD 1945 dan diperkenalkannya
referendum dalam sistem ketataegaraan Republik Indonesia.
6.
Praktik Musyawarah mufakat yang dilakukan oleh lembaga tinggi negara Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
7.
Penjelasan Presiden terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di
hadapan DPR.
8.
Adanya menteri Negara non departemen dan pejabat negara setingkat menteri.
Contoh-contoh konvensi diatas membuktikan bahwa diakuinya hukum tidak tertulis atau
konvensi sebagai sumber hukum di Indonesia karena tidak mungkin hukum tertulis mampu
mengatasi pluralism hukum di Indonesia. Jadi semakin jelas bahwa peranan hukum tidak tertulis
berupa konvensi ketatanegaraan sangatlah signifikan bagi pengembangan hukum tata
pemerintahan. Dimana tindakan-tindakan yang dilakukan para aparatur pemerintah, pejabat
negara, dan penyelenggara negara sah dan tidak melanggar hukum walau tidak ada aturannya
tetapi karena melakukan suatu konvensi ketatanegaran atau praktek ketatanegaraaan yang
merupakan hukum tidak tertulis dan di negara kita diakui sebagai sumber hukum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan panduan, acuan, pedoman dan landasan
perbuatan atau tindakan hukum, baik berupa ketetapan, keputusan, peraturan peraturan lainnya
yang dilakukan oleh para pejabat negara, penyelenggara negara, aparatur negara/pemerintah
yang berwenang sesuai Undang-Undang. Jadi bisa dikatakan bahwa peranan asas-asas umum
pemerintahan yang baik mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap pengembangan
hukum tata pemerintahan di Indonesia yakni sebagai suatu landasan pembentukan hukum
lainnya yang berupa diskresi, peraturan, ketetapan, intruksi, keputusan dan lain halnya dalam
melakukam aktivitasnya.
Begitu juga dengan peranan hukum tidak tertulis berupa konvensi ketatanegaraan sangatlah
signifikan bagi pengembangan hukum tata pemerintahan. Dimana tindakan-tindakan yang
dilakukan para aparatur pemerintah, pejabat negara, dan penyelenggara negara sah dan tidak
melanggar hukum walau tidak ada aturannya tetapi karena melakukan suatu konvensi
ketatanegaran atau praktek ketatanegaraaan yang merupakan hukum tidak tertulis dan di negara
kita diakui sebagai sumber hukum.
DAFTAR PUSTAKA
A.Ridwan Halim, 2007. Pengantar Hukum Indonesia dalam Tanya jawab jilid 1. Ghalia
Indonesia. Bogor selatan.
C.S.T Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, 2010. Teori dan Hukum Konstitusi. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Diana Halim Koentjoro,2004. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Bogor Selatan.
Eny Kusdarini. 2011. Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik. Uny Press. Yogyakarta.
E Utrecht, 1986. Pengantar Hukum Adminitrasi Negara Indonesia. Pustaka Tinta Mas. Surabaya
Hartono hadisoeprapto. 2011. Pengantar Hata Hukum Indonesia. Liberty. Yogyakarta.
Philipus M.Hadjon, 2005. Pengantar Jukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ridwan HR, 2006. Hukum adminitrasi negara. RajaGrafindo persada. Jakarta
SF. Marbun, Moh Mahfud MD, 2009. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara. Liberty.
Yogyakarta.