KOMUNIKASI DALAM ACTIVE LEARNING tipe
KOMUNIKASI DALAM ACTIVE LEARNING
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Presentasi
Mata Kuliah Komunikasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. H. Imam Mudjiono, M. Ag.
Disusun Oleh :
Nama : Ika Nahdati Rahmah
NIM : 16422160
Kelas : C
PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental
intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai kegiatan
yang rumit.1 Kegiatan belajar sejatinya sudah dimulai sejak manusia
dilahirkan ke dunia. Kegiatan belajar mempunyai taraf atau jenjang seiring
dengan bertambahnya usia manusia. Di mulai dari belajar di lingkungan
rumah atau keluarga hingga sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah
tentunya lebih terarah secara sistematik karena adanya orang-orang yang
lebih berkompeten (guru) untuk mendidik manusia (siswa) tersebut.
Melalui berbagai metode pembelajaran yang ada di sekolah salah satunya
adalah metode pembelajaran aktif, siswa dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya karena pada dasarnya setiap siswa merupakan insan yang
aktif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
Pembelajaran aktif atau yang lebih sering dikenal dengan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA), bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Model pembelajaran ini sudah mulai dikembangkan di sekolahsekolah Indonesia pada tahun 1979. Sistem pembelajaran ini seharusnya
sangat bermanfaat terutama bagi peserta didik, karena peserta didik akan
lebih leluasa bergerak, berpikir, dan menemukan hal-hal baru secara
mandiri.
Namun, faktanya sampai sekarang sistem belajar-mengajar tersebut
belum membudaya di Indonesia. Banyak sekolah-sekolah yang masih
menerapkan sistem belajar satu arah dan masih terfokus pada seorang
guru. Siswa secara tidak langsung dipaksa menjadi seseorang yang pasif
karena hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan
metode ceramah misalnya. Maka didalamnya tidak akan ada timbal-balik
antara siswa dan guru seperti yang diharapkan dalam sistem pembelajaran
aktif.
1 W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hlm.73.
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan dalam bentuk
keaktifan siswa walaupun dalam kadar yang berbeda-beda.
Dalam
pembelajaran aktif, seorang siswa merupakan inti dalam kegiatan belajarmengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sekaligus subjek
didalamnya. Dalam pembelajaran aktif posisi seorang guru hanya sebagai
pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa. Namun disamping itu,
sebelum melakukan pembelajaran dikelas guru juga harus membuat atau
merumuskan bahan
pelajaran yang menantang siswa untuk aktif
mempelajarinya.
Maka untuk mewujudkan proses pembelajaran aktif yang
sesungguhnya, diperlukan pemahaman secara mendalam tentang urgensi
pembelajaran aktif, cara-cara pembelajaran aktif, dan prinsip-prinsip
pembelajaran aktif itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja urgensi pembelajaran aktif?
2. Bagaimana cara-cara pembelajaran aktif?
3. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran aktif?
C. TUJUAN
1. Mengetahui urgensi pembelajaran aktif.
2. Mengetahui cara-cara pembelajaran aktif.
3. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran aktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. URGENSI PEMBELAJARAN AKTIF
Pembelajaran aktif sangat diperlukan dan memiliki tingkat urgensi yang
sangat tinggi. Dengan menggunakan sistem pembelajaran aktif maka
diharapkan siswa lebih aktif dalam menggunakan pengetahuan utama
mereka dalam membentuk pemahaman dari isi materi belajar yang
disampaikan guru, siswa yang aktif berpikir secara kritis dan menciptakan
pengembangan mereka, pembelajaran aktif dapat melatih siswa agar
terbiasa mandiri dan percaya diri. Urgensi pembelajaran aktif bagi siswa
yaitu sebagai berikut :
1.
Melatih siswa untuk belajar bertanggung jawab terhadap pembelajaran
dan pendidikannya.
2.
Siswa dapat mencari teknik pemecahan masalah yang efektif.
3.
Dengan sistem pembelajaran aktif, secara tidak langsung telah
menyiapkan siswa ketika terjun ke dunia nyata (dunia kerja).
4.
Meningkatkan jiwa kooperatif, keterampilan berkomunikasi dan
bersosialisasi siswa dengan sebayanya.
5.
Penguasaan materi pelajaran lebih besar karena keterlibatan secara
langsung setiap siswanya.
Selain itu, dengan adanya sistem pembelajaran aktif siswa akan terbiasa
memiliki pola pikir yang logis dalam menyelesaikan permasalahan.
Pemikiran-pemikiran kreatif akan lebih mudah muncul seiring dengan
terbiasanya siswa berpikir, bergerak, dan mengekspresikan dirinya dalam
proses belajar menggunakan sistem pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif bukan sekedar kegembiraan, meskipun belajar dapat
berupa kegembiraan dan masih berfaedah. Sebenarnya, banyak teknik
belajar aktif mengadakan peserta didik pada tantangan-tantangan yang
tidak biasa yang mengharuskan kerja keras. Belajar aktif juga memiliki
berbagai saran untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah
mereka alami. Hal ini bermanfaat untuk menyampaikan pelajaran singkat
setelah aktivitas belajar aktif untuk menghubungkan apa yang siswa telah
alami dengan konsep yang diinginkan untuk memperoleh penyilangan. 2
B. CARA-CARA PEMBELAJARAN AKTIF
Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran aktif antara lain :
1. Metode Tanya-Jawab
Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang
penting sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan
yang tepat akan meningkatkan partipasi siswa dalam proses belajar,
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, mengembangkan
pola berpikir dan belajar aktif siswa, menuntut proses berpikir siswa,
serta memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang
dibahas.
Terdapat beberapa cara untuk menggolongkan jenis pertanyaan,
diantaranya :
a. Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya
1) Pertanyaan Permintaan (Compliance Question)
Pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi
perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
2) Pertanyaan Retorik (Rhetorical Question)
2 Melvin L. Silberman, Active Learning (Terj.Sarjuli, dkk.), Pustaka Insan Madani,
Yogyakarta, 2009, hlm. 11.
Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan
akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan teknik
penyampaian informasi kepada siswa.
3) Pertanyaan Mengarahkan atau Menuntun (Prompting Question)
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada
siswa dalam proses berpikir.
4) Pertanyaan Menggali (Probing question)
Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk
lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
b. Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan
Pengetahuan
(Recall
Question/Knowledge
Question)
Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang
sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah
dipelajarinya. Kata yang sering digunakan dalam menyusun
pertanyaan biasanya : apa, dimana, kapan, siapa, sebutkan.
2) Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question)
Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan
dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah
diterimanya
dengan
kata-kata
sendiri,
atau
menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan
melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau
membeda-bedakan.
3) Pertanyaan Penerapan (Application Question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberikan
jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan,
informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain hal yang pernah
diterimanya.
4) Pertanyaan Analisis (Analysis Question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan
jawaban dengan cara mengidentifikasi motif masalah yang
disampaikan, mencari bukti-bukti yang menunjang kesimpulan,
menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada.
5) Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question)
Jawaban dari pertanyaan ini ialah jawaban yang benar tidak
tunggal, melainkan lebih dari satu, dan menghendaki siswa
untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya.
6) Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question)
Pertanyaan semacam ini menghendaki siswa untuk
menjawabnyadengan
cara
memberikan
penilaian
atau
pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.
c. Jenis Pertanyaan Menurut Luas-Sempitnya Sasaran
1) Pertanyaan Sempit (Narrow Question)
Pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang tertutup dan
biasanya kunci jawaban telah tersedia.
2) Pertanyaan Luas (Broad Question)
Ciri dari pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu
sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik
sehingga masih diharapkan hasil yang terbuka.
Dalam mengajukan pertanyaan itu sendiri perlu diperhatikan
faktor-faktor tertentu seperti kejelasan dan kaitan pertanyaan, kecepatan
dan selang waktu, arah dan distribusi penunjukan, teknik reinforcement,
teknik menuntun dan menggali (prompting and probing). Hal-hal
tersebut perlu untuk diperhatikan saat akan mengajukkan pertanyaan,
karena akan mempengaruhi pemahaman lawan bicara atau orang yang
diberikan pertanyaan.
2. Metode Diskusi
Diskusi ialah proses penglihatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai
tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar
informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di
mana guru memberi kesempataan kepada siswa (kelompok-kelompok
siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah.
Jenis-jenis diskusi kelompok yaitu, whole group, buzz group,
panel, sundicate group, brain storming group, simposium, informal
debate, colloquium, dan fish bowl.
Metode diskusi lebih cocok digunakan untuk mengetahui berbagai
kemampuan yang ada pada siswa, memebri kesempatan untuk
menyalurkan kemampuan siswa, dan membantu siswa belajar berpikir
kritis.
3. Metode Kerja Kelompok
Merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang efektif
untuk diterapkan kepada siswa. Pelaksanaan metode kerja kelompok
menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format
belajar-mengajar
yang
menggunakan
pendekatan
ekspositorik,
misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan
menggunakan metode ini, maka memerlukan waktu untuk berlatih.
Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja
kelompok ialah :
a.
Tujuan
Tujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar
diperoleh hasil kerja yang baik. Tiap anggota harus tahu persis
apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Itulah
sebabnya dalam setiap kerja kelompok perlu didahului dengan
kegiatan diskusi untuk menentukan kerja apa oleh siapa.
b.
Interaksi
Dalam kerja kelompok ada tugas yang harus diselesaikan
bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Salah satu
persyaratan utama bagi terjadinya kerja sama adalah komunikasi
yang efektif, perlu ada interaksi antaranggota kelompok.
c.
Kepemimpinan
Tugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan
yang baik, akan berpengaruh terhadap suasana kerja, dan pada
gilirannya suasana kerja ini akan mempengaruhi proses
penyelesaian tugas. Karena itu maka produktivitas dan iklim
emosional kelompok merupakan dua aspek yang saling terkait
dalam proses kelompok.
4. Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja
(dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah;
dan simulation artinya tiruan atau perbuatan lyang pura-pura saja).
Simulasi memiliki tujuan untuk melatih keterampilan tertentu
siswa, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, dan
sebagai latihan memecahkan masalah. Prinsip-prinsip simulasi
diantaranya, dilakukan oleh siswa, semua siswa harus terlibat langsung
menurut peranan masing-masing, penentuan topik disesuaikan tingkat
kemampuan kelas, dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi
yang lengkap, dan diusahakan terintegrasi dengan beberapa ilmu.
Bentuk-bentuk simulasi yang bisa diterapkan dalam pembelajaran
aktif menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi
dapat berbentuk role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan.
Sedangkan, menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching,
simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam
kelompok role playing. Bentu lain dari role playing
adalah
sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat
efektif untuk menolong siswa dalam mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan seperti : Bagaimana cara membuatnya? Terdiri dari bahan
apa? Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya?
Bagaimana proses mengerjakannya?
Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru
atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau
seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses,
misalnya bekerjanya suatu proses, misalnya bekerjanya alat pencuci
otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Metode demonstrasi dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila
dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan
guru. Siswa juga akan mendapatkan pengalaman praktek untuk
mengembangkan kecakapan dan keterampilan. Selain itu, beberapa
masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab
waktu mengamati proses demonstrasi.3
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN AKTIF
Proses belajar mengajar yang dapat memungkinkan cara belajar siswa
aktif harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam
pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar
sehingga pada saat proses belajar-mengajar siswa melakukan kegiatan
belajar secara optimal. Beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang
tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni :
3 J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, CV. Remadja Karya, Bandung,
1986, hlm. 30.
1. Stimulus Belajar
Merupakan suatu pesan yang diterima siswa dari gurunya melalui
informasi dalam bentuk stimulus. Stimulus yang diterima oleh siswa
biasanya dapat berbentuk verbal, visual, auditif, dan taktik. Suatu
stimulus diharapkan benar-benar bisa mengkomunikasikan informasi
atau pesan yang hendak disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya.
Agar pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh siswa maka
diperlukan beberapa cara. Cara pertama, perlu adanya pengulangan
dalam
penyampaian
pesan
sehingga
membantu
siswa
dalam
memperkuat pemahamannya. Cara kedua, yaitu siswa menyebutkan
kembali pesan atau informasi yang telah disampaikan oleh guru.
Dengan kedua cara itu diharapkan agar materi belajar yang telah
disampaikan oleh guru dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
2. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses
belajar-mengajar. Tanpa adanya kedua hal itu maka hasil belajar yang
dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus yang telah diberikan oleh
guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari siswa.
Dengan begitu diperlukan beberapa cara untuk menumbuhkan
perhatian dan motivasi siswa. Adapun cara-caranya seperti : cara
belajar yang bervariasi dalam pengulangan informasi, memberikan
stimulus baru misalnya memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang
menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, ataupun diagram.
Dengan begitu, siswa akan terangsang untuk belajar apabila
melihat situasi belajar yang cenderung memuaskan dirinya sesuai
dengan kebutuhannya. Motivasi belajar dapat tumbuh dari luar diri
siswa. Kebutuhan akan belajar pada siswa mendorong timbulnya
motivasi dari dalam dirinya, sedangkan stimulus dari guru akan
mendorong motivasi dari luar (faktor eksternal). Memberikan pujian
kepada siswa yang menunjukkan prestasi merupakan salah satu upaya
untuk menumbuhkan motivasi belajar dari luar diri siswa.
3. Respons yang Dipelajari
Belajar adalah proses yang aktif sehingga, apabila siswa tidak
dilibatakan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons siswa
terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil
belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa
meliputi berbagai bentuk perhatian. Proses internal terhadap kegiatan
belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai
informasi, dan melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan
oleh guru.
Semua bentuk respons yang dipelajari siswa harus menunjang
tercapainya
tujuan
instruksional
sehingga
mampu
mengubah
perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan instruksional
tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa
yang dapat ditempuh melalui respons fisik (motorik) di samping
respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus ditumbuhkan
pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.
4. Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan
siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali
manakala hal itu diperlukan. Ini berarti bahwa apabila respons siswa
terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa
cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut.
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa,
ganjaran, hadiah, dan lain sebagainya. Hal itu merupakan cara untuk
memperkuat respons siswa. Sedangkan, penguat dari dalam dirinya
bisa terjadi apabila respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul
memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pemakaian dan Pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan informasi yang tidak
terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tidak
terbatas ini maka penting sekali dilakukan pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.
Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut
cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa.
Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas
penggunaan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang
serupa pada masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui
pemberian bahan yang bermakna berorientasi kepada pengetahuan
yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian
latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam
situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi baru
yang menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya.4
4 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Edisi Revisi), PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 213.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pembelajaran aktif sangat diperlukan bagi siswa atau pelajar di Indonesia.
Karena dengan adanya sistem pembelajaran aktif, siswa semenjak dini akan
terbiasa lebih mandiri, memiliki pemikiran-pemikiran kreatif, dan mudah untuk
memecahkan permasalahn secara logis. Maka pembelajaran aktif sangat penting
diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia.
Berikutnya, metode atau cara yang digunakan dalam pembelajaran aktif
diantaranya ialah : metode tanya-jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok,
simulasi,
dan
metode
demonstrasi.
Seluruh
metode
tersebut
memiliki
karakteristik yang berbeda-beda yang keseluruhannya sangat mendukung
terlaksananya proses belajar-mengajar di dalam kelas.
Selanjutnya, terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran aktif yaitu
stimulasi belajar, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan, serta
pemakaian dan pemindahan. Kelima prinsip tersebut hendaknya dipegang teguh
sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan secara sistematik dalam kegiatan
belajar-mengajar agar mendapatkan output atau hasil yang maksimal sebagaimana
yang diharapkan dari pembelajaran aktif itu sendiri.
Jadi, pembelajaran aktif merupakan konsekuensi secara logis dari proses
belajar-mengajar di sekolah. Hampir tidak terkadi adanya proses tersebut tanpa
adanya keaktifan belajar siswa. Pembelajaran aktif menuntut adanya kadar
keaktifan belajar siswa yang optimal sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
optimal pula, sehingga mampu mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih efektif
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs., & Widodo Supriyono, 2004, Psikologi Belajar (Edisi Revisi),
Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Gulo, W., 2002, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta, PT Grasindo.
Hasibuan, J.J., & Moedjiono, 1986, Proses Belajar Mengajar, Bandung, CV.
Remadja Karya.
Melvin L. Silberman, 2009, Active Learning (Terj.Sarjuli, dkk.), Yogyakarta
Pustaka Insan Madani.
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Presentasi
Mata Kuliah Komunikasi Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. H. Imam Mudjiono, M. Ag.
Disusun Oleh :
Nama : Ika Nahdati Rahmah
NIM : 16422160
Kelas : C
PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental
intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai kegiatan
yang rumit.1 Kegiatan belajar sejatinya sudah dimulai sejak manusia
dilahirkan ke dunia. Kegiatan belajar mempunyai taraf atau jenjang seiring
dengan bertambahnya usia manusia. Di mulai dari belajar di lingkungan
rumah atau keluarga hingga sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah
tentunya lebih terarah secara sistematik karena adanya orang-orang yang
lebih berkompeten (guru) untuk mendidik manusia (siswa) tersebut.
Melalui berbagai metode pembelajaran yang ada di sekolah salah satunya
adalah metode pembelajaran aktif, siswa dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya karena pada dasarnya setiap siswa merupakan insan yang
aktif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
Pembelajaran aktif atau yang lebih sering dikenal dengan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA), bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Model pembelajaran ini sudah mulai dikembangkan di sekolahsekolah Indonesia pada tahun 1979. Sistem pembelajaran ini seharusnya
sangat bermanfaat terutama bagi peserta didik, karena peserta didik akan
lebih leluasa bergerak, berpikir, dan menemukan hal-hal baru secara
mandiri.
Namun, faktanya sampai sekarang sistem belajar-mengajar tersebut
belum membudaya di Indonesia. Banyak sekolah-sekolah yang masih
menerapkan sistem belajar satu arah dan masih terfokus pada seorang
guru. Siswa secara tidak langsung dipaksa menjadi seseorang yang pasif
karena hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan
metode ceramah misalnya. Maka didalamnya tidak akan ada timbal-balik
antara siswa dan guru seperti yang diharapkan dalam sistem pembelajaran
aktif.
1 W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hlm.73.
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan dalam bentuk
keaktifan siswa walaupun dalam kadar yang berbeda-beda.
Dalam
pembelajaran aktif, seorang siswa merupakan inti dalam kegiatan belajarmengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sekaligus subjek
didalamnya. Dalam pembelajaran aktif posisi seorang guru hanya sebagai
pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa. Namun disamping itu,
sebelum melakukan pembelajaran dikelas guru juga harus membuat atau
merumuskan bahan
pelajaran yang menantang siswa untuk aktif
mempelajarinya.
Maka untuk mewujudkan proses pembelajaran aktif yang
sesungguhnya, diperlukan pemahaman secara mendalam tentang urgensi
pembelajaran aktif, cara-cara pembelajaran aktif, dan prinsip-prinsip
pembelajaran aktif itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja urgensi pembelajaran aktif?
2. Bagaimana cara-cara pembelajaran aktif?
3. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran aktif?
C. TUJUAN
1. Mengetahui urgensi pembelajaran aktif.
2. Mengetahui cara-cara pembelajaran aktif.
3. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran aktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. URGENSI PEMBELAJARAN AKTIF
Pembelajaran aktif sangat diperlukan dan memiliki tingkat urgensi yang
sangat tinggi. Dengan menggunakan sistem pembelajaran aktif maka
diharapkan siswa lebih aktif dalam menggunakan pengetahuan utama
mereka dalam membentuk pemahaman dari isi materi belajar yang
disampaikan guru, siswa yang aktif berpikir secara kritis dan menciptakan
pengembangan mereka, pembelajaran aktif dapat melatih siswa agar
terbiasa mandiri dan percaya diri. Urgensi pembelajaran aktif bagi siswa
yaitu sebagai berikut :
1.
Melatih siswa untuk belajar bertanggung jawab terhadap pembelajaran
dan pendidikannya.
2.
Siswa dapat mencari teknik pemecahan masalah yang efektif.
3.
Dengan sistem pembelajaran aktif, secara tidak langsung telah
menyiapkan siswa ketika terjun ke dunia nyata (dunia kerja).
4.
Meningkatkan jiwa kooperatif, keterampilan berkomunikasi dan
bersosialisasi siswa dengan sebayanya.
5.
Penguasaan materi pelajaran lebih besar karena keterlibatan secara
langsung setiap siswanya.
Selain itu, dengan adanya sistem pembelajaran aktif siswa akan terbiasa
memiliki pola pikir yang logis dalam menyelesaikan permasalahan.
Pemikiran-pemikiran kreatif akan lebih mudah muncul seiring dengan
terbiasanya siswa berpikir, bergerak, dan mengekspresikan dirinya dalam
proses belajar menggunakan sistem pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif bukan sekedar kegembiraan, meskipun belajar dapat
berupa kegembiraan dan masih berfaedah. Sebenarnya, banyak teknik
belajar aktif mengadakan peserta didik pada tantangan-tantangan yang
tidak biasa yang mengharuskan kerja keras. Belajar aktif juga memiliki
berbagai saran untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah
mereka alami. Hal ini bermanfaat untuk menyampaikan pelajaran singkat
setelah aktivitas belajar aktif untuk menghubungkan apa yang siswa telah
alami dengan konsep yang diinginkan untuk memperoleh penyilangan. 2
B. CARA-CARA PEMBELAJARAN AKTIF
Beberapa cara atau metode yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran aktif antara lain :
1. Metode Tanya-Jawab
Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang
penting sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan
yang tepat akan meningkatkan partipasi siswa dalam proses belajar,
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, mengembangkan
pola berpikir dan belajar aktif siswa, menuntut proses berpikir siswa,
serta memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang
dibahas.
Terdapat beberapa cara untuk menggolongkan jenis pertanyaan,
diantaranya :
a. Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya
1) Pertanyaan Permintaan (Compliance Question)
Pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi
perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
2) Pertanyaan Retorik (Rhetorical Question)
2 Melvin L. Silberman, Active Learning (Terj.Sarjuli, dkk.), Pustaka Insan Madani,
Yogyakarta, 2009, hlm. 11.
Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan
akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan teknik
penyampaian informasi kepada siswa.
3) Pertanyaan Mengarahkan atau Menuntun (Prompting Question)
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada
siswa dalam proses berpikir.
4) Pertanyaan Menggali (Probing question)
Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk
lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
b. Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan
Pengetahuan
(Recall
Question/Knowledge
Question)
Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang
sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah
dipelajarinya. Kata yang sering digunakan dalam menyusun
pertanyaan biasanya : apa, dimana, kapan, siapa, sebutkan.
2) Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question)
Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan
dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah
diterimanya
dengan
kata-kata
sendiri,
atau
menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan
melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau
membeda-bedakan.
3) Pertanyaan Penerapan (Application Question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberikan
jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan,
informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain hal yang pernah
diterimanya.
4) Pertanyaan Analisis (Analysis Question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan
jawaban dengan cara mengidentifikasi motif masalah yang
disampaikan, mencari bukti-bukti yang menunjang kesimpulan,
menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada.
5) Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question)
Jawaban dari pertanyaan ini ialah jawaban yang benar tidak
tunggal, melainkan lebih dari satu, dan menghendaki siswa
untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya.
6) Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question)
Pertanyaan semacam ini menghendaki siswa untuk
menjawabnyadengan
cara
memberikan
penilaian
atau
pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.
c. Jenis Pertanyaan Menurut Luas-Sempitnya Sasaran
1) Pertanyaan Sempit (Narrow Question)
Pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang tertutup dan
biasanya kunci jawaban telah tersedia.
2) Pertanyaan Luas (Broad Question)
Ciri dari pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu
sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik
sehingga masih diharapkan hasil yang terbuka.
Dalam mengajukan pertanyaan itu sendiri perlu diperhatikan
faktor-faktor tertentu seperti kejelasan dan kaitan pertanyaan, kecepatan
dan selang waktu, arah dan distribusi penunjukan, teknik reinforcement,
teknik menuntun dan menggali (prompting and probing). Hal-hal
tersebut perlu untuk diperhatikan saat akan mengajukkan pertanyaan,
karena akan mempengaruhi pemahaman lawan bicara atau orang yang
diberikan pertanyaan.
2. Metode Diskusi
Diskusi ialah proses penglihatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai
tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar
informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di
mana guru memberi kesempataan kepada siswa (kelompok-kelompok
siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah.
Jenis-jenis diskusi kelompok yaitu, whole group, buzz group,
panel, sundicate group, brain storming group, simposium, informal
debate, colloquium, dan fish bowl.
Metode diskusi lebih cocok digunakan untuk mengetahui berbagai
kemampuan yang ada pada siswa, memebri kesempatan untuk
menyalurkan kemampuan siswa, dan membantu siswa belajar berpikir
kritis.
3. Metode Kerja Kelompok
Merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang efektif
untuk diterapkan kepada siswa. Pelaksanaan metode kerja kelompok
menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format
belajar-mengajar
yang
menggunakan
pendekatan
ekspositorik,
misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan
menggunakan metode ini, maka memerlukan waktu untuk berlatih.
Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja
kelompok ialah :
a.
Tujuan
Tujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar
diperoleh hasil kerja yang baik. Tiap anggota harus tahu persis
apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Itulah
sebabnya dalam setiap kerja kelompok perlu didahului dengan
kegiatan diskusi untuk menentukan kerja apa oleh siapa.
b.
Interaksi
Dalam kerja kelompok ada tugas yang harus diselesaikan
bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Salah satu
persyaratan utama bagi terjadinya kerja sama adalah komunikasi
yang efektif, perlu ada interaksi antaranggota kelompok.
c.
Kepemimpinan
Tugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan
yang baik, akan berpengaruh terhadap suasana kerja, dan pada
gilirannya suasana kerja ini akan mempengaruhi proses
penyelesaian tugas. Karena itu maka produktivitas dan iklim
emosional kelompok merupakan dua aspek yang saling terkait
dalam proses kelompok.
4. Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja
(dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah;
dan simulation artinya tiruan atau perbuatan lyang pura-pura saja).
Simulasi memiliki tujuan untuk melatih keterampilan tertentu
siswa, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, dan
sebagai latihan memecahkan masalah. Prinsip-prinsip simulasi
diantaranya, dilakukan oleh siswa, semua siswa harus terlibat langsung
menurut peranan masing-masing, penentuan topik disesuaikan tingkat
kemampuan kelas, dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi
yang lengkap, dan diusahakan terintegrasi dengan beberapa ilmu.
Bentuk-bentuk simulasi yang bisa diterapkan dalam pembelajaran
aktif menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi
dapat berbentuk role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan.
Sedangkan, menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching,
simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam
kelompok role playing. Bentu lain dari role playing
adalah
sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat
efektif untuk menolong siswa dalam mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan seperti : Bagaimana cara membuatnya? Terdiri dari bahan
apa? Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya?
Bagaimana proses mengerjakannya?
Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru
atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau
seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses,
misalnya bekerjanya suatu proses, misalnya bekerjanya alat pencuci
otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Metode demonstrasi dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila
dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan
guru. Siswa juga akan mendapatkan pengalaman praktek untuk
mengembangkan kecakapan dan keterampilan. Selain itu, beberapa
masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab
waktu mengamati proses demonstrasi.3
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN AKTIF
Proses belajar mengajar yang dapat memungkinkan cara belajar siswa
aktif harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam
pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar
sehingga pada saat proses belajar-mengajar siswa melakukan kegiatan
belajar secara optimal. Beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang
tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni :
3 J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, CV. Remadja Karya, Bandung,
1986, hlm. 30.
1. Stimulus Belajar
Merupakan suatu pesan yang diterima siswa dari gurunya melalui
informasi dalam bentuk stimulus. Stimulus yang diterima oleh siswa
biasanya dapat berbentuk verbal, visual, auditif, dan taktik. Suatu
stimulus diharapkan benar-benar bisa mengkomunikasikan informasi
atau pesan yang hendak disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya.
Agar pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh siswa maka
diperlukan beberapa cara. Cara pertama, perlu adanya pengulangan
dalam
penyampaian
pesan
sehingga
membantu
siswa
dalam
memperkuat pemahamannya. Cara kedua, yaitu siswa menyebutkan
kembali pesan atau informasi yang telah disampaikan oleh guru.
Dengan kedua cara itu diharapkan agar materi belajar yang telah
disampaikan oleh guru dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
2. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses
belajar-mengajar. Tanpa adanya kedua hal itu maka hasil belajar yang
dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus yang telah diberikan oleh
guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari siswa.
Dengan begitu diperlukan beberapa cara untuk menumbuhkan
perhatian dan motivasi siswa. Adapun cara-caranya seperti : cara
belajar yang bervariasi dalam pengulangan informasi, memberikan
stimulus baru misalnya memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang
menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, ataupun diagram.
Dengan begitu, siswa akan terangsang untuk belajar apabila
melihat situasi belajar yang cenderung memuaskan dirinya sesuai
dengan kebutuhannya. Motivasi belajar dapat tumbuh dari luar diri
siswa. Kebutuhan akan belajar pada siswa mendorong timbulnya
motivasi dari dalam dirinya, sedangkan stimulus dari guru akan
mendorong motivasi dari luar (faktor eksternal). Memberikan pujian
kepada siswa yang menunjukkan prestasi merupakan salah satu upaya
untuk menumbuhkan motivasi belajar dari luar diri siswa.
3. Respons yang Dipelajari
Belajar adalah proses yang aktif sehingga, apabila siswa tidak
dilibatakan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons siswa
terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil
belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa
meliputi berbagai bentuk perhatian. Proses internal terhadap kegiatan
belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai
informasi, dan melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan
oleh guru.
Semua bentuk respons yang dipelajari siswa harus menunjang
tercapainya
tujuan
instruksional
sehingga
mampu
mengubah
perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan instruksional
tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa
yang dapat ditempuh melalui respons fisik (motorik) di samping
respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus ditumbuhkan
pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.
4. Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan
siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali
manakala hal itu diperlukan. Ini berarti bahwa apabila respons siswa
terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa
cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut.
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa,
ganjaran, hadiah, dan lain sebagainya. Hal itu merupakan cara untuk
memperkuat respons siswa. Sedangkan, penguat dari dalam dirinya
bisa terjadi apabila respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul
memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pemakaian dan Pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan informasi yang tidak
terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tidak
terbatas ini maka penting sekali dilakukan pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.
Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut
cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa.
Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas
penggunaan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang
serupa pada masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui
pemberian bahan yang bermakna berorientasi kepada pengetahuan
yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian
latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam
situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi baru
yang menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya.4
4 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Edisi Revisi), PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 213.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pembelajaran aktif sangat diperlukan bagi siswa atau pelajar di Indonesia.
Karena dengan adanya sistem pembelajaran aktif, siswa semenjak dini akan
terbiasa lebih mandiri, memiliki pemikiran-pemikiran kreatif, dan mudah untuk
memecahkan permasalahn secara logis. Maka pembelajaran aktif sangat penting
diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia.
Berikutnya, metode atau cara yang digunakan dalam pembelajaran aktif
diantaranya ialah : metode tanya-jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok,
simulasi,
dan
metode
demonstrasi.
Seluruh
metode
tersebut
memiliki
karakteristik yang berbeda-beda yang keseluruhannya sangat mendukung
terlaksananya proses belajar-mengajar di dalam kelas.
Selanjutnya, terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran aktif yaitu
stimulasi belajar, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan, serta
pemakaian dan pemindahan. Kelima prinsip tersebut hendaknya dipegang teguh
sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan secara sistematik dalam kegiatan
belajar-mengajar agar mendapatkan output atau hasil yang maksimal sebagaimana
yang diharapkan dari pembelajaran aktif itu sendiri.
Jadi, pembelajaran aktif merupakan konsekuensi secara logis dari proses
belajar-mengajar di sekolah. Hampir tidak terkadi adanya proses tersebut tanpa
adanya keaktifan belajar siswa. Pembelajaran aktif menuntut adanya kadar
keaktifan belajar siswa yang optimal sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
optimal pula, sehingga mampu mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih efektif
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs., & Widodo Supriyono, 2004, Psikologi Belajar (Edisi Revisi),
Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Gulo, W., 2002, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta, PT Grasindo.
Hasibuan, J.J., & Moedjiono, 1986, Proses Belajar Mengajar, Bandung, CV.
Remadja Karya.
Melvin L. Silberman, 2009, Active Learning (Terj.Sarjuli, dkk.), Yogyakarta
Pustaka Insan Madani.