METODE DAN TEKNIK PENYUSUNAN STRATEGI PR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai rencana strategi dalam berusaha.
Namun bisa terjadi seorang pemimpin perusahaan tidak menyadarinya. Rencana
strategi merupakan tindakan yang bersifat kontinyu dan terus menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan. Sehingga dibutuhkan kecepatan inovasi pasar yang baru
dan masa depan. sehingga dibutuhkan kecepatan inovasi pasar yang baru dan
perubahan pola konsumsi para konsumen yang didukung oleh kompetensi inti
perusahaan tersebut.
Rencana ini yakni sebuah rencana yang strategis atau sebuah rencana yang
akan bersifat jangka panjang, komprehensif, integrasi secara baik, berskala luas dan
memiliki daya tahan tinggi. Selain mengetahui rencana tersebut, persoalanya adalah
bagaimana agar dapat memperoleh sebuah rancangan yang strategis yang sesuai
dengan situasi, kondisi serta keadaan lingkungan yang dihadapi pada diri sendiri
maupun pada perusahaan dan masyarakat serta bangsa kita sendiri.
Setiap perusahaan harus mempunyai pengetahuan serta strategi usaha yang
sesuai dengan jenis usaha yang dikelolanya agar perusahaan tersebut dapat
dikendalikan. Dan sebaliknya jika perusahaan tidak mempunyai pengetrahuan serta

strategi yang tidak sesuai maka perusahaan akan mengalami kerugiaan.
Dan untuk mengatisipasi kerugiaan tersebut maka perusahaan harus
melakukan beberapa pendekatan yang akan dijabarkan satu persatu dalam makalah ini
Diantaranya ada empat pendekatan yaitu pendekatan perkembangan yang
menguntungkan, pendekatan SWOT (SWOT Approach), pendekatan system (System
Approach),pendekatan kesenajangan perencanaan (Planning Gap).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang perusahaan agar
mendapat keuntungan secara maksimal ?
2. Apa saja teknik-teknik dalam menganalisa pembuatan strategi ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendekatan Perancanaan Strategi
1. Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Proftable Growth Approach)
Pendekatan Profitable Growth Approach ini adalah cara berpikir yang paling
mendasar dan dianggap sebagai pandangan yang paling tua, yang mana pendekatan
Profitable Growth ini bertumpu pada upaya untuk menyusun satu program kerja yang
akan dapat mendatangkan laba atau keuntungan yang sangat besar. Maksudnya, Laba
atau keuntungan tersebut tidak bersifat mikro saja, tetapi juga bersifat makro yang

disebut dengan “income” atau “penghasilan”.
Bagi suatu perusahaan yang bersifat mikro, income dikenal sebagai laba
sedangkan keuntungan dikenal sebagai profit. Dalam hal ini, maka perlu menyusun
suatu rencana kerja yang bisa memberikan penghasilan yang lebih besar untuk diri
sendiri, keluarga maupun perusahaan. Kemudian, keuntungan atau penghasilan yang
diperoleh diusahakan agar dapat menopang perkembangan kekayaan. Sebab, jika
tidak berhati-hati dalam menggunakan penghasilan ataupun keuntungan yang
diperoleh akan habis untuk keperluan yang bersifat “konsumtif” saja
Pertumbuhan yang lebih bersifat kontinyu tidak saja bisa menimbulkan
perkembangan yang menguntungkan (profitable Growth) akan tetapi bisa juga
membentuk “Sustainable Growth” atau “perkembangan yang berkesinambungan”
maka dalam keadaan ini pertambahan aktiva kerja maupun aktiva tetap bisa
menopang hal tersebut.
Perkembangan yang menguntungkan tersebut bisa dicapai apabila bisa
mewujudkan adanya “keseimbangan yang menguntungkan”. Keseimbangan ini adalah
keseimbangan antara “sarana atau source” yang dimiliki dengan “lingkungan atau
environment” yang dihadapi.
Karna jika keseimbangan tersebut bisa diwujudkan maka keuntungan dapat
diraih dan keuntungan tersebut digunakan untuk menopang pertumbuhan usaha dan
tidak digunakan untuk hal-hal atau kegiatan yang besifat konsumtif.1

Begitu pula sebaliknya jika tidak dapat meraih keseimbangan tersebut yakni
tidak mampu untuk menyeimbangkan sarana produksi untuk memenuhi kebutuhan
lingkungan masyarakat, maka tidak dapat meraih keuntungan.
Jadi, rencana strategis yang disusun adalah program untuk dapat menciptakan
keseimbangan antara segala sarana yang dimiliki baikyang berupa sarana ataupun
yang beupa sumber daya alam (Natural Resouces). Semua sumber daya yang dimiliki
bisa dirancang agar dapat menghasilkan suatu produk, baik yang berwujud yakni
1 Gitosudarmo, H Indriyo, (manajemen strategis), BPPE, Yogyakarta, 2008, hal. 108-109

barang ataupun yang tidak berwujud yakni jasa. Untuk mewujudkan adanya
keseimbangan tersebut, maka harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Analisis terhadap kondisi lingkungan masyarakat.
Analisis ini adalah analisis terhadap faktor ekternal yang seringkali
disebut sebagai “Environmental Scanning” yakni analisis terhadap lingkungan
masyarakat. Maksudnya analisis ini melihat kondisi masyarakat yang akan
menunjukkan adanya berbagai kebutuhan, keinginan atau selera serta daya beli
yang berbeda antara lapisan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya.
b. Analisis terhadap sarana atau sumber daya yang dimiliki.
Analisis ini adalah analisis terhadap faktor internal yang pada diri sendiri

atau keluarga atau perusahaan. Sumber daya alam apa saja yng dimiliki, baik itu
sumber daya kapital yakni kapital yang berupa uang atau modal maupun kapital
yang berbentuk barang yakni mesin-mesin dan peralatan kerja yang dimiliki.
Begitu juga sarana atau sumber daya manusia (SDM) yang dimilki, seperti berapa
banyak tenaga kerja yang dimiliki, keterampilan apa saja yang mereka miliki,
tenaga manajerila apa saja yang sudah dikuasai dan sebagainya.
c. Mengidentifikasi adanya ketidakseimbagan.
Selain melihat kondisi lingkungan masyarakat dan sarana atau sumber
daya yang dimiliki, kita juga harus bisa berusaha untuk melihat adanya
ketidakseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan permintaan yang timbul di
masyarakat. Jika perusahaan mengalami ketidakseimbangan, maka perusahaan
tersebut mengalami gangguan kesehatan atau sakit.2
Ciri-ciri perusahaan yang mengalami ketidakseimbangan yakni kelebihan
sarana ketimbang permintaanya adalah :
a) Overstock atau Persediaan digudang menumpuk
b) Idle Capasity atau banyak mesin yang menganggur
c) Kelebihan modal atau dana yang tersedia
d) Unemployment atau banyak tenaga kerja yang menganggur
e) Semangat kerja karyawan menjadi lesu
f) Keadaan pasar atau pemasaran terasa sepi

g) Perputaran modal kerja yang terlampau lambat dan sebagainya.
Kemudian gejala jika perusahaan mengalami keadaan dimana permintaan
telampau besar dibandingkan dengan sarana produksi yang dimiliki perusahaan
maka :
a) Overdemand atau banyak order yang tidak terlayani
2 Ibid, hal. 111

b)
c)
d)
e)
f)

Sering terjadi kerusakan produk
Sering terjadi kecelakan kerja
Sering terjadi kerusakan mesin
Sering terjadi penundaan penyelesaian pekerjaan
Kekurangan modal atau dana\perputaran modal kerja yang terlampau

cepat.

d. Menyusun rencana strategis untuk menyeimbangkan.
Setelah mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan, selanjutnya yakni
berusaha untuk mencari berbagai alternatif yang bisa dilakukan untuk
membentuk keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kesempatan
atau peluang yang timbul dari analisis faktor lingkungan masyarakat.
Setelah mampu mewujudkan keseimbangan antara sarana produksi
dengan kebutuhan masyarakat yang ternyata meraih keberhasilan sehingga
memperoleh keuntungan atau penghasilan yang tinggi serta pertumbuhan yang
menggembirakan maka dalam kondisi yang seperti ini perlu adanya
kewaspadaan. Kewaspadaan tersebut perlu karna akan adanya kondisi yang
dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan tersebut, yakni :
1) Dinamika lingkungan.
2) Sengaja dirusak oleh pesaing.
3) Tidak ada yang cocok untuk semua orang.
2. Pendekatan SWOT (SWOT Approach)
Pendekatan SWOT adalah pendekatan yang hampir tidak ada

satu

manajerpunyang tidak mengenal meotode SWOT ini. Kata SWOT adalah perpendekan

dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threaths, yang diartikan menjadi
kekuatan, kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut disingkat menjadi
“KEKAPAN”, yang artinya pendekatan ini harus memikirkan tentang kekuatan apa saja
yang melekat pada diri atau perusahaan, dan juga harus melihat kesempatan yang terbuka
sehingga akhirnya mampu untuk mengetahui ancaman, ganguan, hambatan serta
tantangan yang menghadang.
Perlu adanya dilakukan analisis SWOT ini karena kita harus berusaha
memenangkan pertandingan atau persaingan bisnis tersebut. Berusaha agar dapat
mengalahkan lawan tanding atau pesaing bisnis jika tidak ingin berada pada posisi bisnis
yang lebih rendah. Dalam melakukan analisis SWOT atau KEKAPAN, terdapat tiga
aspek :
a. Aspek Global.
Aspek Global ini sangat berkaitan dengan “Misi” dan “Visi” yang harus
dikembangkan oleh perusahaan. Aspek global ataupunyang berkaitan dengan misi dan
visi ini sering dikembangkan menjadi sebuah “semboyan kerja”, atau Slogan atau

Obsesi, yang mana dengan semboyan tersebut akan dapat diketahui dengan mudah
arah yang akan dituju dari organisasi yang dipemimpin tersebut.
Oleh karena ituperlu adanya melakukan analisis terhadap faktor internal
maupun eksternal untuk memperoleh adanya gambaran mengenai kesempatan atau

opportunities yang terbuka serta ancaman, gangguan, hambatan serta tekanan yang
akan menghimpit organisasi .
b. Aspek Strategis
Aspek strategis adalah penjabaran yang lebih rinci kedalam rencana kerja yang
bersifat jangka menengah yakni biasanya 5 tahunan. Dalam tahap strategis ini harus
mampu untuk memikirkan berbagai alternatif strategi yang mungkin dapat dilakukan
utnuk merealisasikan rencangan global, dengan tetap memperhatikan SWOT yang ada
pada organisasi. Dalam hal pengambilan keputusan manajer yang berkaitan dengan
prinsip tersebut maka ada beberapa tipe manajer yakni :

a)

b)

Manajer yang bertipe Risk Averter
Ini merupakan manajer yang menolak rencana kerja yang akan menanggung
resiko yang tinggi.
Manajer yang bertipe Risk Prefferent
Manajer yang seperti ini selalu mencari kegiatan yang bersifat
challenging atau menantang. Maka manajer ini sering disebut sebagai manajer


c)

bertipe Risk Seeking.
Manajer yang bertipe Risk Neutral
Manajer ini memandang risiko sebagai sesuatu yang wajar, oleh karena itu
mereka selalu memikirkan, menganalisa serta menghitung besarnya resiko
yang ditanggung dengan perhitungan yang cermat terhadap hasil yang

dijanjikan oleh suatu pekerjaan serta kegiatan bisinis yang dilakukan.
c. Aspek Operasional.
Merupakan aspek yang bersifat jangka pendek atau tahunan, atau bahkan kurang
dari setahun. Rencana operasional ini akan menjabarkan secara operasional serta
rinci terhadap rencana strategis. Operasionalisasi terhadap strategi yang telah
dipilih dan ditetapkan harus ditindak lanjuti dalam bentuk penentuan keahlian
maupun keterampilan yang dikuasai. Sehubungan dengan persiapan tersebut
disusun pula target-target yang harus dicapai serta anggaran yang dikeluarkan
untuk rencana tersebut.
3. Pendekatan Sistem (System Approach)


Pendekatan ini adalah pendekatan yang menitikberatkan pada pengertian
sistem dan kemudian mengembangkannya untuk membentuk perencanaan strategis.
Sistem adalah segala sesuatu yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berinteraksi diantara komponen-komponen dan interaksi tersebut akan timbul suatu
hasil atau keluaran atau output.
Sistem yang memiliki berbagai input atau komponen dibagi menjadi 3 macam
yakni : input dasar, input perlengkapan, dan input lingkungan. Ketiga input ini
berinteraksi dalam suatu proses. Sistem terdiri dari dua macam :
a. Sistem yang tertutup.
Adalah sistem dimana dalam sistem itu proses interaksi antar komponenkomponen hanya terjadi dalam sistem itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh faktor
lain luar.
b. Sistem yang terbuka
Adalah sistem dimana proses interaksi antar input-input tersebut akan selalu
dipengruhi oleh faktor lain dari luar dan sebagai akibat dari pengaruh dari luar
maka sistem itu akan memiliki sifat yang disebut “Self Regulation”. Kedua
pemikiran tersebut menghasilkan dua bentuk rencana strategis :
a) Input planning adalah sebuah rencana yang mendasarkan diri dan
bertumpu pada masalah penyediaan inputnya.
b) Output planning mendasarkan diri pada produk atau output yang akan
dihasilkan. Jadi output inilah yang disebut sebagai perencanaan strategis

yang harus dipergunakan dalam menyusun rencana strategis.
4. Pendekatan Kesenajangan Perencanaan (Planning Gap).
Ini merupakan pendekatan baru, banyak pihak yang mencoba mempelajarinya dan
mencoba untuk menerapkannya.
a. Perencanaan Generasi Pertama (Frist Generation Planning)
Cara berfikir tradisional dalam melakukan perencaan pada umumnya dilakukan
dengan cara membuat “proyeksi masa depan” yang akan dihadapi oleh suatu
perusahaan. Cara berpikir tradisional yang seperti ini merupakan suatu cara dimana
berpikir untuk melihat apa yang akan terjadi dimasa depan terhadap perusahaan dan
mempersiapkan diri seraya menyusun perencanaan ataupun program kerja. maka pola
pikir ini disebut sebagai suatu bentuk “perencanaan generasi pertama” atau “first
generation planning”.
b. Perencanaan Generasi Kedua (Second Generation Planing)
Perencanaan kedua ini menuntut adanya semangat serta mental kerja lebih dari
sekedar “pasrah pada nasib” seperti yang terdapat dalam pola pikir perencanaan
gerenasi pertama. Maksudnya semangat serta mental kerja yang lebih dinamis, lebih

proaktif agar masa depan dapat dibentuk, diperbaiki, dan ditingkatkan melalui
berbagai upaya.
c. Kesenjangan perencanaan (Planning Gap)
Kesenjangan atau gap merupakan suatu gap yang bersifat positif dan harus
diusahakan untuk diperoleh agar dapat memperbaiki nasib maupun posisi bisnis
didepan. Oleh karena itu pendekatan ini menuntu untuk selalu merencanakan adanya
gap. Gap tersebut harus suatu bentuk program kerja yang benar yang digunakan
sebagai rencana kerja yang strategis atau strategis plan.
d. Cara mengisi kesenjangan perencanaan.
Kesenjangan diantara perencanaan generasi pertama dan kedua harus diisi dengan
berbagai upaya yang startegis dan mengandung 3 aspek yaitu :
a) Hi Tech atau high technology, dengan memanfaatkan teknologi tinggi maka
program akan tidak mudah untuk di tiru oleh orang lain ataupun pesaing. Bila hal
itu terjadi maka teknologi tinggi akan melindungi bisnis dari serangan dan
gempuran pesaing.
b) Hi Touch merupakan suatu upaya untuk membubuhkan adanya sentuhan-sentuhan
halus, artistik, estetika yang tinggi. Dengan adanya high touching atau sentuhan
seni budaya yang tinggi yang diberikan kepada produk-produk kita maka akan ada
jaminan atas diperolehnya keberhasilan bisnis kita.
c) Hi Thought merupakan suatu upaya untuk memberikan unsur “filosofi tinggi”
terhadap produk-produk yang dihasilkan. Dengan Hi Thought akan dapat
merancang suatu produk yang akan selalu memiliki konsep produk yang
mengandung misi dan visi yang menciptakan image bagus terhadap produk kita.
Tiga bekal yang merupakan modal dasar untuk merancang rencana strategis
yakni :
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Kreativitas
3. Iman dan taqwa
Berbagai Bentuk Isi Bagi Kesenjangan Perencanaan.
Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dirancang untuk mengisi gap tersebut,
dalam dunia bisnis dapat dibagi 3 yakni :3
1. Pasar Baru (New Market)
2. Produk Baru (New Product)
3 Ibid, hal. 145

3. Bisnis Baru (New Bussiness)

B. Teknik –teknik Analisa pembuatan strategi
Ada lima teknik analisa yang dikembangkan untuk membuat para perencana
strategi dalam proses pembuatan strategi.
1. Analisa Kesenjangan (Gap Analysis)
Analisa kesenjangan memberikan suatu mekanisme untuk menyatukan
berbagai variasi produk dan bisnis dalam suatu perusahaan yang memiliki lebih
dari satu produk atau bisnis., cotohnya adalah Indofood.
Jika terjadi kesenjangan/perbedaan (gap) antara hasil yang telah dicapai
(titik C) dengan hasil yang diproyeksikan (titik B) maka mucul yang dinamakan
Kesenjangan Strategik (Strategic Gap). Ada beberapa langkah-langkah yang
dapat diambil untuk memperkecil kesenjangan ini :
a. Merubah strategi dari satu atau lebih SBU.
b. Merubah pengalokasian sumber-sumber daya diantara SBU.
c. Menambah bisnis baru untuk memperkuat bisnis yang ada.
d. Menghapuskan beberapa SBU yang ada.
e. Merubah tujuan dan sasaran perusahaan.
2. Matrik Startegi Umum (Grand Strategy Matrix)
Matrik Strategi Umum menjadi alat analisa yang terkenal dalam membuat
strtategi alternative. Prinsipnya adalah memposisikan SBU-SBU ke dalam salah
satu dari keempat kuadran yang dibentuk oleh garis horizontal dan vertical.
Setelah posisi SBU dapat diketahui maka pemimpin perusahaan dapat memilih
beberapa stategi alternatif yang cocok dengan posisi tersebut.
3. Grup Konsultan Boston (Boston Consulting Group)
Teknik ketiga yang dipakai dalam pembuatan strategi adalah BCG Matrix.
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan membagi sebuah daerah dengan dua
garis yaitu garis vertikal dan horizontal menjadi empat daerah (kuadran). Keempat
kuadran tersebut yaitu :4

a. Bintang (Star)

4 Wahyudi, Agustinus Sri, Manajemen Startegik: Pengantar Proses Berpikir Strategik, Jakarta: Binarupa
Aksara, 1996, hal. 101-103

Adalah sebuah produk atau SBU yang berada pada tingkat
pertumbuhan pangsa pasar yang tinggi dan menguasai pangsa pasar
yang relatif besar.
b. Sapi Perah (Cash Cow)
Adalah SBU atau produk dengan tingkat pertumbuhan pasar yang
rendah dan menguasai pangsa pasar yang relatif tinggi. Posisi ini
digunkan untuk membiayai unit bisnis lain yang sedang tumbuh.
c. Tanda Tanya (Question Mark)
Adalah SBU atau produk yang berada pada tingkat pertumbuhan
tinggi dimana mereka hanya menguasai pangasa pasar yang rendah.
d. Anjing (Dog)
Adalah produk atau SBU yang berada pada tingkat pertumbuhan pasar
yang rendah dan relatif pangsa pasar yang kecil.
4. Matrik SWOT
Teknik keempat adalah dengan menggabungkan SWOT menjadi suatu
matrik dan kemudian didefinisikan semua aspek dalam SWOT. Dari kuadran
tempat bertemunya SWOT tersebut kemudian dibuat strategi yang sesuai
dengan aspek-aspek SWOT tersebut.
5. Analisa Daur Kehidupan Produk (Product Life Cycle)
Teknik terakhir adalah analisa daur kehidupan produk yang biasanya
digunakan untuk membuat strategi pemasaran. Daur Kehidupan Produk, yang
diperkenalkan tahun 1950, mencoba menganalisa suatu produk berdasarkan
perubahan yang terjadi pada tingkat penjualannya.
Prinsip analisa ini mengatakan bahwa suatu produk akan melalui suatu
siklus kehidupan (Life Cycle) seperti halnya manusia yaitu kelahiran,
pertumbuhan, dewasa dan akhirnya masa tua (meninggal). Kehidupan suatu
produk dibagi menjadi empat tahap yaitu :5
a. Tahap Perkenalan (Introduction)
Dalam masa perkenalan sebuah produk, penjualan mulai dari nol dan
meningkat secara perlahan-lahan . Keutungan pada tahap ini akan
menunjukkan jumlah yang negatif karena besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk penelitian dan promosi dan tidak dapat diimbangi
oleh tingkat penjulan yang masih rendah.
b. Tahap Pertumbuhan (Growth)
Tahap ini merupakan suatu periode dimana suatu produk mempunyai
tingkat penjualan yang tinggi serta menghasilkan keutungan yang
paling maksimal. Persainagn belum begitu ketat sehingga marjin yang
5 Ibid, hal

dikenakan pada produk masih tinggi. Strategi yang cocok adalah
Diferensiasi.
c. Tahap Dewasa (Maturity)
Pada tahap ini penjualan mencapai titk paling maksimal dan kemudian
menurun sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi kecil. Hal ini
akibat dari munculnya banyak pesaing yang menjual produk serupa.
d. Tahap Menurun (Decline)
Selama tahap ini baik penjualan menurun maupun keutungan akan
turun terus sampai akhirnya produk tersebut ditarik dari pasar. Untuk
tahap ini dapat digunakan strategi kepemimpinan biaya menyuluruh
atau fokus kepimimpinan biaya menyeluruh.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah rencana strategis yang akan bersifat jangka panjang, komprehensif,
terintegrasi secara baik, berskala luas dan memiliki daya tahan tinggi maka ada empat
pendekatan yaitu pendekatan perkembangan yang menguntungkan, pendekatan
SWOT (SWOT Approach), pendekatan system (System Approach),pendekatan
kesenajangan perencanaan (Planning Gap).
Pendekatan perkembangan yang menguntungkan bisa dicapai apabila bisa
mewujudkan adanya “keseimbangan yang menguntungkan”. Keseimbangan ini adalah
keseimbangan antara “sarana atau source” yang dimiliki dengan “lingkungan atau
environment” yang dihadapi.
Pendekatan analisis SWOT ini perlu dilakukan karena kita harus berusaha
memenangkan pertandingan atau persaingan bisnis tersebut. Berusaha agar dapat
mengalahkan lawan tanding atau pesaing bisnis jika tidak ingin berada pada posisi
bisnis yang lebih rendah. Dalam melakukan analisis SWOT atau KEKAPAN, terdapat
tiga aspek yaitu aspek global, aspek strategis,dan aspek operasional.
Pendekatan sistem ini pendekatan menitikberatkan pada pengertian sistem dan
kemudian mengembangkannya untuk membentuk perencanaan strategis. Sistem
adalah segala sesuatu yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi.
Pendekatan kesenjangan perencanaan dimulai dari cara berpikir yang
tradisional di dalam melakukan perencanaan dan kemudian dikembangkan dengan
cara berpikir yang lebih maju, lebih dinamis serta lebih proaktif.
Ada lima teknik analisa yang dikembangkan untuk membantu para perencana
strategi dalam proses pembuatan strategi yaitu, analisa kesenjangan, matrik, strategi
umum, matrik SWOT, analisa daur kehidupan produk.
Setelah melakukan analisa dengan menggunakan beberapa teknik analisa dan
membuat strategi yang dianggap cocok maka semua strategi tersebut digabungkan
dalam suatu laporan yang sering disebut dengan Rencana Bisnis (Business Plan).
Saat ini organisasi telah mempunyai suatu Rencana Bisnis yang terdiri dari kumpulankumpulan dokumen serta strategi-strategi untuk mencapainya.

DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Gito H indriyo (management strategic) BPFE, Yogyakarta, 2008.
Wahyudi, Agustinus Sri (manajemen strategic : pengantar proses berpikir) Binarupa Aksara,
Jakarta, 1996.