STRATEGI DAN KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA

STRATEGI DAN KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA KEKUASAAN
DINASTI UMAYYAH
oleh: Asep Koswara*
*Master Student of Islamic Economy at Sunan Gunung Djati Islamic University
e-mail: sepp.idealiz@gmail.com, www.asepkoswara.com

Abstract
The purpose of this paper is to determine the depth of the economic policy and strategy at
the Umayyad period. The data is obtained from several sources such as books, papers,
journals and articles. Furthermore, the data presented in the clear description and
interpreted critically. The results of this study is to find a few strategies and policies –
influence on – the economic field. Some of them are fiscal reform policy, coinage, built
the office of state notes, the emerged of post services, the policy of urbanization, built
agricultural irrigation, the beginning of maritime economy. In the Umayyad period, the
position of non-Muslims got a chance to occupy government positions such as becoming
comptroller, but on the other hand, non-Muslims are also obliged to pay more tax.
Keyword: Dynasty of Umayyad, Economic Policy, Economic strategy and the state
system reformation

Pendahuluan
Sejarah Islam menjadi sumber lain selain Al-qur’an dan Hadis yang bisa

dijadikan pedoman hidup. Mempelajarinya adalah sebuah keharusan sebagai
upaya untuk mengetahui dan mendapatkan banyak pelajaran termasuk ilmu
pengetahuan yang bisa dijadikan pedoman di masa yang akan datang. Dengan
mempelajari sejarah jauh ke belakang, kita bisa melihat jauh kedepan[1]. Tak salah
kiranya jika Presiden soekarno mengatakan ‘jangan sekali-sekali meninggalkan
sejarah’. Seharusnya, studi sejarah menjadi agenda wajib untuk dipelajari
termasuk bagi umat Islam, apalagi banyak yang percaya jika Islam is the youngest
of the great world religions[2].
[1]

Suherman. 2012. Mereka Besar Karena Membaca. Bandung: Literate Publishing.
hlm.88
[2]
Agama Islam adalah agama terakhir yang ada di dunia ini. Agama ini dipercaya
sebagai agama yang hebat yang pernah ada, salah satunya karena agana ini telah
banyak melahirkan beberapa pemimpin besar serta umatnya makin bertambah.

1

Dalam sejarah islam, terdapat lima fase penting yang perlu diketahui yakni

fase Wahyu, fase Ekspansi, fase Ijtihad, fase Disintegrasi dan fase Kebangkitan.

Fase wahyu adalah sejarah yang terjadi pada masa Rasulullah Muhammad SAW.
Kemudian fase ekspansi, ini terjadi pada masa khulafaul rasyidin dan berakhir
pada masa bani Ummayah. Selanjutnya, fase ijtihad adalah sejarah yang terjadi
pada masa Bani Abbasiyah yang mana sering disebut sebagai masa kebangkitan
ilmu pengetahuan dan kejayaan islam. Selanjutnya, islam kembali mengalami
kemunduran, dan bangkit kembali.
Kali ini, penulis membahas perkembangan sejarah di masa akhir ekspansi
yakni pada masa kekuasaan Bani Umayyah. Adapun fokus pembahasan yang
disoroti adalah prihal kebijakan dan strategi apa saja yang muncul di bidang
ekonomi. Hal ini disesuaikan dengan bidang keilmuan yang tengah dipelajari oleh
penulis saat ini.
Sejarah islam pada masa bani umayyah (661 M-750 M) cukup menarik
untuk dipelajari. Nama ” Daulah Umayah” berasal dari nama ‘Umayah ibnu’ Abdi
Syam ibnu ‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin Qurays di zaman
Jahiliyah

[3]


. Para keturunan bani umayyah ini memiliki kelebihan khususnya

dalam bidang politik dan pertahanan. Sejak jaman Nabi Muhammad dan masa
khulafaul rasyidin beberapa keturuan bani ini cukup berpengaruh dalam
pemerintahan. Misalnya pada jaman Umar Bin Khattab, Muawiyah bin Abd
Supyan dipercaya menjadi salah satu pemimpin angkatan laut. Kemudian, pada
masa Utsman, banyak keturunan Umayyah ini yang dipercayai menduduki posisi
strategi dalam pemerintah. Karena terlalu banyak yang menduduki jabatan
strategis di pemerintah, kemudian inilah yang mengundang pendapat jika
umayyah pemicu nepotisme yang terjadi pada masa Utsman bin Affan. Bahkan
ada

yang

mengatakan

bahwa

kerusakan


pemerintahan

Ustman

akibat

nepotismenya kepada Bani Umayah, sehingga mendapatkan tantangan dari para
pendukung Ali [4].
[3]

Prof. Dr. A. Syalabi. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Pustaka alHusna. hlm. 21
[4]
Ibid. hlm 64

2

Pada masa kekuasaan bani umayyah ini ditandai dengan empat ciri khas[5]
yakni: pertama, adanya perpindahan sistem pemerintahan dari khalifah kedalam
bentuk dinasti. kedua, pada masa ini ditandai dengan urbanisasi dalam skala yang
besar. ketiga, ditandai dengan adanya keinginan untuk melakukan ekspansi politik

salah satunya dengan tujuan perdagangan. dan keempat, ditandai dengan adanya
reformasi sistem keuangan negara dan sistem administrasi. Meski pada masa
umayyah masih masuk dalam fase ekspansi, namun kebijakan dalam bidang
ekonomi cukup banyak dilakukan. Beberapa kebijakan ekonomi yang ada tersebar
dalam beberapa kepemimpinan dari jaman pemimpin pertama yakni Muawiyah
sampai Marwan. Berikut masa kekuasaan pada masa dinasti umayyah[6]:
Tabel Periode Kepemimpinan Bani Umayyah
NO

NAMA

MASA BERKUASA

1

Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan

661-681 M

2


Yazid ibn Mu’awiyah

681-683 M

3

Mua’wiyah ibnu Yazid

683-685 M

4

Marwan ibnu Hakam

684-685M.

5

Abdul Malik ibn Marwan


685-705 M

6

Al-Walid ibnu Abdul Malik

705-715 M

7

Sulaiman ibnu Abdul Malik

715-717 M

8

Umar ibnu Abdul Aziz

717-720 M


9

Yazid ibnu Abdul Malik

720-824 M

10

Hisyam ibnu Abdul Malik

724-743 M

11

Walid ibn Yazid

734-744 M

12


Yazid ibn Walid [ Yazid III]

744 M

13

Ibrahim ibn Malik

744 M

14

Marwan ibn Muhammad

745-750 M

[5]

Ahmed a.f. El-ashker and Rodney Wilson. 2006. Islamic Economy: A Short History.

Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands. hlm. 144
[6]
Drs. Badri Yatim, M.A. 1998. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta, PT. Grafindo
Persada. hlm. 42

3

Ada beberapa alasan dilakukan penulisan paper ini. Selama ini memang
cukup banyak sejarah peradaban islam yang ditulis oleh banyak ahli, begitupun
dengan beberapa penelitian yang dituangkan dalam paper, artikel dan lainnya.
Namun meski begitu, keberadaan paper yang fokus pada pembahasan prihal
ekonomi memang sangat terbatas. Karenanya, ini menjadi peluang bagi penulis
untuk

kemudian

mensarikan

sejarah


islam

yang

ada

dengan

hanya

menitikberatkan pada strategi dan kebijakan ekonomi saja. Dengan begitu,
penulisan ini diharapkan bisa memberikan wawasan tentang sejarah pemikiran
ekonomi khususnya pada masa dinasti umayyah secara mendalam. Adapun
pendekatan yang dilakukan oleh penulis adalah Idealist Approach[7]. Dalam
prakteknya, penulisan dilakukan dan pengumpulan beberapa sumber tentang
sejarah islam, lalu kemudian memilahnya sesuai dengan topik, dan kemudian
menginterpretasikan-nya dalam bentuk tulisan.
Reformasi Sistem
Pada mula pemerintahan muawiyah memimpin, masalah utama yang
muncul adalah prihal stabilitas sistem. Oleh karenanya, Muawiyah kemudian
mengambil inisiatif untuk mereformasi sistem yang digunakan sebelumnya oleh
Ali bin Abi Thalib. Reformasi sistem ini dilakukan sebagai upaya untuk
menstabilkan kondisi pasca runtuhnya kepemimpinan Ali. Adapun sistem yang
diadopsi oleh Muawiyah adalah sistem pemerintahan yang telah diterapkan
Byzantium

[8]

. Sistem yang dipilih meliputi tiga hal yakni politik dan militer

(political and military affairs), pengumpulan pajak (tax collection;) dan
administrasi keagamaan (religious administration).

[7]

Dalam pendekatan sejarah ada minimal dua teori yang bisa digunakan yaitu Idealist
Approach dan Reductionalitst Approach . Maksud idealist approach adalah dimana
peneliti berusaha memahami dan menafsirkan fakta dalam sejarah dengan mempercayai
secara penuh fakta yang ada tanpa keraguan. Sementara reductionalitst approach adalah
dimana peneliti berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan penuh
keraguan.
[8]
Paul M., Cobb. 2010. ‘The Empire in Syria, 705- 763’, in Chase F. Robinson (ed.). The
New Cambridge History of Islam Volume 1: The Formation of the Islamic Wor ld Sixth to
Eleventh Centuries. Cambridge: Cambridge University Press

4

Kebijakan reformasi sistem ini diterapkan pada masa awal kepemimpinan
Muawiyah karena mau tidak mau pada masa ini adalah masa awal kekuasaan yang
masih belum stabil. Pada masa awal kekuasaannya, Muawiyah lebih disibukan
dengan upaya konsolidasi memerangi beberapa wilayah kekuasaan islam yang
tidak mau mengakui kekhalifahannya. Akan tetapi meski disibukan dengan
beberapa masalah politik, Muawiyah sudah mampu membuat beberapa kebijakan
yang cukup berpengaruh signifikan terhadap perkembangan ekonomi pada waktu
itu. Kebijakan-kebijakan tersebut kemudian diikuti dan disempurnakan oleh
beberapa kepemimpinan setelah Muawiyah.
Dinasti Umayyah dideklarasikan pada tahun 660 di Yerusalem

[9]

, namun

tidak sekaligus beberapa wilayah islam mengakuinya. Sebelumnya dinasti ini
dipandang sebelah mata sehingga setelah sepeninggal Ali, ada banyak daerah
yang mendeklarasikan pemimpinnya sendiri. Misalnya di Irak, warga pendukung
Ali mendeklarasikan Al-Hasan –anak tertua ali –sebagai pemimpin penerus Ali.
Kemudian, di Mekah dan Madinah, warga disana tidak begitu simpati terhadap
Umayah, karena dia adalah keturunan Umayyah yang pernah menentang nabi
serta baru masuk islam setelah dilakukan penaklukan Mekah.
Dengan banyaknya penentangan tersebut, Muawiyah tentu harus pandai
menyusun strategi mengembalikan kekuasaan islam kepadanya. Namun bukan
Muawiyah namanya jika dia tidak pandai dalam menyusun strategi. Muawiyah
memang bukan eksekutor yang hebat seperti Ali, namun dia adalah seorang
konseptor yang handal. Dia mampu menjadi organisator [10] yang mumpuni dalam

bidang pemerintahan serta militer. Itulah yang membuatnya berhasil menata rapih
pemerintahannya. Meski di permukaan tampak kacau, namun dia mampu
membangun sebuah masyarakat muslim yang tertata dengan baik.
[9]

Philip K. Hitti. 2010. History of the Arab: from the Earliest Time to the Present. terj.
R.Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riyadi. dengan judul: History of the Arab:
Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta
[10]
Ibid. hlm 242

5

Di dalam bidang militer misalnya, Muawiyah ada sesorang yang sangat
unggul dibanding dengan rekan-rekan sejamannya. Itulah yang menjadi alasan
mengapa pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, Muawiyah diangkat sebagai
salah seorang panglima angkatan laut yang hebat. Dalam mampu menciptakan
kader militer yang hebat dengan melatih pasukan mentah yang terdiri dari orangorang Suriah. Selain itu, dia juga mampu mereformasi sistem militer dengan
menghapuskan sistem militer kuno yang berdasarkan pada kesukuan

[11]

.

Muawiyah mampu menggaji semua prajurit yang ada sehingga mereka begitu
loyal terhadap perintahnya.
Pembangunan Kantor Catatan Negara
Banyak sejarawan yang percaya bahwa pembangunan kantor catatan negara
dibangun pertama kali pada masa awal dinasti umayyah tepatnya pada masa
kepemimpinan Muawiyah[12]. Kantor catatan ini cukup berperan penting dalam
mengatur proses berlangsungnya sebuah negara. Berbagai catatan dalam berbagai
bidang ada pada kantor tersebut, seperti catatan keuangan. Kemudian, kantor
catatan negara ini disempurnakan dan ditata rapi pada masa Khalifah Abd alMalik.

Dia

berhasil

melakukan

penbenahan-pembenahan

administrasi

pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab (Arabisasi) sebagai bahasa resmi
pemerintahan Islam. Semua pejabat pemerintahan kemudian diganti oleh merekamereka yang mempunyai kemampuan dalam bahasa arab.
Munculnya Layanan Pos
Pada masa umayyag juga dibangun layanan pos sebagai alat pertukaran informasi
[13]

. Dengan adanya sistem ini, masyarakat bisa dimudahkan untuk menyampaikan

beberapa informasi kepada keluarganya yang jauh. Layanan ini juga berdampak
pada komunikasi yang baik dalam bidang ekonomi. Jasa pos yang digagas
Muawiyah ini kemudian ditata secara rapih pada masa Abd-Malik. Pada saat itu
jasa pos yang ditawarkan adalah antara Damaskus dan ibu kota provinsi lainnya.
[11]

Ibid. hlm 242
Ibid. hlm 250
[13]
Ibid. hlm 250
[12]

6

Adapun media yang digunakan dalam proses pengantaran surat-surat dan
dokumen lainnya dilakukan dengan menggunakan hewan. Adapun hewan yang
digunakan adalah ‘fresh animals, mules and horses in Persia, and camels in Syria
and Arabia’[14]. Kuda dan unta memang menjadi hewan yang biasa digunakan

sebagai alat transportasi pada jaman tersebut. Namun memang proses pengiriman
tidak begitu singkat, melainkan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa
menyampaikan sebuah surat.
Selain mengantarkan paket kiriman, para petugas pos pada masa tersebut juga
ditugasi untuk mencatat dan mengirimkan kepada khalifah beberapa pristiwa
penting yang terjadi di wilayah mereka masing – masing. Dengan kata lain, dalam
sistem pos yang digunakan tidak sepenuhnya bersifat rahasia, namun ada
beberapa kebijakan untuk wajib lapor kepada khalifah.
Umat Kristen Jadi Pengawas Keuangan
Salah satu kebijakan yang sangat cukup kontras yang dilakukan pada masa dinasti
umayyah adalah adanya penempatan umat kristen dalam sistem pemerintah salah
satunya menjadi pengawas keuangan. Umat kristen yang diberi peluang tersebut
diantaranya keturunan Masyur ib Sarjun yang merupakan keluarga kristen
terhormat. Hal ini dilakukan sebagai strategi Muawiyah untuk menggalang
dukungan dari umat kristen, apalagi pada waktu itu pendukung Ali masih besar
dan loyal serta tidak mengakui kekhalifahannya.
Muawiyah memang dianggap sebagai salah satu pemimpin yang melakukan
sekularisme. Bahkan ada yang mengakatakn jika akar sekularisme berasal dari

kepemimpinan dinasi Umayyah[15].. Hal dilihat dari bukti data dimana Muawiyah
memberikan kesempatan kepada umat selain Islam menduduki posisi penting di
pemerintahan. Tudingan ini banyak disampaikan oleh para sejarahwan, namun
ada juga sebagian sejarahwan yang menyampaikan interpretasi berbeda.

[14]

Ahmed a.f. El-ashker and Rodney Wilson Op.Cit., 130
‘Akar Sekularisme dalam Konsep Kenegaraan’. dilansir dari situs Muhamadiyah
Mesir. pcimmesir.com (diakses pada 23 Oktober 2015)

[15]

7

Penerbitan Uang Logam
Teknologi pada masa dinasti Umayyah ini memang cukup modern, bisa dilihat
dari adanya mesin penerbitan uang logam[16]. Penerbiatan uang logam dilakukan
pada masa kepemimpinan Abd al-Malik dan Al-Walid. Pada saat itu, pemerintah
mendirikan tempat percetakan uang yang bertempat di Daar Idjard. Pencetakan
mata uang dilakukan secara terorganisir dengan kontrol penuh dari pemerintah.
Pada mulanya, uang yang dicetak adalah uang logam tiruan dari dinar dan dirham
yang sudah ada. Namun kemudian pada tahun 77 H/697 Masehi, Abdul Malik
mencetak dinar asli yang bercorak islam yang berisi teks Arab di ukir dengan
tulisan kufi.
Berdasarkan sejarah, itulah dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya
asli dengan bahasa Arab. Sejak saat itu pula, dinasti umayyah meninggalkan
Dinar Bizantium dan Dirham Kisra yang sudah sejak lama digunakannya.
Kebijakan ini berawal dari pemikiran bahwa selain memiliki nilai ekonomi, mata
uang juga sebagai ciri khas kedaulatan Dinasti Islam. Selain itu, mata uang asli ini
juga berfungsi sebagai sarana keabsahan pemerintah dimana namanya terpatri
pada mata uang tersebut.
Kebijakan Pembatasan Urbanisasi
Kebijakan ini muncul akibat banyaknya orang yang baru masuk islam terutama
yang tinggal di Irak dan Khurasan, mereka meninggalkan desa tempat mereka
bekerja sebagai petani. Mereka berbondong-bondong pergi ke kota dengan
harapan bisa bergabung menjadi prajurit[17]. Tentu fenomena ini memberikan
dampak yang buruk terhadap pembendaharaan negara dimana pemasukan
keuangan menjadi berkurang. Al-Hajjaj (wakil Abd Malik di irak) kemudian
membuat kebijakan untuk mengembalikan orang-orang tersebut ke ladang-ladang
mereka untuk mengolah pertaniannya. Mereka kemudian kembali diwajibkan
untuk membayar pajak.
Chase F., Robinson. 2010. ‘Conclusion: From Formative Islam to Classical Islam. The
New Cambridge History of Islam Volume 1: The Formation of the Islamic World Sixth to
Eleventh Centuries. Cambridge: Cambridge University Press
[17]
Philip K. Hitti. Op.Cit., hlm. 260

[16]

8

Warga irak berbondong-bondong ingin menjadi prajurit dikarenakan mereka
melihat ada keuntungan yang lebih yang didapatkan oleh para prajurit waktu itu.
Selain itu, mereka juga melihat ada ketidakadilan dalam pembayaran pajak
dimana pada waktu itu oang-orang Islam-arab lebih mendapatkan keistimewaan
dibanding dengan islam wilayah lainnya. Namun dengan adanya penyelesaian
kasus ini, maka kemudian orang Arab-Islam-pun kembali diwajibkan untuk
membayar pajak tanah.
Reformasi Budaya Pertanian
Dalam bidang pertanian, ada kebijakan reformasi yang cukup hebat membantu
warga dalam mengolah tanahnya. Hal ini dilakukan dengan baik setelah dilakukan
kebijakan pembatasan urbanisasi. Pemerintahan pada masa Abd-al Malik
membangun perubahan atau mereformasi bidang pertanian. Jika sebelumnya
warga mengolah lahan pertanian mereka dengan bergantung pada musim hujan,
kini praktek bertani bisa dilakukan kapan saja karena ketersediaan air yang cukup
melimpah.
Kebijakan yang dilakukan adalah dengan menggali sejumlah kanal yang dialirkan
dari Sungai Tigris dan Efrat[18]. Tanah rawa yang ada kemudian di keringkan agar
kemudian bisa dibajak. Selain itu, beberapa tanah kering yang terlantar juga diairi
dan dioptimalkan sebagai lahan pertanian. Kebijakan ini memang cukup
berpengaruh signifikan terhadap kondisi perekonomian warga sehingga bisa
menghasilkan keuangan yang melimpah. Tidak hanya untuk warga namun juga
masuk pada khas keuangan negara.
Teknik pengairan yang dilakukan pada jaman umayyah ini adalah yang terbaik
dan tak tertandingi pada masa itu khususnya di dunia timur. Kita bisa lihat
peninggalannya sampai saat ini yang masih berfungsi dengan baik.

[18]

Philip K. Hitti. Op.Cit., hlm. 260

9

Oasis subur dan taman – tamannya yang indah adalah hasil peninggalan pada
dinasti umayyah. Disana, ada kanal yang namanya Nahr-Yazid sebagai
penghargaan terhadap khalifah Yazid sebagai pemimpin yang membuat kanal
tersebut untuk menyempurnakan irigasi di wilayah Gutah[19].
Reformasi Fiskal
Pada masa umayah, ada juga kebijakan reformasi fiskal degan merubah tata kelola
keuangan. Reformasi fiskal ini dilakukan setelah adanya pembatasan urbanisasi
dan reformasi budaya pertanian. Sebelumnya, memang ada kemudahan yang
diberikan pada umat islam khususnya warga arab asli seperti bebas pajak. Berbeda
dengan warga non muslim yang diwajibkan untuk membayar pajak lebih besar.
Namun kemudian, ada kebijakan reformasi dimana hampir semua pemilik tanah
baik muslim maupun non muslim diwajibkan membayar pajak tanah.
Kemudian, pada masa Umar bin Abdul Aziz, beliau memiliki pandangan bahwa
menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan dengan cara mengumpulkan pajak,
melainkan dengan mengoptimalkan kekayaan alam yang ada[20]. Umar percaya
jika hal itu bisa dilakukan dengan mengelola keuangan negara dengan efektif dan
efisien. Umar bin Abdul Aziz tidak hanya layak disebut sebagai pemimpin negara,
tetapi juga sebagai fiskalis muslim. Dia mempunyai kemamampuan untuk
merumuskan, mengelola, dan memutuskan kebijakan fiskal dengan baik.
Kebijakan fiskal ini cukup berdampak pada perekonomian warga sehingga banyak
yang mendapatkan manfaat. Dalam bidang ekonomi, Umar bin Abdul Aziz telah
memberikan banyak sumbangan pemikiran yang sangat bagus apalagi pemikiran
tersebut telah berhasil diterapkan dalam sistem ekonomi yang berkadilan.
Dikabarkan pada masa ini, Umar bin abdul Aziz kesulitan untuk mendapatkan
penerima zakat. Ini bisa dijadikan indikator keberhasilan pemerintahanya dalam
menyejahterakan rakyatnya.
[19]

Philip K. Hitti. Op.Cit., hlm. 263
Lise Hudson. 2011. Umayyad Dynasti: What Happening Politically, Socially and
Economically?. Full Transcript Presentation: PREZI.COM

[20]

10

Pengembalian Harta ke Baitul Maal
Para khalifah pada masa dinasti Umayyah khususnya yang memimpin sebelum
khlaifah Umar bin Abdul Aziz, mereka suka berpoya-poya. Peran baitul maal
seolah menjadi lumbung harta para punggawa kerajaan dimana mereka bisa
seenaknya mengambil harta dari baitul maal tersebut. Namun tidak semua
khalifah seperti itu, Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu pengecualian dari para
pemimpin umayah yang rakus dan suka mengambil harta secara ilegal. Bahkan
ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz ini, beliau mengambil kebijakan untuk
mengembalikan harta-harta tersebut[21].
Umar bin Abdul Aziz sendiri tidak pernah mengambil harta sedikitpun dari baitul
maal tersebut. Beliau juga menyuruh istrinya dan keluarganya mengembalikan
harta yang telah diambilnya itu. Bahkan dikabarkan semua keluarga Umayyah
menjadi miskin akibat kebijakannya itu. Namun yang dilakukan oleh Umar bin
Abdul Aziz adalah karena dia tahu bahwa harta tersebut bukanlah harta yang
halal. Dalam kehidupannya dia juga tidak ingin diperlakukan berbeda oleh
umatnya. Dia tampil sederhana dan menghindari pemborosan yang biasa
dilakukan oleh kerajaan.
Kebijakan Pengurangan Pajak bagi Umat Kristen
Kebijakan pengurangan pajak juga muncul yakni pada masa Khalifah Umar bin
Abdul Aziz. Dia menetapkan kebijakan mengurangi beban pajak untuk kaum
Kristen najran dari 2000 keping menjadi 200 keping. Hal itu dilakukan karena
ternyata kaum tersebut kebanyakan bukan orang kaya. Selain itu, dia juga
melarang pembelian tanah non-Muslim kepada umat islam, karena banyak tanah
orang Kristen yg menjadi kaum muslim yang kemudian menyebabkan umat
Kristen tidak memiliki lahan untuk digarap[22].
[21]

Muhammad Moljum Khan. The Muslim 100 the Lives, Thought and Achievements of
the Most Influental Muslim in History. terjemaah oleh Wiyanto Suud dan Khairul Imam.
dengan Judul Baru: 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah. Jakarta: Noura
Books Mizan Pustaka
[22]
Stefan Heideman. 2010. Post-Class: Caliphate Economy in Umayyad and Abbasid.
Cambridge: Cambridge University Press

11

Selain itu, Umar bin Abd Aziz juga mewajibkan kharaj kepada umat islam dan
jizyah (pajak jiwa) kepada non-muslim. Ini menunjukan adanya sikap toleran
khalifah Umar kepada warganya yang bukan muslim serti mencerminkan
keadilan. Tidak salah jika banyak umat kristen pada masa itu bisa hidup dengan
tenang dan bisa berkembang dengan baik karena mereka tidak diperangi.
Kebijakan Otonomi Daerah
Kebijakan lain yang muncul pada masa khalifah Umar Ibn Abdul Aziz adalah
menerapkan kebijakan otonomi daerah (OTDA). Pada masa ini, gubernur yang
ditunjuk dan menguasai wilayah tertentu memiliki kewajiban untuk menarik pajak
dan mengelolanya. Pada waktu itu, setiap wilayah islam memiliki wewenang
untuk mengelola zakat dan pajak sendiri dan tidak diharuskan menyerahkan upeti
kepada pemerintah pusat[23]. Bahkan, pada masa ini muncul juga konsep ‘subsidi’
dimana pemerintah pusat akan memberikan subsidi kepada wilayah islam yang
minim pendapatan zakat dan pajaknya. Pada masa ini juga, ada tokoh yang
ditunjuk sebagai amil shadaqah yang bertugas mendistribusikannya secara adil
dan merata. Dengan begitu, distribusi harta berjalan dengan baik sehingga
warganya bisa sejahtera.
Cikal Bakal Munculnya Ekonomi Maritim
Ekonomi maritim juga pertama kali muncul pada masa dinasti Umayyah tepatnya
pada saat Muawiyah berhasil menguasai galangan kapal yang ada di Akka (Acre)
[24]

. Dalam sejarah islam, galangan yang dikuasainya itu menjadi salah satu

galangan terbesar kedua setelah mesir lengkap dengan perlengkapannya. Pada
mulanya, memang dugunakan untuk mengangkut prajurit islam. Kemudian pada
masa kepemimpinan setelah Muawiyah, galangan kapal tersebut dipindahkan ke
Tyre dan tetap disana sampai pada masa Abassiyah.
Salah satu ekpansi yang dilakukan pada masa umayyah ini adalah dengan
menggunakan jalur laut. Beberapa wilayah ekspansi seperti India, Cina[25].
[23]

Ibid hlm 120
Philip K. Hitti. Op.Cit., hlm. 263
[25]
Stefan Heideman Op.Cit., hlm 127
[24]

12

Aprika Utara dan Spanyol juga sebagian menggunakan jalan laut. Setelah
berhasil, kemudian ini menjadi peluang untuk dinasti umayah melakukan
penjualan atau dagang (trade)

[26].

Memang dalam banyak literatur tidak dibahas

secara mendalam tentang kehidupan warga pantai pada saat itu. Namun dengan
adanya galangan kapal ini, maka bisa ditafsirkan jika teknologi dalam
kemampuan mereka membangun kapal sudah cukup mumpuni. Selain itu, para
pemilik kapal juga merupakan bagian dari kebutuhan salah satunya kebutuhan di
bidang ekonomi kelautan (maritim).
Penutup
Ada banyak hal yang bisa didapatkan dengan mempelajari sejarah islam baik
secara keseluruhan atau fokus pada bidang tertentu. Salah satu bidang yang kini
tengah banyak dipelajari adalah bidang ekonomi. Pemikiran ekonomi terus
berkembang dari jaman rasulullah sampai sekarang. Salah satu masa yang
menarik untuk dipelajari adalah pemikiran ekonomi pada masa Umayyah. Ini
adalah tonggak baru sistem ekonomi pada tataran pemerintahan bentuk dinasti.
Dari hasil studi dari berbagai literatur, terryata ada begitu banyak kebijakan dan
strategi bidang ekonomi yang tengah ditelurkan oleh banyak pemimpin pada masa
dinasti Umayyah. Beberapa diantaranya ada kebijakan pada tataran sistem
keuangan yang fokus pada reformasi sistem yang sudah ada. Reformasi sistem ini
dilakukan dalam berbagai sendir kehidupan ekonomi; hasilnya ada yang
berdampak positif dan ada juga yang tidak.
Selama ini, ada banyak sekali buku dan literatur yang membahas tentang sejarah
kebudayaan islam dari mulai kelahirannya sampai sekarang. Namun masih sangat
terbatas yang hanya membahas tentang kebijakan ekonomi saja. Padahal saat ini,
publik dunia tengah menantikan beberapa pemikiran ekonomi islam yang
sebagian sudah ada banyak yang diyakini keefektifannya. Karenanya, saran dari
penulis, pengkajian terhadap ekonomi islam termasuk menggali sejarahnya adalah
hal urgen yang harus segera dilakukan khususnya oleh para intelektual muslim.
[26]

Heideman Op.Cit.,

13

Referensi:
Ahmed a.f. El-ashker and Rodney Wilson. 2006. Islamic Economy: A Short
History. Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands

‘Akar Sekularisme dalam Konsep Kenegaraan’. dilansir dari situs Muhamadiyah
Mesir. pcimmesir.com (diakses pada 23 Oktober 2015)
Chase F., Robinson. 2010. ‘Conclusion: From Formative Islam to Classical
Islam’, in Chase F. Robinson (ed.), The New Cambridge History of Islam
Volume 1: The Formation of the Islamic World Sixth to Eleventh Centuries.

Cambridge: Cambridge University Press
Drs. Badri Yatim, M.A. 1998. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta, PT. Grafindo
Persada
Lise Hudson. 2011. Umayyad Dynasti: What Happening Politically, Socially and
Economically?. Full Transcript Presentation: PREZI.COM

Muhammad Moljum Khan. The Muslim 100 the Lives, Thought and Achievements
of the Most Influental Muslim in History. terjemaah oleh Wiyanto Suud dan

Khairul Imam. dengan Judul Baru: 100 Muslim Paling Berpengaruh
Sepanjang Sejarah. Jakarta: Noura Books Mizan Pustaka
Philip K. Hitti. 2010. History of the Arab: from the Earliest Time to the Present.
terj. R.Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riyadi. dengan judul:
History of the Arab: Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta

Prof. Dr. A. Syalabi. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Pustaka alHusna
Stefan Heideman. 2010. Post-Class: Caliphate Economy in Umayyad and
Abbasid. Cambridge: Cambridge University Press

Suherman. 2012. Mereka Besar Karena Membaca. Bandung: Literate Publishing.

14

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25