KELAYAKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LARIANG

  

KELAYAKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER

BELAJAR IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VIII

DI SMP NEGERI 01 LARIANG

  1

  2

  2 Nurmiati , Junarti , dan Nurvita

vitamombine@gmail.com

  1

  2 Mahasiswa Pendidikan Geografi Dosen Pendidikan Geografi

  Program Studi Penddikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako

  

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana kelayakan perpustakaan sekolah sebagai

sumber belajar, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan perpustakaan sebagai

sumber belajar pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 01 Lariang. Jenis penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Objek penelitiannya adalah

perpustakaan, kepala sekolah, guru mata pelajaran IPS, staf perpustakaan dan 5 perwakilan siswa

kelas VIII sebagai respondennya. Data yang diperoleh di analisis dengan teknik analisis deskriptif

presentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelayakan perpustakaan masih sangat minim atau

dibawah standar hasil menunjukkan bahwa koleksi buku yang terpenuhi hanya 48,87% hal ini

dikarenakan jumlah buku sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa, layanan perpustakaan

hanya 29,61% artinya kurangya keaktifan tenaga perpustakaan dalam mengola atau menjalankan

tugasnya, Tenaga perpustakaan 50% artinya hanya ada satu staf yang bertugas di perpustakaan dan

TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) hanya 25% sangat kurang, maka dapat disimpulkan

bahwa perpustakaan dalam kategori tidak layak sebagai sumber belajar.

  Kata Kunci: Kelayakan, Perpustakaan, Sumber Belajar

ABSTRACT

The research problems is how the appropriateness of scholl library as a learning resource.

  

The objective of the research is to find out the appropriateness of library as a learning resource at

Eighth grade students of SMP Negeri 01 Lariang. The research was a qualitative research with

descriptive approach. The data were collected through observation, interview and documentation.

The research objects were library, head of school, teachers of social science subject, library staff

and 5 representatives of Eight grade students as their respondents. The data were analyzed through

descriptive analysis technique of presentation. The results show that the appropriateness of library

is still very low or under the standard, it shows that the collection of books are only 48,87% this is

because the number of books is very few compared to the number of students, the library service is

only 29.61%, it means that the lack of activity of the library staff in managing or carrying out their

duties, library staff is 50%, is means that there is only one staff who served in the library and

information technology and communication anly 25% is very less, it can be concluded that library

of SMP Negeri 01 Lariang is in the category of not appropriate as a learning resource.

  Keywords: Appropriateness, Library, Learning Resource

  PENDAHULUAN

  Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik yang menempatkan proses pembelajaran sebagai inti permasalahan sekaligus kunci keberhasilan. berbagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh bidang pendidikan, baik dari dalam misalnya tenaga pendidik, kurikulum yang ada serta sarana dan prasarana pembelajaran maupun dari luar yaitu orang tua murid, komite sekolah yang ada secara subtansial harus dipenuhi dengan memecahkan masalah yang pokok dalam tujuan proses pembelajaran.

  Proses pembelajaran merupakan dua konsep yang sangat berarti dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan siswa dapat membawa perubahan sikap dan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, sedang mengajar mengacu pada apa yang dilakukan guru sehingga siswa mau belajar sekaligus menudahkan guru dalam pembelajaran tidak terkecuali untuk mata pelajaran IPS Terpadu. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan dan sikap yang rasional tentang gejala-gejala sosial serta perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia.

  Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan diikuti oleh siswa selalu mengarah pada keinginan untuk mencapai keberhasilan. Guru ingin berhasil dalam menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa dalam pembelajaran IPS. Untuk mencapai tujuan mebelajaran maka diperlukan langkah-langkah yang mengarah pada penyempurnaan dalam kegiatan pembelajaran termaksud dalam pemanfaatan sumber belajar terutama yang ada di perpustakaan sekolah.

  Dalam dunia belajar mengajar atau pendidikan dan pengajaran, peran perpustakaan masih menjadi kebutuhan pokok bagi para pendidik dan peneliti. Hal ini dikarenakan tidak semua informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan mudah. Berkaitan dengan sarana pembelajaran sebagai sumber dalam memperoleh informasi dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, maka perpustakaan sebagai wadah dan sumber informasi sangat berperan. Oleh karena itu, kalangan pendidik atau siapapun yang ingin berperan sebagai penyampain ilmu pengetahuan (informasi) wajib menjadi warga pembaca di perpustakaan. Kesempurnaan dalam kelengkapan koleksi yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan akan mempengaruhi kelayakannya untuk menyelenggarakan pelayanan terhadap seluruh masyarakat Sekolah. Hal setidaknya mampu melegakan para siswa yang mengharapkan perpustakaan sebagai sumber ilmu.

  Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut perpustakaan Sekolah setidaknya memiliki kelayakan sebagai sebuah perpustakaan yang berstandar nasional. Permasalahan yang sering muncul adalah ketika perpustakaan tidak lagi dapat memberikan kebutuhan belajarnya. Jika hal ini berlangsung dalam periode berkelanjutan maka perpustakaan akan kehilangan kelayakannya sebagai wadah sumber belajar. Dalam hal ini, imbasnya adalah sumber daya manusia lulusan Menengah yang terlahir secara prematur dan cacat intelektual. Lebih lanjut akibat tersebut akan menjadi tolok ukur bagi masyarakat.

  Permasalahan lain yang telah menjadi sebuah polemic panjang adalah kinerja seorang pustakawan yang kurang profesional. Dan pada kenyataannya masih sedikit sekali Sekolah di Indonesia yang memiliki tenaga pengelola perpustakaan (pustakawan) yang profesional, yang bertugas khusus mengelola perpustakaan. Padahal, perpustakaan harus dikelola oleh personil yang mengerti seluk beluk ilmu perpustakaan. Kemudian, dalam salah satu pasalnya UU perpustakaan juga disebutkan bahwa setiap perpustakaan harus menempatkan tenaga pengelola yang berpendidikaan perpustakaan atau pernah mengikuti pelatihan bidang tersebut. Artinya, ada keharusan bagi pihak Sekolah untuk menempatkan personil yang mengerti perpustakaan sebagai pengelola.

  Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis menemukan bahwa perlunya perhatian perpustakaan sekolah SMP Negeri 01 Lariang untuk menjadikan perpustakaan Sekolah sebagai sumber belajar terutama bahan ajar IPS. Ini disebabkan karena kurang menariknya perpustakaan sekolah seperti kurangnya koleksi buku diperpustakaan sekolah, minimnya rak-rak membuat buku menjadi tidak teratur sehingga siswa malas berkunjung ke perpustakaan sekolah dalam mengerjakan tugas atau pun membaca, serta kurangnya pengetahuan pengelola dan pengembangan perpustakaan sekolah. Sehingga dapat menghambat para siswa untuk memanfaatkan sumber belajar.

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif pendekatan deskriptif. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kelayakan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar IPS Terpadu pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 01 Lariang.

  Subjek penelitian

  Adapun subjek penelitian ini adalah perpustakaan dan 10 (sepuluh) komponen kelayakannya, namun peneliti membatasi subjek penelitian menjadi 4 (empat) komponen di antaranya koleksi buku, layanan, tenaga dan TIK. Adapun responden adalah orang yang di minta untuk memberikan keterangan suatu fakta atau pendapat. sebagai mana di jelaskan Arikunto (2006 : 145) subjek penelitian adalah subjek yang di tuju untuk di teliti atau peneliti. jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan. Penentuan subjek penelitian atau sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penenlitian kuantitatif.

  Penentuan subjek penelitian atau responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (purposive sampling) Penelitian ini peneliti hanya mengambil sebagian sampel dari populasi yang dijadikan sampel. Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling purposive (purposive sampling), Yunus (2010 : 302) menyatakan bahwa penekanan metode penelitian purposive ini adalah pada karakter anggota sampel yang karena pertimbangan mendalam di anggap/diyakini akan benar-benar mewakili karakter populasi/subpopulasi.

  Peneliti menggunakan metode purposive sampling dengan pertimbangan bahwa sampel tersebut dapat mewakili secara komperensif (menyeluruh) dari masyarakat sekolah SMP Negeri 1 Lariang yang berhubungan langsung dengan perpustakaan sekolah. Adapun jenis responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah; Kepala Perpustakaan; Staf Perpusakaan; Guru bidang studi IPS; Siswa (pengunjung perpustakaan).

  Jenis dan Sumber Data

  Data adalah hasil pencatatan peniliti, baik yang berupa fakta atau pun angka (Arikunto, 2002:96). Sementara itu menurut

  Tika (2006:57) “data adalah sekumpulan bukti atau fakta yang dikmpulkan dan disajikan untu tujuan tertentu”. Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama (Sarwono, 2006:129). Data sekuder adalah data primeryang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh pihak lain, misalya dalm bentuk tabel

  • – tabel ataupun dalam bentuk diagram
  • –diagram (Hariwijaya dan Djaelani, 2011:50). Jadi dapat dikatakan bahwa data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya. yang ada pada guru mata pelajaran geografi. Selan itu, data sekunder dalam penelitian ini adalah data sekolah, data perpustakaan, data Guru dan Staf tata usaha SMP Negeri 01 Lariang.

  Menurut Arikunto (2002:107) sumber data adalah subjek dari mana atau dapat diperoleh lebih lanjut, Arikunto (2003:116) menyatakan bahwa sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.

  Teknik observasi adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis ini digunakan untuk menjabarkan hasil perhitungan observasi langsung mengenai subjek penelitian kelayakan perpustakaan sebagai sumber belajar. Untuk mengetahui persentase hasil observasi peneliti menggunakan rumus : Rumus P Keterangan : P = Pencapaian

  SR = Skor Rill SI = Skor Ideal (Sugiyono, 2009:95)

  Untuk mendapat jumlah skor yang diperoleh (SR), jumlah skor ideal maksimal (SI), dan memudakan peneliti untuk mengetahui Kelayakan perpustakaan sebagai sumber belajar, maka data penelitian perlu ditabulasikan terlebih dahulu.

HASIL DAN PEMBEHASAN

  Observasi tanggal 18 Oktober 2017 untuk melihat sarana perpustakaan sekolah SMP Negeri 01 Lariang. Hasilnya terlihat bahwa kelayakan sarana dan prasarana perpustakaan sekolah masih sangat minim. Misalnya kursi dan meja pengunjung yang tidak ada, jadi bagi pengunjung yang ingin membaca hanya beralaskan tikar. Serta luas perpustakaan sekolah jauh dari kenyamanan dalam penggunaanya sebagai tempat alternative siswa dalam belajar, maka tidak heran banyak siswa yang kurang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di sekolah.

  Observasi tanggal 19 Oktober 2017, untuk mengetahui koleksi buku perpustakaan SMP Negeri 01 Lariang, diketahui bahwa koleksi buku IPS Terpadu terbaru belum tersedia baik buku paket maupun buku penunjang, hanya terdapat buku paket IPS Terpadu dan buku penunjang yang berasal dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Terbitan lama. Serta melihat penataan buku yang ada di perpustakaan sekolah belum sesuai, siswa kesulitan dalam mencari buku sebab buku yang tersusun tercampur dengan buku mata pelajaran lain, selain itu kurangnya rak buku menyebabkan penempatan buku menjadi tidak teratur dan tidak sesuai dengan mata pelajaran, hal lain yang ditemukan dalam ruangan perpustakaan sekolah adalah kondisi koleksi buku, rak buku, meja pengelola peprustakaan, lemari dan penitipan barang di penuhi dengan debu.

1. Kelayakan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar Di Sekolah pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPS Terpadu

  Kelayakan perpustakaan sekolah sebagai faktor penunjang dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan oleh siswa itu sendiri, karena perpustakaan sekolah merupakan tempat menyimpan berbagai informasi dari berbagai jenis ilmu pengetahuan. Sehingga dalam hal ini pengelolaan perpustakaan sekolah perlu didukung oleh sumber daya manusia yang professional (pengelola perpustakaan) serta dilengkapi dengan kolesi yang relevan dengan kebutuhan siswa. Kelayakan perpustakaan di sekolah dapat kita lihat pada acuan Standar Nasional Perpustakaan (SNP 035:2011) pada Perpustakaan Sekolah Menengah Pertama Atau Madrasah Tsanawiyah.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dapat digambarkan bahwa kelayakan perpustakaan sekolah sangat membantu dan memotivasi siswa dalam menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar selain di dalam kelas, namun kenyataannya kedaan perpustakaan yang tidak mendukung membuat siswa malas berkunjung ke perpustakaan. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya aktifitas di perpustakaan menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran siswa untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat seluruh kegiatan pembelajaran, hanya sebesar 48,87% koleksi buku yang terpenuhi artinya kurangnya koleksi buku yang tersedia di perpustakaan sekolah, serta kenyamanan siswa untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah, selain kurangnya kolekesi buku keadaan prasarananya yang juga tidak mendukung seperti tidak ada kursi dan meja sebagai tempat belajar melainkan duduk melantai ditambah lagi kurang professional tenaga kerja di perpustakaan. Maka hal tersebut menyebabkan siswa malas untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah, sehingga dalam menyelesaikan tugas ataupun materi yang ditugaskan oleh guru mereka lebih sering menggunakan internet. Ini terbukti dari hasil wawancara para siswa mengatakan bahwa ia sering membawa tugasnya ke rumah dan mengerjakan tugasnya dengan bantuan jawaban dari internet.

  Berdasarkan hasil penelitian tentang layanan perpustakaan memperlihatkan skor sebanyak 29,61% atau kategori tidak layak, layanan perpustakaan di sekolah SMP Negeri 01 lariang masih sangat minim dapat dilihat dari jumlah tenaga perpustakaan yang sangat sedikit yaitu hanya 1 (satu orang) ditambah lagi kurangnya pengalaman tenaga perpustakaan sehingga hal ini lah yang menghambat terpenuhinya layanan tersebut. layanan merupakan memberikan pelayanan yang baik dan efisein kepada pengunjung atau pemakai perpustakaan sehingga terjalin komunikasi yang baik. berdasarkan hasil wawancara Staf perpustakaan mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada tindak lanjut pengembangan layanan karena di sesuaikan antara kondisi tenaga perpustakaan dengan kebutuhan penggunanya.

  Berdasarkan hasil observasi, tenaga perpustakaan sekolah ialah kepala perpustakaan staf perpustakaan yang bekerja secara efektif dan efisien, menjadi teladan dalam melaksanakan tugas dan lain-lain. Standar yang ditetapkan untuk Tenaga Perpustakaan Sekolah (Permendiknas No. 25 Tahun 2008). Berdasarkn hasil obsevasi di lapangan bahwa perpustakaan SMP Negeri 01 lariang, tidak memiliki Kepala perrpustakaan dikarenakan tidak ada guru yang siap menjadi kepala perpustakaan yang ada hanyalah staf biasa perpustaan. Menurut (Permendiknas No. 25 Tahun 2008) tentang tenaga perpustakaan menyatakan bahwa setiap perpustakaan sekolah/madrasah memiliki sekurang-kurangnya satu tenaga perpustakaan sekolah/madrasah yang berkualifikasi SMA atau sederajat dan bersertifikasi kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa adanya tenaga perpustakaan sebanyak 1 orang atau 50% yang bertugas melayani pengungjung, namun tenaga perpustakaan tersebut belum professional dalam mengelola perpustakaan.

  Berdasarkan hasil penenlitian menunjukkan bahwa kelayakan perpustakaan sekolah masih sangat minim sehingga pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar belum berfungsi sebagaimana mestinya. Masih banyak yang perlu dibenahi mulai dari penataan ruangan, ketersediaan meja dan kursi pengunjung, teknik pengaturan koleksi buku-buku yang belum sesuai dengan sistem yang ada dan masih kurangnya koleksi buku-buku terbaru serta koleksi buku penunjang, khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu. Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan setiap butir dalam tabel ataup diagram yang menjabarkan apa yang telah didapat maupun yang belum tercapai.

  

Tabel 1. Persentase Pencapaian Standar Kelayakan Perpustakaan

No. Komponen Penelitian Skor Total Skor Persentase

Ideal ketercapaian

  1. Koleksi sumber belajar 32 15,64 48.87%

  IPS

  2. Layanan 36 10,66 29,61%

  3. Tenaga

  8 4 50%

  4. TIK

  16 4 25% Berdasarkan tabel 1 dapat dikonversikan menjadi diagram batang seperti pada gambar dibawah agar lebih mudah dalam pembacaan data:

  

Persentase Pencapaian Kelayakan Perpustakaan

100% 90%

  80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%

  0%

Koloksi Buku 48.87% Layanan 29. 61% Tenaga 50% TIK 25%

Gambar 1. Persentase pencapaian Kelayakan Perpustakaan sebagai sumber belajar di SMP Negeri 01 Lariang.

  Hasil Wawancara

  Bapak H.Syamsuddin sebagai kepala sekolah SMP Negeri 01 Lariang mengungkapkan bahwa belum ada fasilitas yang menunjang perpustakaan sekolah, belum ada tenaga pengelola yang profesional atau tenaga yang lulus jurusan perpustakaan dalam mengelolah perpustakaan. Karena menurut beliau, masih banyak yang perlu dipersiapkan untuk mencapai hal tersebut, baik secara dana maupun kemampuan individu. Sampai sekarang belum ada pelatihan unutk tenaga pengelola sehingga untuk sementara perpustakaan sekolah dikelola dengan sangat sederhana. (wawancara tanggal 23 Oktober 2017).

  Ibu Hamsia sebagai pengelola yang sudah empat tahun mengelola perpustakaan mengungkapkan belum pernah mengikuti pelatihan tenaga perpustakaan, beliau mengatakan bahwa perpustakaan sekolah belum memenuhi criteria Kelayakan Perpustakaan.perpustakaan sekolah belum memenuhi kebutuhan siswa sebab tidak ada fasilitas yang menunjang perpustakaan sekolah seperti tidak tersedianya meja dan kursi sebagai tempat bagi pengunjung, ukuran perpustakaan juga menjadi kendala dalam menata rak buku dan tempat belajar siswa, sehingga sumber belajar IPS Terpadu yang meliputi atlas, peta dan globe tidak di pajangkan di ruang baca melainkan disimpan di ruangan lain. Sistem yang digunakan pengelola perpustakaan dala melayani siswa di perpustakaan adalah sistem terbuka yang memperbolehkan siswa masuk ke ruangan perpustakaan sekolah untuk melihat-lihat, membaca, mengerjakan tugas dan meminjam buku untuk di baca di rumah yang sesuai dengan kebutuhan siswa. (Wawancara tanggal 24 Oktober).

  Ibu Bayani sebagai guru mata pelajaran IPS Terpadu mengungkapkan keinginan siswa memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar masih sangat minim. Dikarenakan kurangnya buku penunjang yang terbaru, hanya tersedia buku paket mata

  pelajaran IPS Terpadu dan buku terbitan lama. Kurang profesionalnya pengelola dalam mengelola perpustakaan sekolah, sehingga penataan ruangan dan koleksi buku dan tempat belajar siswa tidak memperlihatkan segi kenyamanan, pengelolaan perpustkaan kurang menarik perhatian siswa untuk menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar disekolah, hal in menyebabkan siswa terkadang malas berkunjung ke perpustakaan sekolah. Terkadang siswa berkunjung ke perpustakaan sekolah karena diarahkan oleh guru mata pelajaran untuk belajar dan mengerjakan tugas. Tanpa arahan dari guru mata pelajaran siswa kurang memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar. (Wawancara tanggal 24 Oktober)

  A

  Asmi Nur Miftahul Jannah siswa kelas VIII mengungkapkan bahwa koleksi buku yang ada di perpustakaan sekolah masih meggunakan terbitan lama. Kurangnya koleksi buku terbaru menyebabkan siswa kesulitan dalam menemukan materi yang berkaitan dengan mata pelajaran IPS Terpadu, dalam mengerjakan tugas siswa hanya menggunakan buku paket. Pengelola perpustakaan belum mampu untuk mendesain ruangan perpustakaan sekolah sehingga tidak ada daya tarik bagi siswa untuk berkunjung, hal in terlihat pada penataan rak buku, lemari buku ruang baca yang sederhana dan tidak ada inovasi tata letak keduanya (wawancara 26 Oktober).

  KESIMPULAN

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelayakan perpustakaan masih sangat minim atau dibawah standar hasil menunjukkan bahwa koleksi buku yang terpenuhi hanya 48,87% hal ini dikarenakan jumlah buku sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa, layanan perpustakaan hanya 29,61% artinya kurangya keaktifan tenaga perpustakaan dalam mengola atau menjalankan tugasnya, Tenaga perpustakaan 50% artinya hanya ada satu staf yang bertugas di perpustakaan dan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) hanya 25% sangat kurang, maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan dalam kategori tidak layak sebagai sumber belajar.

DAFTAR RUJUKAN

  liderhare.net. Standar Nasional Perpustakaan Sekolah. di akses (23 mei 2017)

  Sutoyo, (2015). Standar Pelayanan Perpustakaan dan Informasi Bidang Layanan Koleksi Umum, Perpustakaan Nasional RI . Jakarta.pdf. Yunus, Hadi Sabari. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kotemporer. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Permendiknas. Undang-Undang. No. 25 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Permendiknas.

Dokumen yang terkait

PENGARUH CARA BELAJAR DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 69

PENGARUH PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DAN PERSEPSI SISWA TENTANG FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 80

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 9 85

PENGARUH CARA BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 84

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 3 NATAR

1 16 116

PENGARUH PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 46 78

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 74

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 71 68

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 13 78