KORELASI PENAYANGAN IKLAN DI MEDIA ELEK (1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan dana dari pihak
yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan dana. Untuk melakukan
proses tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki
kelebihan dana dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan dana tersebut untuk kegiatan yang lebih produktif. Peran tersebut
membuat perbankan disebut sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary institution).1
Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank
disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Sejak berdirinya Bank Muamalat yang berlandaskan syariah pada tahun 1992
di Indonesia, perkembangan perbankan syariah di negeri ini semakin meningkat
setiap tahunnya berikut dengan lahirnya asuransi dan lembaga keuangan yang
berlandaskan syariah. Hal ini menandakan prospek ekonomi syariah di Indonesia
semakin maju dan berkembang.

Berdirinya bank–bank syariah di negeri ini sangatlah direspon baik oleh umat
Islam, karena bank–bank syariah ini merupakan bank yang berlandaskan Al
Qur’an dan Hadis, yang merupakan landasan hukum bagi umat Islam. Selain itu
timbulnya bank-bank syariah juga disebabkan oleh haramnya bunga bank dari
1 M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, ( Malang:
UIN Malang Press, 2008 ), h. 3

1

bank konvensional yang difatwakan oleh MUI, karena bunga bank itu termasuk
riba yang hukumnya haram.2
Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 19971998 merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi system perekonomian
Indonesia. Dalam periode tersebut, banyaklembaga-lembaga keuangan, termasuk
perbankan mengalami kesulitan keuangan.Tingginya tingkat suku bunga telah
mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya
mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor produksi. Sebagai akibatnya
kualitas asset perbankan turun secara drastic sementara system perbankan
diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan
tingkat suku bunga pasar. Rendahnya kemampuan daya saing usaha pada sektor
produksi telah pula menyebabkan berkurangnya peran system perbankan secara

umum untuk menjalankan fungsinya sebagai intermediator kegiatan investasi.3
Selama periode krisis ekonomi tersebut, bank syariah masih dapat
menunjukkan kinerja yang relative lebih baik dibandingkan dengan lembaga
perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran
pembiayaan yang bermasalah (non performing loans) pada bank syariah dan
tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya.4
Tentu saja bagaikan artis yang sedang naik daun, fatwa haramnya bunga bank
membuat system bagi hasil perbankan syariah dilirik oleh nasabah yang penasaran
bagaimana sistem ini dijalankan. Kemudian pada periode krisis moneter
Indonesia, Bank Muamalat sebagai pelopor lahirnya bank syariah dapat bertahan
dari keadaan mencekam tersebut. Hal ini membuat bank syariah semakin tenar di
kalangan cendikiawan Muslim untuk mengembangkannya dan semakin dikenal
oleh nasabah pada umumnya.
2Berdasarkan firman Allah Swt.:“…padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275). Sumber: Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI.
3Ibid., h. 143
4Ibid.

2


Dalam kegiatannya, bank syariah perlu menarik nasabah untuk menyimpan,
menyalurkan atau bahkan memberikan jasa-jasanya kepada nasabah. Bank syariah
perlu mengenalkan produk-produknya dan memberi pelayanan sesuai kebutuhan
dari nasabah. Oleh karena itu, sebuah strategi pemasaran diperlukan oleh pihak
bank untuk menjemput atau mengucurkan kumpulan dana dari masyarakat.
Dalam teori pemasaran, salah satu dari bauran pemasaran yaitu promotion
(promosi) yaitu dengan mengenalkan produk-produk bank tersebut kepada
masyarakat luas. Dalam operasionalnya perbankan melakukan berbagai cara untuk
memasarkan produknya, baik dari simpanan, investasi, maupun jasa-jasa bank itu
sendiri. Tidak hanya dipasarkan secara langsung kepada nasabah lewat pelayanan
pada saat nasabah berada di meja pelayanan namun juga dikenalkan secara tidak
langsung, baik melalui media cetak maupun media elektronik.
Cara dari perbankan syariah untuk memasarkan produknya kepada nasabah,
salah satunya melalui media elektronik yaitu iklan di televisi. Media ini
merupakan cara promosi yang paling banyak digunakan oleh perbankan.
Alasannya adalah televisi merupakan sumber informasi yang mudah untuk
dijangkau siapapun pada saat ini. Kemudahan serta kepastian dalam rangka
mengenalkan produk-produk membuat perbankan gencar berlomba menarik
nasabah menggunakan media ini.
Menurut data statistik perbankan syariah menyatakan bahwa total biaya

promosi yang dikucurkan oleh perbankan syariah adalah sebanyak 370 Miliar
Rupiah per Desember 2013.5 Biaya ini dapat dikatakan besar dari hasil promosi
yang kita lihat di berbagai media massa.
Namun, media ini oleh perbankan syariah masih kurang dioptimalkan sebagai
sarana promosi. Kenyataannya, perbankan syariah dikatakan “pelit” promosi oleh
sebagian masyarakat karena dalam penayangannya masih sangat kurang dan
didominasi oleh iklan-iklan perbankan konvensional. Promosi berbagai kelebihan
sebuah bank konvensional merupakan contohnya. Dalam iklan tersebut di
5 Statistik Perbankan Syariah per Desember 2013.Sumber: www.bi.go.id, diakses pada
Sabtu, 26 April 2014 pukul 13.00 Wita.

3

tayangkan bahwa bank tersebut memiliki lima kelebihan dalam kegiatannya. Ini
merupakan salah satu cara bank tersebut untuk menarik minat nasabahnya. Tetapi,
iklan perbankan syariah sangat jarang ditayangkan di televisi.
Dan ini merupakan kelemahan dari perbankan syariah dimana masih
rendahnya pemahaman masyarakat tentang produk dan menfaat perbankan syariah
(rata-rata baru 11%).6 Apalagi jika promosi perbankan konvensional masih
dominan, bukan hal yang mustahil jika masyarakat akan lebih tertarik kearahnya.

Melihat masalah yang menurut tim peneliti perlu untuk diselidiki lebih lanjut,
maka kami tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan penayangan
iklan terhadap peningkatan minat nasabah untuk menggunakan produk perbankan
syariah. Oleh karena itu, tim peneliti mencoba untuk menuangkan pemikiran ini
dalam sebuah desain proposal penelitian dengan judul:

“KORELASI

PENAYANGAN

TERHADAP

IKLAN

DI

MEDIA

ELEKTRONIK


PENINGKATAN MINAT NASABAH MENGGUNAKAN PRODUK BANK
MUAMALAT”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada korelasi antara penayangan iklan produk Bank Muamalat terhadap
peningkatan minat nasabah untuk menggunakan produk bank tersebut?
2. Seberapa besar pengaruh iklan tersebut terhadap peningkatan minat nasabah
Bank Muamalat?

C. Tujuan Penelitian
6 H. M. Ma’ruf Abdullah, Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia.(Banjarmasin: Antasari Press, 2006), h. 110

4

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara penayangan iklan bank syariah
terhadap peningkatan minat nasabah untuk menggunakan produk Bank

Muamalat.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh iklan tersebut terhadap peningkatan
minat nasabah Bank Muamalat.

D. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna, baik secara teoritis maupun
praktis:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a. Sebagai suatu bahan informasi ilmiah untuk menambah wawasan
pengetahuan peneliti khususnya serta pembaca pada umumnya seputar
strategi pemasaran terutama pada bauran promosi.
b. Sebagai

bantuan

pemikiran

dalam

mengisi


khazanah

ilmu

pengetahuan, pengembangan, dan penalaran.
c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya secara lebih kritis dan
mendalam tentang hal-hal yang sama dari sudut pandang yang
berbeda.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa berguna untuk:
a. Sebagai bahan informasi bagi pihak perbankan dalam meningkatkan
dan mempertahankan kualitas serta memasarkan produknya dengan
lebih efisien dan efektif.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi nasabah dalam memilih produk bank
konvensional dan bank syariah.

E. Definisi Operasional

5


Peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut untuk memudahkan
pemahaman maksud dari penelitian:
1. Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat.7 Dalam penelitian
berarti diharapkan dapat mengetahui hubungan antara promosi lewat iklan di
televisi terhadap minat nasabah perbankan syariah.
2. Iklan adalah pemberitahuan tentang suatu produk kepada masyarakat yang
dimuat di media cetak maupun media elektronik.8
3. Minat adalah keinginan yang kuat, gairah; kecenderungan hati yang sangat
tinggi terhadap sesuatu.9

F. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka penelitian ini dapat dikatakan banyak literaturnya dikarenakan
terdapat banyak buku yang membahas tentang manajemen pemasaran sebuah
kegiatan perbankan, begitu pula dengan literatur yang berhubungan dengan minat
nasabah, namun hanya berbeda dalam variabelnya saja.

G. Batasan Penelitian
Tim peneliti membatasi permasalahan penelitian hanya pada salah satu bauran
pemasaran yaitu pada bagian Promotion (promosi). Dalam hal ini hanya pada
promosi iklan di media elektronik oleh Bank Muamalat dan nasabah yang diteliti

juga dari nasabah Bank Muamalat saja. Hal ini untuk menghindari bias akan data
yang ingin dikumpulkan sehingga dapat lebih fokus ke pokok permasalahan.

H. Sistematika Penulisan
7Ibid, h. 325
8 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 263
9 Ibid., h. 374

6

Penulisan skripsi ini disusun menjadi lima bab yang diambil dari referensireferensi, baik dari buku, jurnal, dan internet maupun data-data atau dokumendokumen serta hasil wawancara langsung dengan nasabah terkait.
BAB I PENDAHULUAN, merupakan penjabaran tentang latar belakang dari
permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yang kemudian disimpulkan secara
eksplisit dalam rumusan masalah. Tujuan penelitian ditegaskan dalam bab ini
secara final dan agar lebih terfokus maka permasalahan dibatasi, serta manfaat
dari penelitian ini baik secara teoritis dan praktis.
BAB II LANDASAN TEORI, dalam bab ini dijelaskan teori-teori mendukung
serta relevan yang berhubungan dengan permasalahan dan juga sumber informasi
akurat dari referensi media lainnya.
BAB III METODE PENELITIAN, dalam bab ini difokuskan pembahasan

teknis metode penelitian. Penulusuran subjek dan objek penelitian secara singkat
pada bagian yang akan dikaji termasuk dalam pembahasan dalam bab ini.
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN, bab ini berisi tentang hasil
penelitian yang selanjutnya membahas gambaran umum tentang lokasi penelitian
serta hasil dari pengumpulan data di lapangan.
BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA, bab ini berisikan penyajian
data dan analisis data berikut pembahasan yang disesuaikan dengan metode
penelitian pada bab tiga, sehingga didapatkan jawaban atas perumusan masalah
yang telah diajukan.
BAB V PENUTUP, peneliti dalam bab ini memberikan kesimpulan terhadap
hasil penelitian yang telah dibahas dan diuraikan sebelumnya dan juga
memberikan beberapa saran yang perlu untuk disampaikan.

7

BAB II

8

LANDASAN TEORI

A. Teori Periklanan
1. Pengertian Periklanan
Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran
promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara
sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk
yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Sedangkan periklanan
(advertising) adalah segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk
melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang
atau jasa.10
Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang
diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau
jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.11
2. Fungsi Periklanan
Secara umum, periklanan dihargai karena dikelan sebagai pelaksana
beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan
organisasi lainnya, antara lain:12
a. Informing (memberi informasi)
Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek
baru,mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta
memfasilitasi penciptaan merek yang positif. Karena merupakan suatu
10 Gary Amstrong dan

Philip, Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: Penerbit

Prenhalindo, 2002), h. 153

11 Frank Jefkins, Periklanan, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 5
12 Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu: Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2003), h. 357

9

bentuk komunikasi yang efektif, kemampuan menjangkau khalayak
luas dengan biaya per kontak yangrelatif rendah, periklanan
memfasilitasi

pengenalan

(introduction)

merek-merek

baru,

meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang telah
ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen
(TOMA-top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada
dalam kategori produk yang matang.
Periklanan menampilkan peran informasi bernilai lainnya baik
untuk merek yang diiklankan maupun konsumennya dengan
mengajarkan manfaat-manfaat baru dengan merek-merek yang telah
ada.
b. Persuading
Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk)
pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang
persuasi

berbentuk

mempengaruhi

permintaan

primer,

yakni

menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih
sering iklan berupaya mambangun permintaan sekunder, yakni
permintaan bagi merek-merek perusahaan yang spesifik.
c. Reminding
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan
konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat
konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah
merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. Periklanan lebih jauh,
didemonstrasikan untuk mempengaruhi pengalihan merek (brand
swictching) dengan mengingatkan para konsumen yang akhir-akhir ini
belum membeli suatu merek yang tersedia dan mengandung atributatribut yang menguntungkan.
d. Adding Value

10

Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa memberi nilai
tambah bagi penawaran-penawaran mereka: inovasi, penyempurnaan
kualitas, atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilaitambah tersebut benar-benar independen. Inovasi tanpa kualitas adalah
semata-mata hal yang baru. Persepsi konsumen tanpa kualitas dan/atau
inovasi adalah semata-mata reklame yang berlebihan. Dan keduanya,
inovasi dan kualitas, jika tidak diterjemahkan ke dalam persepsipersepsi konsumen, seperti suara pohon terkenal yang tumbang
dihutan yang kosong.
Periklanan

memberi

nilai

tambah

mempengaruhi

persepsi

konsumen.

pada

Periklanan

merek

dengan

yang

efektif

menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya,
lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.
e. Bantuan untuk upaya lain perusahaan
Peran lain dalam periklanan adalah membantu perwakilan
penjualan.

Iklan

mengawali

proses

penjualan

produk-produk

perusahaan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga
sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang
prospektif. Upaya, waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena
lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk memberi informasi kepada
prospek tentang keistimewaan dan keuntungan produk. Terlebih lagi,
iklan melegitimasi atau membuat apa yang dinyatakan (klaim) oleh
perwakilan penjualan menjadi lebih kredibel (lebih dapat dipercaya).
Berdasarkan teori di atas, maka peneliti menarik beberapa indikator
untuk dijadikan acuan dalam pembuatan angket nantinya, yaitu: iklan
haruslah memberikan informasi, harus membujuk, dapat memberikan
kesan dalam ingatan serta memberi nilai tambah atau manfaat terhadap
konsumen atau dalam penelitian ini yaitu nasabah yang menggunakan
produk Bank Muamalat.

11

B. Teori Minat
1. Pengertian Minat
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, yang disebut dengan minat
adalah keinginan yang kuat, gairah; kecenderungan hati yang sangat tinggi
terhadap sesuatu.13
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, minat adalah kecenderungan yang
menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang
yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara
konsisten dengan rasa senang,14 sedangkan menurut Slameto, minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh.15
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berminat
terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang serta adanya kecenderungan hati yang tinggi dikarenakan
hal tersebut datang dari dalam diri seseorang yang didasarkan rasa suka dan
tidak adanya paksaan dari pihak luar. Dengan kata lain, minat adalah suatu
rasa lebih suka, rasa keterikatan serta ketertarikan, dan keinginan hati yang
kuat pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang memaksa.
Kriteria minat seseorang dapat digolongkan menjadi:
a) Rendah
Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat.
b) Sedang
Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam waktu
segera.
c) Tinggi
Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera.
13 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, op.cit., h. 374
14 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 132
15 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 180

12

Ada beberapa cara yang dapat membangkitkan minat seseorang seperti
yang dikemukakan oleh Sukalimantono, yaitu:16
a) Bangkitnya suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan,
untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya).
b) Hubungan dengan pengalaman yang lampau.
c) Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “nothing succeds like succes”.
Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.
a) Gunakan berbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,
membaca, demontrasi, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala diferensial
semantik sehingga pengukuran minat berdasarkan kriteria yang telah disebutkan
di atas. Indikator yang dapat peneliti ambil dalam variable ini yaitu adanya
kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu dalam hal ini produk Bank Muamalat
baik itu berupa rasa ingin tahu, keinginan terhadap produk tersebut, kemantapan
untuk membelinya, serta kepercayaan terhadap produk tersebut. Semua indikator
minat yang telah disebutkan tersebut akan dihubungkan dengan indikator iklan di
atas dan peneliti kemudian menghubungkannya apakah terdapat korelasi di antara
keduanya.

16 Sukalimantono, Hubungan Antara Minat Siswa Dalam Memilih Program Studi
Otomotif Dengan Prestasi Belajar, (Skripsi JPTM FPTK UPI: Tidak Diterbitkan, 1996), h. 14

13

BAB III
METODE PENELITIAN

14

A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah jenis
penelitian lapangan (field research) karena data yang digunakan diperoleh
langsung dari lapangan yaitu dari kampus IAIN Antasari.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Seperti
menjelaskan hubungan antara penayangan iklan di media elektronik terhadap
peningkatan minat nasabah menggunakan produk Bank Muamalat. Dimana
iklan di media elektronik sebagai variabel independen dan minat nasabah
menggunakan produk sebagai variabel depeden.

B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di lingkungan kampus IAIN Antasari Jalan
Ahmad Yani Km. 4,5 Banjarmasin.

C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah bank
yang pernah melihat atau mendengarkan iklan produk Bank Muamalat di
media elektronik baik itu melalui televisi atau radio.
2. Sampel Penelitian

15

Teknik pengambilan sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sampling acak, dimana peneliti akan mencari responden secara acak di
lingkungan IAIN Antasari. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 32 responden.

D. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Gambaran umum Bank Muamalat Cabang Banjarmasin
b. Korelasi penayangan iklan di media elektronik terhadap peningkatan
minat nasabah menggunakan produk Bank Muamalat.
2. Sumber Data
a. Responden; yakni nasabah bank yang pernah melihat iklan Bank
Muamalat di media elektronik yang berjumlah 32 orang.
b. Informan, yaitu orang-orang yang membantu dalam memberikan
informasi dengan data yang digali.
c. Internet, sumber ini untuk melengkapi gambaran umum dan informasi
iklan untuk tambahan data.

E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan dalam menyusunan penelitian ini
dilakukan dengan teknik

kuesioner/angket. Angket diberikan kepada seluruh

nasabah pada Bank Muamalat untuk mendapatkan data tentang korelasi antara
penayangan iklan di media elektronik dengan minat nasabah menggunakan
produk bank muamalat. Sedangkan dokumentasi adalah mencari data mengenai
16

hal-hal yang berhubungan tentang profil Bank Muamalat beserta produk dan
jasanya.

F. Desain Pengukuran
Dalam penelitian ini teknik pengukuran data yang diambil adalah skala
diferensial semantik. Skala Diferensial Semantik yaitu skala untuk mengukur
sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun ceklis, tetapi tersusun dalam
satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan
garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau
sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala diferensial semantik
adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap
atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.17

G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis terhadap data yang diperoleh, penulis
menggunakan metode kuantitatif. Analisis data kuantitatif yaitu analisis pada
objek dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan
dalam suatu uraian. Peneliti menggunakan aplikasi SPSS 13.0 untuk memperoleh
nilai dalam analisis korelasi, uji validitas, dan uji reliabilitas
Dalam penelitian ini analisis yang akan digunakan untuk mengetahui
hubungan antara jumlah pengalokasian dana dengan pendapatan yaitu dengan
menggunakan analisis koefisien korelasi product moment.
{n . Σ x 2−( Σ x )2 }{n . Σ y 2
√[¿−( Σ y )2 }]
n . Σ x . y −( Σ x ) .( Σ y )
rxy=
¿
17 http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/03/bentuk-skala-pengukuran-dalam.html.
Diakses pada 4 November 2014 pukul 20.43 wita

17

Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara masing-masing item
x : nilai/skor dari masing-masing item
y : nilai/total skor item
x2 : kuadrat skor instrument pertama
y2 : kuadrat skor instrumen kedua
n : jumlah responden
XY: perkalian antara masing-masing item
Item pertanyaan (indikator) secara empiris dikatakan valid jika koefisien
korelasi (r) > 0,50.
Reliabilitas adalah suatu tingkatan yang mengukur konsistensi hasil jika
dilakukan pengukuran berulang pada suatu karakteristik. Pengujian reliabilitas
dapat dihitung dengan menggunakan formula Cronbach’s Alpha yang dirumuskan
sebagai berikut:

keterangan:
sj2 = varians skor item ke-j dengan j = 1,2,...,k
k = banyaknya item yang diujikan
sX2 = varians skor total keseluruhan item
Item pertanyaan dapat dikatakan reliabel apabila nilainya > 0,6.
Kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel maka
setelah mendapatkan total skor kedua variabel dengan menggunakan korelasi
product moment, peneliti kemudian menginterpretasikan kekuatan pengaruhnya
berdasar tabel di bawah.

Nilai

Makna

18

Sangat rendah / sangat lemah
0,00 – 0,19
Rendah / lemah
0,20 – 0,39
Sedang
0,40 – 0,59
Tinggi / kuat
0,60 – 0,79
Sangat tinggi / sangat kuat
0,80 – 1,00

H. Tahapan Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian, peneliti
menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan Pendahuluan
Pada tahapan ini peneliti mempelajari secara seksama permasalahan yang
diteliti, selanjutnya dituangkan ke dalam sebuah desain operasional proposal
penelitian. Proposal kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
untuk selanjutnya dimintai persetujuan untuk diajukan sebagai penelitian.
2. Tahapan Pengumpulan Data
Dalam tahapan ini, peneliti terjun kelapangan untuk menemui responden
untuk memberikan angket dalam rangka penggalian data yang dilakukan
selama satu bulan.
3. Tahapan Pengolahan Data dan Analisis Data

19

Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dan dianalisis kemudian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan asisten pembimbing dalam
rangka perbaikan dan kesempurnaannya dapat diketahui.
4. Tahapan Penyusunan Laporan
Pada tahapan akhir ini, peneliti menyusun hasil penelitian yang telah
diperoleh sesuai dengan sistematika penulisan. Kemudian menyerahkan
laporan hasil penelitian tersebut sesuai dengan kesepakatan.

BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.
1. Sejarah Berdirinya BMI
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia dan memulai
operasinya pada bulan Mei 1992. Didukung oleh sekelompok pengusaha dan
cendekiawan muslim. Pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp 84
miliar padasaat penandatanganan akte pendirian perseroan. Selanjutnya pada
acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal
senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

20

dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Dalam upaya memperkuat
permodalannnya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial dan
ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang
berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada rapat RUPS tanggal 21 Juni 1999,
IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh
karenanya, kurunwaktu antara tahun 1999-2002 merupakan masa-masa yang
penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil memutarbalikkan kondisi dari rugi
menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta
ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Hingga akhir
tahun 2003, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di
Indonesia dengan aktiva sebesar Rp 3,3 triliun, modal pemegang saham
sebesar Rp 269,69 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 23,17 miliar
pada tahun 2003.
Bank Muamalat merupakan pionir perbankan Islam di Indonesia pada saat
didirikannya di tahun 1991, dan sesudahnya memainkan peranan penting
dalam perkembangan industri perbankan syariah nasional. Bank Muamalat
aktif terlibat dalam proses pembentukan Dewan Syariah Nasional dan juga
memiliki kontribusi dalam menciptakan kerangka hukum dan peraturan yang
komprehensif mengenai perbankan syariah oleh Bank Indonesia, yang kini
telah dilengkapi dengan struktur Direktorat Perbankan Syariah. Keberhasilan
model bisnis syariah mendorong pembentukan bank dan lembaga keuangan
syariah lain, termasuk perusahaan asuransi dan pembiayaan syariah. Bank
Muamalat mendirikan Institut Muamalat yang menjadi lembaga pendidikan
sumber daya insani Islam yang terkemuka bagi industri perbankan dan
keuangan syariah di kawasan ini. Bank Muamalat menjadi Bank Islam
pertama yang menerbitkan obligasi syariah, yaitu Obligasi Syariah I
21

Subordinasi Bank Muamalat Tahun 2003, selain itu juga merintis
pengembangan produk Gadai Syariah yang telah mulai dipasarkan pada tahun
2003. Inovasi lainnya adalah Gerai Muamalat yang merupakan terobosan di
bidang penyediaan outlet permanen bagi layanan perbankan di Indonesia.
2. Perkembangan BMI
Langkah Bank Muamalat yang pasti dan terarah kiranya dapat ditinjau dari
perkembangan beberapa indikator utamasebagai berikut. Bank Muamalat
berhasil mengembalikan posisi modalnya (ekuitas) dari Rp 39,3 miliar di akhir
tahun 1998 menjadi Rp 307,35 miliar (tanpa pajak tangguhan) hingga akhir
tahun 2003. Jumlah aktiva meningkat rata-rata 47% per tahun dari Rp 479,1
miliar menjadi Rp 3,3 triliun dalam kurun waktu yang sama.
Peningkatan di berbagai pos lainnya juga terjadi dalam skala yang berarti,
sehingga Bank Muamalat benar-benar mengalami momentum pertumbuhan
secara eksponensial. Hal ini merupakan salah satu alasan Bank Muamalat
tumbuh dan berkembang pesat, sehingga mengakibatkan rasio kecukupan
modal (CAR) mencapai batas maksimal untuk menunjang pertumbuhannya.
Dalam menunjang pelayanan dan pertumbuhan usahanya, Bank Muamalat pun
terus melakukan terobosan dan inovasi. Dalam permodalan, Bank Muamalat
mengambil langkah menerbitkan Obligasi Syariah I Subordinasi Bank
Muamalat Tahun 2003 senilai Rp 200 miliar. Pelaksana emisi Obligasi Bank
Muamalat itu sendiri berjalan lancar dengan permintaan pasar yang melebihi
penjatahannyasecara signifikan, yang berarti pula bahwa Bank Muamalat
sekali lagi ampu membuktikan dirinya sebagai lembaga keuangan yang
semakin dihormati dan dipercaya. Oleh karenanya, Bank Muamalat memilih
melakukan pengembangan jaringan pelayanannya yang seluas-luanya dan
dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya melalui aliansi strategis dan
pihak-pihak yang mampu menunjang perluasan jaringan pelayanan Bank
Muamalat. Untuk mendukung langkah ekspansi usaha pada tahun 2003, Bank
Muamalat memfokuskan pada upaya pengembangan jaringan dan aliansi
layanan. Melalui upaya-upaya tersebut, Bank Muamalat mampu menjangkau
22

lebih banyak nasabah potensial yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia,
sekaligus meningkatkan ragam serta kualitas produk dan jasa yang ditawarkan
kepada para nasabah tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh BMI untuk
mencapai perkembangannya antara lain:

a. Perluasan Jaringan Kantor Layanan
Perluasan jaringan kantor cabang merupakan salah satu upaya yang
dilakukan dalam rangka membuka pangsa pasar baru bagi produk dan jasa
Bank Muamalat. Pada tahun 2003, Bank Muamalat meresmikan
pembukaan 19 kantor cabang, 1 kantor cabang pembantu, 24 kantor kas
dan 46 gerai, sehingga membawa total jaringan pelayanan Bank Muamalat
menjadi 156 outlet pada akhir tahun 2003. Jumlah ini meningkat lebih dari
dua kali lipat dari total 66 titik layanan yang ada sampai akhir tahun 2002,
sebagai gambaran dari intensitas upaya perluasan jaringan selama tahun
2003. Keberadaan kantor dan outlet pelayanan Bank Muamalat di 18
propinsi di Indonesiatersebut juga memiliki arti strategis dalam
memperkenalkan produkdan jasa perbankan syariah kepada masyarakat, di
samping untuk mengakomodasi kebutuhan transaksi perbankan nasabah.
Pada tahun 2003 Bank Muamalat juga melaksanakan peresmian kantor
cabang Bank Muamalat Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 29
Desember 2003. Diresmikan oleh KGPAA Paku Alam IX, Wakil Gubernur
DIY dan A. Riawan Amin, Direktur utama Bank Muamalat dan dihadiri
beberapa pejabat penting di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Cabang
Yogyakarta merupakan cabang yang ke 31.
b. Layanan ATM
Jaringan ATM merupakan salah satu jalur distribusi yang dimanfaatkan
oleh perbankan untuk meningkatkan akses nasabah pada produk dan
layanannya. Saat ini nasabah Bank Muamalat sebagai pemegang kartu
ATM Muamalat dapat memperoleh akses ke berbagai layanan ATM,
23

termasuk penarikan uang tunai dan melakukan transaksi pembayaran di
lebih dari 4.885 unit ATM di jaringan ATM BCA, ATM Bersama dan
Jaringan ATM Bank Muamalat sendiri. Aliansi layanan dengan Bank BCA
juga mencakup penggunaan Kartu ATM Muamalat sebagai kartu debit
untuk melakukan pembayaran di jaringan Debit BCA merchantdi seluruh
Indonesia. Dalam pada itu, jenis transaksi maupun layanan yang dapat
diperolehmelalui aliansi dengan ATM BCA terus dikembangkan dan
bertambah

banyak,

memberikan

semakin

banyak

manfaat

dan

kemaslahatan bagi nasabah Bank Muamalat. Melalui aliansi layanan ATM
serta perluasan jaringan kantor cabang, Bank Muamalat saat ini
merupakan bank syariah yang memiliki jaringan pelayanan cabang dan
ATM terbesar di Indonesia.
c. Gerai Muamalat
Pada tahun 2003, Bank Muamalat meresmikan pembukaan Gerai
Muamalat yang merupakan bentuk aliansi pelayanan dengan PT. Pos
Indonesia dalam rangka memperluas jangkauan layanan Bank Muamalat.
Konsep Gerai Muamalat sendiri merupakan suatu terobosan inovatif dalam
upaya untuk menyediakan outlet permanen bagi layanan perbankan di luar
struktur pelayanan melalui kantor cabang, kantor cabang pembantu dan
kantor kas sebagaimana diatur dalam UU No. 10/1998 mengenai
perbankan dan dalam Peraturan Bank Indonesia No.32/34/KEP/DIR/1999
Tentang Bank Umum Berdasarkan Syariah.
d. Kerjasama dengan PT. POS Indonesia
Aliansi strategis dengan PT. POS Indonesia memungkinkan Bank
Muamalat memperluas cakupan layanannya ke daerah dan lokasi di
seluruh Indonesia, di mana terdapat kantor pelayanan pos yang
dioperasikan oleh PT. POS Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi
internet dan e-business, Bank Muamalat membuka outlet permanen di
fasilitas tempat milik PT. POS Indonesia, sehingga terhubung secara real

24

time on-line untuk melayani transaksi nasabah Bank Muamalat. Ini
merupakan cara efisien dari sisi biaya untuk memperluas jaringan
pelayanan bank dibandingkan pembukaan kantor kas yang konvensional.
Sampai dengan akhir tahun 2003, telah terdapat sekitar 46 buah Gerai
Muamalat di sembilan propinsi di Indonesia. Jumlah tersebut akan terus
ditingkatkan untuk memanfaatkan secara optimal keberadaan PT. POS
Indonesia yang mengoperasikan lebih dari 4.800 kantor pelayanan pos
yang menjangkau sampai ke berbagai pelosok daerah di keseluruhan 32
propinsi yang ada di Indonesia, di samping lokasinya yang strategis karena
umumnya terletak di pusat-pusat keramaian umum.
e. Kerjasama dengan Perum Pegadaian
Upaya aliansi layanan lain pada tahun 2003 dilakukan bersama Perum
Pegadaian, dalam rangka mengembangkan dan menyediakan produk
pegadaian yang sesuai syariah. Dalam kerjasama ini,Bank Muamalat
berpartisipasi menyediakan modal kerja melalui skema musyarakahuntuk
membiayai produk Gadai Syariah, yang dapat diperoleh masyarakat
melalui kantor-kantor pelayanan Perum Pegadaian di seluruh Indonesia.
Bank Muamalat juga menyediakan fasilitas pelatihan bagi personil Perum
Pegadaian khusus untuk menangani produk Gadai Syariah. Pengembangan
produk Gadai Syariah merupakan salah satu strategi Bank Muamalat
dalam rangka memperluas ragam produk dan jasa keuangan syariah,
terutama mengingat bahwa jasa pegadaian selama ini sangat banyak
digunakan oleh konsumen yang juga merupakan segmen nasabah yang
ditargetkan oleh Bank Muamalah. Sampai dengan akhir tahun 2003,
produk Gadai Syariah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang
membutuhkannya di 11 outlet Perum Pegadaian. Dalam tahun-tahun
mendatang, aliansi strategis ini akan lebih ditingkatkan melalui penyediaan
Gerai Muamalat di lokasi kantor atau outlet Perum Pegadaian.
f. Teknologi Perbankan Syariah

25

Teknologi memainkan peranan yang penting dalam mendukung
pertumbuhan usaha Bank Muamalat. Teknologi sangat membantu,
misalnya dalam memungkinkan proses yang efisien, akurat dan andal
untuk mengembangkan dan menyalurkan produk pembiayaan yang
berbasiskan bagi hasil dalam skala luas kepada nasabah UKM. Teknologi
juga dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi sistem informasi guna
meningkatkan efisiensi dan efiktivitas di berbagai aspek operasional bank
seperti proses pengambilan keputusan menajemen, pengelolaan risiko
pembiayaan serta pemanfaatan basis data nasabah.
Penerapan platform teknologi perbankan di Bank Muamalat diarahkan
untuk mencapai suatu sistem operasi yang prima untuk mendukung
peningkatan kualitas layanan kepada nasabah dalam hal ketersediaan yang
lebih andal, proses operasi yang cepat, akurat dan efektif, efisiensi biaya
yang lebih tinggi, serta risiko operasional yang lebih rendah.
Pengembangan sistem operasi dilakukan melalui kerja sama Joint
Application Development dengan pihak luar yang memiliki keahlian dalam
teknologi sistem aplikasi keuangan dan perbankan, termasuk yang
berbasiskan syariah. Dengan teknologi outsourcing tersebut, Bank
Muamalat dapat memperoleh manfaat yang optimal dari penggunaan
teknologi informasi modern sementara tetap memusatkan sumber-sumber
daya yang dimiliki pada aktivitas penjualan dan layanan.pengembangan
konsep Gerai Muamalat merupakan salah satu contoh pemanfaatan
teknologi secara efekif dan efisien untuk memperluas jaringan layanan dan
pemasaran Bank Muamalat. Tiap titik layanan Gerai Muamalat dilengkapi
dengan perangkat web-teller, suatu produk aplikasi layanan teller
perbankan yangberbasiskan teknologi internet, sedangkan seluruh titik
layanantersebut terhubung ke sistem web-tellerdi Kantor Pusat Bank
Muamalat di Jakarta melalui jaringan Virtual Private Network, suatu
teknologi berbasis internet yang memungkinkan terselenggaranya jaringan
komunikasi eksklusif dengan menggunakan sarana jaringan umum, dalam
hal ini jaringan kabel telepon dari PT. Telkom.
26

Sebagai wadah perwujudan kepedulian sosial Bank Muamalat, lembaga
Baitumaal Muamalat telah mengembangkan berbagai program seperti BCommunity, B-Care, B-Smart dan B-BMT.
a. B-Community
Sebagian besar dari dana yang dihimpun Baitumaal Bank Muamalat
diaplikasikan bagi program B-Community sebagai program utama Baitumaal
Muamalat dalam rangka mengupayakan kemandirian suatu komunitas untuk
meningkatkan kesejahteraannya, termasuk melalui peningkatan kemampuan
ekonomi mereka. Mereka ini mendapatkan bantuan dan bimbingan dalam
pelaksanaan berbagai aktivitas produktif di bidang pertanian, peternakan dan
industri rumah tangga.
b. B-Care
Program B-Caremerupakan sarana bagi penyaluran bantuan sosial kepada
para korban bencana alam maupun musibah kemanusiaan lainnya akibat
kebakaran, perang, kelaparan ataupun wabah penyakit.
c. B-Smart
Partisipasi Baitumaal Muamalat dalam memajukan bidang pendidikan di
Indonesia dilakukan melalui B-Smart, terutama dalam bentuk bantuan
beasiswa. Selain memperoleh bantuan biaya pendidikan selama satu tahun,
juga mendapatkan pengalaman praktis dalam kegiatan sosial dan masyarakat
melalui keterlibatandalam berbagai aktivitas Baitumaal Muamalat.

d. B-BMT
Program B-BMT dikembangkan pada tahun 2003 untuk membantu
meningkatkan kemampuan lembaga keuangan mikro syariah (BMT) dalam

27

mendukung pengembangan potensi ekonomi lokal.Baitumaal Muamalat juga
telah ditunjuk kembali untuk menyalurkan Dana Bergulir Syariah.
3. Visi dan Misi
a. Visi PT. Bank Muamalat Indonesia
“Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.”
b. Misi PT. Bank Muamalat Indonesia
“Menjadi ROLE MODEL lembaga keuangan syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada
stakeholder.”

4. Manajemen dan Sumber Daya Insani
Sebagai bagian dari upaya Bank Muamalat mewujudkan visinya sebagai
bank syariah terkemuka di Indonesia yang dominan dipasar spiritual namun
juga dikagumi di pasar rasional, di penghujung tahun 2003, Bank Muamalat
menggalang tekad untuk memurnikan seluruh proses dan pelayanan
perbankannya sesuai kaidah syariah. Untuk itu Bank Muamalat berniat
mengkaji ulang seluruh produk dan jasa, prosedur kerja serta kontrak-kontrak
yang berlaku maupun yang akan diberlakukan di masa mendatang, guna
memastikan bahwa semuanya benar-benar memenuhi kaidah syariah yang
digariskan. Langkah-langkah yang dilakukan Bank Muamalat dalam
menjalankan manajemennya adalah:
1. Kebijakan Syariah dan Tata Kelola Perusahaan
Kebijakan atau hukum syariah yang menjadi landasan usaha Bank
Muamalat sesungguhnya juga mengedepankan prinsip keterbukaan,
kejujuran, keadilan maupun kesetaraan, yang merupakan prinsip-prinsip

28

utama dan Tata Kelola Perusahaan (GCG) sesuai dengan rumusan Komite
Nasional tentang kebijakan Corporate Governance.
Sejak tahun 2003 misalnya, Direktur Kepatuhan telah berfungsi secara
independen penuh dari kegiatan operasional Bank Muamalat, untuk
menyesuaikan dengan arahan Bank Indonesia. Pemisahan fungsi dan
wewenang diantara Dewan Komisaris dan Direksi juga telah dijabarkan
secara tegas dan jelas, termasuk yang mengatur kehadiran dan rapat-rapat
dalam rangka memastikan efektifitas pelaksanaan tugas Komisaris maupun
Direksi. Fungsi audit internal dilaksanakan oleh suatu unit terpisah dalam
struktur organisasi Bank Muamalat dengan bantuan Akuntan Publik
sebagai Resident Auditor. Sedangkan fungsi pengawasan dari sisi syariah
dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah. Sebagai salah satu upaya
menyempurnakan implementasi GCG, pada tahun 2003 Bank Muamalat
dengan bantuan konsultan independen mulai menyusun suatu Pedoman
Tata Kelola Perusahaan dan Pengelolaan Risiko sebagai dasar kebijakan
formal Bank Muamalat.
2. Pengawasan Syariah dan Pengelolaan Risiko
Dewan Pengawas Bank Syariah memiliki peran sentral dalam
meminimalkan risiko pelanggaran kaidah syariah. Produk, layanan,
prosedur dan perjanjian-perjanjian yang dibuat Bank Muamalat dikaji
untuk memastikan kepatuhannya terhadap prinsip syariah, di mana proses
pemurnian tersebut dilakukan terus menerus mengingat semakin kompleks
dan beragamnya sifat serta jenis transaksi yang dilakukan. Sementara itu,
pengelolaan risiko pembiayaan dan risiko likuiditasyang lebih berkaitan
dengan penerapan prinsip kehati-hatian perbankan dilakukan oleh Bank
Muamalat melalui berbagai perangkat dan fungsi pengelolaan risiko
sebagaimana terdapat pada bank konvensional, termasuk pemberdayaan
unit pengelolaan risiko dan manajemen aktiva dan kewajiban, peningkatan
kualitas sumber daya insani dan pengembangan sistem informasi
pembiayaan yang berbasis teknologi modern.
29

3. Sumber Daya Insani
Sumber Daya Insani (SDI) merupakan aspek penting dalam strategi
Bank Muamalat untuk menuju operasional bank yang dikenal dengan
predikat terbaik dan dominan di pasar spiritual. Untuk mencapai tujuan
tersebut, di samping pelayanan yang prima, dibutuhkan juga kemampuan
yang merata pada seluruh SDI Bank Muamalat di bidang konsep dan
aplikasi perbankan syariah serta penjiwaan budaya perusahaan secara baik.
Salah satu program utama dalam kebijakan pengembangan SDI bank
Muamalat adalah program “Tujuh Kefasihan” di mana sertifikasi tujuh
kefasihan merupakan salah satu syarat bagi kru Muamalat untuk penilaian
kinerja dan promosi. Ketujuh kefasihan tersebut mencakup pemahaman
atas:
a. Kefasihan General Concept Sharia Banking.
b. Kefasihan data strategis Bank Muamalat.
c. Kefasihan informasi dan teknologi.
d. Kefasihan berbahasa asing
e. Kefasihan konsep dan sistim dan prosedur, minimal di bagian
masing-masing.
f. Kefasihan konsep muamalat spirit, dan
g. Kefasihan komunikasi dan presentasi.
Kebijakan pengembangan SDI Bank Muamalat juga menekankan
aspek pengembangan karir kru, antara lain melalui pengisian jabatan
manajemen senior dari dalam bank (konsep “Promotion from Within”)
serta peningkatan karir kru klerikal yang berpotensi untuk menjadi
officer bankmelalui Muamalat Officer Orientasi Program (MOOP).
Bank Muamalat juga telah memberlakukan sistem remunerasidan
kepangkatan baru yang disesuaikan dengan standar pasar yang berlaku

30

berdasarkan kompetensi dari tiap kru. Program-program pelatihanlain
pada

tahun

2003

adalah

pelatihan

berstandarisasi

pelayanan

berdasarkan ISO 9001-2000 untuk SDI front linier, akuntansi syariah
bagi kru officer bekerja sama dengan Islamic Research dan Training
Institute dari Islamic Development Bank (IDB).
4. Struktur Organisasi Bank Muamalat

Sumber: Situs resmi Bank Muamalat di www.bankmuamalat.co.id

5. Produk dan Jasa BMI
Sesuai dengan misi yang diemban, Bank Muamalat melakukan
kegiatan penyaluran pembiayaan serta penghimpunan dana sebagai suatu
lembaga keuangan syariah yang menjalankan fungsi intermediasi investasi
untuk mendukung tumbuhnya semangat kewirausahaan dalam aktivitas
yang produktif. Produk dan jasa yang ditawarkan Bank Muamalat antara
lain:
1. Pendanaan
Dana pihak ketiga merupakan sumber pendanaan utama Bank
Muamalat. Berdasarkan PSAK 59 dana pihak ketiga dibagi menjadi
31

simpanan dan investasi tidak terikat. Simpanan tersebut terdiri dari
Giro Wadiah dan tabungan Wadiah, sedangkan investasi tidak terikat
terdiri dari Deposito Mudharabah dan Tabungan Mudharabah. Produk
penghimpunan dana BMI antara lain:
a. Shar-ε
Shar-ε adalah tabungan instan
memadukan

kemudahan

akses

investasi

ATM,

Debit

syariah yang
dan

Phone

Bankingdalam suatu kartu dan dapat dibeli di kantor pos di seluruh
Indonesia. Hanya dengan Rp125.000,- langsung dapat paket kartu
Shar-ε dengan saldo awal tabungan Rp 100.000,- sebagai sarana
menabung dan berinvestasi di bank Muamalat melalui kantor pos.
Diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil
kompetitif.
b. Tabungan Ummat
Tabungan

Ummat

merupakan

tabungan

dengan

akad

mudharabahdi counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia
maupun Gerai Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di
seluruh counter Bank Muamalat, ATM Muamalat, ATM BCA, dan
jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat
juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant Debit BCA
di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal
dari pendapatan bank atas dana tersebut.
c. Tabungan Arafah
Tabungan Arafah merupakan tabungan yang dimaksudkan
untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji.
Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah
haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan
yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insyaallah
pelaksanaan ibadah haji tetap terjamin. Keistimewaan Tabungan
32

Arafah antara lain memiliki kelebihan karena nasabah bisa memilih
jadwal waktu keberangkatannya sendiri dengan setoran tetap setiap
bulan, keberangkatan nasabah terjamin asuransi jiwa. Apabila
penabung meninggal dunia, maka ahli waris otomatis dapat
berangkat. Tabungan Haji Arafah juga menjamin nasabah untuk
memperoleh porsi keberangkatan dengan jumlah dana Rp 20 juta,
karenaBank Muamalat On-line dengan Siskohat Departemen
Agama Republik Indonesia.Tabungan Haji Arafah memberikan
keamanan lahir batin karena dana yang disimpan akan dikelola
secara syariah.
d. Deposito Mudharabah
Deposito

Mudharabah merupakan jenis investasi yang

dikhususkan bagi nasabah perorangan dengan bagi hasil yang
menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui
pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga
memberikan bagi hasil yang halal.

e. Deposito Fulinves
Deposito Fulinves merupakan jenis investasi dengan jangka
waktu 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp
2.000.000,- atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa
yang dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over)
dan dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk
referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang
sangat menarik setiap bulan.
f. Giro Wadiah

33

Giro Wadiah merupakan titipan dana pihak ketiga berupa
simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet, giro dan pemindahbukuan.
g. Dana Pensiun Muamalat
Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang
berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah dan pilihan usia
pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu
minimalRp 20.000,- per bulan dan pembayarannya dapat didebet
secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer
dari bank lain.Peserta juga dapat mengikuti program Wasiat
Ummat, di mana selama masa kepesertaan, peserta dilindungi
asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu. Dengan
asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun
sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal
dunia sebelum memasuki masa pensiun.
2. Pembiayaan
Dalam hal pembiayaan, salah satu ciri Bank Muamalat adalah
didukungnya kepada sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Produk
pembiayaan (produk penanaman dana) BMI antara lain:
a. Murabahah
Murabahah merupakan akad jual beli barang antara nasabah
dengan bank yang menyatakan harga perolehan atau harga beli
keuntungan (margin) yang disepakati kedua belah pihak. Bank
membiayai (membelikan) kebutuhan nasabah, yang kemudian dijual
kepada nasabah dengan harga pokok ditambah keuntungan yang
diketahui dan disepakati bersama, nasabah melakukan pembayaran
dengan mengangsur selama jangka waktu tertentu.
b. Mudharabah

34

Mudharabah merupakan akad kerja sama antara bank dengan
pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah sebagai pelaksana usaha
(mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal dengan
hasil keuntungan dibagi berdasar nisbah yang disepakati di awal akad.
c. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah merupakan perjanjian kerja sama antara
nasabah dengan bank, di mana nasabah hanya boleh menggunakan
modal yang diberikan untuk melaksanakan proyek yang telah
ditentukan. Pembagian hasil keuntungan dari proyek dilakukan sesuai
nisbah yang disepakati bersama.
d. Musyarakah
Musyarakah merupakan kerja sama antara bank dan nasabah, di
mana masing-masing pihak menyertakan modal dalam jumlah tertentu
sesuai kesepakatan. Proyek ini boleh dikelola oleh salah satu pemberi
dana atau oleh pihak-pihak lainnya, pemilik dana boleh melakukan
intervensi

dalam

manajemen

proyek.

Pembagian

keuntungan

dilakukan sesuai k