BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Orang Tua Anak Binaan 2.1.1 Respon - Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon Orang Tua Anak Binaan

2.1.1 Respon

  Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, dijelaskan defenisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan–kesan yang dialami ketika perangsang tidak ada.

  Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat di lihat dari tiga tingkatan yaitu persepsi, sikap dan tindakan. Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang – bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan prilaku individu, kelompok dan masyarakat. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang kedalam tiga hal, yaitu:

  1. Persepsi, berupa penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.

  3. Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut. Munculnya ketiga respon diatas sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1.

  Kondisi status ekonomi seseorang 2. Tingkat pengetahuan tentang resiko dan manfaat yang diterima sebagai akibat pelaksanaan program kepada seseorang atau sekelompok orang

  diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pada pukul

  3. Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul respon positif yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, dan respon negatif yakni apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek tertentu (Walgito, 2000: 97).

  Salah satu tingkatan dari respon adalah persepsi. Pengertian persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses yang diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak terhenti sampai disitu saja, diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca 1964 dalam Walgito, 2003: 53).

  Stimulus yang mengenai individu kemudian diorganisasi, diinterpretasikan sehingga individu menyadari indranya tersebut. Proses inilah yang dimaksud persepsi (Davidof 1981 dalam Walgito, 2003: 53). Disamping itu menurut Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti yang merupakan aktivitas intergrated dalam diri individu.

  Persepsi merupakan aktivitas intergrated, maka seluruh yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan, berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan hal tersebut dikemukakan bahwa persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalamannya tidak sama, kemampuan berpikirnya juga tidak sama karena hasil persepsi antara individu satu dengan yang lainnya tidak sama. Keadaan tersebut memberi gambaran bahwa persepsi memang bersifat individual.

  Hal ini membuat persepsi dalam diri masing-masing dari respon orang tua berbeda-beda karena memang persepsi bersifat individual yang dipengaruhi faktor internal dan faktor lain seperti lingkungan. Persepsi masing-masing orang tua menghasilkan suatu tangapan yang bervariasi dari yang melatar belakangi stimulus objek dan lingkungan yang merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Bila objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.

  Sikap menurut Krech dan Cruthchfield (1954) adalah “as we have already

  

indected, attitude lie behind many significant and ammatic instances of man’s

behaviour. It is for this reason that many psychologists regard the study of

attitudes as the central problem of social psychology” (Krech dan Crutchfield

  (1954) dalam Walgito, 2003 : 125). Masalah sikap dikaitkan dengan perilaku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang ada pada seseorang memberikan warna atau corak perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan dengan mengetahui sikap dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil orang yang bersangkutan terhadap masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Jadi untuk mengetahui sikap, seseorang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan. Keadaan ini menggambarkan hubungan sikap dengan perilaku.

  Sikap menurut Thurstone memandang bahwa sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek psikologis. Afeksi positif yaitu afeksi senang dan sebaliknya afeksi negatif adalah afeksi tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai sikap dan dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone melihat sikap sebagai tingkatan afeksi saja dan belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. (Thurstone dalam Walgito, 2003 : 125).

  Pendapat lain menurut Leon Festinger memandang bahwa perilaku tidak dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada diri seseorang. Ini berarti asumsi bahwa bila sikap berubah maka akan mengubah perilaku tidak berlaku lagi. Menurut Myres (1983) berpendapat bahwa perilaku merupakan sesuatu yang terkena pengaruh dari lingkungan. Sikap merupakan kaitan dengan perilaku, perilaku dan sikap saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Walgito, 2003 : 125).

  Partisipasi merupakan wujud perilaku dari respon individu. Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi.Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap.Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003: 451).

  Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi kemampuannya, adapula karena kebutuhannya dan ada juga yang dipengaruhi oleh pengharapan serta lingkungannya. Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif ataupun tanpa tindakan seperti berpikir, berpendapat, bersikap, maupun aktif atau melakukan tindakan menurut Bloom perilaku dapat dipilah 3 domain yaitu domain Kognitif (cognitive), domain Afektif (affective) dan Psikomotor (Psychomotor) (Kesmas, 2014, Perilaku Kesehatan Masyarakat).

  Menurut Benjamin Bloom respon terdapat 3 domain, yaitu : 1.

  Respon Persepsi Respon persepsi meliputi segi intelektual dan proses kognitif, yaitu a.

  Pengetahuan, yakni mempelajari dang mengingat fakta, kata-kata, istilah, peristiwa, konsep, prinsip, aturan, kategori, metodologi, teori dan sebagainya.

  b.

  Memahami, yakni menafsirkan sesuatu, menterjemahkannya dalam bentuk lain, menyatakannya dengan kata-kata sendiri, mengambil sesuatu berdasarkan apa yang diketahui, menduga akibat sesuatu berdasarkan pengeahuan yang dimiliki dan sebagainya.

  c.

  Menganalisis, yaitu menguraikan suatu keseluruhan dalam bagian- bagian untuk melihat hakikat bagian-bagiannya serta hubungan antara bagian-bagian itu.

  2. Respon Sikap Respon sikap berkenaan dengan kesadaran akan sesuatu, perasaan dan penilaian tentang sesuatu.

  a.

  Memperhatikan, menunjukkan minat, sadar akan adanya suatu gejala, kondisi, situasi, atau masalah tertentu.

  b.

  Merespons atau memberi reaksi terhadap gejala, situasi atau kegiatan itu sambil merasa puas.

  c.

  Menghargai, menerima suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruh komitmen terhadap nilai itu.

  d.

  Mengkarakterisasi, nilai-nilai, menjadikannya bagian dari pribadinya dan menerimanya sebagai falsafah hidupnya.

  3. Respon Psikomotor Respon partisipasi kegiatan tingkat meliputi : a.

  Melakukan peran serta dalam suatu kegiatan.

  b.

  Mengadakan komunikasi verbal untuk menyampaikan pesan dan ekspresi.

  Buah pikiran Bloom menjadi popular setelah timbul aliran dalam pendidikan ke arah pengkhususan tujuan (S. Nasution 1994: 49). Terbentuknya perilaku dimulai pada domain kognitif yaitu dimulai tahu terlebih dahulu terhadap stimulus sehingga menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap baru yang pada akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih tinggi lagi yaitu adanya tindakan sehubungan dengan stimulus atau obyek tadi diakses pada tanggal 22 Februari 2015 pukul 17. 05 WIB).

  Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  1. Respon Kognitif Yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Teori ini berusaha menjelaskan proses perubahan sikap dengan mencoba memahami pikiran seseorang dalam merepon komunikasi persuasif atau bujukan. Teori ini mengatakan bahwa orang bereaksi terhadap beberapa aspek pesan persuasif dengan memunculkan pikiran negatif atau positif (yang diistilahkan “respon kognitif”), yang pada gilirannya akan memengaruhi apakah seseorang itu akan mendukung isi pesan itu atau tidak.

  Teori respon kognitif memperkirakan bahwa perubahan sikap akan bergantung pada seberapa besar dan apa jenis argumen yang berlawanan yang muncul. Jika pesan menimbulkan argumen kontra yang kuat dan efektif, maka kemungkinan besar tidak akan terjadi perubahan sikap.

  Sebaliknya persuasi dapat dilakukan dengan mengintervensi proses kontra argumen tersebut. Jika seseorang tidak menemukan argumen yang cukup kuat untuk menentang pesan dandia tidak bisa fokus pada pesan saat mendengarkannya, maka kemungkinan besar dia akan menerima dan mendukung pesan itu (Taylor dkk, 2009 : 76).

  2. Respon Afektif Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

  3. Respon Konatif Yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.

  Skinner juga membedakan dua proses dalam melakukan stimulus terhadap organisme, yaitu: A.

  Respondent Respons atau reflexive yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

  electing stimulation karena menimbulkan respon–respon yang relative tetap.

  B.

   Operant Response atau instrumental response yaitu respon yang timbul

  dan berkembang kemusian diikuti oleh stimulus tertentu (Taylor dkk, 2009 : 86).

2.1.2 Orang Tua

  Orang Tua adalah baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini (http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua diakses pada tanggal 9 januari 2015 pukul 16:56 WIB).

  Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. Jika menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju kekedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain. Orang tua adalah ayah dan ibu adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak – anaknya (Mardiya, 2000 : 73).

  Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menyatakan bahwa orang tua adalah ayah dan/ atau ibu kandug, atau ayah da/ ibu tiri, atau ayah dan/ atau ibu angkat.

  Perubahan dalam sifat hubungan antara orang tua dengan anak, khususnya anak-anak remaja. Hubungan-hubungan yang telah berubah sejak lama, tetapi dalam dua atau tiga dekade yang lalu perubahan-perubahan itu telah terjadi cepat. Perubahan-perubahan itu dalam arah semakin berkurangnya pengawasan orang tua terhadap anak, dan semakin terpisahnya orang tua dan anak-anak mereka ke dalam dua dunia yang berbeda. Sebagaimana dikemukakan Shorter (1975), anak- anak sekarang ini terperangkap berperan dalam bentuk nilai-nilai dasar yang sama bobotnya dengan ajaran orang tua mereka (S. K. Sanderson 1995 dalam Su’adah, 2005 : 121).

  Para orang tua agaknya semakin tidak relevan sebagai pendidik dan guru anak remaja, dan banyak anak remaja memandang para orang tua mereka (dan anggota-anggota generasi yang lebih tua pada umumnya) sedikit saja mewariskan nilai kepada mereka. Beberapa studi dan penelitian menunjukkan bahwa agama, kebudayaan, kelas sosial, dan beberapa variabel lainnya memberi pengaruh terhadap sosialisasi menurut jenis kelamin. Misalnya, pengaruh agama terhadap

  

gender-role socializaion . Mernissi (1975) mengadakan studi pada masyarakat

  muslim dan menyimpulkan bahwa peranan pria dan wanita dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat sangat terpisah (segregated), demikian pula halnya dengan sosialisasi terhadap anak-anak mereka (Scanzoni 1976 dalam suadah 2005). Sebagai contoh di Aceh, dimana anak laki-laki setelah berusia 6 tahun dibiasakan pergi ke munasah (Langgar) untuk mempelajari Al Qur’an, merupakan proses pengambilan peran dari ayahnya yang terbiasa merantau untuk mencari nafkah. Sedangkan anak perempuan di Aceh mempelajari Al Qur’an cukup di rumah dan membantu ibunya mengerjakan perkerjaan rumah tangga yang juga merupakan proses pengamil alih peran ibunya (Su’adah, 2005: 51).

  Setiap orangtua mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anaknya. Ada empat macam gaya pengasuhan anak yang perlu diketahui serta dampak pada

  1. Otoriter, Gaya pengasuhan anak model ini menerapkan aturan orangtua selalu benar. Seorang anak harus mematuhi apapun yang dkatakan dan disarankan oleh orangtuanya. Semua urusan anak diatur oleh orangtua. Tujuan gaya pengasuhan ini sebenarnya baik yaitu anak teratur dalam segala hal dan menjadi sosok yang disiplin. Dampak yang terjadi adalah akan menyembabkan anak depresi serta kurang bisa bergaul dengan lingkungannya karena sikap orangtua yang terlalu protektif.

  2. Liberal, Gaya pengasuhan ini kebalikan dari gaya otoriter. Orangtua memberikan kebebasan seluas-luasnya. Keinginan anak selalu dipeunuhi orangtua karena anggapan anak harus diberikan keleluasaan untuk melakukan apa saja, biarkan anak belajar dengan melakukan. Orangtua yang liberal khawatir jika terlalu ketat mengatur, anak terkekang dan kurang bisa mengekpresikan diri sesuai dengan keinginannya. Dampaknya adalah tidak ada kontrol dari orangtua akan menjadikan anak sosok yang semau gue, enggan berbagi dan selalu ingin menang sendiri. Secerdas apapun seorang anak, ia belum mengenal dunia sehingga perlu bimbingan orangtua. Anak akan sulit mandiri dan tergantung pada orang lain. Ini muncul sebagai dampak keinginan yang selalu dipenuhi.

  3. Egaliter, Pada gaya pengasuhan ini,orangtua membuat peraturan yang harus dipatuhi oleh anak, tapi anak juga memiliki kesempatan untuk berpendapat. Orangtua mendengarkan anaknya dan mencari solusi yang disepakati bersama. Ruang diskusi tercipta antara anak dan orangtua. Gaya pengasuhan ini merupakan perwujudan keinginan orangtua dan anak. Anak yang diasuh dengan cara ini memiliki harga diri yang tinggi, kepercayaan diri dan keterampilan sosial yang memadai. Dampak yang terjadi adalah orang tua terjebak pada kompromi berlebihan sehingga dapat dimanipulasi oleh anak. Orangtua bukannya menempuh win-win solution, tetapi lebih menuruti keinginan anak.

  4. Tidak Terlibat, Pada gaya pengasuhan ini, orangtua cenderung cuek. Tidak begitu peduli dengan pengasuhan anaknya. Orangtua seolah tidak mempunyai waktu untuk mendidik anak atau sekedar memperhatikan hal- hal sepele anaknya. Segala sesuatu dipercayakan kepada orang lain begitu saja tanpa kendali darinya. Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini cenderung memiliki harga diri serta kepercayaan yang rendah. Rasa hormat dan tanggung jawab anak rendah, prestasi akademik tidak bisa dibanggakan, dan memiliki perilaku yang buruk (Nadirah Nur, 2011, Macam-macam Pengasuhan Anak dalam Keluarga). Satus sosial ekonomi berpengaruh terhadap proses sosialisai terhadap anak menurut jenis kelaminnya. Status sosial ekonomi dapat diukur dari pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Orang tua yang berpendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Orang tua yang berpendidikan rendah cenderung lebih tegas dalam memisahkan peran-peran anak laki-laki dengan anak perempuannya, begitu pula pada orang tua yang berpendidikan lebih tinggi adalah sebaliknya (Scanzoni dalam Su’adah 2005: 51).

  Nilai yang dimiliki oleh kedua kelas sosial tersebut yaitu kelas pekerja (working class) dan kelas menengah (middle class) adalah pertama, orang tua dari kelas menengah mempunyai nilai “developmental” (membangun), menghendaki anaknya bersemangat dalam belajar, mencintai, dan terbuka pada orang tua, bergembira serta mau bekerja sama. Lebih memperhatikan dinamika yang ada dalam diri si anak (dinamika internal). Dan nilai kejujuran (truthfulness). Kedua, orang tua dari kelas pekerja mempunyai nilai-nilai “tradisional”,lebih menekankan pada kebersihan, kerapian dan kepatuhan dan menghormati orang dewasa. Nilai kejujuran merupakan sifat yang diciptakan untuk memberikan kepercayaan pada orang lain (truthworthness). Ketiga, pada kelas menengah yang ditekankan self-direction, maka hubungan orang tua anak lebih bebentuk horizontal (egaliter). Dalam memberikan hukuman pada anak lihat dulu sampai seberapa jauh kesalahan anak, memberi peringatan sebelum menghukum, dan hukumannya bukan fisik. Keempat, kelas pekerja ditekankan kepatuhan. Kelima, hukuman diberlakukan secara langsung bila anak-anak tidak patuh, tanpa melihat sebab-sebabnya dan sering berbentuk hukuman fisik (Melvin Kohn dalam Su’adah, 2005: 54).

  Selain memiliki peranan yang penting dalam membesarkan anak, Orang menimbulkan hubungan emosional, dimana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi.

  Sebagaimana adanya sosial yang tetap maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak. Begitu pula halnya corak hubungan orang tua dengan anak akan menentukan proses sosialisasi serta perkembangan kepribadiannya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

  

Fels Research Institute (Vembriarto, 1984 dalam Narwoko dan Suyanto) dapat

  dibedakan menjadi tiga pola, yaitu : 1.

  Pola menerima-menolak. Pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak;

  2. Pola memiliki-melepaskan. Pola ini bergerak dari sikap protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang over-

  protective dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak

  sama sekali; dan 3. Pola demokrasi-otokrasi. Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu,anak dapat berpartisipasi dalam keputusan-keputusan keluarga (Narwoko dan Suyanto, 2007: 92-93).

  Kaitan dari pembahasan mengenai respon serta orang tua, maka respon orang tua adalah suatu sikap dari orang tua yang berwujud baik sebelum pemahaman yang di dapat ataupun pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2.1.3 Anak

  Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa yang dipersiapkan untuk dapat menggantikan para pendahulunya. Oleh mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

  Didalam UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 1 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang ada di dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Kesejahteran Anak di dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang berusia 21 tahun atau yang belum menikah.

  Anak adalah manusia yang masih kecil, dan bukan pula orang yang disebut dewasa. Didalam kehidupannya anak patut memiliki kesejahteraan yaitu suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan kehidupan secara wajar, baik secara jasmani maupun secara rohani dan sosial. Anak merupakan harapan bangsa dan orang tua akan selalu berusaha agar anak mereka menjadi apa yang diinginkan dengan memberikan selurunya yang ada pada orang tua, yang akan diberikan kepada anaknya.

  Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menujukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. Menurut the Minimum Age Convention nomor 138 (1973), pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on the rights of the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah.

  Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun (Huraerah, 2012: 31).

  Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa anak adalah anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dan menurut Undang-undang Perlindungan Anak, hak-hak anak adalah sebagai berikut: a.

  Berhak mendapatkan hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat b.

  Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan c. Berhak memproleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spritual, dan sosial.

  d.

  Berhak memproleh pendidikan e. Berhak menyatakan pendapatnya informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

  f.

  Berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berrekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

  g.

  Berhak memproleh perlindungan dari sasaran penganiyaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukum yang tidak manusiawi.

2.1.4 Anak Binaan

  Anak binaan yaitu anak yang diberi biaya pendidikan oleh seseorang dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya. Anak binaan yang dimaksud disini yaitu anak yang telah mencapai umur 5 tahun sampai usia 18 tahun dan belum pernah kawin yang berdasarkan keputusan pengadilan diserahkan pada Negara yang dididik di Kids Club dari Yayasan Fondasi Hidup Indonesia.

1. Macam pembinaan a.

  Pembinaan penyuluhan jasmani b. Pembinaan penyuluhan kesehatan c. Pembinaan dalam bidang pendidikan dan integrasi 2. Tujuan dan kejelasan pola pembinaan 3. Manfaat pola pembinaan 4. Pelaksanaannya 5. Sumber-sumber yang digunakan.

  Berdasarkan pembahasan mengenai anak binaan tersebut maka, keterkaitan respon orang tua dengan anak binaan yaitu sikap ataupun tingkah laku dari orang tua terhadap anak yang diberi biaya pendidikan ataupun bantuan dari seseorang maupun lembaga guna memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosial anak.

2.2 Program Kids Club

2.2.1 Pengertian Program

  Pengertian program, ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum, “program” dapat diartikan sebagai ”rencana”. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum menentukan program apapun. Pengertian umum lainnya tentang definisi “program” adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan. Berdasarkan pengertian itu maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan tidak hanya satu kali tetapi berkesinambungan.

  Sedangkan secara khususnya, apanila “program” ini langsung dikaitkan dengan evaluasi maka proram didefenisisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:

  1. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan 2.

  Terjadi dalam waktu yang relatif lama-bukan kegiatan tunggal tetapi jamakberkesinambungan.

  3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang (Gde Ida Slamet Satriya, 2010, Evaluasi Program Pendidikan). Secara umum berarti program merupakan “rencana” sedangkan secara khusus program biasanya akan dikaitakan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

  1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

  2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

  3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

  4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

  5. Strategi pelaksanaan Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan. Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

  1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.

  2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

  3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

  Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,1996:295).

  Program didefensikan sebagai instrument kebijakan yang berisi kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran dan/atau kegiatan masyarakat yang di koordinasikan. Program terbagi dalam dua jenis, yaitu: 1.

  Program Teknis, merupakan program–program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal)

  2. Program Generik, merupakan program–program yang digunakan oleh beberapa unit Eselon IA yang memiliki kharakteristik sejenis untuk mendukung pelayanan aparatu dan/atau administrasi pemerintah (Pelayanan Internal) (Kementerian PPN/BAPPENAS, 2015).

  Program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang diimplementasikani dalam suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang untuk pengambilan keputusan. Program bertujuan untuk mencapaian tujuan dari yang dicapai. Selanjutnya, hasil program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Didalam melanjutkan program diperlukan pengambilan keputusan untuk melanjutkan program yang telah dilaksanakan.

  Dalam program, diperlukan standar mutu program agar diketahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan. Dalam program, pelaksana (evaluator) harus mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) harus mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil. Dalam kegiatan program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu program tersebut.

  Dalam membuat program kriteria harus menempatkan orang-orang yang memiliki kompetensi, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Orang tersebut dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangan eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program). Model program merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar Program.Dalam menjalankan program, perlu dipertimbangkan model program yang akan dibuat. Biasanya model program ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan di akses pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 14.39 WIB).

  Program dilakukan untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan pemerataan dan perluasan pendirian lembaga pendidikan dimulai dari pendidikan anak usia dini disetiap pedukuhan desa untuk usia 3-4 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan periode awal yang sangat penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan dan perkembangan manusia. Secara resmi pemerintah telah mengesahkan dan memberlakukan program kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak. Sementara itu Pendidikan Anak Usia Dini dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005. Secara lebih operasional arah kebijakan pemerintah di bidang PAUD dijabarkan lagi dalam Renstra Depdiknas tahun 2005-2009 yang pada prinsipnya mencakup perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik di akses pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 14.39 WIB).

2.2.2 Pengertian Kids Club

  Sebelumnya latar belakang berdirinya Program Kids Club yaitu karena program FH adalah program transformasi masyarakat yang berfokus kepada kesejahteraan anak atau sering kami sebut dengan Child Focused Community

  Transformation (CFCT). Orang-orang yang bertanggung jawab untuk kesejahteraan anak-anak adalah pemerintah, keluarga, pemimpin di masyarakat.

  FH memulai program CFCT ini disemua komunitas dimulai dengan program anak yaitu kegiatan Kids Club. Hal ini bukanlah menjadi sebuah keharusan yang harus diwajibkan kepada FH ketika memulai program disebuah komunitas. Namun berdasarkan hasil pre-assessment yang dilakukan oleh FH dimasing-masing komunitas kondisi pendidikan menjadi salah satu kebutuhan yang diperlukan oleh

  Hasil pre-assessment yang ditemukan, yaitu masih tingginya angka melek huruf dibeberapa komunitas, banyak anak-anak yg malas bersekolah dengan alasan guru-guru mereka sering absen, beberapa anak yang disuruh orang tua untuk bekerja dimasa-masa panen, dibeberapa komunitas kebiasaan masyarakat ketika ada pesta sukacita disalah satu anggota masyarakat anak-anak sangat senang ikut dalam pesta tersebut karena mereka bisa menyaksikan orang-orang yang beryanyi dan menari,selain itu kita juga melihat banyak anak-anak yang tidak memiliki kegiatan positif setelah pulang sekolah.

  Sementara FH melakukan kegiatan bersama-sama dengan anak-anak FH juga melanjutkan assessment mengenai kondisi masyarakat yang lebih mendalam lagi. Sebagai dasar untuk memutuskan program-program yang akan kami lakukan dimasyarakat.Kids Club adalah kelompok bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yg di sesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Kegiatan yang dijalankan meliputi tutorial tentang pelajaran di sekolah berdasarkan kelasnya maupun kegiatan soccer club.

  a. Definisi Program Kids Club dari FH Kids Club adalah kelompok bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yg di sesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Kegiatan yang dijalankan meliputi tutorial tentang pelajaran di sekolah berdasarkan kelasnya maupun kegiatan soccer club.

  b. Kegiatan yang Ada di Kids Club Kegiatan kids club bagi anak usia 5 – 8 tahun difokuskan kepada kemampuan membaca dan berhitung. Oleh karena itu materi pada kurikulum mereka adalah membaca dan menulis. Pada awalnya FH mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris kepada anak yang duduk dikelas 1, 2, dan 3 Sekola Dasar (SD).

  Tetapi setelah program kids club dijalani selama 2 tahun menimbulkan masalah, yaitu anak-anak yang mengikuti program kids club belum bisa membaca dan menulis. Bahkan di kelas 3 Sekolah Dasar (SD) masih terdapat beberapa anak yang belum bisa membaca. Di beberapa daerah bahkan terdapat beberapa anak belum bisa membaca walaupun sudah duduk di kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar (SD).

  Kegiatan keterampilan dimulai dari usia 5 – 15 tahun dengan tujuan agar anak-anak tidak bosan dengan kegiatan belajar yang rutin dilakukan. Keterampilan membuat sabun cair dan belajar Bahasa Inggris diajarkan pada anak kelas 6 Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diajarkan juga beberapa pengetahuan tambahan tentang kesahatan, yaitu reproduksi dan narkoba.

  Di beberapa komunitas tingkat pergaulan bebas dan penggunaan narkoba cukup tinggi. Misalkan di Dusun 1 Jaring Halus, FH pernah melakukan penyuluhan tentang reproduksi dan penyuluhan narkoba. Kemudian di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu juga dilakukan penyuluhan yang sama pada anak kelas 6 Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anak-anak yang menghadiri penyuluhan tersebut diarahkan untuk menjadi pengajar sesama. Sebagai tahap awal, FH melakukan diskusi ke sekolah untuk menjalankan program pendidik sebaya terkait reproduksi dan bahaya narkoba. Jika pihak sekolah setuju kegiatan tersebut akan dilanjutkan.

  Anak yang menjadi peserta dan mengikuti penyuluhan tentang reproduksi dan bahaya narkoba diarahkan untuk menjadi untuk fasilitator sebaya pada teman sekolahnya guna memahami reproduksi dan bahaya narkoba. Peserta tersebut di latih di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) di salah satu sekolah yang nantinya mereka akan menjadi pendidik sebaya. Harapan lanjutan dari kegiatan ini, jika masuk tahun ajaran baru mereka yang telah memperoleh penyuluhan dapat melatih anak yang baru masuk. Karena jika dilakukan oleh teman sebaya maka pesan yang ditimbulkan akan lebih kuat. Program ini akan dievaluasi di tahun selanjutnya.

  Bentuk lain kegiatan Kids Club berupa Soccer Club yang dimulai pada anak kelas 5 Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kegiatan Soccer Club dibuat karena minat anak yang tinggi dalam bermain bola sehingga dapat menarik perhatian anak terhadap program yang dijalankan FH. Didalam kegiatan ini diajarkan skill bermain bola dan bermain sportif.

  Disamping itu diajarkan juga tentang kesehatan seperti tidak merokok. Kegiatan Soccer Club kurang berjalan dengan baik karena sedikitnya orang lokal yang peduli pada kegiatan Soccer Club. Kurangnya kepedulian orang lokal karena pengajar tidak memperoleh upah dari kegiatan tersebut. Kegiatan masih berjalan tetapi kurang efektif karena tidak ada orang yang menolong secara suka rela.

  Kegiatan Kids Club dilakukan selama satu kali dalam seminggu di setiap desa terkecuali di Desa Baru yang kegiatannya dilakukan dua kali dalam seminggu. Didalam Kids Club juga terdapat Kelas Baca untuk anak kelas 3 – 6 Sekolah Dasar (SD) yang belum bisa membaca dan menulis.

  Semua hal yang ada di Kids Club merupakan kegiatan belajar. Baik dari segi membaca, menulis, keterampilan, serta belajar kesehatan. Dalam kegiatan belajar, ada beberap faktor yang terkait agar kegiatan individu benar-benar merupakan kegiatan belajar. Morgan (1961) memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi bahwa belajar, yang merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaiti asosiasi, motivasi, variabilitas, dan kebiasaan (Morgan dalam Mulyati, 2005:3). Sedikit uraian mengenai faktor-faktor tersebut adalah: a.

  Asosiasi : Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di dalam otak, antara satu hal dengan lainnya.

  b.

  Motivasi : Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal.

  c.

  Variabilitas : Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yan dapat dilakukan untuk memacahkan suatu masalah, tergantung pada stimulius belajar.

  d.

  Kebiasan : Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi berbeda dan memerlukan pertimbangan. c. Lokasi Program Kids Club Lokasi-lokasi Kids Club terdapat di beberapa daerah Sumatera Utara, diantaranya di daerah Deli Serdang meliputi Desa Baru, Namo Serit, Bintang

  Meriah, dan Gunung Rintih. Di Gunung Rintih terdapat 3 kelompok belajar karena terdapat 3 dusun di daerah tersebut. Di Dusun 1 Kids Club dilakukan di sekolah negeri Dusun 1, sementara Dusun 5 - 9 juga dilakukan di sekolah yang lokasinya berada di dusun 7. Untuk dusun 2 kids club dilakukan di rumah masyarakat yang disewa oleh FH.

  Di daerah Langkat meliputi Jaring Halus, Sendayan dengan nama Dusun Securai Selatan, dan Teluk Meuku di Desa Palu Sipat yang kegiatan Kids Club dilakukan di sekolah. Desa Palu Sipat tergolong cukup besar karena terdiri dari 55 Kepala Keluarga.

  d. Lamanya Kids Club Berdiri di Setiap Daerah Dampingan FH Program Kids Club sudah dimulai sejak tahun 2012 kecuali di Gunung Rintih yang dimulai pada tahun 2013 di bulan 9.

  e. Struktur dan Pembagian Tugas dalam Program Kids Club Struktur dan pembagian tugas dalam Kids Club terbagi ke dalam beberapa tugas, diantaranya Supervisi yang merupakan pengontrol lapangan di masing- masing desa yang biasa disebut dengan Community Development Fasilitator (CDF), sementara yang mengajar adalah relawan lokal yang disebut Community Local Staff (CLS).

  f. Jumlah Anak di Setiap Kids Club di Beberapa Daerah Dampingan FH Kegiatan ini tidak dibuat di semua komunitas melainkan beberapa daerah yang paling rendah persentase bacanya, diantaranya Jaring Halus, Sendayan, dan

  Teluk Meuku. Partisipasi kehadiran dalam seminggu untuk Program kids club diantaranya Jaring Halus dengan tingkat kehadiran 165 anak/ minggu; Di anak/ minggu; Gunung Rintih 250 anak/ minggu; dan Desa Baru 70 anak/ minggu. Jenjang pendidikan yang diajarkan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), tetapi biasanya ada bebarapa anak kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bergabung.

  g. Materi yang di Ajarkan di Kids Club FH melakukan perbaikan kurikulum setelah menemukan masalah pada pelajaran di program Kids Club. Pada anak yang duduk di Kelas 3 diberi materi kesehatan. Materi kesehatan lebih kepada pembelajaran teori dan praktek seperti cara menyikat gigi yang benar, dan juga mengajarkan cuci tangan sebelum makan.

  Pada anak kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar (SD) fokus belajar tidak hanya membaca, tetapi terdapat belajar berhitung. Juga diajarkan materi tentang kesehatan tentang kebersihan seperti memotong kuku minimal seminggu sekali, keramas yang baik, dan mandi yang baik. Juga diajarkan pertolongan pertama ketika mereka merasakan demam. Pengajaran lain yang diajarkan berupa

  

livelihood , yang mengajarkan anak-anak tentang menabung, membuat kotak

  tabungan dari barang bekas atau kaleng susu. Bahan-bahan yang digunakan untuk di ambil dari barang yang bisa di daur ulang.

2.3 Kesejahteraan Anak

  Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekwen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin.

  Beberapa hal yang perlu diketahui dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak adalah dari segi batas usia anak menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa: “ Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin”. Menurut undang-undang ini, batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial,

  

tahap kematangan pribadi dan tahap kematangan mental. Pada usia 21 tahun

  anak sudah dianggap mempunyai kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental (Waluyadi, 2009: 5).

  Di dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak juga di jelaskan mengenai hak-hak anak yaitu dalam pasal 3 Undang- Undang Nomor 4 tahun 1979, juga disebutkan hak-hak anak sebagai berikut:

  a)

  Pasal 3 UU No. 4 Tahun 1979 Seorang anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan berdasarkan kasih sayang, pelayanan untuk berkembng, pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan atau setelah dilahirkan, perlindungan lingkungan hidup yang menghambat perkembangan.

  b)

  Pasal 4 UU No. 4 Tahun 1979 Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memproleh asuhan negara atau orang atau badan.

  c)

  Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1979 Anak yang tidak mampu berhak memproleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar.

  d)

  Pasal 6 UU No. 4 Tahun 1979 Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan (Waluyadi, 2009: 6).

2.4 Kerangka Pemikiran

  Program Kids Club merupakan kelompok bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.Agar anak dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam belajar untukkeberlangsungan hidup di masa dengan pendidikan di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

  Yayasan Fondasi Hidup Indonesia membuat sebuah program yang di beri nama Program Kids Club yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan anak. Program ini dilaksanakan oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesiadan dibantu oleh CDF dan CLS di masing-masing daerah. Didalam menjalankan program Kids Club mengembangkan kemampuan dasar anak, diperlukan adanya peran orang tua dari anak yang ikut dalam kegiatan Kids Club. Setelah program Kids Club berjalan, maka akan menimbulkan respon dari orangtua. Respon tersebut dapat dilihat dari presepsi orang tua terhadap program, sikap orang tua dalam pelaksanaan program serta partisipasi orang tua dalam pelaksanaan program.

  Untuk memperjelas alur pemikiran, penulis membuat bagan yang menggambarkan isi dari pemikiran diatas, yaitu:

  Bagan Alur Pemikiran

PROGRAM KIDS CLUB

  

Orang Tua Anak Binaan

RESPON

PERSEPSI ORANG TUA MENGENAI PROGRAM KIDS CLUB

SIKAP ORANG

TUA TERHADAP

PROGRAM KIDS

CLUB

PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PROGRAM KIDS CLUB

2.5 Definisi Konsep dan Operasional

2.5.1 Definisi Konsep

  Konsep istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan di kaji. Dan konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep konsep yang di jadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep konsep yang di teliti (Siagian, 2011: 136-138).

  Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yarfng dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

  1. Respon : tanggapan, reaksi maupun jawaban.

  2. Orang tua :anggota keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatanperkawinan yang sah.

  3. Anak Binaan : anak yang diberi bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya serta pendidikannya.

  4. Program Kids Club : sebuah program bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku danpengembangan kemampuan dasar yg disesuaikandengan tahap perkembangan anak. Definisi konsep secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan Respon Orang tua Anak Binaan terhadap Program Kids Club oleh Yayasan Fondasi Hidup

  Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah adalah suatu pengamatan tentang tanggapan dari orang tua anak didik terhadap program Kids Club dibidang pendidikan di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Dokumen yang terkait

Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

2 76 108

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin Di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

3 37 118

Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai

0 26 98

Respon Masyarakat Terhadap Program Credit Union Arih Ersada Di Desa Namomirah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 41 102

18-Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Repon - Respon Masyarakat Kecamatan Pahae Julu Terhadap Kehadiran Pt. Sarulla Operation Limited (SOL) di Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Respon - Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara

0 0 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Usia Dewasa 2.1.1 Pengertian Usia Dewasa - Respon Psikososial Usia Dewasa Pasca Erupsi Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Orang Tua 1.1 Pengertian Orang Tua - Pengalaman Orang Tua dalam Memberikan Hukuman Fisik dan Kekerasan Verbal pada Anak Usia Sekolah di Lingkungan III Kelurahan Padang Bulan Selayang II

0 0 21