PENGENDALIAN ARUS INFORMASI DI DUNIA MAY
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
PENGENDALIAN ARUS INFORMASI DI DUNIA MAYA
Adi Wibowo Octavianto
Makalah Tugas Mata Kuliah Kebebasan Arus Informasi
John Perry Barlow’s Declaration of The Freedom of Cyberspace
“Governments of the Industrial World, you weary giants of flesh and steel,
I come from Cyberspace, the new home of the Mind. On behalf of the
future, I ask you of the past to leave us alone. You are not welcome
among us. You have no sovereignty where we gather. … Your legal
concepts of property, expression, identity, movement, and context do not
apply to us. They are all based on matter, and there is no matter here.”
(Perry Barlow 1996). (Bauer, 2005)
Cyberspace menurut David Bell dapat didefinisikan sebagai, “a global network of
computers, linked through communication infrastructures, that facilitate forms of
intercations between remote actors” atau dapat pula didefinisikan sebagai, ”an imagined
space between computers in which people might build new selves and new worlds ” (Bell,
2001). Definisi pertama dari Bell sejalan dengan definisi teknis dari Internet, yaitu; “ a
network of computer networks” (Dominick, 1996).
Seperti halnya John Perry Barlow, banyak orang mengharapkan Internet menjadi lahan
yang bebas, wilayah anarki dimana tidak ada satupun pihak terutama pemerintah yang
dapat memaksakan aturan-aturan.
Pada mulanya semenjak pihak militer Amerika membiarkan jaringan Internet berkembang
ditangan para akademisi dan industri, Internet tampaknya memang seperti wilayah tak
bertuan, sehingga menimbulkan kesan bahwa arus informasi yang berseliweran
didalamnya begitu bebas namun juga meragukan kredibilitasnya. Semua orang dapat
memasukan apa saja dan menjadi siapa saja tanpa dapat diidentifikasikan dengan pasti
oleh orang-orang lain. Sejumlah wacana bahkan menyebutkan dalam Internet inilah
demokrasi sesungguhnya dapat terbentuk.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa asumsi awal tersebut tidak sepenuhnya
benar, karena Internet dapat dikendalikan, lalu lintas data yang ada didalamnya dapat
dilacak, dan orang dapat pula dihambat aksesnya ke dalam jaringan ini. Jika cyberspace
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
1 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
diibaratkan sama seperti dunia barat yang liar di jaman dahulu kala, kini dunia itu kian
teratur dan semakin kehilangan ciri anarkinya.
Sebelum pembahasan mengenai bagaimana lalu lintas informasi melalui Internet dapat
dikendalikan, mari kita samakan terlebih dahulu perspektif yang akan digunakan untuk
memandang Internet.
Internet Dalam Kajian Komunikasi
Posisi dan definisi Internet dalam kajian ilmu komunikasi sampai saat ini masih memancing
perdebatan. Sejauh ini terdapat dua cara pandang terhadap Internet. Pertama Internet
dipandang sebagai sebuah medium tunggal, Internet dianggap merupakan media massa
baru (Morris & Ogan, 1996). Kedua Internet tidak dianggap sebagai medium tungal,
melainkan suatu teknologi yang kompleks, untuk melakukan kajian komunikasi perlu
ditetapkan unit-unit analisis yang lebih spesifik seperti; web, email, atau instant messaging
(December, 1996).
Paper ini menggunakan pendekatan kedua. Internet adalah “network of computer
networks” (Dominick, 1996), jaringan global yang terdiri dari kumpulan jaringan-jaringan
komputer terdesentralisasi dari seluruh penjuru dunia. Bill Gates menyebutnya the
information superhighway. Analogi paling tepat untuk menggambarkan Internet adalah
mengibaratkannya seperti infrastruktur transportasi di dunia nyata yang terdiri dari jalan
raya darat, jalan air/laut, dan jalan udara. Jika infrastruktur transportasi di dunia nyata ini
digunakan sebagai jalur perpindahan obyek-obyek fisik, maka Internet sebagai
infrastruktur transportasi dunia maya digunakan untuk memindahkan obyek-obyek digital
(Negroponte, 1995).
Obyek-obyek digital yang ditransportasikan melalui jalur Internet ini sebagian diantaranya
merupakan aplikasi-aplikasi komunikasi. Aplikasi-aplikasi ini menjadi aplikasi Internet yang
paling sering digunakan, sehingga Internet kemudian mengalami penyempitan makna.
Internet lalu sering diidentikkan dengan aplikasi-aplikasi itu. Aplikasi yang dimaksud
adalah; situs web, email dan instant messaging. Ketiga aplikasi inilah yang layak menjadi
unit analisis dalam kajian media komunikasi.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
2 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Pengendalian dan Pengaturan Internet
Nilai Internet sebagai infrastruktur transportasi data digital pun semakin disadari
signifikansinya oleh kaum kapitalis dan otoritas negara. Internet yang sebelumnya menjadi
wilayah tak bertuan, seperti halnya Amerika di jaman wild wild west, semakin lama
semakin teratur dan tertib. Negara dan Industri di tingkat lokal dan regional mulai
melakukan intervensi dan pengaturan di tingkat lokal. Namun rupanya itu belum cukup, kini
muncul wacana Internasional untuk merancang suatu sistem tata kelola Internet yang
sifatnya Internasional.
Beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina melakukan kebijakan yang sangat ketat
terhadap penggunaan Internet. Cina menjadi contoh negara yang berhasil mengendalikan
lalu lintas informasi melalui Internet secara efektif. Richard Winfield dan Kristen Mendoza
dalam memorandumnya untuk World Press Freedom Commitee mengutip Peter Yu yang
mengatakan pertanyaan “bagaimana Internet dapat mempengaruhi Cina sekarang tidak
relevan lagi, kini pertanyaannya adalah bagaimana Cina mempengaruhi Internet. RRC
memiliki visi tersendiri tentang Internet yang bisa jadi akan menjadi model bagi negaranegara lain.
Cina bukan satu-satunya negara yang menerapkan pengaturan ketat terhadap
penggunaan Internet. Namun Cina menjadi contoh keberhasilan pengendalian secara
terintegrasi. Situs CNN.com menjelaskan secara komprehensif tentang hal tersebut (CNN,
2006).
Cina memiliki banyak lembaga pemerintah yang bertugas menegakkan aturan
pembatasan Internet di negara tersebut. Pembatasan yang dimaksud meliputi antara lain:
Penyaringan dan sensor terhadap konten yang ditransmisikan dalam halaman
web, blogs, forum diskusi, dan email.
Perusahaan-perusahaan barat dihadapkan pada syarat-syarat ketat yang
memaksa mereka melakukan kompromi dengan keinginan pemerintah Cina.
Misalnya: Yahoo dan Google bersedia memodifikasi sistem pencarian khusus
untuk memenuhi kebutuhan sensor oleh pemerintah Cina.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
3 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Internet Service Providers (ISP) atau penyedia jasa internet diwajibkan melacak
siapa saja yang sedang online dan halaman apa saja yang dikunjungi. Identitas
pelanggan, nomer telpon dan IP address harus disimpan. ISP dapat dikenai sanksi
hukum jika ada pelanggan yang menggunakan sistem ISP itu untuk melanggar
hukum.
Penyedia konten secara huku bertanggung jawab terhadap konten yang mereka
tampilkan. Penyedia konten juga wajib menerapkan sistem login yang
memungkinkan identifikasi dan melacak aktivitas online pengakses. Jika hal
tersebut tidak dilakukan, ijin usahanya akan dicabut dan karyawan perusahaannya
dapat ditahan.
Warung Internet atau dalam bahasa lokal disebut wangba, diminta menyimpan
catatan aktivitas online pelanggannya selama 60 hari. Jika pegguna mencoba
akses situs-situs yang dilarang, wangba harus memutuskan koneksi pelanggan
tadi dan mengirimkan laporan kepada lembaga negara. Hukuman terhadap
pelanggaran ini adalah denda dan bahkan dapat di penjara.
Penduduk Cina tidak dapat menggunakan jasa wangba tanpa kartu identitas diri.
Anak-anak dibahawa 16 tahun dilarang masuk wangba, dimana orang sering
bermain permainan yang mengandung kekerasan.
Setiap penduduk Cina yang mendaftar pada jasa layanan internet harus
mendaftarkan diri pada polisi setempat dalam jangka waktu 30 hari. Terdapat
sukarelawan yang dengan bantuan karyawan ISP melakuan pengawasan
terhadap monitor, ruang chat, dan buletin boards untuk mencegah terbitnya katakata yang dilarang. Penduduk sipil dapat melaporkan pelanggaran kepada pihak
berwenang.
Pemerintah Cina melakukan pengawasan terhadap perangkat komunikasi seperti
email. Email disaring oleh penyedia jasa. Teknologi penyaringan yang digunakan
sama dengan teknologi untuk menyaring spam.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
4 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Mesin pencari cina mengawasi konten berdasarkan kata kunci dan menghapus
situs-situs yang mengandung kata-katan terlarang. Mesin pencari bahkan dapat
memutuskan koneksi jika orang meminta konten terlarang melalui mesin pencari
itu. Blog, forum diskusi dan bulletin boards diawasi ketat. Penyedia jasa blog
melakukan sensor secara manual.
URL/Domain name juga menjadi alat kontrol. URL/domain name diblokir jika
mengandung kombinasi kata-kata yang menyerupai daftar topik yang dilarang.
Misalnya URL yang berupa falu atau flg tidak dapat diakses dari Cina, karena kata
Falun Gong dilarang.
IP address juga digunakan sebagai untuk memblokir situs yang tidak diinginkan.
Pemerintah Cina memblokir situs media-media barat dan situs organisasi hak
asazi manusia, juga semua situs yang dianggap membahayakan secara politik
dan sosial.
Dari contoh langkah-langkah pemerintah Cina tersebut kita dapat melihat bahwa
penggunaan Internet dapat dikendalikan baik secara teknologi maupun politik. Cina
menggunakan kedua pendekatan tersebut secara terintegrasi.
Selain untuk menghalangi dan membatasi arus informasi, teknologi juga dapat digunakan
untuk menghindari sensor. Banyak sofware dan teknik hacking yang memungkinkan orang
untuk mengakses Internet dan memasuki komputer pihak tanpa meninggalkan jejak yang
jelas.
Selain Cina, negara-negara lain pun melakukan pengawasan dan pembatasan terhadap
arus informasi melalui Internet. Iran, dan negara-negara timur tengah misalnya melakukan
filter terhadap konten yang bertentangan dengan pandangan politik dan religi.
Dalam kasus tertentu, negara bahkan memutuskan total koneksi Internet untuk
menghentikan arus informasi dari dan ke luar negeri. Ini dilakukan Myanmar ketika
pemerintahnya merasa terganggu oleh arus informasi melalui Internet selama periode
kerusuhan masal beberapa waktu lalu.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
5 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Cina, Iran, Korea Utara dan Myanmar menerapkan intervensi negara untuk mengendalikan
penggunaan Internet oleh warganya. Namun ternyata intervensi juga dilakukan oleh
Amerika Serikat dengan motivasi yang berbeda.
Unit-unit polisi khusus di Amerika
memonitor percakapan di ruang chatting untuk mendeteksi adanya pedofilia (Discovery,
2002). Pemerintahan Bush menerapkan program “Warrantless Wiretapping” pada tahun
2001, program ini mengijinkan lembaga penyidik melakukan penyadapan terhadap email
dan telpon tanpa harus berkonsultasi dengan pengadilan (Washingtonpost, 2007).
Paparan diatas menunjukan bahwa hasrat negara-negara di dunia untuk masuk
melakukan intervensi dan mengawasi penggunaan Internet dan lalu lintas informasi di
dalamnya semakin menguat. Ini terjadi karena negara semakin menyadari peran vital
Internet sebagai infrastruktur telekomunikasi digital. Informasi telah menjadi komoditas
yang memiliki nilai ekonomi dan politik. Karena Informasi berkorelasi dengan pengambilan
keputusan-keputusan, maka penguasaan informasi oleh penguasa atau pemilik modal
menjadi sangat penting dalam upaya mempengaruhi keputusan-keputusan yang terkait
dengan Informasi tersebut (Gandy, 1991). Dalam hal ini Internet merupakan jalur
transportasi strategis bagi data dan informasi digital yang harus dapat dikendalikan.
Pemikiran tadi menjadi landasan bagi munculnya wacana tata kelola Internet secara
internasional (International Internet Governance). Wacana ini telah mulai dibahas dalam
forum World Summit of Information Society pada tahun 2003 dan 2005. Forum ini
diselenggarakan di bawah unit kerja ICT Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Makna internet governance dalam forum tersebut adalah perluasan internet governance
yang tadinya terbatas pada tataran teknis, kemudian akan merambah pula pada kebijakan
konten dan regulasi hukum lintas negara. Amerika dan Eropa menjadi penggerak untuk
mendiskusikan dan merealisasikan wacana ini dengan alasan untuk mengatasi persoalanpersoalan seperti; terorisme dunia maya, kejahatan carding, pornografi anak,
hacking/cracing dan sebagainya.
Kesimpulan
Internet seperti halnya teknologi lain berkembang sesuai kebutuhan manusia. Arah
perkembangan Internet ternyata tidak seperti yang diharapkan oleh Perry Barlow, dimana
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
6 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Internet dibayangkan akan berkembang menjadi dunia tersendiri yang bebas dari
intervensi penguasa-penguasa di dunia nyata. Kenyataannya seiring dengan semakin
besarnya peran Internet dalam kehidupan manusia di dunia nyata, negara pun semakin
menaruh perhatian tinggi dan melibatkan diri dalam pengawasan dan pengunaannya.
Internet seperti halnya aspek lain dalam kehidupan manusia menjadi obyek regulasi bagi
penyelenggara negara. Namun Internet memiliki cakupan yang melintasi batas-batas
negara, karenanya muncul wacana untuk melakukan koodinasi bersama dalam tata kelola
Internet secara internasional.
Konsekuensi dari fenomena ini adalah, lalu lintas informasi melalui Internet diperkirakan
akan semakin teratur dan baku. Situasi tanpa aturan bagi Internet tidak akan pernah ada,
dan demokrasi melalui Internet rasanya akan berkembang sejalan dengan demokrasi di
dunia nyata. Karena Internet/cyberworld dan dunia nyata ternyata berkembang menjadi
dua dunia yang saling terkait dan melengkapi, bukan dua dunia yang sama sekali terpisah.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
7 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Bibliography
Bauer, J. M. (2005, August 31). School of Information. Retrieved
October 25, 2008, from School of Information University of
Michigan: http://web.si.umich.edu/tprc/papers/2005/441/BauerTPRC-2005-fin.pdf
Bell, D. (2001). an Introduction to Cyberculture. London:
Routledge.
CNN. (2006, 03 21). Internet in China Mainland. Retrieved 12 20,
2008, from CNN On Line:
www.cnn.com/interactive/world/0603/explainer.china.internet/fra
meset. exclude.html
December, J. (2006, June 23). Journal of Computer Mediated
Communication. Retrieved September 29, 2008, from
WileyInterscience: http://www3.interscience.wiley.com/cgibin/fulltext/120837675/HTMLSTART
Discovery, C. (Director). (2002). Best Kept Secret of The Internet
[Motion Picture].
Dominick, J. R. (1996). The Dynamic of Mass Communication (5th
Edition ed.). New York, United States of America: McGraw-Hill.
Gandy, O. (1991). Beyond Agenda Setting. In D. Protess, & M.
McCombs, Agenda Setting: Reading on Media, Public Opinion,
and Policy Making (pp. 263-275). -: -.
Negroponte, N. (1995). Being Digital. (Y. Liputo, Ed., & A. Baiquni,
Trans.) Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Mizan.
Ogan, C., & Morris, M. the Internet as Mass Medium. In D.
McQuail, McQuail's Reader in Mass Communication Theory.
London: Sage Publications.
Washingtonpost. (2007, 05 15). Washington Post Onlie. Retrieved
12 22, 2008, from Washington Post Online:
http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2007/05/15/AR2007051500999.html
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
8 of 8
PENGENDALIAN ARUS INFORMASI DI DUNIA MAYA
Adi Wibowo Octavianto
Makalah Tugas Mata Kuliah Kebebasan Arus Informasi
John Perry Barlow’s Declaration of The Freedom of Cyberspace
“Governments of the Industrial World, you weary giants of flesh and steel,
I come from Cyberspace, the new home of the Mind. On behalf of the
future, I ask you of the past to leave us alone. You are not welcome
among us. You have no sovereignty where we gather. … Your legal
concepts of property, expression, identity, movement, and context do not
apply to us. They are all based on matter, and there is no matter here.”
(Perry Barlow 1996). (Bauer, 2005)
Cyberspace menurut David Bell dapat didefinisikan sebagai, “a global network of
computers, linked through communication infrastructures, that facilitate forms of
intercations between remote actors” atau dapat pula didefinisikan sebagai, ”an imagined
space between computers in which people might build new selves and new worlds ” (Bell,
2001). Definisi pertama dari Bell sejalan dengan definisi teknis dari Internet, yaitu; “ a
network of computer networks” (Dominick, 1996).
Seperti halnya John Perry Barlow, banyak orang mengharapkan Internet menjadi lahan
yang bebas, wilayah anarki dimana tidak ada satupun pihak terutama pemerintah yang
dapat memaksakan aturan-aturan.
Pada mulanya semenjak pihak militer Amerika membiarkan jaringan Internet berkembang
ditangan para akademisi dan industri, Internet tampaknya memang seperti wilayah tak
bertuan, sehingga menimbulkan kesan bahwa arus informasi yang berseliweran
didalamnya begitu bebas namun juga meragukan kredibilitasnya. Semua orang dapat
memasukan apa saja dan menjadi siapa saja tanpa dapat diidentifikasikan dengan pasti
oleh orang-orang lain. Sejumlah wacana bahkan menyebutkan dalam Internet inilah
demokrasi sesungguhnya dapat terbentuk.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa asumsi awal tersebut tidak sepenuhnya
benar, karena Internet dapat dikendalikan, lalu lintas data yang ada didalamnya dapat
dilacak, dan orang dapat pula dihambat aksesnya ke dalam jaringan ini. Jika cyberspace
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
1 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
diibaratkan sama seperti dunia barat yang liar di jaman dahulu kala, kini dunia itu kian
teratur dan semakin kehilangan ciri anarkinya.
Sebelum pembahasan mengenai bagaimana lalu lintas informasi melalui Internet dapat
dikendalikan, mari kita samakan terlebih dahulu perspektif yang akan digunakan untuk
memandang Internet.
Internet Dalam Kajian Komunikasi
Posisi dan definisi Internet dalam kajian ilmu komunikasi sampai saat ini masih memancing
perdebatan. Sejauh ini terdapat dua cara pandang terhadap Internet. Pertama Internet
dipandang sebagai sebuah medium tunggal, Internet dianggap merupakan media massa
baru (Morris & Ogan, 1996). Kedua Internet tidak dianggap sebagai medium tungal,
melainkan suatu teknologi yang kompleks, untuk melakukan kajian komunikasi perlu
ditetapkan unit-unit analisis yang lebih spesifik seperti; web, email, atau instant messaging
(December, 1996).
Paper ini menggunakan pendekatan kedua. Internet adalah “network of computer
networks” (Dominick, 1996), jaringan global yang terdiri dari kumpulan jaringan-jaringan
komputer terdesentralisasi dari seluruh penjuru dunia. Bill Gates menyebutnya the
information superhighway. Analogi paling tepat untuk menggambarkan Internet adalah
mengibaratkannya seperti infrastruktur transportasi di dunia nyata yang terdiri dari jalan
raya darat, jalan air/laut, dan jalan udara. Jika infrastruktur transportasi di dunia nyata ini
digunakan sebagai jalur perpindahan obyek-obyek fisik, maka Internet sebagai
infrastruktur transportasi dunia maya digunakan untuk memindahkan obyek-obyek digital
(Negroponte, 1995).
Obyek-obyek digital yang ditransportasikan melalui jalur Internet ini sebagian diantaranya
merupakan aplikasi-aplikasi komunikasi. Aplikasi-aplikasi ini menjadi aplikasi Internet yang
paling sering digunakan, sehingga Internet kemudian mengalami penyempitan makna.
Internet lalu sering diidentikkan dengan aplikasi-aplikasi itu. Aplikasi yang dimaksud
adalah; situs web, email dan instant messaging. Ketiga aplikasi inilah yang layak menjadi
unit analisis dalam kajian media komunikasi.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
2 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Pengendalian dan Pengaturan Internet
Nilai Internet sebagai infrastruktur transportasi data digital pun semakin disadari
signifikansinya oleh kaum kapitalis dan otoritas negara. Internet yang sebelumnya menjadi
wilayah tak bertuan, seperti halnya Amerika di jaman wild wild west, semakin lama
semakin teratur dan tertib. Negara dan Industri di tingkat lokal dan regional mulai
melakukan intervensi dan pengaturan di tingkat lokal. Namun rupanya itu belum cukup, kini
muncul wacana Internasional untuk merancang suatu sistem tata kelola Internet yang
sifatnya Internasional.
Beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina melakukan kebijakan yang sangat ketat
terhadap penggunaan Internet. Cina menjadi contoh negara yang berhasil mengendalikan
lalu lintas informasi melalui Internet secara efektif. Richard Winfield dan Kristen Mendoza
dalam memorandumnya untuk World Press Freedom Commitee mengutip Peter Yu yang
mengatakan pertanyaan “bagaimana Internet dapat mempengaruhi Cina sekarang tidak
relevan lagi, kini pertanyaannya adalah bagaimana Cina mempengaruhi Internet. RRC
memiliki visi tersendiri tentang Internet yang bisa jadi akan menjadi model bagi negaranegara lain.
Cina bukan satu-satunya negara yang menerapkan pengaturan ketat terhadap
penggunaan Internet. Namun Cina menjadi contoh keberhasilan pengendalian secara
terintegrasi. Situs CNN.com menjelaskan secara komprehensif tentang hal tersebut (CNN,
2006).
Cina memiliki banyak lembaga pemerintah yang bertugas menegakkan aturan
pembatasan Internet di negara tersebut. Pembatasan yang dimaksud meliputi antara lain:
Penyaringan dan sensor terhadap konten yang ditransmisikan dalam halaman
web, blogs, forum diskusi, dan email.
Perusahaan-perusahaan barat dihadapkan pada syarat-syarat ketat yang
memaksa mereka melakukan kompromi dengan keinginan pemerintah Cina.
Misalnya: Yahoo dan Google bersedia memodifikasi sistem pencarian khusus
untuk memenuhi kebutuhan sensor oleh pemerintah Cina.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
3 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Internet Service Providers (ISP) atau penyedia jasa internet diwajibkan melacak
siapa saja yang sedang online dan halaman apa saja yang dikunjungi. Identitas
pelanggan, nomer telpon dan IP address harus disimpan. ISP dapat dikenai sanksi
hukum jika ada pelanggan yang menggunakan sistem ISP itu untuk melanggar
hukum.
Penyedia konten secara huku bertanggung jawab terhadap konten yang mereka
tampilkan. Penyedia konten juga wajib menerapkan sistem login yang
memungkinkan identifikasi dan melacak aktivitas online pengakses. Jika hal
tersebut tidak dilakukan, ijin usahanya akan dicabut dan karyawan perusahaannya
dapat ditahan.
Warung Internet atau dalam bahasa lokal disebut wangba, diminta menyimpan
catatan aktivitas online pelanggannya selama 60 hari. Jika pegguna mencoba
akses situs-situs yang dilarang, wangba harus memutuskan koneksi pelanggan
tadi dan mengirimkan laporan kepada lembaga negara. Hukuman terhadap
pelanggaran ini adalah denda dan bahkan dapat di penjara.
Penduduk Cina tidak dapat menggunakan jasa wangba tanpa kartu identitas diri.
Anak-anak dibahawa 16 tahun dilarang masuk wangba, dimana orang sering
bermain permainan yang mengandung kekerasan.
Setiap penduduk Cina yang mendaftar pada jasa layanan internet harus
mendaftarkan diri pada polisi setempat dalam jangka waktu 30 hari. Terdapat
sukarelawan yang dengan bantuan karyawan ISP melakuan pengawasan
terhadap monitor, ruang chat, dan buletin boards untuk mencegah terbitnya katakata yang dilarang. Penduduk sipil dapat melaporkan pelanggaran kepada pihak
berwenang.
Pemerintah Cina melakukan pengawasan terhadap perangkat komunikasi seperti
email. Email disaring oleh penyedia jasa. Teknologi penyaringan yang digunakan
sama dengan teknologi untuk menyaring spam.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
4 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Mesin pencari cina mengawasi konten berdasarkan kata kunci dan menghapus
situs-situs yang mengandung kata-katan terlarang. Mesin pencari bahkan dapat
memutuskan koneksi jika orang meminta konten terlarang melalui mesin pencari
itu. Blog, forum diskusi dan bulletin boards diawasi ketat. Penyedia jasa blog
melakukan sensor secara manual.
URL/Domain name juga menjadi alat kontrol. URL/domain name diblokir jika
mengandung kombinasi kata-kata yang menyerupai daftar topik yang dilarang.
Misalnya URL yang berupa falu atau flg tidak dapat diakses dari Cina, karena kata
Falun Gong dilarang.
IP address juga digunakan sebagai untuk memblokir situs yang tidak diinginkan.
Pemerintah Cina memblokir situs media-media barat dan situs organisasi hak
asazi manusia, juga semua situs yang dianggap membahayakan secara politik
dan sosial.
Dari contoh langkah-langkah pemerintah Cina tersebut kita dapat melihat bahwa
penggunaan Internet dapat dikendalikan baik secara teknologi maupun politik. Cina
menggunakan kedua pendekatan tersebut secara terintegrasi.
Selain untuk menghalangi dan membatasi arus informasi, teknologi juga dapat digunakan
untuk menghindari sensor. Banyak sofware dan teknik hacking yang memungkinkan orang
untuk mengakses Internet dan memasuki komputer pihak tanpa meninggalkan jejak yang
jelas.
Selain Cina, negara-negara lain pun melakukan pengawasan dan pembatasan terhadap
arus informasi melalui Internet. Iran, dan negara-negara timur tengah misalnya melakukan
filter terhadap konten yang bertentangan dengan pandangan politik dan religi.
Dalam kasus tertentu, negara bahkan memutuskan total koneksi Internet untuk
menghentikan arus informasi dari dan ke luar negeri. Ini dilakukan Myanmar ketika
pemerintahnya merasa terganggu oleh arus informasi melalui Internet selama periode
kerusuhan masal beberapa waktu lalu.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
5 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Cina, Iran, Korea Utara dan Myanmar menerapkan intervensi negara untuk mengendalikan
penggunaan Internet oleh warganya. Namun ternyata intervensi juga dilakukan oleh
Amerika Serikat dengan motivasi yang berbeda.
Unit-unit polisi khusus di Amerika
memonitor percakapan di ruang chatting untuk mendeteksi adanya pedofilia (Discovery,
2002). Pemerintahan Bush menerapkan program “Warrantless Wiretapping” pada tahun
2001, program ini mengijinkan lembaga penyidik melakukan penyadapan terhadap email
dan telpon tanpa harus berkonsultasi dengan pengadilan (Washingtonpost, 2007).
Paparan diatas menunjukan bahwa hasrat negara-negara di dunia untuk masuk
melakukan intervensi dan mengawasi penggunaan Internet dan lalu lintas informasi di
dalamnya semakin menguat. Ini terjadi karena negara semakin menyadari peran vital
Internet sebagai infrastruktur telekomunikasi digital. Informasi telah menjadi komoditas
yang memiliki nilai ekonomi dan politik. Karena Informasi berkorelasi dengan pengambilan
keputusan-keputusan, maka penguasaan informasi oleh penguasa atau pemilik modal
menjadi sangat penting dalam upaya mempengaruhi keputusan-keputusan yang terkait
dengan Informasi tersebut (Gandy, 1991). Dalam hal ini Internet merupakan jalur
transportasi strategis bagi data dan informasi digital yang harus dapat dikendalikan.
Pemikiran tadi menjadi landasan bagi munculnya wacana tata kelola Internet secara
internasional (International Internet Governance). Wacana ini telah mulai dibahas dalam
forum World Summit of Information Society pada tahun 2003 dan 2005. Forum ini
diselenggarakan di bawah unit kerja ICT Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Makna internet governance dalam forum tersebut adalah perluasan internet governance
yang tadinya terbatas pada tataran teknis, kemudian akan merambah pula pada kebijakan
konten dan regulasi hukum lintas negara. Amerika dan Eropa menjadi penggerak untuk
mendiskusikan dan merealisasikan wacana ini dengan alasan untuk mengatasi persoalanpersoalan seperti; terorisme dunia maya, kejahatan carding, pornografi anak,
hacking/cracing dan sebagainya.
Kesimpulan
Internet seperti halnya teknologi lain berkembang sesuai kebutuhan manusia. Arah
perkembangan Internet ternyata tidak seperti yang diharapkan oleh Perry Barlow, dimana
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
6 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Internet dibayangkan akan berkembang menjadi dunia tersendiri yang bebas dari
intervensi penguasa-penguasa di dunia nyata. Kenyataannya seiring dengan semakin
besarnya peran Internet dalam kehidupan manusia di dunia nyata, negara pun semakin
menaruh perhatian tinggi dan melibatkan diri dalam pengawasan dan pengunaannya.
Internet seperti halnya aspek lain dalam kehidupan manusia menjadi obyek regulasi bagi
penyelenggara negara. Namun Internet memiliki cakupan yang melintasi batas-batas
negara, karenanya muncul wacana untuk melakukan koodinasi bersama dalam tata kelola
Internet secara internasional.
Konsekuensi dari fenomena ini adalah, lalu lintas informasi melalui Internet diperkirakan
akan semakin teratur dan baku. Situasi tanpa aturan bagi Internet tidak akan pernah ada,
dan demokrasi melalui Internet rasanya akan berkembang sejalan dengan demokrasi di
dunia nyata. Karena Internet/cyberworld dan dunia nyata ternyata berkembang menjadi
dua dunia yang saling terkait dan melengkapi, bukan dua dunia yang sama sekali terpisah.
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
7 of 8
Adi Wibowo Octavianto - 0806439171
Bibliography
Bauer, J. M. (2005, August 31). School of Information. Retrieved
October 25, 2008, from School of Information University of
Michigan: http://web.si.umich.edu/tprc/papers/2005/441/BauerTPRC-2005-fin.pdf
Bell, D. (2001). an Introduction to Cyberculture. London:
Routledge.
CNN. (2006, 03 21). Internet in China Mainland. Retrieved 12 20,
2008, from CNN On Line:
www.cnn.com/interactive/world/0603/explainer.china.internet/fra
meset. exclude.html
December, J. (2006, June 23). Journal of Computer Mediated
Communication. Retrieved September 29, 2008, from
WileyInterscience: http://www3.interscience.wiley.com/cgibin/fulltext/120837675/HTMLSTART
Discovery, C. (Director). (2002). Best Kept Secret of The Internet
[Motion Picture].
Dominick, J. R. (1996). The Dynamic of Mass Communication (5th
Edition ed.). New York, United States of America: McGraw-Hill.
Gandy, O. (1991). Beyond Agenda Setting. In D. Protess, & M.
McCombs, Agenda Setting: Reading on Media, Public Opinion,
and Policy Making (pp. 263-275). -: -.
Negroponte, N. (1995). Being Digital. (Y. Liputo, Ed., & A. Baiquni,
Trans.) Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Mizan.
Ogan, C., & Morris, M. the Internet as Mass Medium. In D.
McQuail, McQuail's Reader in Mass Communication Theory.
London: Sage Publications.
Washingtonpost. (2007, 05 15). Washington Post Onlie. Retrieved
12 22, 2008, from Washington Post Online:
http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2007/05/15/AR2007051500999.html
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2008
8 of 8