DESAIN BESAR Pertanian Perkotaan DKI Jak

DESAIN BESAR PERTANIAN PERKOTAAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2018 – 2030

DEPUTI GUBERNUR DKI JAKARTA BIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP

I Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

DESAIN BESAR PERTANIAN PERKOTAAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2018 – 2030

Disusun oleh: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Dengan dukungan dari:

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 II

III Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

KATA PENGANTAR

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah bertekat untuk mencapai Kota Berketahanan untuk mengatasi berbagai masalah di Jakarta, seperti polusi udara dan cuaca panas, banjir, pengelolaan sampah, kualitas air permukaan, tidak stabilnya harga pangan, dan semakin berkurangnya lahan produktif. Masalah yang kompleks tersebut tidak bisa hanya diselesaikan sendiri oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melainkan diperlukan kerjasama dengan Pemerintah Nasional, Pemerintah Daerah sekitar Jakarta, dan juga kerjasama dengan berbagai pihak termasuk badan usaha, LSM, kelompok masyarakat, sekolah, dan perguruan tinggi.

Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah di Jakarta tersebut, bersama-sama dengan berbagai pihak (pemerintah nasional, badan usaha, LSM, perguruan tinggi, dan kelompok masyarakat), pemerintah provinsi DKI Jakarta menyusun Desain Besar Pertanian Perkotaan Tahun 2018 - 2030. Desain besar ini diharapkan bisa berkontribusi untuk menyelesaikan masalah polusi udara dan cuaca panas, harga bahan pangan yang tidak stabil, ancaman banjir, dan kurangnya tutupan hijau. Untuk itu, keberhasilan pelaksanaan Desain ini tergantung pada kerjasama berbagai pihak untuk saling bersinergi.

Desain Besar Pertanian Perkotaan merupakan bagian dari perencanaan Jakarta Kota Berketahanan. Desain ini akan disinkronkan dengan desain-desain lain yang terkait, seperti desain pengelolaan sampah, bangunan hijau, ketahanan pangan, dan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. Sekretariat Jakarta Berketahanan akan membangun sinergi rencana-rencana tematik untuk bersama-sama berkontribusi dalam pencapaian masyarakat yang sejahtera dan berketahanan terhadap berbagai masalah yang dihadapi Jakarta.

Terwujudnya Desain Besar Pertanian Perkotaan ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Mewakili Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kami menyampaikan terima kasih kepada Yayasan KARINA, Platform MURIA, CARE International Indonesia, dan Partners for Resilience Indonesia yang secara aktif memfasilitasi proses penyusunan Desain ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Pusat, LSM, badan usaha, dan perguruan tinggi yang telah terlibat dalam proses penyusunan Desain. Semoga, kita bersama-sama bisa melaksanakan Desain Besar Pertanian Perkotaan Tahun 2018 - 2030.

Jakarta, 17 November 2017 Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 IV

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR IV DAFTAR ISI

V DAFTAR TABEL

1 DAFTAR GAMBAR

2 DAFTAR SINGKATAN

3 DAFTAR ISTILAH

12 I.1. Latar Belakang

12 I.2. Pengertian

14 I.3. Tujuan Penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan

15 I.4. Ruang Lingkup

15 I.5. Posisi Desain Besar Pertanian Perkotaan

15 I.6. Proses Penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan

17 BAB II

20 KONDISI PERTANIAN DI DKI JAKARTA

20 II.1. Pertanian dalam RPJPD DKI Jakarta Tahun 2005 – 2025

20 II.2. Pertanian dalam RPJMD DKI Jakarta Tahun 2018 – 2022

21 II.3. Kondisi Terkini Pertanian di DKI Jakarta

22 II.4. Inisiatif Yang Sudah Dilakukan

25 II.5. Isu Strategis Pertanian DKI Jakarta

31 BAB III

32 TUJUAN, SASARAN, DAN TARGET

32 III.1. Tujuan Pertanian Perkotaan

32 III.2. Sasaran Ruang Pertanian Perkotaan

32 III.3. Target Pertanian Perkotaan Tahun 2030

33 BAB IV

39 KOMPONEN, HASIL DAN STRATEGI PERTANIAN PERKOTAAN

39 IV.1. Komponen Pertanian Perkotaan

39 IV.2. Hasil dan Strategi Pertanian Perkotaan

V Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

4.2.1. Hasil dan Strategi Kebijakan dan Regulasi

4.2.2. Pelaksanaan Pertanian Perkotaan

4.2.3. Lingkungan Hidup

45 BAB V

4.2.4. Monitoring dan Evaluasi serta Pengelolaan Pengetahuan

46 RENCANA AKSI PERTANIAN PERKOTAAN

V.1. Rencana Aksi Kebijakan dan Regulasi

V.2. Rencana Aksi Pelaksanaan Pertanian Perkotaan

V.3. Rencana Aksi Lingkungan Hidup

61 BAB VI

V.4. Rencana Aksi Monitoring dan Evaluasi serta Pengelolaan Pengetahuan

64 MEKANISME KOORDINASI

VI.1. Mekanisme Koordinasi

64 DAFTAR PUSTAKA

VI.2. Laporan Tahunan

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 VI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Program terkait dengan Pertanian Kota di DKI Jakarta Tahun 2013 – 2017 Tabel 2.2. Para Pelaku yang bekerja di Pertanian Perkotaan dan Lokasinya Tabel 3.1. Target Sasaran Ruang Pertanian Perkotaan Tahun 2030 Tabel 3.2. Target Produksi Komoditas Pertanian Perkotaan Tahun 2030 Tabel 3.3. Jenis komoditas / produk di Kota/Kabupaten Tabel 4.1. Hasil dan Strategi Komponen Kebijakan dan Regulasi Tabel 4.2. Hasil dan Strategi Sub-Komponen Budidaya dan Pengolahan Pertanian Tabel 4.3. Hasil dan Strategi Sub-Komponen Pemasaran Produk Tabel 4.4. Hasil dan Strategi Sub-Komponen Peningkatan Kapasitas Tabel 4.5. Hasil dan Strategi Sub-Komponen Kerjasama Multi-pihak Tabel 4.6. Hasil dan Strategi Komponen Lingkungan Hidup Tabel 4.7. Hasil dan Strategi Komponen Monitoring dan Evaluasi serta Pengelolaan

Pengetahuan Tabel 5.1. Rencana Aksi Komponen Kebijakan dan Regulasi Tabel 5.2. Rencana Aksi Komponen Pelaksanaan Pertanian Perkotaan Tabel 5.3. Rencana Aksi Komponen Lingkungan Hidup Tabel 5.4. Rencana Aksi Komponen Monitoring dan Evaluasi serta Pengelolaan Pengetahuan

1 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Posisi Desain Pertanian Perkotaan dengan Desain lainnya dalam Kerangka Jakarta Berketahanan Gambar 1.2. Posisi Desain Besar Pertanian Perkotaan dalam Rencana Pembangunan di Provinsi DKI Jakarta Gambar 1.3. Proses penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan DKI Jakarta Gambar 2.1. Luas lahan sawah padi di DKI Jakarta Gambar 2.2. Produksi Padi (ton) di DKI Jakarta Tahun 2010 – 2015 Gambar 2.3. Produksi sayuran (kwintal) di DKI Jakarta Tahun 2009 – 2015 Gambar 2.4. Produksi ikan budidaya kolam DKI Jakarta Gambar 2.5. Gang Hijau, Kec. Menteng, Jakarta Pusat Gambar 2.6. RPTRA Kenangan, Kec. Gambir, Jakarta Pusat Gambar 2.7. Peta pelaku dan kegiatan pertanian perkotaan DKI Jakarta Gambar 3.1. Urutan Langkah Pelaksanaan Pertanian Perkotaan DKI Jakarta Gambar 4.1. Komponen Pertanian Perkotaan DKI Jakarta

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 2

DAFTAR SINGKATAN

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah B–B

Business – Business Biro TAPEM

Biro Tata Pemerintahan BNI

Bank Negara Indonesia BNPB

Badan Nasional Penanggulangan Bencana BPAD

Badan Pengelola Aset Daerah BPBD

Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPKD

Badan Pengelola Keuangan Daerah BPS

Badan Pusat Statistik BPTP

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BRI

Bank Rakyat Indonesia BUMD Badan Usaha Milik Daerah CSR

Corporate Social Responsibility DCTRP

Dinas Ciptakarya, Tata Ruang, dan Pertanahan

Dinas Koperasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan UMKM Disdik

Dinas Pendidikan Diskominfotik Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik DKPKP Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DLH

Dinas Lingkungan Hidup DPGP

Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DPPAPP

Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk

DPRKP Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DSDA

Dinas Sumber Daya Air BSK

Bina Swadaya Konsultan FAO

Food and Agriculture Organization Fasum

Fasilitas umum FGD

Focus Group Discussion G–B

Government – Business G–G

Government – Government GAP

Good Agriculture Practice GHP

Good Handling Practice GMP

Good Manufacturing Practice SUDIN KPKP

Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian HOT

Humanitarian OpenStreetMap Team IPB

Institut Pertanian Bogor KIE

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi KJA

Keramba jaring apung KKN

Kuliah kerja nyata KPI

Koalisi Perempuan Indonesia

3 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

LSM Lembaga swadaya masyarakat Monev

Monitoring dan evaluasi MURIA

Marunda Urban Resilient In Action OPD

Organisasi Perangkat Daerah PAM JAYA

Perusahaan Air Minum JAYA PDAM

Perusahan daerah air minum PDRB

Produk Domestik Regional Bruto PEKKA

Perempuan Kepala Keluarga PIRT

Produksi pangan industri rumah tangga PMI

Palang Merah Indonesia PNS

Pegawai Negeri Sipil Proklim

Progran Kampung Iklim RDTR

Rencana Detail Tata Ruang Renja

Rencana kerja Renstra

Rencana strategis RKPD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPJMD

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJPD

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPTRA

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RTH

Ruang Terbuka Hijau RTRW

Rencana Tata Ruang dan Wilayah SMK

Sekolah Menengah Kejuruan SUSENAS

Survei Sosial Ekonomi Nasional TRLH

Tata Ruang dan Lingkungan Hidup UNDP

The United Nations Development Programme

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 4

DAFTAR ISTILAH

Air limbah Air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh manusia. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan di saluran air kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah atau septic tank

Air tanah Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.

Aquaponik Sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang.

Bangunan hijau Juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan berkelanjutan, mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan.

Demo plot Suatu metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan. Demplot bisa berupa Inovasi teknologi budidaya, VUB (Varietas Unggul Baru), Pemupukan dan lain-lain, disesuaikan dengan demografi wilayah tersebut.

Garis Tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi kemiskinan

untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.

Green House Satu bangunan yang diperbuat daripada kaca atau plastik yang membolehkan penanaman yang terlindung dan terkawal. Haba dari cahaya matahari yang menembusi strukturnya yang lutsinar

5 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 5 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

Hidroponik Budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.

Hortikultura Berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/ colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.

Kelompok Kumpulan orang-orang dengan risiko tinggi ketika menghadapi Rentan

bencana atau ketika bertahan hidup setelah bencana usai. Termasuk kelompok rentan diantaranya ialah anak-anak, lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, orang miskin dan lain-lain.

Ketahanan Ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk pangan

mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan. Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan pada masa depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya.

Ketangguhan Berasal dari kata ‘tangguh’ yang berarti kuat dan kokoh. bencana

Dihubungkan dengan bencana maksudnya adalah kokoh dan kuat dalam menghadapi kemungkinan adanya bencana dan ancaman adanya bencana. Kokoh dan kuat ini mengandung

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 6 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 6

Kota Bila kapasitas individu, masyarakat, lembaga, perusahaan dan Berketahanan sistem dalam sebuah kota bisa bertahan, beradaptasi dan tumbuh menghadapi berbagai guncangan dan tekanan apa pun, baik fisik, sosial, maupun ekonomi.

Layanan (jasa ekologi jamak) Setiap proses alami yang menguntungkan ekologi

yang timbul dari ekosistem yang sehat, seperti pemurnian air dan udara, penyerbukan tanaman dan dekomposisi limbah.

Pengurangan Konsep dan praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya Risiko Bencana sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor penyebab bencana. Mengurangi paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan manusia dan properti, manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan, dan meningkatkan kesiapan terhadap dampak bencana merupakan contoh pengurangan risiko bencana.

Pertanian Praktik budidaya, pemrosesan, dan disribusi bahan pangan Perkotaan

di atau sekitar kota. Pertanian perkotaan juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas, pertanian perkotaan mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.

Perubahan Perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara Iklim

statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Istilah ini bisa juga berarti perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata, contohnya, jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau sedikit. Perubahan iklim terbatas hingga regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh wilayah bumi.

Petani maju Pelaku pertanian perkotaan yang telah memiliki pengalaman cukup lama dan mendapatkan hasil dan manfaat langsung secara signifikan dari proses pelaksanaan pertanian perkotaan yang bisa

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 7 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 7

Hijau diperuntukkan untuk penghijauan tanaman. Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 40% dari luas wilayah, selain sebagai sarana lingkungan juga dapat berfungsi untuk perlindungan habitat tertentu atau budidaya pertanian dan juga untuk meningkatkan kualitas atmosfer serta menunjang kelestarian air dan tanah.

Ruang untuk Ruang yang ditersedia di wilayah perkotaan, seperti halaman pertanian

rumah, perkantoran, sekolah, atap rumah, pinggir jalan, pinggir perkotaan

sungai dan lain-lain yang bisa digunakan untuk pelaksanaan pertanian, baik secara vertikal maupun horisontal dengan memanfaatkan berbagai teknologi yang sesuai.

Sampah Sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan organik

terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.

Tanaman obat Tanaman yang berfungsi sebagai obat yang biasanya di tanam di pekarangan atau halaman rumah. Tanaman ini biasanya dimanfaakan oleh orang – orang sebagai obat tradisional.

Tanaman Secara harfiah berarti tanaman kedua. Berdasarkan makna Palawija

dari bahasa Sanskerta, palawija bermakna hasil kedua, dan merupakan tanaman hasil panen kedua di samping padi. Istilah palawija berkembang di antara para petani di Pulau Jawa untuk menyebut jenis tanaman pertanian selain padi, seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan lain-lain.

Tujuan Atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable Pembangunan Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan Berkelanjutan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah

ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi.

Urbanisasi Perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 8 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 8

Vertikultur Suatu teknik bercocok tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakuan secara bertingkat.

Vertiminaponik Kombinasi antara sistem budidaya sayuran berbasis pot/ talang plastik dengan sistem aquaponik.

9 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

RINGKASAN

Provinsi DKI Jakarta akan semakin tergantung dengan pasokan bahan pangan dari wilayah lain seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jumlah penduduk Jakarta yang mencapai lebih dari 10 juta jiwa, kebutuhan pangannya tidak akan mencukupi hanya dengan produksi padi sekitar 6000 ton per tahun. Semenjak tahun 2010, produksi padi terus menurun dan saat ini mencapai penurunan hampir 50%. Dengan semakin cepatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan bangunan komersil lainnya, maka bisa dipastikan bahwa lahan pertanian akan semakin sedikit dan tingkat ketergantungan bahan pangan dari luar Jakarta akan semakin tinggi.

Di sisi lain, selain bahan makanan pokok (beras), produksi pertanian sayuran (kangkung, bayam, sawi) mengalami peningkatan 2000% dari tahun 2009. Hal ini disebabkan perubahan penggunaan lahan sawah yang semula ditanami padi diganti dengan sayuran yang dianggap lebih menguntungkan karena bisa cepat panen (setahun bisa 10 – 12 kali panen). Di samping itu, tingkat produktifitas sayuran per hektar-nya juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa produktifitas hortikultura menjadi salah satu peluang bagi sektor pertanian DKI Jakarta.

Pada sektor peternakan, produksi daging sapi selama 2010 – 2014 mengalami peningkatan lebih dari 300%. Selain diperoleh dari hasil ternak sapi di DKI Jakarta, semakin banyaknya pemotongan hewan yang mendapatkan sapi dari luar Jakarta turut berkontribusi pada peningkatan produksi daging tersebut. Sedangkan pada sektor perikanan, produksi ikan budidaya kolam berfluktuasi dan hanya ada sedikit peningkatan dibandingkan pada tahun 2012.

Akan tetapi, kecenderungan peningkatan produksi pertanian, peternakan, dan perikanan ini mungkin tidak akan bertahan lama, karena konversi lahan pertanian menjadi permukiman dan gedung komersial lainnya semakin cepat. Hal ini ditunjukan dengan kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikan terhadap PDRB yang hanya 0,1% selama tahun 2010 – 2014. Bahkan, pada tahun 2016, kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan hanya 0,09% terhadap PDRB. Artinya, selama 5 tahun terakhir, tidak ada peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB DKI Jakarta, bahkan cenderung semakin menurun.

Dari sisi jenis pekerjaan, bidang pertanian tidak banyak dipilih menjadi pekerjaan utama rumah tangga di DKI Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah rumah tangga pertanian dari 52.200 rumah tangga pada tahun 2003, menjadi hanya 12.300 rumah tangga di tahun 2013 (penurunan 76% pada 10 tahun kemudian). Penurunan jumlah rumah tangga pertanian ini juga disebabkan oleh semakin berkurangnya luasan lahan pertanian, sehingga mereka banyak yang tidak bisa lagi meneruskan usaha pertaniannya.

Di sisi lain, perubahan iklim dan bencana juga berdampak pada penghidupan masyarakat DKI Jakarta. Kejadian bencana banjir pada tahun 2011 – 2016 telah mengakibatkan rusaknya

77 hektar lahan pertanian. Suhu udara di DKI Jakarta juga mengalami kenaikan sekitar 2 –

3 derajat Celcius sejak tahun 2002. Hal ini mengakibatkan terganggunya proses produksi

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 10 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 10

Kondisi berkurangnya lahan pertanian, menurunnya produksi padi dan dampak dari perubahan iklim dan bencana akan berdampak secara serius terhadap kesediaan pangan di DKI Jakarta, apabila tidak diantisipasi dengan baik. Di sisi lain, peningkatan produksi daging, perikanan budidaya, dan tanaman hortikultura menjadi peluang untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan selain beras, dan sekaligus bisa meningkatkan kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap PDRB yang saat ini cenderung menurun. Di samping itu, semakin naiknya suhu panas udara di Jakarta akan membawa dampak bagi kesehatan dan penghidupan masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan upaya memperbanyak area tutupan hijau agar bisa menjaga suhu udara.

Oleh karena itu, pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembangkan Pertanian Perkotaan yang meliputi tiga sub-sektor, yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan. Pendekatan pertanian perkotaan yang berbasis ruang akan bisa mengatasi penuruan produksi karena diakibatkan penurunan luas lahan pertanian. Karena pertanian berbasis ruang akan lebih mengintensifkan lahan sempit dengan pendekatan pertanian vertikal, bahkan bisa juga memanfaatkan ruang tanpa lahan seperti atap gedung, dinding bangunan, pinggir jalan dan lain-lain. Pertanian Perkotaaan juga tidak hanya fokus pada produk segar, tetapi juga peningkatan produk olahan pertanian, peternakan, dan perikanan.

Sampai saat ini, sudah ada beberapa inisiatif Pertanian Perkotaan, baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun kegiatan lembaga non-pemerintah dan masyarakat, tetapi potensi ini masih belum banyak dilakukan masyarakat Jakarta secara meluas. Desain Besar Pertanian Perkotaan DKI Jakarta Tahun 2018 – 2030 diharapkan akan menjadi acuan bagi semua pelaku pertanian perkotaan untuk mencapai ketahanan pangan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup di DKI Jakarta. Kerjasama dan singkronisasi kebijakan, program, dan kegiatan para pelaku akan menjadi salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pertanian perkotaan.

Desain Besar Pertanian Perkotaan memiliki tiga target utama sampai pada tahun 2030, yaitu 30% ruang terbuka hijau produktif, 30% peningkatan produksi pertanian, peternakan, dan perikanan (termasuk produk olahan), dan 1000 sertifikasi produk olahan pertanian, peternakan, dan perikanan. Ada tujuh sasaran ruang pelaksanaan pertanian perkotaan, yaitu rumah susun, lahan kosong, lahan pekarangan dan gang perkampungan, sekolah, gedung, RPTRA, dan lahan laut. Untuk mencapai tiga target tersebut, Pertanian Perkotaan memiliki empat komponen utama yang terdiri dari (1) kebijakan dan regulasi, (2) pelaksanaan pertanian perkotaan, (3) lingkungan hidup, dan (4) monitoring, evaluasi, dan pengelolaan pengetahuan.

11 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada tahun 2017 ini, Kota Jakarta telah menginjak usia 490 tahun, atau hampir 5 abad. Usia sebuah kota yang bisa dikatakan tidak lagi muda dan tentunya sudah mengalami banyak perubahan zaman yang juga berpengaruh pada kondisi Kota Jakarta saat ini, salah satunya ialah pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 2015, penduduk DKI Jakarta telah mencapai

10.177.924 jiwa 1 . Dibandingkan dengan tahun 2010, penduduk DKI Jakarta telah mengalami peningkatan sebesar 1,09%. 2 Proses urbanisasi telah menambah secara cepat jumlah penduduk di DKI Jakarta. Sebagai salah satu dampaknya ialahbanyak pemukiman kumuh bermunculan,

yaitu sekitar 20% dari seluruh luas permukiman yang ada di kota Jakarta. 3

Kota Jakarta saat ini juga sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana karena kerusakan alam. Risiko terkait perubahan iklim dan bencana terbesar yang dihadapi Jakarta adalah banjir dengan dampak buruk sangat besar bagi perekonomian dan masyarakat Jakarta. Data BNPB menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2011-2016, ada 144 kali kejadian banjir yang mengakibatkan 104 meninggal, 149 terluka, 694.652 menderita, dan 209.918 mengungsi. Khususnya pada sektor pertanian, bencana banjir telah mengakibatkan 77 hektar

lahan pertanian rusak. 4 Di sisi lain, sekitar 40 persen wilayah Jakarta berupa dataran yang

permukaan tanahnya berada 1 - 1,5 meter di bawah muka laut pasang. 5

Penurunan permukaan tanah juga terus terjadi, antara 5 – 10 cm per tahun, karena pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan pembangunan yang pesat di atasnya 6 . Ujicoba modeling yang dilakukan oleh Ward P. J. et.al (2011) dengan skenario Jakarta pada tahun 2100 menunjukkan bahwa faktor penurunan tanah paling berpengaruh dibandingkan faktor naiknya permukaan laut dan badai terhadap semakin besarnya dampak banjir. Perkiraan wilayah tergenang 149 –

151 km² dengan kerusakan senilai 233,8 – 235,2 triliun rupiah 7 . Hal ini akan membuat wilayah yang sebagian besar berada di Jakarta Utara menjadi rentan terhadap dampak banjir, baik yang disebabkan oleh curah hujan tinggi ataupun air pasang dari laut.

Masyarakat miskin Jakarta merupakan warga yang paling rentan terhadap risiko akibat banjir. Berdasarkan SUSENAS pada Maret 2015, masih ada 3,93% warga Jakarta yang hidup dibawah

1 https://jakarta.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/91. Diakses pada 28 April 2017. 2 https://jakarta.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/136. Diakses pada 28 April 2017. 3 http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Permukiman_Kumuh_DKI_Jakarta. Diakses pada 28 April 2017. 4 dibi.bnpb.go.id. 5 http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Geologi_DKI_Jakarta. Diakses pada 28 April 2017. 6 http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Penurunan_Tanah_DKI_Jakarta. Diakses pada 28 April 2017. 7 P. J. Ward, M. A. Marfai, F. Yulianto, D. R. Hizbaron, and J. C. J. H. Aerts, 2010. Coastal inundation and damage

exposure estimation: a case study for Jakarta. Nat Hazards (2011) 56:899–916, DOI 10.1007/s11069-010-9599-1. Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 12 exposure estimation: a case study for Jakarta. Nat Hazards (2011) 56:899–916, DOI 10.1007/s11069-010-9599-1. Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 12

berada di daerah yang sama. 9 Ancaman dampak perubahan iklim, bencana, dan kerusakan lingkungan secara nyata dirasakan pertama kali oleh masyarakat miskin Jakarta. Sebuah studi yang dilakukan oleh the London School of Economics and Political Science terhadap 141 negara yang terkena bencana pada periode 1981-2002 juga menemukan kaitan erat antara bencana alam dan status sosial ekonomi perempuan. Bencana alam ternyata berakibat pada penurunan angka harapan hidup perempuan dan peningkatan gender gap dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan merupakan korban terbesar dari berbagai bencana

yang terjadi. 10 Selain ancaman banjir karena beberapa faktor di atas, kenaikan suhu udara juga dirasakan

di Jakarta. Studi yang dilakukan oleh Manik dan Syaukat (2015) dengan beberapa sampel di wilayah DKI Jakarta, tercatat terjadi kenaikan suhu udara menjadi 30-31°C pada tahun

2013 dibandingkan dengan 28°C di tahun 2002. 11 Hal ini juga merupakan salah satu dampak perubahan iklim yang secara langsung dirasakan oleh penduduk Jakarta. Berbagai fakta empiris membuktikan dampak perubahan iklim terhadap perempuan dan kelompok rentan lainnya menjadi lebih besar, ditambah lagi manakala beban-beban reproduktif, produktif, dan komunitas tertumpu kepada perempuan semata tanpa ada keterlibatan dari laki-laki.

Melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh Kota Jakarta di atas, pada tahun 2016, Jakarta terpilih sebagai salah satu kota untuk mengikuti program Resilient Cities (Kota Berketahanan)

yang bekerjasama dengan The Rockefeller Foundation. 12 Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat dan pemerintahan Kota Jakarta dalam menghadapi risiko dampak bencana, perubahan iklim, dan juga kerusakan lingkungan. Kerangka Kerja Kota Berketahanan yang dikembangkan oleh The Rockefeller Foundation dan Arup International Development pada tahun 2014 dan diperbaharui pada Desember 2015 menyebutkan ada

12 Tujuan utama Kota Berketahanan. Di antara Tujuan tersebut ialah minimalnya kerentanan manusia, sumber penghidupan yang beragam, kolektifitas komunitas yang kuat, dan rencana

pembangunan yang terintegrasi. 13

Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Tujuan Jakarta sebagai Kota Berketahanan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun rencana yang disebut Desain Besar untuk Pertanian Perkotaan. Pertanian Perkotaan dipilih karena dapat menyediakan sumber makanan segardengan harga lebih murah bagi masyarakat sebagai bagian dari ketahanan pangan, menumbuhkan pekerjaan bagi banyak orang sehingga bisa mengurangi angka kemiskinan, mendaur-ulang sampah untuk mengurangi volume sampah, dan menambah tutupan hijau untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dalam pelaksanaan Pertanian Perkotaan ini,

8 Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2015. 9 http://www.worldbank.org/in/news/feature/2011/11/03/jakarta-urban-challenges-in-a-changing-climate.

Diakses pada 15 April 2017. 10 http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/175-perempuan-dan-dampak-perubahan-iklim

11 Tumiar Katarina Manik and Syarifah Syaukat, 2015. The impact of urban heat islands Assessing vulnerability in

Indonesia. Asian Cities Climate Resilience Working Paper Series 13: 2015. 12 http://properti.kompas.com/read/2016/05/26/123000521/Karena.Komitmen.Ahok.Jakarta.Masuk.

Program.100.Resilient.Cities. Diakses pada 28 April 2017. 13 The Rockefeller Foundation and Arup. City Resilience Framework. April 2014 (Updated December 2015).

13 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 13 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

I.2. Pengertian

Istilah Pertanian Perkotaan sudah dikenal sejak tahun 1990an. Pengertian yang dikeluarkan UNDP (1996) menyebutkan bahwa Pertanian Perkotaan ialah sebuah industri yang memproduksi, memproses dan memasarkan makanan dan bahan bakar, secara khusus untuk memenuhi kebutuhan harian konsumen di kota, di tanah dan air yang tersebar di kota dan pinggiran kota, menggunakan dan menggunakan kembali sumberdaya alam dan sampah perkotaan, untuk menghasilkan berbagai pangan dan ternak. FAO (1999) menambahkan bahwa Pertanian Perkotaan terjadi di dalam dan pinggiran kota dan termasuk produk tanaman

pangan, ternak, perikanan, dan hutan, termasuk produk non-kayu dan layanan ekologi. 14 Berdasarkan pengertian di atas, Pertanian Perkotaan yang dimaksud di sini ialah menanam

tanaman dan memelihara binatang ternak di dalam atau sekitar kota. Dalam hal ini, beragam jenis tanaman bisa dibudidayakan, seperti sayuran, tanaman pangan, palawija, jamur, buah, dan bahkan tanaman obat dan tanaman hias serta tanaman kayu. Pertanian di sini juga termasuk peternakan dan perikanan, seperti ternak unggas, kelinci, kambing, ikan dan lain-

lain. 15 Merujuk pada hasil konferensi tingkat tiggi tentang Ketahanan Pangan yang dilaksanakan oleh

FAO di Roma pada tanggal 3 – 5 Juni 2008, Pertanian Perkotaan menyasar pada tiga tujuan global, yaitu (1) keberlanjutan peningkatan produksi dan ketersediaan pangan, (2) kemajuan ekonomi dan sosial, dan (3) keberlanjutan pengelolaan dan penggunaan sumberdaya alam. Pertanian Perkotaan ini secara langsung juga berkontribusi pada ketahanan pangan, peningkatan nutrisi, dan penghidupan masyarakat.

Secara khusus, Pertanian Perkotaan juga memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) akses makanan segar dan bergizi untuk masyarakat miskin tanpa melalui pasar dan meningkatkan pendapatan mereka, khususnya perempuan; (2) memasok pasar makanan di kota, makanan jalanan, dan pengolahan makanan, serta menyediakan tambahan pekerjaan dan pendapatan; (3) panen air, penggunaan kembali air, dan penggunaan kembali limbah/sampah untuk menyediakan air, makanan ternak dan pupuk untuk pertanian kota; dan (4) meningkatkan partisipasi masyarakat kota, khususnya warga perempuan yang sudah banyak berkontribusi untuk ketahanan

pangan. 16

14 FAO, July 2001: Urban and Peri-Urban Agriculture 15 http://www.fao.org/urban-agriculture/en/. Diakses pada 28 April 2017. 16 Daniel Hoornweg and Paul Munro-Faure, 2008: Urban Agriculture for Sustainable Poverty Alleviation and Food

Security. Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 14

I.3. Tujuan Penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan

Penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan arah dan fokus upaya terpadu lintas sektor dan lintas pelaku dalam

meningkatkan ketahanan pangan dan ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim untuk masyarakat DKI Jakarta melalui pelaksanaan pertanian perkotaan

2. Menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan (pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, kelompok masyarakat, dan badan usaha) dalam merencanakan program/kegiatan di bidang pertanian perkotaan

3. Mensinergikan kebijakan dan program pemerintah dengan pelaku non-pemerintah (lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, kelompok masyarakat, dan badan usaha) dalam pelaksanaan pertanian perkotaan

4. Sebagai referensi bagi pemerintah DKI Jakarta dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

5. Mempercepat penyelesaian masalah terkait dengan pelaksanaan pertanian perkotaan di DKI Jakarta

I.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup wilayah dalam Desain Besar Pertanian Perkotaan mencakup seluruh wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta dengan memberikan perhatian khusus melalui penyesuaian jenis-jenis komoditas atau produk pertanian, peternakan, dan perikanan berdasarkan karakteristik masing-masing wilayah di Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu.

Sedangkan ruang lingkup pelaksanaan pertanian perkotaan meliputi:

a. Sub-bidang pertanian: tanaman sayuran, tanaman obat, tanaman buah, tanaman hias, dan produk olahan pertanian seperti minuman buah segar, minuman herbal dan lain-lain

b. Sub-bidang peternakan: peternakan kecil seperti kelinci, peternakan besar seperti sapi, ternak hias, dan produk olahan peternakan seperti telur asin, bakso daging, susu dan olahannya, nugget ayam dan lain-lain

c. Sub-bidang perikanan: perikanan air tawar seperti ikan nila, mas, lele, perikanan air laut seperti ikan kerapu, kakap, rumput laut, ikan hias, dan produk olahan perikanan seperti ikan asin, bakso ikan dan lain-lain

I.5. Posisi Desain Besar Pertanian Perkotaan

Dokumen Desain Besar Pertanian Perkotaan Provinsi DKI Jakarta adalah dokumen perencanaan jangka panjang untuk tahun 2018 – 2030. Akhir tahun 2030 dijadikan tahun terakhir dokumen ini sebagaimana mengikuti kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang telah diadopsi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017. Sebagai dokumen rencana jangka panjang, maka dokumen ini perlu dilihat kembali setiap tiga tahun sekali untuk disesuaikan dengan konteks dan perkembangan pelaksanaan Pertanian Perkotaan di DKI Jakarta.

Dokumen Desain Besar Pertanian Perkotaan ini perlu menjadi salah satu rujukan bagi para pemangku kepentingan, khususnya organisasi perangkat daerah Provinsi DKI Jakarta, dalam

15 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 15 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

Di sisi lain, dokumen ini juga menjadi bagi dari pelaksanaan Jakarta Kota Berketahanan, dimana isi Desain Besar Pertanian Perkotaan akan berkontribusi dan bersinggungan dengan kegiatan/program dalam Desain Besar Ketahanan Pangan, Bangunan Hijau, Pengelolaan Sampah, dan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas. Hubungan antar Desain Besar tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini:

Pengelolaan

KOTA BERKETAHANAN

PRB Berbasis Komunitas

Gambar 1.1. Posisi Desain Pertanian Perkotaan dengan Desain lainnya dalam Kerangka Jakarta Ber- ketahanan

Sedangkan posisi dokumen Desain Besar Pertanian Perkotaan terhadap rencana pembangunan daerah Provinsi DKI Jakarta digambarkan pada bagan di halaman 17.

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 16

RPJPD 2005 - 2025

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018-2030

RPJPMD 2013 - 2017

RPJPMD

RPJPMD

2018 - 2022

2023 - 2027

RKPD Tahunan

RKPD Tahunan

RKPD Tahunan

Gambar 1.2. Posisi Desain Besar Pertanian Perkotaan dalam Rencana Pembangunan di Provinsi DKI Jakarta

Desain Besar Pertanian Perkotaan merupakan salah satu rencana sektoral yang menjadi pelengkap Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), khususnya di bidang pertanian. Penggunaan Desain Besar tersebut dalam perencanaan jangka menengah (5 tahun) dan tahunan ialah sebagai berikut:

1. Bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Desain Besar Pertanian menjadi acuan baseline dan target 5 tahunan, penetapan strategi, dan singkronisasi program lintas sektor. Kemudian, rencana dalam RPJMD tersebut diterjemahkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) masing-masing yang terkait dengan pelaksanaan pertanian perkotaan.

2. Bagi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), rencana pembangunan yang bersifat tahunan, Desain Besar Pertanian menjadi acuan penyusunan program, kegiatan, dan alokasi anggaran untuk dimasukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kemudian, rencana dalam RKPD diterjemahkan dalam Rencana Kerja (Renja) OPD masing-masing yang terkait dengan pelaksanaan pertanian perkotaan.

I.6. Proses Penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan

Desain Besar Pertanian Perkotaan disusun 8 bulan, yaitu pada bulan April sampai November

17 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

2017. Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) menjadi lembaga pemimpin penyusunan Desain Besar ini, karena pertanian perkotaan menjadi salah satu tugas dan fungsi utama DKPKP. Proses penyusunannya didukung oleh Yayasan KARINA, Platform MURIA, CARE International Indonesia, Partners for Resilience, dan Ford Foundation.

Selama 8 bulan proses penyusunan, ada banyak kegiatan yang dilakukan, yaitu FGD para pihak, penggalian data dari berbagai instansi, lokakarya dengan para pemangku kepentingan pertanian perkotaan, dan diskusi internal tim Yayasan KARINA dan DKPKP. Rangkaian kegiatan proses penyusunan Desain Besar tersebut digambarkan sebagai berikut:

FGD dengan

Lokakarya

Diskusi internal

para pihak

dengan para

tim penyusun

pihak

(Deputi TRLH, DKPKP, KARINA)

MEI - JULI 2017

SEPTEMBER 2017

NOVEMBER 2017

penggalian data

Lokakarya konsul- di OPD dan

Konsultasi dengan

tasi dengan para pelaku pertanian

Kementerian Per-

pihak perkotaan lainnya

tanian dan semua

Sudin DKPKP

Gambar 1.3. Proses penyusunan Desain Besar Pertanian Perkotaan DKI Jakarta Masing-masing kegiatan dilakukan untuk mendapatkan bahan dan masukan atas penyusunan

Desain Besar Pertanian Perkotaan DKI Jakarta dengan penjelasan sebagai berikut:

1. FGD dengan para pihak bertujuan untuk menggali masalah, menentukan tujuan, dan komponen untuk pertanian perkotaan. FGD ini melibatkan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) yang terkait dengan pelaksanaan pertanian perkotaan, seperti Dinas Ketahanan Pangan, Keluatan dan Pertanian (DKPKP), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Ciptakarya, Tata Ruang, dan Pertanahan (DCTRP), Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP), Dinas Pendidikan, Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) dan lain-lain.

2. Penggalian data dilakukan untuk menindaklanjuti hasil FGD di atas. Penggalian data ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi kegiatan yang sudah dilakukan oleh bergaia pihak terkait pertanian perkotaan, data konteks pertaniaan di DKI Jakarta saat ini, dan data sebagai baseline untuk mengukur capaian target pertanian perkotaan ke depan. Penggalian data dilakukan dengan cara mendatangi masing-masing OPD. Hasil pengolahan data ditampilkan dalam peta pelaku dan kegiatan pertanian perkotaan di DKI

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 18

Jakarta dan baseline data sebagai basis penentuan target sampai pada tahun 2030.

3. Lokakarya pertama dilakukan pada bulan Agustus 2017 untuk merumuskan capaian (outcome), keluaran (output), kegiatan, dan waktu pelaksanaannya (kerangka waktu sampai tahun 2030) dalam masing-masing komponen pertanian perkotaan. Lokakarya ini diikuti oleh 96 peserta yang berasal dari banyak OPD Provinsi DKI Jakarta, termasuk Sudin DKPKP di Kota dan Kabupaten, lembaga sosial masyarakat, badan usaha, dan perguruan tinggi.

4. Konsultansi dengan Kementerian Pertanian dan seluruh Sudin DKPKP di DKI Jakarta ditujukan untuk mengkonsultasikan draf desain pertanian perkotaan dari hasil lokakarya di atas. Konsultasi tersebut diperlukan untuk mensingkronkan kebijakan dan program dari nasional (Kementerian Pertanian) dengan rencana yang akan dilakukan di Provinsi DKI Jakarta (konsultansi ke atas). Di sisi lain, konsultansi juga dilakukan dengan para Sudin DKPKP di Kota dan Kabupaten untuk memastikan bahwa rencana dalam desain pertanian perkotaan akan bisa menjawab kebutuhan di tingkat bawah dan bisa dilaksanakan oleh para pelaku di Kota/Kabupaten (konsultansi ke bawah).

5. Semua hasil FGD, penggalian data, lokakarya, dan konsultansi di atas dirumuskan dalam revisi draf desain besar pertanian perkotaan. Diskusi internal tim penyusun yang terdiri dari Kedeputian bidang TRLH, DKPKP, dan Yayasan KARINA dilaksanakan untuk menyempurnakan draf desain besar tersebut. Diskusi ini dilakukan beberapa kali di kantor Kedeputian TRLH dan kantor DKPKP.

6. Tahapan terakhir adalah lokakarya konsultansi dengan para pihak yang dilaksanakan pada bulan November 2017. Konsultansi ini untuk meminta klarifikasi, konfirmasi, dan masukan lebih lanjut dari berbagai pihak atas draf desain besar pertanian perkotaan. Lokakarya ini dihadiri 114 peserta yang berasal dari berbagai OPD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Sudin DKPKP Kota/Kabupaten, lembaga sosial masyarakat, badan usaha, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi.

19 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

BAB II KONDISI PERTANIAN DI DKI JAKARTA

II.1. Pertanian dalam RPJPD DKI Jakarta Tahun 2005 – 2025

Pengembangan Pertanian Perkotaan sudah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 Provinsi DKI Jakarta. Pertanian Perkotaan setidaknya

mendukung pencapaian Misi DKI Jakarta sampai tahun 2025, yaitu: 17

Misi 2: Meningkatkan Perekonomian yang Kuat dan Berkualitas. Sebagian dari sasaran pokok dalam misi ini ialah:

a. terwujudnya masyarakat yang produktif dan berdaya saing . Aktifitas pertanian perkotaan yang dilaksanakan oleh masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga usaha, dan lembaga sosial akan meningkatan produktifitas mereka. Kemampuan melakukan dan pengembangkan pertanian perkotaan yang berbasis ruang (tidak hanya berbasis lahan) akan memberikan daya saing dibandingkan pertanian konvensional yang berbasis lahan.

b. terkendalinya stabilitas harga kebutuhan pokok dan komoditas penting lainnya. Produk pertanian, peternakan, dan perikanan yang segar dari DKI Jakarta ataupun produk olahannya, akan menjadi tambahan pasokan kebutuhan pokok bagi masyarakat di DKI Jakarta, dari produk-produk yang didatangkan dari luar Jakarta. Produk lokal juga akan memberikan harga yang lebih murah, karena tidak menggunakan biaya transportasi yang mahal. Sehingga, stabilitas harga kebutuhan pokok dapat lebih terjamin.

c. terwujudnya ketahanan pangan yang mapan. Berdasarkan konsep ketahanan pangan yang diperkenalkan oleh Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), ketahanan pangan memiliki empat dimensi, yaitu (1) ketersediaan pangan, (2) akses kepada

pangan, (3) penggunaan pangan, dan (4) stabilitas tiga aspek tersebut. 18 Pertanian perkotaan

memberikan kontribusi secara langsung terhadap ketersediaan pangan melalui produk hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang berupa produk segar dan produk olahan dari masyarakat dan badan usaha di DKI Jakarta. Pertanian perkotaan juga meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan, karena mereka dapat menanamnya dengan memanfaatkan ruang di sekelilingnya. Kemudian, pertanian perkotaan juga meningkatkan penggunaan pangan oleh masyarakat, karena mereka dapat mengkonsumsi pangan yang lebih segar yang berasal dari dekat rumahnya.

Misi 4: Meningkatkan Daya Dukung, Daya Tampung Lingkungan dan Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Sebagian dari sasaran pokok dalam misi ini ialah:

a. terwujudnya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Pertanian perkotaan dilaksanakan

17 Perda Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun

2005 - 2025. 18 FAO, 2008. An Introduction to the Basic Concepts of Food Security.

Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 20 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 20

b. terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan perkotaan. Dampak dari pelaksanaan pertanian perkotaan yang dilakukan secara masif di banyak wilayah DKI Jakarta akan menambah ruang terbuka hijau produktif. Banyaknya jumlah tanaman akan memberikan suasana lebih sejuk, karena tanaman menyerap panas dan polusi udara. Sehingga, udara juga menjadi lebih segar.

II.2. Pertanian dalam RPJMD DKI Jakarta Tahun 2018 – 2022

Sebagai bagian dari pelaksanaan RPJPD 2005 – 2025, RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 – 2022 juga memberikan ruang bagi pelaksanaan pertanian perkotaan untuk berkontribusi dalam pencapaian sasaran pembangunan untuk lima tahun ke depan. Pertanian perkotaan berkontribusi pada pencapaian Misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 – 2022 sebagai berikut:

Misi 2: Menjadikan Jakarta kota yang memajukan kesejahteraan umum melalui terciptanya lapangan kerja, kestabilan dan keterjangkauan kebutuhan pokok, meningkatnya keadilan sosial, percepatan pembangunan infrastruktur, kemudahan investasi dan berbisnis, serta perbaikan pengelolaan tata ruang. Pada misi ini, salah satu sasarannya ialah tersedianya stok kebutuhan pangan yang terjamin jumlah dan mutunya serta terjangkau bagi masyarakat. Hasil pelaksanaan pertanian perkotaan yang berupa produk segar dan produk olahan pertanian, peternakan, dan perikanan akan meningkatkan stok pangan di DKI Jakarta. Hal ini tidak hanya menambah stok pangan secara kuantitatif, tetapi juga secara kualitas lebih baik, karena produk tersebut merupakan produk segar dari Jakarta sendiri. Di samping itu, karena masyarakat sendiri yang memproduksi pangannya melalui pertanian perkotaan, maka mereka menjadi mudah untuk mengakses kebutuhan pangan tersebut.

Misi 4: Menjadikan Jakarta kota yang lestari, dengan pembangunan dan tata kehidupan yang memperkuat daya dukung lingkungan dan sosial. Ada dua sasaran dalam misi ini yang bisa dikontribusikan oleh pertanian perkotaan, yaitu:

1. Terwujudnya kota yang berwawasan lingkungan sebagai perwujudan kota yang berkelanjutan dan lestari.

2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dengan adanya penanaman berbagai jenis tanaman pangan, tanaman buah, tanaman obat,

dan tanaman hias di berbagai lahan dan ruang yang tersedia, termasuk di pekarangan, lahan sempit, pinggir jalan dan sungai, atap rumah dan gedung, dinding bangunan dan lain-lain, akan meningkatkan kualitas lingkungan di Jakarta. Pertanian akan berkontribusi terhadap lebih baiknya kualitas udara dan penurunan suhu cuaca panas di Jakarta. Di samping itu, pemanfaatan berbagai ruang terbuka hijau, seperti Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), fasilitas umum, dan fasilitas sosial untuk pertanian akan meningkatan kualitas RTH

21 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 21 Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030

II.3. Kondisi Terkini Pertanian di DKI Jakarta

Kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta selama tahun 2010 – 2014 hanya 0,1%. Pada tahun 2016, kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan hanya 0,09% terhadap PDRB. Artinya, selama 5 tahun terakhir, tidak ada peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB DKI Jakarta, bahkan cenderung semakin menurun. Akan tetapi, apabila dilihat dari nilainya mengalami sedikit kenaikan, yaitu Rp. 1,76 triliun pada tahun 2014 menjadi 1,99 triliun pada

tahun 2016. 19 Kontribusi tersebut senilai 1,76 triliun rupiah pada tahun 2014 juga mampu menghidupi sekitar 12.000 rumah tangga lebih. 20 Produksi pertanian padi dan perikanan tangkap maupun budidaya menjadi penyumbang terbesar dalam sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

LUAS SAWAH PADI (Ha)

Luas (Ha) Expon. (Luas (Ha))

Gambar 2.1. Luas lahan sawah padi di DKI Jakarta

19 http://tumoutounews.com/2017/12/06/kontribusi-sektor-pertanian-dan-perikanan-di-dki-jakarta/. Diakses pada 26 Desember 2017.

20 Hasil Sensus Pertanian 2013 dan Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2015. Desain Besar Pertanian Perkotaan 2018 - 2030 22

Akan tetapi, saat ini terjadi penurunan luasan sawah padi secara drastis. Data sampai pada tahun 2016 menunjukkan telah terjadi penyusutan lahan sawah padi sebesar 79% dari tahun

2003. 21 Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya lahan sawah tersebut, terutama alih fungsi menjadi pemukiman dan pusat perbelanjaan serta perkantoran. Perkembangan ini sulit dihindari oleh Jakarta sebagai kota yang menjadi tujuan urbanisasi banyak masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Kondisi tersebut berdampak pada penurunan produksi padi di DKI Jakarta. Dalam rentang waktu tahun 2010 – 2015, telah terjadi penurunan produksi padi sebesar 43 %, sebagaimana

Dokumen yang terkait

DESAIN DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN PENGENDALI (Elektronika) ROBOT OTOMATIS PADA KONTES ROBOT INDONESIA 2007 ”Analisa rangkaian pengendali robot otomatis Black Pearl”

1 73 1

DESAIN MODIFIKASI KARBURATOR PADA MESIN BENSIN 4 LANGKAH BERBAHAN BAKAR ETANOL

0 79 16

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2006 - 2011

1 35 26

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

pengaruh tindakan supervisi pengalaman kerja, komitmen organisasi, dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

3 43 157

Sistem Informasi Pengolahan Data Pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP4K Kabupaten Sukabumi

10 84 1

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu

18 128 61

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO-VISUAL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN GRAFIS KELAS VII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 51 68

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21