PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NO

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL “DAUN
YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN”
KARYA TERE LIYE
Nury Ziyadatul Faricha
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Setiap penulis sastra memiliki ciri khas masing-masing dalam
mencipakan hasil karyanya. Oleh sebab itu karakter seorang penulis
mempengaruhi hasil tulisannya. Melalui gaya bahasa dan ketepaan
pemilihan kata-kata iulah dapat diketahui karakter seperti apa yang
dimilikioleh penulis.
Adapun fokus penelitian ini meliputi: (1)
bagaimanakah bentuk penggunaan diksi pada novel Daun yang Jatu Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye? (2) bagaimanakah bentuk
penggunaan gaya bahasa pada novel Daun yang Jatu Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye?, dan (3) makna apakah yang
terkandung dalam penggunaan diksi dan gaya bahasa pada novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye? Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan tekstual. Sedangkan dilihat dari
sisi sastra penelitian ini menggunakan pendekatan analisis sastra. Beberapa
struktur yang dikaji dalam novel tersebut meliputi makna kata, diksi, katakata konkret dan bahasa figuratif. Sementara itu, ada beberapa tahapan

yang perlu dilakukan dalam penelitian ini yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian
data, (3) kemudian penarikan simpulan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini digunakan analisis mengalir. Adapun hasil yang diperoleh
dari penelitian terhadap novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin ini adalah, terdapat tiga jenis diksi yang sering digunakan dalam
novel tersebut diantaranya makna konotasi, kata berantonim, dan kata
beridiomatik. Sedangkan untuk gaya bahasa yang terdapat dalam novel
tersebut terdapat empat jenis gaya bahasa yaitu, gaya bahasa perbandingan,
gaya bahasa sindiran, gaya bahasa pertentangan, dan gaya bahasa
penegasan. Sementara makna yang terkandung dalam penggunaan diksi
dan gaya bahasa pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin adalah gambaran perasaan yang dialami oleh tokoh yang meliputi,
perasaan bahagia, jatuh cinta, kebencian, kecewa dan sakit hati.
Kata kunci: disi, gaya Bahasa, novel

PENDAHULUAN
Diksi adalah pilihan kata.
Artinya pemilihan kata yang tepat serta
sesuai dalam menyampaikan sesuatu.
Terutama dalam dunia tulis menulis,

memilih kata merupakan unsur yang
sangat
penting.
Sebab
dapat
mempengaruhi dan memungkinkan
pesan yang ingin disampaikan bisa
tersampaikan.

Persoalan diksi atau pilihan kata
bukanlah hal yang sederhana yang wajar
terjadi pada diri setiap manusia. Istilah
ini bukan hanya mengenai kata-kata
mana
yang
dipakai
untuk
mengungkapkan
suatu
ide

atau
gagasan,akan tetapi juga meliputi
persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan
ungkapan (Keraf, 2010:23). Gaya
bahasa merupakan bagian dari diksi

NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015__________________________________Halaman | 146

yang kaitannya dengan ungkapanungkapan yang individual, karakteristik
atau suatu hal yang memiliki nilai
artistik.
Dalam setiap karya sastra
tentunya memiliki karakter gaya bahasa
masing-masing. Sebab setiap penulis
memiliki gaya bahasa yang disampaikan
oleh penulis sesuai karakter penulis itu
sendiri. Oleh karenanya, dapat dikatakan
bahwa
watak
seorang

penulis
mempengaruhi hasil karyanya. Jika
penulis memiliki karakter lemah lembut,
maka kata-kata yang dituangkan akan
melankolis dan mendramatisir alur
cerita. Sedangkan jika penulis memiliki
watak keras, maka kalimat-kalimat yang
terdapat dalam hasil karyanya tak jauh
berbeda dengan watak yang dimilikinya.
Tujuan penelitian ini adalah (1)
mendeskripsikan penggunaan diksi
dalam novel Daun yang Jatuh tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye, (2)
mendeskripsikan penggunaan gaya
bahasa yang ada dalam novel Daun yang
Jatuh tak Pernah Membenci Angin karya
Tere Liye, dan (3) mengetahui makna
yang terkandung dalam penggunaan
diksi dan gaya bahasa pada novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin karya Tere Liye.
METODE
Penelitian ini penggunakan
pende-katan deskriptif kualitatif ,
dengan maksud untuk memberikan hasil
analisis bagaimana penggunaan diksi
dan gaya bahasa pada novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
karya Tere Liye. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan tekstual.
Data yang dikumpulkan berupa laporan
kutipan-kutipan hasil analisis penelitian.
Analisis data juga bersifat
induktif, adalah analisis ini dimulai dari
hal-hal yang khusus kemudian menuju
analisis yang umum. Sebab penelitian
ini menggunakan metode content
analysis atau penelitian isi. Artinya
penelitian ini mmenganalisis suatu


dokumen untuk diketahui isi dan makna
yang terkandung dalam dokumen
tersebut (Jabrohim, 2014:7), dan
dokumen itu berupa novel Daun yang
Jatuh tak Pernah Membenci Angin karya
Tere Liye.
Adapun
dari
sisi
sastra,
pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pendekatan analisis
sastra. Pendekatan ini memperhatikan
kekhasan gaya dan mempelajari
kecenderungan
yang
membedakan
kekhasan gaya tersebut dari sistem
linguistik yang mengelilinginya.
Ada beberapa pokok penekanan

dalam penelitian ini yaitu, analisis
difokuskan pada corak individual yang
khas dari penulis, karena setiap penulis
yang telah mapan tentu telah
mempunyai gaya tersendiri. Analisis ini
juga diarahkan pada kalimat, paragraf
kemudian wacana. Sementara itu ada
beberapa struktur yang dikaji dalam
analisis ini meliputi makna kata, diksi,
kata-kata konkret dan bahasa figuratif.
Analisis data dalam penelitian
ini dilakukan adalah tehnik mengalir.
Analisis ini memiliki tahapan yaitu (1)
reduksi data: data yang telah diperoleh
dicatat secara terperinci. Kemudian
dilakukan pemilihan data sesuai fokus
penelitian yang dilakukan, yaitu
mengenai diksi dan gaya bahasa paa
novel Daun yang Jatuh tak Pernah
Membenci angina, (2) sajian data:

setelah proses reduksi data dilakukan,
tentunya telah diperoleh data yang
diperlukan sesuai fokus penelitian,
kemudian data-data tersebut disusun
secara sistematis agar mudah dipahami;
data-data tersebut dianalisis sehingga
dapat diperoleh deskripsi tentang
analisis diksi dan gaya bahasa pada
novel karya Tere Liye tersebut, (3)
penarikan simpulan: simpulan ini masih
perlu adanya ferivikasi (pengecekan
kembali mengenai kebenaran laporan)
agar data yang diperoleh benar-benar
valid.

NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015__________________________________Halaman | 147

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Diksi pada Novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci

Angin
Penggunaan diksi merupakan
pemilihan kata untuk mengungkapkan
sebuah gagasan. Pada setiap karya sastra
penggunaan diksi menjadi suatu hal
yang utama. Sebab pokok dari karya
sastra itu sendiri adalah kreatifitas
penulis dalam memainkan kata-katanya.
Penggunaan diksi pada novel “Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin” terdiri dari empat jenis yaitu:
makna konotasi, kata yang berantonim,
penggunaan bentuk idiomatik, serta kata
abstrak.
Makna konotasi
Memilih konotasiadalah hal
yang jauh lebih berat bila dibandingkan
dengan memilih denotasi. Oleh karena
itu, pilihan kata atau diksi lebih banyak
bertalian dengan pilihan kata yang

bersifat konotatif (Keraf, 2010: 29).
Sehingga dalam setiap karya sastra gaya
bahasa cenderung menggunakan bahas
konotatif.
Penggunaan
kata-kata
menumpah-kan,
menghunjam,
membungkus, serta kata kepalan tangan
merupakan kata berkonotasi. Kata
menumpahkan
memiliki
arti
mencurahkan,
kemudian
kata
menghunjam
memiliki
makna
menyentuh secara langsung sedangkan

kata tak memiliki apa-apa memiliki
makna yang lebih positif dengan arti
miskin.
Kata Berantonim
Antonim adalah kata yang
berlawanan.
seperti
yang
telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa
antonim memiliki beberapa bentuk
yaitu, antonim kembar, plural, gradual,
dan relasional. Bahkan dalam teori
Keraf (2010:41) menambahkan dua jenis
antonim lagi diantaranya antonim
Herarkis dan Inversi. Dalam novel
“Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci
Angin” terdapat salah satudari tujuh

antonim tersebut, yaitu antonim kembar.
Antonim kembar pada dua kutipan pada
novel terdapat pada kata sedikit banyak,
berarti menunjuk antara makna agak
sedikit dan agak banyak.
Kata Beridiomatik
Biasanya
idiom
(ID)
disejajarkan
dengan
pengertian
peribahasa dalam bahas indonesia,
padahal sebenarnya kata ini memili-ki
makna yang lebih luas. Untuk
mengetahui makna sebuah idiom, setiap
orang harus mem-pelajari sebagai
penutur asli, bukan hanya melalui
makna kata-kata yang membentuknya.
Kata banting setir, studi banding,dan
amunisi perasaan pada beberapakutipan
di atas meru-pakan kata beridiom. Katakata tersebut tidak bisa diartikan satu per
satu berdasarkan kata yang sebenarnya.
Seperti kata banting setir dalam kutipan
DJTMA-ID1 tidak bisa diartikan dengan
setiap kata banting dan kata setir. Akan
tetapi memiliki makna ‘menggan-ti’.
Begitu pula dengan kata studi banding
dalam kutipan DJTMA –ID2 yang
memiliki makna ‘membandingkan suatu
hasil’ dan kata amunisi perasaan dalam
kutipan DJTMA –ID3 dengan makna
‘sebuah pertahanan’.
Penggunaan Gaya Bahasa Pada Novel
Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin
Berikut ini beberapa gaya
Bahasa yang ditemukan dalam Novel
Daun yan Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin.
Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya Bahasa perbandingan
merupakan majas yang mengandung
maksud membandingkan dua hal yang
dianggap mirip atau mempunyai
persamaan sifat (bentuk) dari dua
halyang dianggap sama (Amalia,
2010:19).
Majas
perbandingan
menggunakan kata pembanding seperti,
bagaikan,
ibarat,
laksana
dan
sebagainya. Pada novel “Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”

NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015__________________________________Halaman | 148

(DJTMA) hampir mayoritas isi cerita di
dalamnya
menggunakan
majas
perbandingan.
Gaya
bahasa
perbandingan yang ditemukan meliputi
personifikasi, metafora, hiperbola, dan
perumpamaan.
Gaya Bahasa Sindiran
Gaya
bahasa
sindiran
merupakan suatu gaya bahasa yang
berlawanan dari kenyataan dengan
tujuan menyindir seseorang. Pada novel
“Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin” terdapat tiga jenis
majas sindiran yaitu majas ironi,
sinisme, dan sarkasme.
Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya
bahasa
pertentangan
adalah
kata-kata
berkias
yang
menyatakan pertentangan dengan yang
dimaksudkan sebenarnya yang berujuan
untuk memperhebat atau meningkatkan
kesan dan pengaruhnya terhadap
pembaca atau pendengar. Pada novel
“Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin” terdapat dua jenis
majas pertentangan yaitu litotes dan
antitesis.
Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan adalah
gaya
bahasa
yang
menyatakan
penegasan untuk untuk memberikan
pengaruh terhadap pembaca. Pada novel
ini terdapat dua jenis majas penegasan
yaitu: repetisi dan elipsis.
Mengenai gaya bahasa dalam
pemakaiannya, pada novel karya Tere
Liye ini cenderung menggunakan gaya
bahasa perbandingan, terutama gaya
bahasa hiperbola dan metafora. Dalam
novel “Daun yang Jatuh tak Pernah
Membenci Angin”, penulis banyak
menggunakan kata-kata yang bersifat
melebih-lebihkan dan membandingkan
suatu hal secarai implisit. Kata-kata ini
tidak
hanya
digunakan
dalam
penggambaran suatu kondisi, bahkan
dalam kutipan-kutipan percakapan pun
penulis juga menggunakan dua majas
tersebut.

Dalam karakter penulisan Tere
Liye yang berpola kalimat pendekpendek, juga mengandung unsur
klimaks. Meskipun setiap kalimatnya
pendek dan sederhana susunannya, akan
tetapi pilihan kata serta urutan
kalimatnya semakin terlihat sangat
penting.
Seperti
pada
kutipan
berikut:Lampu itu setia. Dan penduduk
kota ini juga setia mengikuti petunjuk
tersebut. Tak ada yang nekat menerobos
meskipun jalanan amat lengang. Semua
menunggu saatnya. Menunggu masanya.
Sabar. (DJTMA-P5 hal, 220)
Terdapat pilihan kata yang
seirama seperti kata setia, serta kalimat
menunggu saatnya. Menunggu masanya.
Kalimat ini semakin diperindah oleh
pengarang dengan menambahkan unsur
gaya bahasa elipsis. Sehingga nuansa
makna yang dibangun dalam cerita
semakin kuat.
Ciri khas lain yang sangat menonjol
digunakan oleh penulis dalam novel ini
adalah dengan menggunakan gaya
bahasa penegasan yang berupa repetisi.
Menurut Tarigan (2010:184) gaya
bahasa repetisi merupakan perulangan
kata atau kalimat yang bertujuan untuk
memberi penegasan. Hal ini sering
ditemukan dalam beberapa kutipan
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin dengan tujuan
menegaskan suatu hal dalam bentuk
perulangan kata. Adapun gaya bahasa
repetisi yang digunakan pada novel ini
adalah repetisi anafora, yaitu perulangan
dari setiap kalimat atau baris. Perhatikan
salah satu kutipan majas repetisi berikut:
Dia menghela napas panjang. Cahaya
mukanya berubah. Dan mendadak aku
tersentuh! Itulah raut mukanya dulu
saat menjemputku di bandara waktu
libur SMP. Raut muka saat sweet
seventeen, raut muka saat memujiku.
Raut muka saat menegurku di atas bus,
raut muka saat membersihkan luka
dikakiku, membalutnya! Raut muka itu.
(DJTMA-M1 hal, 191).

NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015__________________________________Halaman | 149

Gaya bahasa repetisi ini menjadi
bentuk kekhasan pengarang ketika
membangun imajinasi pembaca. Dengan
menggunakan kata yang berulang-ulang
dalam beberapa kalimat pendek dapat
menjelaskan semua apa yang ingin di
sampaikan oleh pengarang melalui
deskripsi cerita. Tere Liye seolah
sengaja membuat pembaca agar tidak
bosan dan lelah dengan menggunakan
kallimat sederhana namun pilihan kata
yang istimewa. Bahkan melalui kalimatkalimat pendeknya pengarang dapat
menyampaikan pesan yang terkandung
dalam cerita tersebut, dengan struktur
kallimat yang imajinatif, asosiatif serta
memiliki gaya bahasa personifikasi dan
elipsis. Seperti yang terdapat dalam
kutipan berikut:Ketahuilah, Tania dan
Dede….Daun yang jatuh tak pernah
membenci angin…dia membiarkan
dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan.
Mengikhlaskan semuanya. Tania, kau
lebih dari dewasa untuk memahami
kalimat itu…tidak sekarang, esok lusa
kau akan tahu artinya…dan saat kau
tahu apa artinya, semua ini akan
terlihat berbeda. Kita harus pulang,
Tania. (DJTPMA-P2 hal, 63)
Aku mendesah teringat kalimat itu,
“kebaikan itu seperti pesawat terbang,
Tania. Jendela-jendela bergetar, layar
teve bergoyang, telepon genggam
terinduksi saat pesawat itu lewat.
Kebaikan merambat tanpa mengenal
batas. Bagai garpu tala yang
beresonansi, kebaikan menyebar dengan
cepat (DJTMA-PR4 hal, 184). Pada
kutipan DJTPMA-P2 penulis berusaha
memberikan kata-kata bijak melalui
makan sebuah keikhlasan. Pada paragraf
kutipan tersebut, penulis dengan gaya
berunsur
metafor
memberikan
pengertian yang sangat bermakna. Serta
secara tidak langsung memberikan arti
dari judul novelnya. Sedangkan pada
paragraf kutipan berikutnya, yaitu
DJTMA-PR4 pengarang menjelaskan
definisi sebuah kebaikan melalui unsur
gaya bahasa perumpamaan. Menariknya,

pengarang mengumpamakan bentuk
kebaikan tersebut dengan beberapa
benda yang sering kita jumpai setiap
hari, seperti efek dari pesawat terbang
yang mulai lepas landas.
Makna Diksi dan Gaya Bahasa pada
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin
Penggunaan diksi dan gaya
bahasa dalam novel “Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin” memiliki
makna tertentu untuk menyampaikan
apa yang ditulis oleh pengarang. Oleh
karenanya, disamping menggunakan
berbagai jenis diksi dan gaya bahasa
dalam menyusun kata-kata, penulis juga
mempertimbangkan setiap makna yang
terkandung di dalamnya. Menurut Keraf
(2010: 25) ada beberapa unsur yang
terkandung dalam setiapujaran kita
yaitu: pengertian, perasaan, nada dan
tujuan. Keempat unsur tersebut menjadi
nilai terpenting dalam pembentukan
sebuah kata. Setiap gaya bahasa dan
pemilihan kata menjadi sebuah ciri yang
dimiliki setiap pribadi dan mempunyai
sifat antara satu dengan yang lainnya.
Dalam novel “Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin” makna
diksi dan gaya bahasa tertuju pada
sebuah karya seorang penulis. Adapun
makna diksi dan gaya bahasa dalam
novel tersebut adalah gambaran setiap
perasaan yang dialami oleh beberapa
tokoh. Terutama yang terjadi pada tokoh
utama, sering kali penggunaan diksi dan
gaya bahasa menjadi sebuah acuan
untuk
mendeskripsikan
beberapa
keadaan yang dialami oleh tokoh utama
bernama Tania.
Penggunaan diksi dalam novel
“Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin” selain menggunakan
bahasa yang bermakna konotatif,
terdapat juga kata berantonim yang
memiliki makna berimbang seperti kata
sedikit-banyak yang terdapat dalam
kutipan DJTMA-AN1 dan DJTMAAN2. Kemudian terdapat pula kata

NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015__________________________________Halaman | 150

beridiomatik, yang didalamnya memiliki
makna yang lebih luas serta bukan
makna yang sebenarnya. Seperti kata
banting setir dan amunisi perasaan yang
terdapat dalam kutipan DJTMA-ID1 dan
DJTMA-ID3. Kedua kata ini tidak dapat
dimaknai dari setiap kata yang
membentuknya. Oleh sebab itu untuk
mengetahui makna sebenarnya dari
beberapa kata tersebut, maka perlu
mempelajari dari penutur asli, atau
dengan membaca seluruh isi paragraf.
Sementara dalam penggunaan
gaya bahasa, dalam novel “Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”
memiliki beberapa makna dari empat
jenis majas, yaitu perbandingan,
sindiran, pertentangan dan penegasan.
Di dalam majas perbandingan terdapat
empat jenis gaya bahasa yang meliputi
persoifikasi,metafora, hiperbola, dan
perumpamaan.
Pada beberapa kutipan yang
mengandung gaya bahasa personifikasi,
memiliki makna yang mengandung nilai
moral seperti, seperti bentuk sebuah
penerimaan, keikhlasan dan kesetiaan.
Beberapa nilai tersebut digambarkan
penulis melalui beberapa benda mati
yang seolah-olah hidup seperti manusia.
Sementara pada kutipan yang
mengandung gaya bahasa metafora,
memiliki makna sosok yang baik hati
yang dikiaskan melalui kata mata
bercahaya dan cahaya mukanya. Selain
itu juga mengandung makna yang
merupakan gambaran perasaan yang
dimiliki
seseorang
dengan
mengibaratkan
perasaan
seperti
tumbuhan. Perasaan sakit dan kecewa
ditulis penulis menggunakan beberapa
bentuk bahasa kiasan yang indah serta
bagaimana pertahanan yang dilakukan
oleh tokoh.
Berikutnya pada kutipan yang
mengandung gaya bahasa hiperbola,
memiliki makna yang terlalu melebihlebihkan segala bentuk reaksi yang
dialami tokoh ataupun yang ada
disekeliling tokoh. Bahkan makna

berlebihan juga digunakan dalam
penggambaran keadaan suatu sosok
dalam cerita, seperti menggunakan kata
kurus kering dalam kutipan DJTMA-H8.
Bahkan
makna
berlebihan yang
merupakan suatu bentuk kesedihan juga
dituliskan menggunakan kata email
berdarah-darah dalam kutipan DJTMAH16.
Dalam penggunaan kata-kata
yang mengandung gaya bahasa sindiran
memiliki makna sindiran halus, sindiran
sinis dan sindiran yang sangat
menyakitkan. Hal ini diungkapakna
melalui tiga jenis gaya bahasa sesuai
tingkatan seberapa kasarnya kata-kata
sindiran tersebut. Yaitu, gaya bahasa
ironi yang berarti sindiran halus sekedar
mengeluh, kemudian gaya bahasa
sinisme yang
mengandung makana
ejekan, serta gaya bahasa sarkasme yang
merupakan bentuk rasabenci yang
dimiliki oleh tokoh dalam cerita novel
”Daun yang Jatuh TakPernah Membenci
Angin”.
Sedangkan dalam jenis kutipan
yang
mengandung
gaya
bahasa
pertentangan terdapat makna yang
merendahkan diri dalam maksud ingin
menyampaikan arti kata miskin dan
lemah. Makna tersebut dituliskan
melalui kata tak memiliki apa-apa dan
kata kepalan tangan yang tedapat dalam
kutipan DJTMA-L1 dan DJTMA-L2.
Adapun
makna
gaya
bahasa
pertentangan dalam kutipan novel
tersebut yang lain adalah keseimbangan
ukuran. Makna ini disampaikan melalui
kelompok kata berlawanan berupa
sedikit-banyak yang terdapat pada
kutipan DJTMA-A1 dan DJTMA-A2.
Selanjutnya
kutipan
yang
mengandung gaya bahasa penegasan
dalam kutipan novel karya Tere Liye
tersebut mengandung makna penguatan
suatu objek tertentu.penguatan tersebut
berupa perulangan kata dalam setiap
awal baris dan juga berupa penghilangan
kata yang memenuhi bentuk kalimat.

NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015__________________________________Halaman | 151

SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisis terhadap
novel yang berjudul Daun yang Jatuh
tak Pernah Membenci Angin karya Tere
Liye di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
Pada novel ini terdapat beberapa
tiiga jenis diksi yang digunakan yaitu:
makna konotasi, kata berantonim, dan
kata beridiomatik. Pada umumnya novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin ini lebih banyak menggunakan
kata yang berkonotasi dibandingkan kata
yang mengandung makna denotasi.
Sebab setiap karya sastra akan terlihat
sangat menarik melalui penggunaan
kata-kata yang lebih kreatif dan indah.
Penggunaan gaya bahasa pada
novel karya Tere Liye ini menggunakan
empat jenis gaya bahasa yaitu (a) gaya
bahasa
perban-dingan
meliputi:
personifikasi,metafora, hiperbola, dan
perumpamaan, (b) gaya bahasa sindiran
meliputi: ironi, sinisme, dan sarkasme,
(c) gaya bahasa pertentangan meliputi:
litotes dan antithesis, dam (d) gaya
bahasa penegasan meliputi: repetisi dan
elipsis. Dari keempat gaya bahasa di
atas, novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin ini lebih dominan
menggunakan
gaya
bahasa
perbandingan yang berupa hiperbola dan
metafora. Di dalam novel tersebut
terdapat 16 kutipan yang termasuk
majas hiperbola, sedangkan yang
termasuk majas metafora terdiri dari 13
kutipan.
Adapun makna yang terkandung
dalam pnggunaan diksi dan gaya bahasa
pada novel Daun yang Jatuh Tak pernah
Membenci Angin adalah beberapa rasa
kecewa dan sakit hati ketika memendam
perasaan terhadap orang lain.
Beberapa saran berikut dapat
menjadi
bahan
masukan
yang
bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Bagi siswa, karya ilmiah ini dapat
dijadikan acuan bahan pembelajaran
dalam menambah khasanah dan
wawasan.Bagi peneliti yang lain,

sebelum melakukan penelitian maka
sebaiknya memahami lebih dahulu
mengenai gaya bahasa.Bagi pembaca
karya
sastra,
sebaiknya
dalam
menikmati karya sastra bukan hanya
sekadar membaca isi cerita dalam novel
tersebut, akan tetapi juga harus
memahami lebih dalam baik dari sudut
pandang linguistik ataupun nilai yang
terkandung di dalamnya.
DAFTAR RUJUKAN
Damayanti. D. 2013.
Buku Pintar
Sastra Indonesia: Puisi, Sajak,
Syair dan Majas. Yogyakarta:
Araska
Endraswara, Suwardi. 2013. Metode
Penelitian Sastra: Epistemologi,
Model, Teori, dan Aplikasi.
Jakarta: PT Buku Seru
Jabrohim. 2014.Teori Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kamil, Sukron. 2012. Teori Kritik
Sastra Arab: Klasik dan
Modern. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: PT Ikrar
Mandiriabadi
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Rampan, Korry layun. 2013. Antologi
Apresiasi Sastra Indonesia
Modern. Yogyakarta: Narasi
Ratna, Kutha Nyoman. 2013. Stilistika:
Kajian Puitika Bahasa, Sastra,
dan
Budaya.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Setiawan,Iwan Aris. 2011. Analisis
Kesalahan Berbahasa dalam
Bercerita Siswa Kelas VII
SMPN 2 Kencong Jember
Tahun
2011/2012.
Tesis.
Malang:
Program
Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia
UNISMA (Tidak diterbitkan)
Tarigan,
Henry
Guntur.
2013.
Pengajaran Gaya Bahasa.
Bandung:Penerbit Angkasa

NOSI Volume 2, Nomor 9, Februari 2015__________________________________Halaman | 152

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25