PEKAN ILMIAH NASIONAL RISET DAN TEKNOLOG
PEKAN ILMIAH NASIONAL RISET DAN TEKNOLOGI
DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH SAMPAH,
STUDI KASUS : KOTA SURABAYA
Diusulkan oleh :
1. Danang M. Pratomo NRP 4109 100 066 (Angkatan 2009)
2. Muafaq NRP 4109 100 088 (Angkatan 2009)
3. Tifani Rosa Mahardika NRP 3312 100 078 (Angkatan 2012) INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
HALAMAN JUDUL PEKAN ILMIAH NASIONAL RISET DAN TEKNOLOGI DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH SAMPAH, STUDI KASUS : KOTA SURABAYA
Diusulkan oleh :
1. Danang M. Pratomo NRP 4109 100 066 (Angkatan 2009)
2. Muafaq NRP 4109 100 088 (Angkatan 2009)
3. Tifani Rosa Mahardika NRP 3312 100 078 (Angkatan 2012) INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Desain Konseptual Kapal Pengolah Sampah Studi Kasus : Kota Surabaya
2. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Danang M. Pratomo
b. NRP
c. Jurusan
: Teknik Perkapalan
d. Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
e. Alamat Rumah / No. HP : Rumah Dinas ITS Jl. Teknik Komputer 2 No. 53
f. Alamat Email : danang.p.mujianto@gmail.com
3. Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap
c. Jurusan
: Teknik Perkapalan
d. Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
4. Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap
: Tifani Rosa Mahardika
b. NRP
c. Jurusan
: Teknik Lingkungan
d. Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Ing. Setyo Nugroho
b. NIP
c. Alamat Rumah / No. HP :
Surabaya, 21 Oktober 2013
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok :
Dr.Ing. Setyo Nugroho Danang M. Pratomo NIP 19651020 199601 1 001
NRP. 4109 100 066
Mengetahui, Pembantu Dekan Kemahasiswaan
Dr.Ing. Setyo Nugroho NIP 19651020 199601 1 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada AllahSWT atas karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan dan bimbingan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis ini.
Selesainya Laporan Karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan. Dengan ini Penyusun hendak mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Orang tua beserta semua keluarga yang tidak berhenti mendoakan Penyusun selama masastudi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
2. Ir. Tri Achmadi Ph.D selaku Ketua Program Studi Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
3. Dr.Ing. Setyo Nugroho selaku dosen pembimbing Penyusun yang telah banyak memberikan saran yang membangun bagi Penyusun dalam menyelesaikan laporan Karya tulis ini. Kepada seluruh dosen pengajar di Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik Perkapalan FTK-ITS yang mengajarkan ilmunya kepada Penyusun.
4. Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya yang telah memberikan data- data pendukung untuk pengerjaan Karya tulis ini.
5. Dinas Kependudukan Kota Surabaya yang telah memberikan data-data pendukung untuk pengerjaan Karya tulis ini.
6. Pihak UPTD TPA Benowo yang telah memberi gambaran pengolahan sampah Kota Surabaya saat ini.
7. Teman-teman seperjuangan TPT Laksamana P - 49 serta seluruh pihak yang telah membantu kelancaran Karya tulisdan terselesaikannya laporan ini. Akhir kata, semoga laporan Karya Tulisini bisa berguna bagi semua pihak. Saran dankritik yang membangun sangat berarti bagi Penyusun untuk penyempurnaan laporan ini.
Penyusun
ABSTRAK DESAIN KONSEPTUAL KAPAL PENGOLAH SAMPAH STUDI KASUS : KOTA SURABAYA
Danang M. Pratomo, Muafaq, Tifani Rosa M. dan Setyo Nugroho
Program Studi Transportasi Laut - Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Abstrak
Surabaya merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Timur yang paling padat penduduk. Dengan kepadatan penduduk tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya sampah akibat aktivitas dilakukan penduduk. Selama ini sampah di kota Surabaya kurang ditangani dengan baik dan hanya ditumpuk di Tempat Pembuangan Akhir yang berpusat di daerah Benowo. Selain tata kelola sampah yang kurang baik, lahan di daerah Benowo yang dipakai untuk tempat penumpukan sampah semakin sempit dan tidak mampu menampung jumlah ton sampah yang dihasilkan kota Surabaya perhari-nya
Karya Tulis ini bertujuan untuk membuat suatu solusi alternatif masalah persampah di kota surabaya yaitu dengan merencanakan suatu alat transportasi berupa kapal yang khusus beroperasi untuk mengolah sampah. Untuk peramalan jumlah sampah digunakan metode regresi ganda sedangkan untuk penentuan opsi kapal digunakan metode optimasi dari dari pemilihan opsi dengan biaya yang paling minimum.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil peramalan dengan menggunakan regresi berganda diperoleh jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya pada tahun 2020 adalah 381.559 ton perbulan atau 12.179 ton perhari. Penempatan dua depot yang paling dekat dengan laut yang dipilih untuk menjangkau semua wilayah kota Surabaya adalah Depot A berada di kecamatan Krembangan (di area Pelabuhan Tanjung Perak) dan Depot B berada di kecamatan Kenjeran. Perencanaan armada dan operasi yang paling optimal adalah pada Opsi 2.1 yaitu konsep pengolahan sampah menggunakan moda tongkang pengangkut sampah dengan kapasitas 3000 ton yang ditarik tugboat dan tongkang pengolah sampah dengan kapasitas 13.000 ton secara terpisah. Dan menggunakan kapal General Cargo ukuran kapasitas 5.000 ton untuk mengangkut produk olahan sampah ke depot dengan total biaya sebesar Rp. 499,300,628,967,-
Keywords : Sampah, TPA, Kapal Pengolah Sampah
Page | viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampahadalahmasalah yang kerapdihadapi pada suatudaerahkarena dimana adakehidupantidakterlepasdarimasalahsampah. Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Di kota surabaya merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia setelah jakarta dengan jumlah penduduk sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 2.765.487 jiwa menyebabkan produksi sampah semakin meningkat. (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2012). Berbagaisumbersampah yang memberikankontribusiterhadaptimbulansampahkota Surabaya antara lain berasaldaripermukiman, perkotaan, pasar, layanankesehatan, fasilitasumum. 60-80% sampahkotaberasaldaripermukimanataurumahtangga. Timbunansampahrumahtangga rata-rata di Kota Surabaya sebesar 319 gram per orang per hari, yang terdiridarisampahorganik 250 gram per orang ( 75,58% ) dansampahanorganiksebesar 61 gram per orang per hari ( 24,42% ).(Surya, 2012)
Menurut Tim Studi Japan International Coorperation Agency, ( JICA ) sebagaimanadilaporkanDepartemenPekerjaUmum ( 1993 ) antaratahun 1992-2010 bahwasampahrumahtangga Kota Surabaya mengalamipertumbuhan 5% setiaptahunnya yang disebabkankenaikanjumlahpenduduksekitar 1,6% per tahun, peningkatantimbulansampah
per tahun. Sampahtelahmenjadisalahsatupermasalahan Kota Surabaya yang serius. Pemandangankota Surabaya terlihatkumuhdansemakinparahdengantumpukan- tumpukansampahdiberbagaisudutkotadantelahmengganggukenyamananlingkunga n.
Sampah di kota Surabaya dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Sampah kota Surabaya ditampung di tempat yang dinamakan TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di TPA inilah sampah yang ditampung kemudian diolah secara land disposal (penyingkiran dan pemusnahan limbah ke dalam tanah). Namun sistem land disposaliniterdapat dampak pencemaran air tanah. Sehingga sistem pengolahan tersebut tidak baik untuk diterapkan secara terus menerus di kota Surabaya.
Kondisi TPA di Surabaya ini sudah mengalami under capacity sehingga tidak mampu lagi menampung sampah yang dihasilkan di kota Surabaya. TPA Benowo merupakan satu satunya tempat pemrosesan akhir sampah Kota Surabaya dengan luas area 26,7 ha. Pembuangan sampah perkotaan yang mencapai 8.000 m 3 /hari dapat menyebabkan perkiraan umur operasional TPA tidak akan lebih
lama dari umur perencanaannya. (Sudarma, 2010). Selain itu dengan adanya TPA ini membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar TPA di Surabaya. Kegiatan TPA juga menimbulkan dampak gangguan antara lain kebisingan, ceceran sampah, debu, bau, dan bakteri kuman. Belum terhitung ancaman bahaya seperti kemungkinan ledakan gas akibat proses pengolahan yang tidak memadai. Selain itu juga berpotensi menimbulkan konflik sosial dengan warga sekitar TPA.
Page | 1
Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi pengolahan sampah baru yang ramah lingkungan dan bisa mengolah sampah dalam jumlah besar dari kota Surabaya. Salah satu inovasi yang dapat mengatasi hal tersebut adalah Kapal Pengolah Sampah. Kapal Pengolah Sampah ini merupakan teknologi pengolahan sampah yang bersifat mobile (dapat berpindah-pindah). Dengan memanfaatkan kapal yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan sampah yang nanti hasil residu pengolahannya dapat langsung dibuang ke laut tanpa menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sisa tersebut dibuang jauh di laut terbuka dan cepat diserap oleh air laut serta tidak terkonsentrasi di satu tempat.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas permasalahan yang akan dikaji dalam Karya tulis ini yaitu :
1. Berapa jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya.
2. Bagaimana penempatan lokasi depot transfer untuk mentransfer sampah dari darat ke kapal?
3. Bagaimana perencanaan armada dan pola operasi kapal pengolah sampahyang mampu menangani pengolahan sampah di kota Surabaya yang paling optimal?
1.3 Tujuan
Sedangkan tujuandaripenulisanKaryatulisiniadalah :
1. Mengidentifikasi jumlah sampah yang dihasilkan di kota Surabaya.
2. Mengidentifikasi letak depot transfer yang akan digunakan untuk mentransfer sampah dari darat ke kapal.
3. Mengidentifikasi pola operasi kapal yang sesuai untuk pengolahan sampah di kota Surabaya yang paling optimal.
1.4 Manfaat
Manfaat dari tugas ini adalah dengan adanya Kapal Pengolah Sampah ini maka masalah keterbatasan lahan untuk pengolahan sampah di kota Surabaya dapat teratasi.
Page | 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah dapat berupa zat padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Tujuannya adalah untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis, atau mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Secara umum, sampah dibagi menjadi dua kelompok, sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik adalah sampah yang mayoritas berasal dari aktivitas rumah tangga juga sampah pasar. Dalam pengelolaannya, sampah organik bisa dikatakan mudah.Pengelolaan sampah organik menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk, dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Sampah anorganik adalah sampah yang biasanya berupa botol, kertas, plastik, kaleng, sampah bekas alat alat elektronika dan lain lain. Sifatnya sukar diurai oleh mikroorganisme, sehingga akan bertahan lama menjadi sampah. Sampah anorganik dapat bertahan hingga ratusan tahun, sehingga dapat mencemari lingkungan sangat lama. Untuk mengatasi masalah ini, pada umumnya dilakukan cara reduce, reuse dan recycle. Reduce dengan cara mengurangi pemakaian barang yang tidak dapat didaur ulang oleh alam. Reuse dengan menggunakan ulang barang yang masih dapat digunakan. Dan recycle dengan mengolah sampah organik menjadi barang baru yang bernilai ekonomis.
(a) (b)
Gambar 2.1 Sampah Organik (a) dan Sampah Anorganik (b)
Page | 3
2.2 Kapal Pembakar sampah (Ship Incinerator) MT Vulcanus I
MT Vulcanus I merupakan kapal barang dengan nama Erich Schröder yang kemudian dikonversi menjadi kapal insinerator sampah di KA van Brink merupakan galangan kapal di Rotterdam. Pada kapal tersebut ditambahkan Tanki untuk transportasi limbah dan dua insinerator terletak memanjang di mana limbah tersebut akan dibakar pada suhu antara 1300 dan 1400° Celcius. Pengelolaan kapal tetap dengan Samudera Layanan Pembakaran. Kapal ini mampu membakar 400-500 metrik ton perhari, atau sekitar 100.000 metrik ton per tahun. Kapal ini dioperasikan di Laut Utara dari Rotterdam, pada tahun 1980 dan kapal insinerator lainnya terbakar diperkirakan 80.000 metrik ton limbah termasuk TCDD di Laut Utara.
Gambar 2.2 Kapal Insinerator MT Vulcanus I
2.3 Biaya Transportasi Laut
Pada operasi suatu moda transportasi laut, memiliki 4 macam biaya (Wijnolst, N., & Wergeland, T. , 1997), yaitu:
1. Biaya modal (capital cost)
2. Biaya operasional (operational cost)
3. Biaya pelayaran (voyagecost)
4. Biaya bongkar muat (cargo handling cost)
2.3.1 Biaya Modal (Capital Cost) Biaya modal adalah harga kapal ketika dibeli atau dibangun. Biaya modal
disertakan dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga pinjaman dan pengembalian modal tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut, Pengembalian nilai capital ini direfleksikan sebagai pembayaran tahunan.
2.3.2 Biaya Operasional (Operational Cost) Biaya operasional adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek
operasional sehari-hari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar. Yang termasuk dalam biaya operasional adalah biaya ABK, perawatan
Page | 4 Page | 4
OC = M + ST + MN + I + AD
Keterangan: OC
= Operation Cost M
= Manning Cost ST
= Store Cost
I = Insurance Cost AD = Administration Cost
2.3.3 Biaya Pelayaran (VoyageCost) Biaya pelayaran adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk
kebutuhan selama pelayaran. Komponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, biaya pelabuhan, biaya pandu dan tunda. Rumus untuk biaya pelayaran adalah:
VC = FC + PD (2.4) Keterangan: VC = voyagecost PD = port cost (ongkos pelabuhan) FC = fuel cost
2.3.4 Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) Tujuan dari kapal niaga adalah memindahkan muatan dari pelabuhan yang
berbeda. Untuk mewujudkan hal tersebut, muatan harus dipindahkan dari kapal ke dermaga ataupun sebaliknya, atau dari kapal ke kapal atau tongkang. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkan itulah yang dikategorikan sebagai biaya bongkar muat.
Page | 5
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Pengerjaan Karya Tulis
Urutan pelaksanaan pemodelan yang akan dilakukan adalah mengikuti diagram alir sebagai berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Page | 6
Langkah - langkah pengerjaan Karya tulis ini adalah:
3.1.1 Tahap Identifikasi Permasalahan Pada tahap ini dilakukan identifikasi mengenai permasalahan dari tugas
ini. Beberapa hal yang diidentifikasi adalah bagaimana kondisi Tempat Pembuangan Akhir sampah yang dihasilkan oleh kota Surabaya dan berapa jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya.
3.1.2 Tahap Studi Literatur Pada tahap ini dilakukan studi literatur yang terkait dengan permasalahan
pada tugas ini. Materi-materi yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka adalah teknologi pengolahan sampah, peramalan, teknologi-teknologi terdahulu mengenai pengoperasian Kapal Pengolah Limbah Berbahaya di dunia, biaya- biaya transportasi laut.
3.1.3 Tahap Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam tugas ini adalah metode pengumpulan
data secara langsung (primer), dan tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data terkait dengan permasalahan dalam tugas ini.
3.1.4 Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan data-data yang diperoleh untuk
dijadikan sebagai input dalam perhitungan selanjutnya.
3.1.5 Tahap Analisa Data Pada tahap analisa data dilakukan analisa terhadap dua hal, yaitu proyeksi
jumlah penduduk kota Surabayasampai dengan tahun 2020 dan perhitungan jumlah sampah yang dihasilkan sampai dengan tahun 2020. Dengan mengetahui jumlah penduduk sepuluh tahun ke depan maka dapat diketahui berapa jumlah sampah yang akan diolah menggunakan kapal Pengolah Sampah ini.
3.1.6 Tahap Perencanaan Pada tahap ini dilakukan perencanaan bagaimana sampah yang ada di
Surabaya diolah menggunakaan Kapal Pengolah Sampah.
3.1.7 Analisis Ekonomi Pada tahap ini dilakukan perhitungan biaya-biaya yang dikenakan untuk
mengoperasikan Kapal Pengolah Sampah sesuai dengan konsep yang telah direncanakan. kemudian dipilih konsep yang biayanya paling murah untuk dioperasikan.
3.1.8 Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dirangkum hasil analisa dan evaluasi yang didapat dan saran
saran untuk pengembangan lebih lanjut.
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Persampahan Kota Surabaya
4.1.1 Sampah Kota Surabaya Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta.
Kota terbesar dan sekaligus sebagai ibukota provinsi di Jawa Timur ini menjadi kawasan padat penduduk, hal ini terlihat dari jumlah penduduknya pada tahun
2010 mencapai ± 37.476.757 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.353 jiwa/km 2 . Tentunya hal ini akan berdampak pada jumlah produksi sampah yang dihasilkan
oleh penduduk di Kota Surabaya. Per tahun 2011 volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo (Surabaya Barat) tercatat sebanyak ±
8.900 meter kubik (m 3 )/hari, dan kini menjadi sekitar 1.200 ton/hari seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk Surabaya.
4.1.2 Sistem Pengumpulan Sampah Sistem pengumpulan sampah di pemukiman dilakukan dengan pick up
sedang untuk pemukiman yang tidak dapat dilalui denganpick up dilakukan dengan grobak sampah. Sampah yang telah diangkut dengan pick up dan grobak sampah selanjutnya akan ditampung sementara di Tempat Pembuangan Sementara atau dibawa ke transfer depo. Jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada di Kota Surabaya sebanyak 225 lokasi, sedangkan transfer depo sebanyak 76 lokasi. Dari transfer depo, sampah diangkut dengan truk sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tabel 4.1Data TPA Surabaya
No dariPemukiman Keterangan TPA
Sasnitary Landfill
dan daur ulang
Penuh
Sumber : (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2011)
4.1.3 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Jumlah Sampah Kota Surabaya
Proyeksi jumlah penduduk Kota Surabaya dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah penduduk Kota Surabaya pada sepuluh tahun ke depan. Dengan diketahuinya jumlah penduduk Kota Surabaya pada sepuluh tahun ke depan maka didapat jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Surabaya
Jumlah Sampah (ton/hari)
) n to 10000 (
ah p 8000
am h S la 6000 m
Data Ju 4000 2000
Hasil Proyeksi
Gambar 4.1 Proyeksi Jumlah Sampah
Pada periode 1-5 merupakan data statistik yang sudah diketahui sedangkan 6-15 adalah data yang didapat dari hasil regresi ganda. Hasil proyeksi menunjukkan pada 2020 sampah yang diproduksi kota Surabaya mencapai 12.719 ton/hari. Dengan hasil tersebut, maka yang harus dirancang adalah operasi dan rencana armada kapal yang mampu mengolah sampah kurang lebih sebesar 13.000ton per-harinya.Sehingga sampah yang dengan jumlah tersebut dapat diolah dan bisa menggantikan sistem pengolahan sampah yang ada di darat yang selama ini diterapkan di kota Surabaya.
4.1.4 Penetuan Lokasi Depot Penentuan lokasi depot dilakukan untuk menetapkan lokasi yang
digunakan sebagai tempat konsolidasi dalam mendistribusikan sampah dari darat menuju kapal pengolah sampah. Penentuan lokasi titik pengumpulan sampah adalah membagi setiap titik untuk melayani wilayah cakupan yang dilayani dan nantinya akan ditetapkan menjadi lokasi depot. Untuk Depot A akan diletakkan di kawasan Tanjung Perak yang akan melayani pengumpulan sampah di wilayah Surabaya Barat, Surabaya Pusat dan Surabaya Utara. Sedangkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya wilayah Surabaya Selatan dan Surabaya Timur akan dilayani oleh satu depot yakni Depot B yang akan diletakkan di kawasan Kenjeran seperti yang ditunjukkan padaTabel 4.2. Tabel 4.2 Pembagian Depot dan Wilayah Cakupan
Depot
Wilayah Cakupan
Volume Sampah (m3/hari) Persentase
Depot A (Tanjung Perak) Surabaya Barat, Surabaya Pusat, Surabaya Utara 4483,21 50,35% Depot B (Kenjeran)
Surabaya Selatan, Surabaya Timur
Untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal maka diperlukan suatu fasilitas berupa dermaga/terminal atau fasilitas lainnya. Depot A berada di area pelabuhan Tanjung Perak sehingga depot tersebut bisa menggunakan fasilitas dermaga/terminal untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal. Depot B berada di kawasan Kenjeran tidak berada pada area pelabuhan sehingga diperlukan suatu fasilitas yang mampu untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal. Sehingga untuk depot ini akan digunakan fasilitas conveyor. Error! Reference source not Untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal maka diperlukan suatu fasilitas berupa dermaga/terminal atau fasilitas lainnya. Depot A berada di area pelabuhan Tanjung Perak sehingga depot tersebut bisa menggunakan fasilitas dermaga/terminal untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal. Depot B berada di kawasan Kenjeran tidak berada pada area pelabuhan sehingga diperlukan suatu fasilitas yang mampu untuk mentransfer sampah dari depot ke kapal. Sehingga untuk depot ini akan digunakan fasilitas conveyor. Error! Reference source not
4.2 Konsep Perencanaan Kapal Pengolah Sampah
Konsep ini menggunakan kapal dimana kapal tersebut berfungsi sebagai moda pengangkut sampah ke processing area sendiri dan moda pengolah sampah apung yang berada di processing area. Dengan demikian berarti konsep ini memakai kapal pengangkut sampah sendiri dan moda pengolahan apung sendiri. Sampah dari masing-masing kecamatan kota Surabaya diangkut menggunakan truk menuju ke depot sampah. Sampah yang ada di depot sampah akan dipilah- pilah sesuai dengan jenisnya. Adapun sampah yang akan diolah adalah hanya sampah organik dan sampah plastik saja.
Setelah sampah dipilah-pilah menjadi sampah organik dan sampah plastik, maka sampah-sampah tersebut akan dimuat ke dalam tongkang pengangkut sampah menggunakan conveyor. Setelah sampah masuk ke tongkang maka tongkang berangkat ditarik oleh Tugboat dari depot menuju ke alat pengolahan apung di processing area. Sampai processing area, sampah dari tongkang dibongkar ke pengolahan apung. Ketika sampah dari tongkang dibongkar, tugboat meninggalkan processing area. Setelah selesai dibongkar, tongkang akan menuju depot untuk mengangkut sampah lagi. Sampah yang sudah ada di pengolahan apung akan diolahh. Adapun pembagian pengolahannya adalah sebagai berikut :
1. Sampah organik diolah menjadi briket.
2. Sampah plastik akan diolah menjadi bijih plastik.
Gambar 4.2 Rute Kapal
Sampah yang sudah diolah berupa produk di atas, akan dikemas dalam kemasan karung. Kemasan karung dipilih karena untuk mempermudah proses pembongkaran produk di depot. Setelah proses pengolahan selesai maka produk olahan akan dibawa oleh kapal lain menuju depot sampah. Produk olahan dibongkar menggunakan mobile crane yang ada di depot. Dari depot ini produk olahan akan diangkut menuju perusahaan briket dan plastik.
Proses alur diatas dapat dipaparkan dengan menggunakan skema berikut :
Gambar 4.3 Alur Perjalanan Sampah
Adapun kapal yang digunakan sebagai alat pengangkut adalah tongkang yang ditarik tugboat dengan pertimbangan biaya lebih murah. Sedangkan untuk moda pengolahan apung, moda yang dipilih adalah tongkang yang dijangkar di tengah laut. Kemudian produk olahan akan diangkut dengan menggunakan kapal General Cargo.
4.3 Pembangunan Armada
Pembangunan armada ini dapat dilakukan dengan membuat kapal baru atau dengan cara konversi. Kapal pengangkut kita dapat membuat baru atau dengan charter sesuai dengan ukuran kapal yang diperlukan. Pada moda untuk pengolahan apung kita menggunakan tongkang yang dimodifikasi dengan instalasi alat pengolahan sampah di atasnya.
Untuk mengoperasikan konsep ini, moda yang digunakan adalah :
1. Tongkang kapasitas 3.000 ton
2. Tugboat
3. Tongkang kapasitas 13.000 ton
4. Kapal General Cargo
4.4 Perhitungan Waktu Operasi
Perhitungan waktu operasi dilakukan untuk mengetahui lamanya kapal melakukan satu siklus operasi (round trip) yang terdiri dari lama berlayar (sailing time), lama mengolah sampah (processing time) dan lama di pelabuhan (port time). Hasil perhitungan ini akan menjadi input dalam perhitungan biaya pelayaran (voyagecost) khususnya biaya bahan bakar kapal untuk masing-masing opsi.
Perhitungan lama waktu dilakukan berdasarkan masing-masing moda yang digunakan untuk mengangkut sampah, moda yang digunakan untuk mengolah sampah, dan moda yang digunakan untuk mengangkut produk olahan sampah. Perhitungan waktu operasi dimulai dari berapa ton sampah yang masuk ke depot
A dan depot B. Total sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota Surabaya perharinya adalah 13.000 ton/hari. Jadi, pembagian sampah masuk ke depot A A dan depot B. Total sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota Surabaya perharinya adalah 13.000 ton/hari. Jadi, pembagian sampah masuk ke depot A
Keterangan
RUTE A
RUTE B
Sampah Masuk
5000 ton Jarak ke Processing Area
8000 ton
30 nm Kapasitas Kapal
33 nm
3000 ton Kecepatan Kapal
3000 ton
3 knot Kecepatan Muat di depot (Conveyor)
3 knot
350 ton/jam Kecepatan Bongkar di depot
350 ton/jam
(2 Crane @35 ton/jam)
70 ton/jam Kecepatan Bongkar di floating
70 ton/jam
(2 Grab Bucket @30 ton)
60 ton/jam
60 ton/jam
Kecepatan Muat di floating (2 Crane @35 ton/jam)
70 ton/jam Produk
70 ton/jam
95% dari jumlah masuk Tongkang ditarik tugboat dengan kecepatan 3 knot dikarenakan rute yang
95% dari jumlah masuk
dilalui merupakan perairan terlindung dan masih dalam wilayah pelabuhan Tanjung Perak. Setelah sampai di processing area, sampah segera dibongkar ke moda pengolahan sampah apung. Sementara sampah dibongkar, tugboat meninggalkan processing area ke depot untuk menarik tongkang lagi. Setelah proses bongkar sampah selesai maka segera melakukan pengolahan sampah. Lama waktu pengolahan masing-masing kapal diperhitungkan sama karena alat yang diperlukan mempunyai kapasitas olah yang sesuai dengan sampah yang masuk. Tabel 4.4Lama Waktu Pengolahan
Pengolahan organik
24 jam
Pengemasan
100 ton/jam
Setelah proses pengolahan sudah selesai beserta proses pengemasannya, maka produk olahan sampah dimuat ke kapal pengangkut produk olahan sampah ke depot. Setelah sampai di depot maka produk olahan dibongkar menggunakan mobile crane. Dengan selesainya proses bongkar, maka perhitungan lama waktu kapal 1 roundtrip telah selesai.
Berikut ini adalah tabel perhitungan waktu operasinya. Tabel 4.5 Perhitungan Waktu Operasi Tongkang dan Tugboat
RUTE B Tongkang dan Tugboat
RUTE A
Waktu
Satuan
Waktu Satuan
Muat sampah ke kapal
8.6 jam Depot - Processing area
8.6 jam
10.0 jam Bongkar sampah ke Pengolahan
11.0 jam
50.0 jam Pengolahan -> depot
Sea time tongkang
50.0 jam
50.0 jam
2.1 hari Sea time tugboat
8.6 jam Port time
78.6 jam TOTAL
Tabel 4.6 Perhitungan Waktu Moda Pengolahan Apung
RUTE A + B
Moda Pengolahan Apung
Waktu Kompos
Waktu Plastik
Pengolahan Plastik
0.0 24.0 jam
Pengemasan kompos
97.5 0.0 jam
pengemasan bijih plastik
56.5 jam 8 2 hari
Tabel 4.7 Perhitungan Waktu Operasi Kapal General Cargo 5000 ton
RUTE B Pengangkut Produk
RUTE A
Waktu
Satuan
Waktu Satuan
Depot -> Processing area
10.0 jam Muat produk ke kapal
11.0 jam
67.9 jam Processing area -> Depot
67.9 jam
10.0 jam Bongkar produk ke Depot
Sea time
89.9 jam
87.9 jam
3.7 hari Port time
155.7 jam TOTAL
Dari perhitungan di atas maka dapat kita hitung pula dalam satu tahun berapa kali roundtrip moda yang digunakan beroperasi. Selain itu juga dapat kita hitung berapa jumlah sampah yag diangkut pertahun, jumlah sampah yang diolah, dan kapasitas olah pertahunnya. Sehingga dapat kita hitung utilitas masing-masing moda yang digunakan.
Lama waktu bongkar muat sampah adalah sesuai dengan kecepatan bongkar muat sampah. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan alat bongkar muat yang ada di depot sampah maupun pada kapal pengolah sampah. Berikut adalah beberapa alat bongkar muat yang akan dipergunakan dalam konsep pengoperasian kapal pengolah sampah ini.
1. Conveyor, memiliki kecepatan muat sampah ke kapal 400 ton/jam. Conveyor ini ditempatkan pada depot sampah untuk memuat sampah dari depot ke ruang muat kapal.
Gambar 4.4Conveyor di Depot
2. Mobile crane, memiliki kecepatan bongkar 35 ton/jam. Mobile crane ini ditempatkan pada depot sampah untuk membongkar produk olahan sampah dari kapal ke truk pengangkut produk olahan di depot.
Gambar 4.5Mobile crane untuk Membongkar Produk Olahan
3. Grab bucket crane, yaitu alat bongkar muat berupa grabb yang dalam hal ini dipergunakan untuk membongkar sampah dari kapal pengangkut sampah. Kecepatan bongkarnya 30 ton/jam.
Gambar 4.6Grab bucket crane untuk membongkar sampah
4.5 Analisis Ekonomis
Analisis ekonomis dilakukan untuk mengetahui jenis dan besar biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan kapal pengolah sampah dari kedua Opsi dan variasi pada masing-masing opsi. Dalam perencanaan kapal pengolah sampah ini, biaya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu biaya kapal, biaya alat pengolah sampah, dan biaya infrastruktur depot sampah.
4.5.1 Biaya Kapal
Sesuai dengan literatur, biaya kapal digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Biaya modal (capital cost)
2. Biaya operasional (operational cost)
3. Biaya pelayaran (voyagecost)
4. Biaya bongkar muat (cargo handling cost) 4.5.1.1 Biaya Modal (Capital Cost)
Biaya modal dihitung dari persamaan regresi beberapa variasi antara harga sewa dengan DWT kapal yang ada. Dengan demikian kita dapat pendekatan harga sewa yang sesuai dengan kapal yang dibutuhkan.Berikut ini adalah tabel perhitungan biaya modalnya. Tabel 4.8Perhitungan Biaya Modal
Opsi 2.2 Keterangan Tongkang Pengangkut
Opsi 2.1
Tugboat
Tongkang Pengolah Kapal 5000 ton Tongkang Pengangkut Tugboat Tongkang Pengolah
- Rp 121,517,052,632 Konversi
Harga Rp - Rp 121,517,052,632 Rp
- Rp - Sewa Kapal
103,109,095,033 Rp 13,339,792,170 Rp - Total Investasi Rp
Rp 40,237,695,623 Rp
13,339,792,170 Rp
- Rp 313,500,000,000 Rp
40,237,695,623 Rp
13,339,792,170 Rp
121,517,052,632 Rp 313,500,000,000 Rp
103,109,095,033 Rp 13,339,792,170 Rp 121,517,052,632
Annual Cost Rp 40,237,695,623 Rp
16,315,276,499 4.5.1.2 Biaya Operasional
103,109,095,033 Rp 13,339,792,170 Rp
Biaya operasional kapal terdiri dari biaya gaji ABK, biaya perawatan kapal, biaya perbekalan, dan biaya minyak pelumas. Biaya ABK ditentukan berdasarkan ukuran kapal yang digunakan. Semakin besar kapal semakin banyak pula ABK yang diperlukan dengan gaji yang lebih besar.
Biaya perbekalan kapal dihitung dengan menggunakan asumsi bahwa uang makan ABK adalah Rp 65.000,00 dalam sehari tiap ABK.Sedangkan biaya pelumas dihitung dengan asumsi biaya pelumas sebesar 5% dari biaya bahan bakar. Sama seperti perhitungan capital costsebelumnya, perhitungan biaya operasional juga mengkonversikan nilai kebutuhan biaya operasi selama masa operasi satu tahun.
Biaya perawatan kapal per tahun dihitung berdasarkan harga beli kapal, dengan asumsi biaya perawatan sebesar 0.1% dari harga kapal. Biaya perawatan selama satu tahun tersebut mencakup biaya perawatan seperti biaya cat, pengelasan, dan biaya spare part mesin induk yang harus diganti setiap bulan. Biaya perawatan juga dihitung selama 5 tahun sesuai dengan aturan klasifikasi yang mengharuskan kapal untuk melaksanakan docking selama 5 tahun sekali. Nilai dari biaya perawatan 5 tahun ini diasumsikan sebesar 5% dari harga kapal. Tabel 4.9Perhitungan Biaya Operasional
Keterangan Biaya
Opsi 2 Kapal 3000 ton
Maintenance Kapal per tahun(0,1% Harga Kapal) Rp
Docking Kapal (5% dari harga kapal)
Biaya Pelumas (5% biaya bahan bakar)
Rp
Gaji ABK
Rp
Annual Cost
Rp
4.5.1.3 Biaya Pelayaran (VoyageCost) Biaya pelayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya bahan bakar kapal dan biaya pelabuhan. Biaya bahan bakar dihitung dengan memperhitungkan konsumsi bahan bakar kapal ketika beroperasi. Sedangkan biaya pelabuhan dihitung berdasarkan standart biaya pelabuhan yang dikeluarkan oleh PT. PELINDO.Berikut ini adalah perhitungan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan konsumsi bahan bakar masing-masing moda pada setiap Opsi. Tabel 4.10Perhitungan VoyageCost
Opsi 2.1
Keterangan Biaya
Tongkang Pengolah Kapal General Pengangkut Sampah
Tongkang
Tugboat
Sampah Cargo 5000 ton
MFO at Sea Rp
- Rp 116,302,443,985 MDO at Sea
- Rp
76,986,907,328 Rp
22,819,201,416 Rp 15,800,357,721 MDO at Port
- Rp 64,448,317,237 Port Charges
Annual Cost Rp
4.5.1.4 Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) Dalam perencanaan Kapal Pengolah Sampah ini, biaya bongkar muat tidak termasuk dalam komponen biaya. Hal tersebut disebabkan karena kapal melakukan aktivitas bongkar di terminal milik sendiri sehingga tidak ada biaya bongkar muat.
4.5.2 Biaya Infrastruktur Depot Biaya infrastruktur dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Biaya modal (capital cost)
2. Biaya operasional (operational cost) 4.5.2.1 Biaya Modal
Biaya modal pada infrastruktur mencakup biaya pembangunan depot, pembangunan dermaga untuk sandar kapal, dan infrastruktur lainnya. Untuk biaya peralatan ada juga terdapat biaya untuk alat bongkar muat sampah di depot yang berupa Mobile crane dan Conveyor. Selain itu juga pembelian sorting machine sebagai alat pemilah sampah. Berikut ini adalah perhitungan biaya modal untuk pembangunan depot. Tabel 4.11Tabel Biaya Modal depot
3000 m 2 Rp
2,000 m 2 Rp
2,800,000 Rp
Alat bongkar muat
6,000,000 Mobile Crane
Alat Pemilah Sampah
Sorting Machine
64,262,000,000 4.5.2.2 Biaya Operasional
Total Biaya
Rp
Biaya operasional depot adalah biaya rumah tangga depot yang mencakup biaya penggunaan air, listrik, telepon, dan biaya gaji pegawai depot. Tabel 4.12menyajikan biaya operasional depot setiap bulan. Biaya yang diperlukan Biaya operasional depot adalah biaya rumah tangga depot yang mencakup biaya penggunaan air, listrik, telepon, dan biaya gaji pegawai depot. Tabel 4.12menyajikan biaya operasional depot setiap bulan. Biaya yang diperlukan
Jenis biaya
Biaya (Rp/bulan)
Total Biaya
Rp
Total Biaya per Tahun
Rp
4.5.3 Biaya Alat Pengolah Sampah Biaya alat desalinasi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Biaya modal (capital cost)
2. Biaya operasional (operational cost)
3. Biaya produksi 4.5.3.1 Biaya Modal (Capital Cost)
Biaya modal digunakan untuk pembelian alat pengolah sampah baik itu sampah kompos maupun sampah plastik. Dengan mencari beberapa katalog dari instalasi pengolahan sampah di dunia, maka didapat data alat pengolah sampah yang sesuai dengan kapasitas kapal yang dioperasikan. Tabel 4.13 Harga Alat Pengolah Sampah Plastik dan Briket
Kapasitas (ton/hari)
Capital Cost (Rp)
ALAT KOMPOS (ton/hari)
Capital Cost
Sumber : (Shenjiasanwa.en.alibaba.com, 2010) Tabel 4.14 Rekapitulasi Biaya Modal Alat Pengolahan
Keterangan Biaya
Opsi 1
Opsi 2
Kapal 3000 ton
Kapal 4000 ton
Kapal 5000 ton
Tongkang Pengolah Sampah
Harga Alat Pengolahan Plastik
112,861,702 Rp 199,864,299 Harga Alat Pengolahan Kompos Rp
Annual Cost 1
214,284,174 Rp 151,167,012 Harga Grab Crane
Annual Cost 2
Annual Cost 3
Total Annual Capital Cost
941,789,687 4.5.3.2 Biaya Operasional
Biaya operasional mencakup biaya untuk merawat alat termasuk gaji operator. Biaya ini akan tetap ada meskipun alat pengolah sampah tidak dioperasikan. Dalam perhitungan biaya ini, diasumsikan bahwa biaya perawatan alat selama satu tahun sebesar 1% dari biaya investasinya. Gaji seorang operator alat diasumsikan sebesar Rp. 75.000 per hari. Semua komponen biaya akan diperhitungkan selama satu tahun. Berikut ini adalah rekapitulasi biaya operasional untuk alat pengolah sampah.
Tabel 4.15Rekapitulasi Biaya Operasional Alat Pengolah Sampah
Keterangan Biaya
Opsi 1
Opsi 2
Kapal 3000 ton
Kapal 4000 ton
Kapal 5000 ton
Tongkang Pengolah Sampah
Harga Alat Pengolahan Plastik
Annual Cost 1
112,861,702 Rp 199,864,299 Harga Alat Pengolahan Kompos Rp
214,284,174 Rp 151,167,012 Harga Grab Crane
Annual Cost 2
Annual Cost 3
Total Annual Capital Cost
941,789,687 4.5.3.3 Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya energi yang dibutuhkan alat untuk bekerja mengolah sampah sesuai dengan kapasitasnya. Biaya ini hanya muncul apabila alat pengolah sampah bekerja mengolah sampah, atau dapat dianalogikan dengan biaya pelayaran pada perhitungan biaya kapal.
Biaya produksi besarnya benbanding lurus dengan kapasitas masing- masing alat. Jadi pada satu data didapat bahwa biaya produksi alat pengolah sampah ini sebagai berikut. Tabel 4.16 Biaya Produksi Alat Pengolah Sampah Plastik dan Briket
Production Cost (Rp)
ALAT KOMPOS
Kapasitas (ton/hari)
Capital Cost Productional Cost
$/ton
Total
(ton/hari)
Rp 125,100,000 Rp 7,184,188
4.6 Rekapitulasi dan Optimasi Konsep Kapal Pengolah Sampah
Setelah semua komponen dihitung mulai dari waktu operasi masing- masing Opsi, jumlah sampah yang mampu diangkut dan diolah, dan juga komponen pembiayaannya, maka dapat dipilih konsep mana yang lebih optimal untuk dioperasikan sebagai konsep pengolahan sampah berbasis transportasi laut untuk menggantikan TPA Benowo yang dinilai sudah mengalami under capacity. Berikut ini adalah rekapitulasi optimasi pembiayaan dari berbagai Opsi dan variasi yang selama ini dianalisis. Tabel 4.17Rekapitulasi Optimasi Pembiayaan
Biaya Kapal
Rp/tahun Rp
Biaya Infrastruktur
Rp/tahun Rp
Biaya Alat Pengolahan
Rp/tahun Rp
Jumlah
Annual Cost Rp
Dengan demikian total annual cost-nya adalah Rp. 499,300,628,967 ,- Untuk mengetahui besar biaya pengolahan setap ton-nya, maka dapat
dihitung dengan cara total biaya dibagi dengan jumlah produksi sampah pertahun. Pada tahun pertama, unit cost yang diperlukan untuk mengolah sampah adalah Rp. 499,300,628,967,- dibagi dengan 4.745.000 ton. 4.745.000 ton ini diperoleh dari total sampah perhari sebesar 13.000 ton dikali dengan 365 hari. Sehingga, unit cost tahun pertama adalah Rp. 105.227,-
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, beberapa kesimpulan dapat diambil yaitu :
1. Jumlah sampah yang dihasilkan kota Surabaya setelah dilakukan peramalan sampai pada tahun 2020 adalah 381.559 ton perbulan atau 12.179 ton perhari. Peramalan ini dilakukan menggunakan dua variabel yaitu jumlah pertumbuhan penduduk dan PDRB kota Surabaya.
2. Penempatan dua depot yang paling dekat dengan laut yang dipilih untuk menjangkau semua wilayah kota Surabaya adalah Depot A berada di kecamatan Krembangan (di area Pelabuhan Tanjung Perak) dan Depot B berada di kecamatan Kenjeran. Depot A untuk penumpukan sementara sampah dari wilayah Surabaya bagian utara, pusat dan barat. Sedangkan Depot B untuk penumpukan sementara sampah dari wilayah Surabaya bagiantimur dan selatan.
3. Konsep pengolahan sampah menggunakan moda tongkang pengangkut sampah dengan kapasitas 3000 ton yang ditarik tugboat dan tongkang pengolah sampah dengan kapasitas 13.000 ton secara terpisah. Dan menggunakan kapal General Cargo ukuran kapasitas 5.000 ton untuk mengangkut produk olahan sampah ke depot dengan total biaya sebesar Rp. 499,300,628,967,-
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengerjaan Karya tulis ini, terdapat saran yang bisa diberikan terkait dengan pengembangan hasil studi berikutnya yaitu :
1. Perlunya pengembangan analisa teknis agar didapatkan desain secara mendetail untuk pembangunan Kapal Pengolah Sampah ini.
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu meneliti aspek ekonomis dari pengoperasian dan analisis kelayakan ekonomisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. (2012, Juni 10). Penduduk Kota Surabaya Hasil Sensus Penduduk 2010. Dipetik Oktober 22, 2012, dari www.bps.go.id: http://surabayakota.bps.go.id/
BPS Kota Surabaya. (2010). Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya. Surabaya: BPS Kota Surabaya.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. (2011). Jumlah Rumah Tangga dan Timbulan Sampah. Surabaya: Pemerintah Kota Surabaya.
Dinas Kependudukan Surabaya. (2013). Jumlah Penduduk Surabaya. Surabaya: Dispenduk.
Shenjiasanwa.en.alibaba.com.
2013, dari http://shenjiasanwa.en.alibaba.com/product/594994116- 218089597/Single_Shaft_Waste_Plastic_Shredder.html
Dipetik
Sudarma, W. (2010). Pengolahan Ammonium Nitrogen pada Lindi TPA Benowo. Surabaya: Teknik Lingkungan ITS.
Surya. (2012, Mei 14). Surya Online. 12.969 Ton Jumlah Sampah Surabaya Selama 2 Bulan , hal. 12.
Tim Dosen Technopreneurship. (2009). Pengantar Technopreneurship. Surabaya: ITS Press.
Wijnolst N. & Wergeland T. (1997). Shipping. Netherland: Delft University Press. Wijnolst, N., & Wergeland, T. . (1997). Shipping. Netherlands: Delft University
Press. www.shipspotting.com. (2008). Dipetik 2013, dari http://www.shipspotting.com
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ketua kelompok
Nama Lengkap
: Danang M. Pratomo
NRP
Tempat, tanggal Lahir
: Pati, 29 April 1991
Jurusan : Program Studi Transportasi Laut
Teknik Perkapalan
Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Alamat Rumah
: Rumah Dinas ITS Blok U Jl. T. Komputer II
Email : danang.p.mujianto@gmail.com Karya ilmiah yang pernah dibuat
No.
Judul
Kategori Tahun
1 (WPC) Wayang Paper Craft : Metode Program Kreativitas 2011 Kreatif dan Edukatif Dalam Penanaman
Mahasiswa Pengabdian Nilai Kearifan Pada Siswa Kelas Empat
Masyarakat (PKM-M) dan Lima Sekolah Dasar Negeri 2 Perancangan Kapal Patroli Nir
Program Kreativitas 2012 Awak(KPNA) Berbasis Autonomous
Mahasiswa Karsa Cipta Surfaces Craft(ASC)
(PKM-KC)
3 “Si-Plangi”: SistemParitDalam Sungai Program Kreativitas 2012 Sebagai Solusi
Mahasiswa Karsa Cipta SistemPembuanganSampahOtomatis
(PKM-KC)
dalam Usaha PencegahanResikoBanjir Pada Bantaran Sungai Ciliwung 4 Desain Konseptual Kapal Pengolah
Tugas Perencanaan 2013 Sampah Studi Kasus Kota Surabaya
Transportasi
Prestasi yang Pernah Diraih
No. Judul
Kategori
Penyelenggara Tahun
1 Juara 3 Indonesian Indoor
Keluarga 2011 Aerial Roboti
Juara 3 Umum
Mahasiswa Contest(IIARC) KMP-ITB
Teknik Penerbangan FTMD-ITB
Lomba Karya 2013 Apung
2 “Floating Bank”:
Bank Finalis
Cipta Maritim Layanan Perbankan Keliling
Sebagai
Solusi
Nasional Di Kawasan Pesisir Pulau
(LOKARINA) Sebatik
3 Pelatihan Penanganan Teknik
2013 Permasalahan Sampah Kota
Pemakalah
Lingkungan ITS
Anggota
Nama Lengkap
Tempat, tanggal Lahir
: Gresik, 3 Mei 1990
Jurusan : Program Studi Transportasi Laut
Teknik Perkapalan
Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Alamat Rumah
: Sekretariat KSE ITS Keputih gang III No. 35 B
Sukolilo Surabaya
Hp
Email : muafaqbinmuhajir@gmail.com Karya ilmiah yang pernah dibuat
No.
Judul
Kategori Tahun
Pengoperasian Kapal Puskesmas Keliling Program Kreativitas 1 untuk Memenuhi Kebutuhan Kesehatan
Mahasiswa Gagasan 2010 Wilayah Kepulauan
Tertulis
Desain Konseptual Kapal Pengolah Tugas Perencanaan
2012 Sampah Studi Kasus Kota Surabaya
Transportasi
Efficient Electricity Planthopper Program Teknologi for
2013 Exterminator
Indonesia
Prestasi yang Pernah Diraih
No. Judul
Kategori
Penyelenggara Tahun
Pengoperasian Kapal Puskesmas Keliling untuk
BEM FTK-ITS 2010 Memenuhi Kebutuhan
1 Finalis
Kesehatan Wilayah Kepulauan
HIMATEKPAL 2 Business Plan Competition
Analisis Kebijakan 3 Pengawakan Kapal terhadap
Class NK 2012 Kecelakaan Kapal
Finalis
Pelatihan Penanganan Teknik Lingkungan
2013 Permasalahan Sampah Kota
Nama Lengkap
: Tifani Rosa Mahardika
NRP
Tempat, tanggal Lahir
: Jember, 23 Februari 1996
Jurusan
: Teknik Lingkungan
Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Alamat Rumah
: Sunan Ampel IV/32 Jember
Hp
Email : tifanimahardika@yahoo.co.id Karya ilmiah yang pernah dibuat
No.
Judul
Kategori Tahun
1 Trash Bioethanol ( Trol ) : Bioetanol Program Kreativitas 2012 dengan Bahan Sampah Organik Sebagai
Mahasiswa Penelitian Solusi Krisis Energi dan Masalah Sampah (PKM-P) Kota Surabaya 2 Sea Water Electrochemical Cells ( Sealls ) Program Kreativitas
2012 : Pemanfaatan Elektrolit Air Laut Menjadi Mahasiswa Penelitian Sumber Energi Listrik Terbarukan Ramah (PKM-P) Lingkungan
Lampiran 1. Perkiraan Umur Tpa Benowo
Tinggi maksimal tumpukan sampah =
30 m
Volume maksimal
8,010,000 m 3
Volume sampah masuk
8,000 m 3 /hari 2,920,000 m 3 /pertahun
Volume sampah keluar
730,000 m 3 /pertahun
Volume
Tahun ke
Volume Sampah
Volume TPA
Sampah
Keluar
Benowo Kondisi
0 2,920,000 Masuk 730,000 0 0 1 2,920,000 730,000 2,190,000 0 2 2,920,000 730,000 4,380,000 0 3 2,920,000 730,000 6,570,000 0 4 2,920,000 730,000 8,760,000 1 5 2,920,000 730,000 10,950,000 1 6 2,920,000 730,000 13,140,000 1 7 2,920,000 730,000 15,330,000 1 8 2,920,000 730,000 17,520,000 1 9 2,920,000 730,000 19,710,000 1 10 2,920,000 730,000 21,900,000 1
Keterangan :
0 : TPA mengalami Over Capacity 1 : TPA mengalami Under Capacity
Perhitungan menggunakan Software Powersim
Lampiran 2. Gaji Crew
Jabatan Gaji Per Jabatan
Tugboat Kapal 5000
Master/Captain Rp 65,000,000 1 1 1 1 1 Chief Engineer
Rp 65,000,000 1 1 1 1 1 Chief Officer
Rp 40,000,000 1 1 1 1 1 Second Officer
Rp 32,000,000 1 1 1 1 Third Officer
Rp 29,000,000 1 1 1 1 Second Engineer
Rp 32,000,000 1 1 1 1 Third Engineer
Rp 29,000,000 1 1 1 1 Oiler
Rp 7,000,000 2 2 3 1 3 Chief Cook
Rp 12,000,000 1 1 1 1 1 Quarter Master
Rp 7,000,000 3 3 3 2 3 Electrician
Rp 12,000,000 1 1 1 1 Purser
Rp 9,000,000 1 1 1 1 Boatswain
Rp 12,000,000 1 1 1 1 Steward
Rp 7,000,000 1 1 1 1
Jumlah Crew
17 17 18 0 7 18
Total Gaji/Bulan
Total Gaji/Tahun
Total Gaji/Hari
Rp
12,460,274 Rp
12,460,274 Rp
12,690,411 Rp
- Rp
6,673,973 Rp
12,690,411
Lampiran 3. Perhitungan Biaya Pelabuhan
No Jenis Jasa
Tarif (Rp)
Keterangan
Biaya
5000 ton Tongkang Tugboat 5000 ton 1 Jasa Labuh
3000 ton
4000 ton
-Kapal Bukan Niaga
95 per GT/kunjungan
224,200 378,955 404,700 - 404,700
2 Jasa Tambat
-Dermaga (Besi/Kayu)
95 per GT/etmal
224,200 378,955 404,700 - 404,700
3 Pemanduan
300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 -Tarif Tambahan
-Tarif Pokok
150000 per kapal/gerakan
30 per GT/kapal/gerakan
141,600 239,340 255,600 255,600
4 Penundaan
Kapal s.d 3.500 GT -Tarif Tetap
320000 per kapal yang ditunda/jam
-Tarif Variabel
20 per GT/kapal yang ditunda/jam
Kapal 3.501 s.d 8.000 GT -Tarif Tetap
1,800,000 1,800,000 -Tarif Variabel
600000 per kapal yang ditunda/jam
141,600 255,600 Kapal 3.501 s.d 8.000 GT -Tarif Tetap
20 per GT/kapal yang ditunda/jam
2,700,000 2,700,000 -Tarif Variabel
900000 per kapal yang ditunda/jam
20 per GT/kapal yang ditunda/jam
239,340 255,600
Total Biaya 2,831,600 4,236,590 4,320,600 300,000 -
3,420,600
Lampiran 4. Input Model
Skenario Sailing Time (Jam) Port Time (Jam) Onhire Days Roundtrip
Jumlah
Crew
Harga Kapal (Rp) Biaya Konversi (Rp)
(Orang)
Kapal 3000 ton
Opsi 1 Depot A
Kapal 4000 ton
7,380,000,000 Rp 8,830,715,184 Kapal 5000 ton
8,640,000,000 Rp 9,844,971,360 Kapal 3000 ton
Opsi 1 Depot B
7,380,000,000 Rp 8,830,715,184 Kapal 5000 ton
Kapal 4000 ton
40 17 Rp
8,640,000,000 Rp 9,844,971,360 Tongkang A
Opsi 2 Depot A
2,667,958,434 - Kapal 5000 ton A
53 18 Rp 16,500,000,000 - Pontoon
0 - Tongkang B
Opsi 2 Depot B
7 - Kapal 5000 ton B
53 18 Rp 16,500,000,000 - Tongkang
Opsi Tambahan
Konsumsi (liter) di Pelabuhan Skenario
Konsumsi (liter) di laut
Kapal 3000 ton
Opsi 1 Depot A
142,347 Rp 1,417,063,776 Kapal 5000 ton
Kapal 4000 ton
275,384 Rp 2,741,447,009 Kapal 3000 ton
Opsi 1 Depot B
Kapal 4000 ton
142,347 Rp 1,417,063,776 Kapal 5000 ton
275,384 Rp 2,741,447,009 Tongkang A
Opsi 2 Depot A
- Kapal 5000 ton A
339,130 Rp 3,376,041,224 Pontoon
0 Rp - Tongkang B
Opsi 2 Depot B
- Kapal 5000 ton B
343,486 Rp 3,419,403,221 Tongkang