ASAS PRINSIP ORGANISASI MANAJEMEN DAN KO

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Ssitem
Pendidikan Nasional, pendidikan diadtikan sebagai pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Lebih lanjut, mengenai fungsi pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan dua batasan di atas, maka pendidikan di Indonesia ini tidak
hanya memprioritaskan perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan
peserta didik, namun juga tetapi perkembangan individu sebagai pribadi
yang unik secara utuh. Oleh karena setiap satuan pendidikan harus

memberikan layanan yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa
secara optimal berupa bimbingan dan konseling. Pemahaman mengenai apa
dan bagaimana layanan bimbingan di sekolah mutlak diperlukan oleh
pengawas. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi supervisi manajerial
yang harus dilakukannya terhadap setiap sekolah yang berada dalam
lingkup binaannya.
Dalam pasal 1 ayat 1 UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi
perannya dimasa yang akan datang. Dalam hal ini, kata “bimbingan”
diwujudkan dalam bentuk pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik dalam
upaya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bimbingan dan konseling merupakan salah
satu aspek dari pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa agar
berkembang secara optimal. PP NoL29/1990 tentang pendidikan menengah,
Bab X : Bimbingan pasal 27 ayat 1, Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencakan masa depan.

Bantuan yang diberikan melalui bimbingan dan konseling diarahkan
kepada penguasaan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam mencapai
tujuan pendidikan, seperti kompetensi fisik, intelektualm sosial, pribadi dan
spiritual.
Kompetensi ini harus terwujud dalam setiap diri individu, Prayitno dkk
(1997),

mengemukakan

bahwa

upaya

bimbingan

dan

konseling

memungkinkan peserta didik untuk mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan

menerima diri sendiri, mengenal dan menerima lingkungannya secara positif
dan dinamis, mengarahkan diri sendiri secara efektif dan produktif dalam
merencakan kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki
hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam
praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah
konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling). Ada
pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil
antar bimbingan dengan konseling atau keduannya memiliki makna yang
identik. Namun sementara pihak ada yang berpendapat bahwa bimbingan
dan konseling merupaka dua pengertian yang berbeda, baik dasar maupun
cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap identik dengan
psychoterapy,

yaitu

usaha

menolong


orang-orang

yang

mengalami

gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap identik dengan
pendidikan. Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa konseling
merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja prinsip-prinsip bimbingan konseling?
b. Apa saja asas-asas bimbingan konseling?
c. Bagaimana organisasi manajemen bimbingan konseling di sekolah?
d. Apa saja kode etik bimbingan konseling?

1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan konseling.
b. Untuk menjelaskan asas-asas bimbingan konseling.
c. Untuk menjelaskan organisasi manajemen bimbingan konseling di
sekolah.

d. Untuk menjelaskan kode etik bimbingan konseling.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah
deskriptif dan studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku referensi
tentang profesi kependidiksn dan juga berasal dari situs-situs internet yang
sumbernya dicantumkan.

BAB II
BIMBINGAN KONSELING
1. Prinsip-prinsip Operasinal Bimbingan dan Konseling di Konseling
Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan teoritis yang mendasari
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat
lebih terarah dan berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam
melaksanakan kegiatan ini perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut.

Berikut ini di kemukakan rumusan tentang prinsip-prinsip bimbingan yang
dituangkan dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling yang selanjutnya akan diganti dengan Pedoman
Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 1994.
1. Prinsip-prinsip Umum

Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang
mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini
antara lain:
a)

Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku
individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari
segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku
tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu,
dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang
diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.

b)

Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang
dibimbing.

c)

Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu

yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam
menghadapi kesulitan-kesulitannya.

d)

Program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para
pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber
yang berguna di luar sekolah.

e)

Pelaksanaan

program

bimbingan

harus


sesuai

dengan

program

pendidikan di sekolah bersangkutan.
f)

Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian
secara teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan rencana yang
dirumuskan terdahulu.

2. Prinsip-Prinsip yang Berhubungan dengan Individu yang Dibimbing
a) Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa. Maksudnya
bahwa pembimbing dalam memberikan layanan tidak tertuju kepada siswa
tertentu saja, tetapi semua siswa perlu mendapatkan bimbingan, baik yang
mempunyai masalah ataupun belum. Bagi siswa yang belum bermasalah,
mereka


perlu

memperoleh

bimbingan

yang

bersifat

pencegahan

(preventive), apakah dalam bentuk pemberian informasi pendidikan, jabatan,
dan/ atau informasi cara belajar yang baik.
b) Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.
c) Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun
harus didasarkan atas kebutuhan siswa. Oleh sebab itu, sebelum
penyusunan program bimbingan perlu di lakukan analisis kebutuhan siswa.
d) Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu
yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.

e) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing.

Dalam

pelaksanaan

bimbingan,

pembimbing

tidak boleh

memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing.
f)

Individu

yang


membimbing

mendapat
dirinya

bimbingan

sendiri.

Tujuan

harus

berangsur-angsur

akhir

dari

kegiatan

dapat

ini

ialah

memandirikan individu yang dibimbing (klien) dalam mengatasi masalah
yang dihadapinya.
3. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang
Memberikan Bimbingan
a) Koselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan,
pengalaman, dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan merupakan
pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan ketrampilan tertentu,
maka pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang.
b) Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai latihan penataran. Karena ilmu tentang
bimbingan

terus

berkembang

sesuai

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan lainnya.
c) Konselor hendaknya selalun mempergunakan informasi yang tersedia
mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai bahan
untuk membantu individu yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang
lebih baik.
d) Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang
individu yang dibimbingnya.
e) Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan tehnik
yang tepat dalam melakukan tugasnya.

f) Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian
dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk
kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
4. Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan
Administrasi Bimbingan
a) Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
b) Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative
record) bagi setiap individu (siswa).
c) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah
yang bersangkutan.
d) Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
e) Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi
kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan
dalam memecahkan masalah itu.
f)

Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah
yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan
dan penyuluhan pada umumnya.

g) Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
bimbingan.
2. Asas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang hasrus dipenuhi dalam melakukan suatu
kegiatan,

agar

kegiatan

tersebutdapat

terlaksana

dengan

baik

serta

mendapatkan hasil yang memuaskan. Keterlaksanaan dan keberhasilan
pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asasasas berikut:
a) Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli)
yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak
boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
b) Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan

bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan
peserta didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya
asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang
menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru
pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
c) Asas

kesukarelaan,

yaitu

asas

bimbingan

dan

konseling

yang

menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli)
mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan tersebut.
d) Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang
berkenaan dengan ―masa depan atau kondisi masa lampau pun‖ dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.
e) Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi
secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan.
Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif
dalam

setiap

pelayanan/kegiatan

bimbingan

dan

konseling

yang

diperuntukan baginya.
f)

Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya
dari waktu ke waktu.

g) Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan

pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pepelayanan bimbingan
dan

konseling

perlu

terus

dikembangkan.

Koordinasi

segenap

pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
h) Asas kenormatifan, ialah usaha layanan bimbingan dan konseling adalah
professional, oleh karena itu hendaknya tidak bertentangan dengan normanorma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan dari individu yang
dibimbing. Baik penolakan dalam prosesnya mauoun saran-saran atau
keputusan yang dibahas dalam konseling.
i)

Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas
dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar
ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.

j)

Asas Alih Tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar

pihak-pihak

yang

tidak

mampu

menyelenggarakan

pelayanan

bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik (konseli) mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak
yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing
dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/ praktik dan
lain-lain.
k) Asas Tut Wuri Handayani, setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya
klien merasakan bahwa layana tersebut tidak hanya pada saat klien
mengemukakan persoalannya. Diluar layanan pun hendaknya makna
bimbingan dan konseling tetapdapat dirasakan, sehingga tercipta hubungan
yang harmonis antara konselor dan kliennya. Klien hendaknya merasa
terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan itu. Dalam pemecahan
masalah, konselor jangan dijadikan lat oleh klien tetapi klien sendiri lah yang
harus membuat keputusan. Konselor sewaktu-waktu siap membantunya bila

dalam pelaksanannya, klien mengalami masalah atau benturan-benturan
lain.
3. Organisasi Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
4. Kode Etik Bimbingan Dan Konseling
Untuk menyatukan pandangan tentang kode etik jabatan, berikut ini
dikemukakan suatu rumusan dari Winkel (1992): “ kode etik jabatan ialah
ketentuan/aturan/tatacara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas
dan aktifitas suatu profesi”.
Sehubungan dengan itu, Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa
butir rumusan kode etik bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1. Pembimbing

atau

pejabat

lain

yang

memegang

jabatan

dalam

bidangbimbingan dan penyuluhan harus memegang teguh prinsif- prinsif
bimbangan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai
hasil yang sebaik- baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau
wewenangnya. Karena itu, pembimbing jangan sampai mencampuri
wewenang serta tanggung jawabnya.
3. Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung berkaitan dengan kehidupan
pribadi orang seperti telah dikemukakan maka seorang pembimbing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sifat hormat kepada klien.
c. Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam klien.
Pembimbing harus memperlakukan klien dengan derajat yang sama.
d. Pembimbing tidak diperkenankan :
1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak
terlatih.
2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
3) Mengambil tindakan-tindakanyang mungkin menimbulkan hal-hal
yang tidak baik bagi klien.
4) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien
tersebut.

e. Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar
keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling.
f. Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat
yang memerlukan pengabdian penuh.
Di samping rumusan tersebut, pada kesempatan ini dikemukakan
rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan
Petugas Bimbingan Indonesia, yaitu yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad
(1986), yaitu:
a) Pembimbing/konselor

menghormati

harkat

pribadi,

integritas,

dan

keyakinan klien.
b) Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan
pribadi pembimbing/konselor sendiri.
c) Pembing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna
kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbing/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha
untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka
yang ada pada dirinya yang yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu
layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
e) Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah
hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang
diberikan padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan
tingkah laku profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik
bimbingan dan konseling.
g) Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap
lembaga dan orang-prang yang dilayani maupun terhadap profesinya.
h) Pembimbing/ konselor mengusahakan mutu kerjanya

setinggi mungkin.

Dalam hal ini dia perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknikteknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar
ilmiah.
i) Pembimbing/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai
tentang hakikat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur
layanan bimbingan guna memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.

j) Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat
rahasia, dan pembimbing menjaga kerahasiaan ini. Data ini hanya dapat
disampaikan

kepada

orang

yang

berwenang

menafsirkan

dan

menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas dasar persetujuan klien.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan
keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian
seperti taraf intelegensi, minat, bakat dan kecenderungan-kecenderungan
dalam diri pribadi sesesorang.
m) Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya
yang diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan
informasi lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang
dihadapi klien.
o) Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai
dengan alasan-alasan tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat
diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak yang diberitahu itu ada
hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak merugikan klien
sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Prinsip-prinsip operasional bimbingan dan konseling di sekolah terdiri atas
prinsip-prinsip umum, prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu
yng dibimbing, prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu
yang

memberikan

bimbingan

dan

prinsip-prinsip

khusus

yang

berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.
2. Asas adalah segala hal yang hasrus dipenuhi dalam melakukan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta
mendapatkan hasil yang memuaskan.

3. Asas-asas yang perlu diperhatikan dalam bimbingan konseling:
a. Asas kerahasiaan
b. Asas keterbukaan
c. Asas kesukarelaan
d. Asas kekinian
e. Asas kegiatan
f. asas kedinamisan
g. Asas keterpaduan
h. Asas kenormatifan
i. Asas keahlian
j. Asas alih tangan
k. Asas tut wuri handayani
4. organisasi manajemen bimbingan konseling di sekolah
5. Kode etik bimbingan konseling menurut Bimo Walgito (1992) :

a. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam
bidangbimbingan dan penyuluhan harus memegang teguh prinsifprinsif bimbangan dan konseling.
b. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat

mencapai hasil yang sebaik- baiknya, dengan membatasi diri pada
keahliannya atau wewenangnya.
c. Pekerjaan pembimbing langsung berkaitan dengan kehidupan

pribadi orang seperti telah dikemukakan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2008.Bimbingan dan Konseling di Sekolah.(Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah). Jakarta: Direktorat Jendral
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Soejipto dan Rafli Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal 70-75 (prinsip)

Hal 75-79 (asas)
Hal 82-85 (kode etik)