LEBIH DEKAT DENGAN SUKUK RITEL DI INDONE

LEBIH DEKAT DENGAN SUKUK RITEL DI
INDONESIA
Oleh : Arizal Prayudiyanto
Sukuk (‫ )كصك كووك‬adalah istilah yang berasal dari bahasa
Arab dan merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ‘Sakk’ (
‫)كص كك‬, yang berarti dokumen atau sertifikat. yang dalam
peristilahan ekonomi berarti legal instrument, deed, atau check”
(Ryandono,2009:246).
Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) No.17 tentang Investment Sukuk, Sukuk
didefinisikan sebagai sertifikat yang merupakan bukti atas
bagian kepemilikan terhadap suatu aset, hak manfaat, dan jasajasa, atas kepemilikan suatu proyek atau kegiatan investasi
tertentu.
Pasar sukuk dimulai ketika pemerintah Malaysia pada
tahun 2002 menerbitkan sukuk senilai $600 juta, disusul
dengan Bahrain yang menerbitkan sukuk dengan akad Ijarah
dan Salam. Penerbitan sukuk terpusat di Negara-negara Timur
Tengah yang tergabung dalam Gulf Cooperation Countries
(GCC) dan sebagian negara Asia. Selama periode 2001-2007,
62,1% dari total nilai emisi sukuk diterbitkan di Negara GCC

dan sisanya sekitar 36% diterbitkan di Asia, terutama Malaysia,
Pakistan, dan Brunei (Global Research-GCC : 2008).
Berdasarkan laporan yang ditunjukkan oleh IFIS (Islamic
Financial Institutions Statistic), 88% penerbitan sukuk pada
tahun 2009 diterbitkan di Malaysia. Dari jumlah 774 penerbitan
sukuk, 679 diantaranya berdomisili di negeri jiran ini.
Pada beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen
penting untuk pembiayaan anggaran belanja negara. Penerbitan
sukuk ditujukan untuk keperluan pembiayaan negara secara
umum (general funding) ataupun pembiayaan proyek tertentu.
Hal ini telah diterapkan oleh Indonesia sebagai Negara dengan

penduduk Muslim terbesar Dunia. Sejak tahun 2009 Indonesia
telah menerbitkan Sukuk Ritel seri SR-001 yang terus berlanjut
hingga pada tahun 2017 ini akan terbit Sukuk Ritel seri SR009.
KARAKTERISTIK SUKUK INDONESIA
Meski bukan Negara pertama yang menerbitkan sukuk,
dan masih tertinggal jika dibandingkan dengan Negara lain
seperti Malaysia. Namun, sukuk yang diterbitkan pemerintah
Indonesia dianggap memiliki ciri khas yang tak dimiliki oleh

Negara lain. Pertama, Indonesia merupakan Negara yang
secara berkala menerbitkan sukuk sejak tahun 2009 sampai
sekarang dan tidak semua Negara dapat melakukannya. Selama
itu pula pemerintah melakukan inovasi mulai dari perubahan
akad hingga merangkul lebih banyak Lembaga Keuangan
Syariah. Jika saat pertama kali terbit dari 13 perusahaan hanya
ada satu Bank Umum Syariah yang menjadi agen resmi penjual
sukuk seri SR-001 yakni Bank Syariah Mandiri, kemudian
Lembaga Keuangan Syariah yang digandeng pemerintah
meningat menjadi 3 Bank Umum Syariah pada tahun 2015 dan
2016 yakni : Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah dan
Bank Muamalat Indonesia.
Kedua, pemanfaatan sukuk untuk membiayai proyek
pemerintah. Pada awal penerbitan sukuk di Indonesia hanya
dialokasikan untuk membiayai defisit Anggaran Belanja
Negara, seiring dengan perkembangannya yang cukup
signifikan dan beberapa kali terjadi oversubscribed (melebihi
target penjualan) sehingga selain mampu membiayai defisit
APBN sukuk juga mampu membiayai proyek riil yang
direncanakan oleh pemerintah. Sehingga, dana yang digalang

pemerintah dari masyarakat melalui sukuk membantu
mempercepat pembangunan Bangsa.
Ketiga, dapat dijangkau oleh masyarakat umum. Sukuk
Ritel merupakan langkah pemerintah untuk menghimpun dana

dari masyarakat umum dan sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi secara langsung pada instrument pemerintah.
Meski sukuk di Indonesia jumlahnya masih kalah besar
dibandingkan dengan Negara-Negara Timur Tengah maupun
Malaysia. Namun dari sisi investor Indonesia unggul karena di
Negara lain sukuk dijual dalam skala besar sehingga hanya
mampu dijangkau oleh kalangan tertentu. Sedangkan di
Indonesia sukuk dapat dimiiki dengan pembelian minimum 5
Kupon seharga Rp 5.000.000, sehingga lebih mudah dijangkau
masyarakat.
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Pada tahun 2015, guna mensukseskan Masterplan
Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) Pemerintah memperluas basis investor salah satunya
melalui penerbitan Sukuk Ritel seri SR-007. Sukuk

dimanfaatkan untuk membiayai proyek pemerintah.
Diantaranya dialokasikan untuk membiayai proyek yang
ditangani oleh Kementerian Perhubungan seperti :
pembangunan jalur kereta api double track yang
menghubungkan Cirebon - Purwokerto sepanjang 158 KM dan
revitalisasi Bandara Kualanamu di Sumatra Utara dengan total
nilai investasi mencapai Rp 5T.
Sementara itu proyek lain di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat mendapat alokasi Rp 7,2T
digunakan untuk revitalisasi, pembangunan dan perbaikan jalan
raya serta jembatan di Kalimantan Timur (Rp 860,3M) dan
Papua (Rp 670,5M), dsb. Sedangkan Kementerian Agama,
memperoleh alokasi dana sebesar Rp 1,5T yang digunakan
untuk membiayai proyek revitalisasi asrama haji seluruh
wilayah Indonesia, revitalisasi Perguruan Tinggi Islam dan
Kantor Urusan Agama (KUA) di beberapa daerah.
REVIEW

Sukuk yang diterbitkan pemerintah setiap FebruariMaret ditiap tahun ini bukan tanpa celah, masih ada sektor yang
perlu ditingkatkan seperti keikutsertaan Lembaga Keuangan

Syariah dalam penjualan sukuk ritel masih minim. Dari 26
Agen pada tahun 2015 hanya ada 3 Bank Umum Syariah yang
menjadi agen penjual padahal berdasarkan data Otoritas Jasa
Keuangan saat ini ada 12 Bank Umum Syariah dan beraneka
ragam Lembaga Keuangan Syariah lain yang ada di Indonesia.
Pemilihan agen tentu mempengaruhi penjualan sukuk,
meski mengalami penigkatan bahkan oversubscribed, sukuk
tetap perlu ditigkatkan. Karena permintaan masyarakat yang
tinggi tidak sepenuhnya ingin berinvestasi secara syariah,
mayoritas memilih sukuk karena menawarkan hasil lebih
banyak dibandingkan instrumen investasi lain.
Tentu masyarakat semakin tertarik jika produk syariah
ini juga dikemas dan disajikan oleh lembaga-lembaga syariah.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum menyadari
keberadaan sukuk sehingga penjualannya masih bisa
ditingkatkan. Di Kampus penulis yang merupakan institusi
yang mempelajari tentang Ekonomi Islam pun belum semuanya
mengerti dan memahami terkait dengan sukuk. Untuk itu perlu
sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif dari lembaga terkait
agar semakin banyak masyarkat yang mengerti tentang sukuk.

Semua warga Indonesia pasti ingin Negara ini terlepas
dari lilitan hutang yang terus meningkat, sukuk bisa menjadi
alternatif untuk melepaskan Negara ini dari ketergantungan
hutang, tentu harus dikuti dengan partisipasi masyarakat untuk
berinvestasi menggunakan sukuk dan bisa sejak dini dimulai
dari diri sendiri.