METODE PELAKSANAAN RTJK 25 UNIT

METODE PELAKSANAAN

Pekerjaan : Pembangunan Rumah Transmigran & Jamban Keluarga (RTJK) 25

Unit

Lokasi Pekerjaan : SP II – Distrik Senggi, Kabupaten Keerom Tahun Anggaran : Tahun 2017 Penawar

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transmigrasi sebagai model pembangunan komunitas masyarakat mempunyai tiga sasaran pokok. Pertama, meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi (transmigrasi dan masyarakat sekitar permukiman transmigrasi). Kedua, membangun kemandirian (transmigran dan masyarakat sekitar permukiman transmigrasi), dan ketiga, mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi, sehingga ekonomi dan social budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Esensi dari ketiga sasaran tersebut diharapkan dapat membangun komunitas masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan potensi sumber daya wilayah dan pengarahan perpindahan penduduk. Artinya pembangunan transmigrasi merupakan suatu proses yang tidak henti-hentinya yang melibatkan (minimal) dua pemerintah daerah, untuk mewujudkan suatu komunitas tumbuh dan berkembang secara dinamis, produktif, maju, dan mandiri dalam suasana yang harmonis dan sejahtera.

Pemerintah kota/kabupaten bekerjasama dengan pemerintah pusat selalu berupaya untuk menangani masalah kenaikan jumlah penduduk di kota-kota besar dewasa ini. Namin di sisi lain, keuangan Negara / APBN terbatas untuk menangani masalh ini. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan program transmigrasi dan melakukan proyek-proyek padat kaya untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

Ikut berkontribusi dalam hal yang diuraikan diatas, pemerintah keerom mengeluarkan proyek pekerjaan PEMBANGUNAN RUMAH TRANSMIGRASI & JAMBAN KELUARGA (RTJK) sebanyak 25 UNIT, di distrik Senggi, Kampung Woslay dengan titik lokasi pekerjaan masih berupa hutan primersekunder. Lokasi pekerjaan konstruksi berada pada Senggi SP II Distrik Senggi, kabupaten Keerom perkiraan 175 km dari kota Jayapura.

1.2. Maksud dan Tujuan; Target dan Sasaran

 Maksud dari pekerjaan ini adalah menjamin dan memastikan bahwa pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan arahan

teknis sehinga pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan tepat waktu, tepat mutu dan tepat sasaran.

 Tujuan dari pekerjaan ini adalah tersedianya kebutuhan sarana permukiman di wilayah transmigrasi Senggi SP II, berupa RUmah Transmigrasi & Jamban Keluarga (RTJK).

 Target dari pekerjaan ini adalah tersedianya sarana permukiman transmigran berupa Rumah Transmigran dan Jamban Keluarga (RTJK) Type 36+ M2 sebanyak 25 Unit.

 Sasaran yang ingin dicapa dalam pekerjaan konstruksi ini adalah terbangunnya sarana dan prasarana permukiman transmigrasi di Senggi SP II sehingga dapat di huni secara layak dan dimanfaatkan oleh transmigran yang baru baik local ataupun luar sebanyak

±25 KK.

1.3. Pemberi Tugas

Pemberi Tugas (Owner) adalah : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Keerom

1.4. Sumber Dana

Sumber dana dari keseluruhan pekerjaan pengawasan dibebankan pada : DIPA Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun Anggaran 2017 Nomor : SP DIPA – 067.07.4.350377/2017 tanggal 19 Juni 2017 dan DPA APBD Kabupaten Keerom pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun Anggaran 2017 Nomor : DPA 2.01.01.1/DPA-SKPD/2017 tanggal 09 Januari 2017.

1.5. Lokasi Pekerjaan

Lokasi Pekerjaan terletak di Senggi SP II Distrik Senggi, Kabupaten Keerom (perkiraan ±175 km dari kota jayapura)

1.6. Waktu Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan Pekerjaan adalah 95 (Sembilan Puluh Lima) hari kalender dengan masa Pemeliharaan sesuai yang dipersyaratkan dalam Tender Dokumen.

1.7. Pengendalian Waktu Pelaksanaan

Jadwal Waktu Pelaksanaan menggunakan Kurva S (S-Curve).

1.8. Hari Kerja Efektif

 Secara Umum, Hari kerja efektif perbulan ditetapkan 25 hari kerja  Jam kerja efektif per hari:

- Jam kerja efektif normal

± 1 Jam istirahat - Jam kerja efektif lembur

= 7 Jam/har

= 10 Jam/hari ± 2 Jam istirahat - Jam kerja efektif 2 shift

= 14 Jam/hari ± 2 Jam istirahat

1.9. Pengendalian Mutu Pelaksanaan

Untuk menjamin mutu pekerjaan maka dalam pelaksanaanya akan mengacu pada spesifikasi teknis yang ada didalam dokumen tender, Berita acara rapat tinjauan lapangan, dan addendum (jika ada). Persiapan pelaksanaan merupakan bagian yang penting untuk dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan polisi, peraturan yang berkaitan tatacara dan Pengendalian Traffic kendaraan/peralatan proyek dan penjaminan kemanan dan keselamatan oleh team K-3 proyek.

2. LINGKUP PEKERJAAN

2.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan yang menjadi tugas penyedia jasa:  Pekerjaan Pendahuluan

 Pekerjaan Tanah dan Pondasi  Pekerjaan Atap, Rangka Atap, Kusen Pintu, Jendela, Tiang, Rangka  Pekerjaan Dinding dan Lantai  Pekerjaan Pengecatan  Pekerjaan Sanitair dan Septitank  Pekerjaan Instalasi Listrik  Pekerjaan Kunci dan Pintu

2.2. Daftar Peralatan Utama Minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan Pekerjaan (sesuai permintaan dokumen tender)

1. Dump Truck 3,5 Ton

1 Unit

2. Pick Up

1 Unit

3. Concrete Mixer 350 Liter

1 Unit

4. Generator Set 13.5KVa

1 Unit

5. Alat Pertukangan Lengkap

3 Unit

6. Alat Bantu Lengkap

3 Unit

Peralatan kerja yang digunakan (jenis dan jumlah) sebenarnya sesuai dengan Lampiran “Daftar Peralatan Utama” untuk pelaksanaan yang merupakan satu kesatuan dengan

Dokumen Penawaran.

2.3. Daftar Personil Inti yang diperlukan untuk pelaksanaan Pekerjaan (sesuai permintaan dokumen tender)

1. Project Manager SKA Ahli Teknik Bangunan Gedung

1 Orang

2. Kepala Pelaksana

SKA Ahli Muda Bangunan

1 Orang

SKT Tukang Kayu

3. Pelaksana Lapangan

SKT Tukang Batu

3 Orang

SKT Tukang Besi

4. Mandor Lapangan SKT Mandor Tukang Kayu/Batu

1 Orang

5. Petugas K-3

SKA K3 Konstruksi

1 Orang

6. Administrasi dan Keuangan

Berijazah

1 Orang

7. Logistik dan Peralatan

Berijazah

1 Orang

3. PENGENDALIAN TEKNIS

Pengendalian teknis adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk menjamin suatu hasil pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan di dalam dokumen kontrak. Kepuasan suatu hasil pekerjaan untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk diterbitkan Berita Acara Serah Terima Pertama (PHO) dan Serah Terima Terakhir (FHO).

Dalam pelaksanaan pengendalian teknis, sebelum – selama – sesudah pelaksanaan pekerjaan, mengacu pada:

3.1. Dokumen Kontrak Pekerjaan

Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, Bill of Quantity, Gambar kontrak, Spesifikasi Teknis, Tata cara pembayaran, dan Addendum Kontrak (jika ada).

3.2. Engineering

Kegiatan meliputi dan tidak terbatas pada Pengukuran / perhitungan bersama, pengecekan kesiapan Lahan, proses Approved Shop Drawing dan Asbuilt Drawing, proses usulan / persetujuan material konstruksi, dokumentasi, Quality Control Plan (QCP), test, inspeksi & cek untuk pekerjaan. Proses persetujuan dan pengadaan barang / bahan, peraturan dan perijinan yang berlaku.

3.3. Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan

Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan ini dikelola oleh team manajemen proyek yang terdiri dari personil inti. Team manajemen proyek yang membuat rancangan urutan pekerjaan mengacu pada denah pentahapan yang ada di dalam dokumen kontrak. Untuk selanjutnya berdasar pada urutan pelaksanaan pekerjaan tersebut dibuat metode kerja sesuai dengan item pembayaran sesuai bill of quantity (daftar kuantitas) dimaksudkan untuk mendapatkan suatu cara pelaksanaan yang efektif dan efisien berdasarkan kondisi lapangan yang ada dengan tetap mengendalikan resiko selama pelaksanaan hingga selesai pekerjaan.

3.3.1. Pengaturan Lokasi

Kegiatan ini merupakan penataan penempatan peralatan, bahan dan tenaga yang disesuaikan dengan urutan pekerjaan dan metode kerja yang diterapkan.

3.3.2. Urutan Pekerjaan

Urutan pekerjaan ini merupakan urutan pelaksanaan fisik pekerjaan dilapangan dan sangat penting dan sebagai dasar untuk memobilisasi / demobilisasi tenaga, alat, material sesuai dengan ukuran dan waktu pada saat dibutuhkan.

3.3.3. Metode Kerja

Berdasarkan urutan pekerjaan tersebut selanjutnya dibuat metode kerja secara rinci sesuai dengan persyaratan teknis konstruksi dan persyaratan lain yang dicantumkan didalam dokumen kontrak. Metode kerja ini dimaksudkan untuk menentukan keperluan alat, material dan tenaga untuk mencapai suatu target produktivitas yang telah dirancang dan juga berfungsi untuk tools pengendalian mutu dan pengendalian waktu untuk memenuhi target komitmen kontrak.

3.3.4. Rencana Kendali Mutu (Quality Control Plan)

Untuk menjamin tercapainya suatu mutu pekerjaan sesuai yang dipersyaratkan maka dibuatlah pedoman pengendalian mutu pekerjaan yaitu Rencana Kendali Mutu yang dimulai dari proses kegiatan pembuatan shop drawing, proses pengadaan dan mobilisasi material, alat dan proses pemilihan tenaga pelaksana terampil.

3.3.5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)

Keamanan dan keselamatan baik bagi tenaga kerja proyek maupun pihak lain harus dijamin yaitu dengan mengadakan team K-3 proyek.

3.4. Pengendalian Waktu

Berdasar metode kerja yang telah dipilih maka baik keterurutan, produkstivitas dan keperluan alat, bahan dan tenaga dapat dikendalikan sehingga waktu yang telah dirancang juga secara otomatis dapat dikendalikan dengan benar.

3.5. Pemeliharaan pekerjaan dan Serah Terima Pekerjaan (PHO/FHO)

Sesuai dengan ketentuan didalam dokumen lelang maupun dokumen kontrak maka pekerjaan dapat diserah terimakan jika telah selesai dan sesuai dengan persyaratan teknisnya. Tahapan serah terima pekerjaan yaitu Serah Terima Pertama (PHO) kemudian diikuti dengan pemeliharaan dan perbaikan minor pekerjaan untuk selanjutnya sesuai dengan batas waktu masa pemeliharaan dan jika pekerjaan telah dapat diterima dengan baik oleh pemilik proyek maka akan dilakukan Serah Terima Kedua (FHO). Dengan telah diterbitkannya sertifikat FHO maka seluruh tanggung jawab telah diserahkan kepada pemilik proyek dan kontraktor pelaksana dibebaskan dari segala macam tuntutan.

3.6. Sosialisasi dan Koordinasi

Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor bersama – sama konsultan pengawas dan pemilik pekerjaan beserta instansi terkait melakukan sosialisasi kepada masyaratak setempat agar masyarakat bisa memahami kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga dapat meminimalisir timbulnya konflik atau persepsi – persepsi negative dari masyarakat.

Sosialisasi dan koordinasi tetap dilakukan selama jalannya proyek sehingga dapat meperoleh informasi dan masukan dari masyarakat serta pemecahan masalah yang timbul selama pelaksanaan proyek.

METODE SOSIALISASI DAN KOORDINASI

1. MASYARAKAT DI SEKITAR LOKASI PEKERJAAN

1.1. Sosialisasi dapat dilakukan melalui tatap muka langsung di lokasi proyek dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat, perangkat desa atau kecamatan.

1.2. Hari pertemuan dipilih pada hari dimana masyarakat kurang melakukan aktivitas sehari- hari dan diinformasikan 7 (tujuh) hari sebelum acara sosialisasi dimulai, tempatnya di balai pertemuan di tingkat Kecamatan atau di Balai Desa, dengan kata lain tempat acara sosialisasi harus mudah dicapai tanpa menggunakan kendaraan, sehingga masyarakat dapat hadir untuk mendengarkan penjelasan.

1.3. Sosialisasi mengenai pengadaan Material Pekerjaan, Alat Kerja dan Lokasi Pekerjaan

1.4. Dukungan masyarakat akan diminta secara tertulis pada saat itu juga, yang ditanda tangani oleh Kepala Desa atas nama masyarakat.

1.5. Masyarakat akan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan pendapat atau pandangannya pada acara sosialisasi tersebut.

1.6. Apabila terjadi pertentangan/perbedaan pendapat akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dengan melibatkan berbagai untur terkait, termasuk tokoh masyarakat.

Flow Chart Pengendalian Teknis

START

Dokumen Kontrak

Pemborongan

Perijinan dgn Pihak dgn DIreksi Pengawas &

Koordinasi/rundingan

Pemahaman Ketentuan

Dokumen Kontrak

Terkait

Konsultan Pengawas

Survey Bersama & Pengukuran

Engineering & Addendum

Pelaksanaan Item Pekerjaan dan

Request For Inspection/work FINISH

Pelaksanaan Item Pekerjaan

Keterangan :

NO

Pelaksanaan Item Pekerjaan

OK

NO

Request Item Pekerjaan

- BQ - Spek Tek

- Konsultan Pengawas

- Owner

4. METODE KERJA / METODOLOGI

4.1. Pekerjaan Pendahuluan / Persiapan

4.1.1. Jalan kerja Sementara

Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, terlebih dahulu meminta ijin memanfaatkan jalan akses yang ada ke lokasi dengan lebar jalan dimana dimaksudkan peralatan dan material dapat mencapai ke lokasi pekerjaan. Pemanfaatan jalan ini seijin pihak terkait.

4.1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi

Kegiatan mobilisasi meliputi:  Mobilisasi personil kontraktor yang cakap dan berpengalaman baik staf kantor

maupun pelaksana lapangan yang diusulkan.  Mobilisasi peralatan kerja dan material ke lokasi proyek.

 Demobilisasi lapangan pada akhir kontrak juga merupakan bagian dari mobilisasi yaitu meliputi kegiatan: pembongkaran semua instalasi dan peralatan

yang sudah tidak digunakan, serta pemulihan lokasi pekerjaan seperti kondisi semula. Pekerjaan ini dilaksanakan secara bertahap, untuk peralatan yang sudah tidak dibutuhkan dalam pelaksanaan akan segera dikembalikan ke pool dengan persetujuan Direksi.

Uraian:

a. Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap baik jumlah maupun kualifikasi/kompetensi disesuaikan dengan jadwal proyek dan persyaratan.

b. Mobilisasi peralatan kerja dilakukan sesuai kebutuhan pelaksanaan.

c. Jadwal mobilisasi peralatan serta jumlah peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan Time Schedule.

4.1.3. Pembuatan Kantor Direksi

Kantor proyek (direksi keet) dan Gudang Material berupa bangunan sementara. Untuk bangunan sementara dibuat bangunan yang cukup mudah dalam pembongkarannya jika proyek telah selesai. Kantor direksi dan Gudang Material harus dirundingkan dengan direksi mengenai pembagian halaman untuk bangunan sementara. Bangunan ini terdiri dari tempat penimbunan barang-barang, gudang, ruang direksi, ruang kontraktor, kamar mandi/WC dan ruang-ruang lain yang dianggap perlu.. Kantor direksi minimal 20 m2 dan dilengkapi panil-panil untuk menempel gambar-gambar.Sebisa mungkin bangunan-bangunan ini dibuat rangka dan kuda-kuda dari kayu, dinding dari triplek, atap dari seng gelombang dan lantai dari beton rabat. Pelaksanaannya dibuat dengan tenaga orang serta alat bantu antara lain gergaji, palu meteran, pahat dan lainnya. Setelah jadi dilengkapi dengan meja, kursi, whiteboard, dan sebagainya sesuai kebutuhan yang diperlukan.

4.1.4. Pembuatan Papan Nama Proyek

Setelah Direksi keet selesai selanjutnya dipasang papan nama proyek yang terbuat dari papan Playwood 5 mm diwarnai dasar putih dengan redaksi dan ukuran 1,50 m x 1,00 m. Tertuliskan nama proyek, nomor proyek, Biaya proyek, Tahun Anggaran dan nama kontraktor pelaksana dengan tulisan warna hitam. Pemasangan papan Setelah Direksi keet selesai selanjutnya dipasang papan nama proyek yang terbuat dari papan Playwood 5 mm diwarnai dasar putih dengan redaksi dan ukuran 1,50 m x 1,00 m. Tertuliskan nama proyek, nomor proyek, Biaya proyek, Tahun Anggaran dan nama kontraktor pelaksana dengan tulisan warna hitam. Pemasangan papan

4.1.5. Penyediaan Air Kerja dan Listrik Kerja

Penyediaan air kerja dengan membuat Sumur pantek / sumur bor atau air PAM sesuai petunjuk Direksi, untuk keperluan air kerja dan dalam lingkungan Base Camp, air harus bersih dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya untuk keperluan MCK pekerja. Pengolahan Limbah buangan / kotoran, dengan mengalirkan limbah buangan ke dalam Septi Tank Penyediaan listrik dari penyambungan sementara PLN setempat selama masa pekerjaan dengan daya cukup atau pengadaan listrik swadaya dengan menggunakan Genset yang akan dimobilisasi dengan daya yang cukup selama masa pelaksanaan pekerjaan.

4.1.6. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja harus diutamakan dengan menyediakan sarana pengamanan kerja baik itu berupa helm, sepatu, kaca mata, dan pengaman lain yang diperlukan. Harus diadakan tanda-tanda bahaya dan isyarat-isyarat yang sesuai dan cukup serta mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk perlindungan pekerjaan dan keselamatan umum. Jalan-jalan yang tertutup bagi lalu lintas harus dilindungi dengan perintang yang cukup, perintang tersebut diberi penerangan atau kampu dan dinyalakan mulai sejak matahari terbenam hingga matahari terbit. Pihak penyedia jasa perlu berkoordinasi dengan pihak kemananan setempat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Lingkungan kerja harus dijaga kebersihannya agar menjamin kesehatan para pekerja. Kotak obat lengkap dengan obat-obatan untuk memberi pertolongan darurat bila ada petugas/pekerja yang sakit harus disediakan. Para tenaga kerja dari pemborong pekerjaan harus diasuransikan tenaga kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan dua hal yang sangat penting. Oleh karena itu, kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan / perlengkapan perlindungan diri untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu:

1. Pakaian Kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayaknya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

2. Sepatu Kerja

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah, Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.

3. Kacamata Kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang berterbangan ditiup angina. Mengingat partikel- partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas

4. Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong gerobak secara terus menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobak.

5. Helm

Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisplinan pera pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.

6. Alat Pemadam Api Ringan

Apabila terjadi kebakaran di lokasi kerja, segera dilakukan tindakan dengan memadamkan alat pemadam ringan sebagai tindakan awal. Jika tidak memadai, segera hubungi Pihak pemadam Kebakaran.

7. P3K

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediaan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.

4.1.7. Dokumentasi dan Administrasi Proyek

Selama pelaksanaan proyek perlu dokumentasi foto yang menggambarkan pekerjaan dari 0% sampai 100%, yang terkumpul dalam album untuk laporan Mingguan dan Bulanan atau ditentukan sesuai spesifikasi teknis dan akan diserahkan kepada pemilik proyek. Segala aktivitas yang dilakukan di lokasi pekerjaan patut di dokumentasikan dalam bentuk foto dan laporan tertulis. Semua administrasi proye dari; KOntrak kerja, perijinan, Shop drawing, Request Pekerjaan, progress pekerjaan berupa harian, mingguan dan bulanan, surat- menyurat, Asbuild drawing, pengarsipan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kelancaran proses pekerjaan dilaksanakan oleh pihak kontraktor secara sistemmatis, rapi dan akurat.

4.1.8. Tanggap lingkungan

Kontraktor akan melakukan ijin-ijin yang berkaitan langsung dan tidak langsung ke Pihak Terkait, baik itu Pihak Instansi Pemerintah dan Pihak swasta / di luar instansi pemerintah, ini penting dilakukan untuk menjamin kelancaran proses pelaksanaan pekerjaan agar dapat dicapai tepat waktu sesuai jadwal / schedule pelaksanaan. Dalam pelaksanaan perijinan ini, kontraktor akan meminta kerjasama dan bantuan dari Pihak pemilik Proyek untuk memudahkan Proses perijinan terkait.

a. Pelaksanaan Pengurusan Ijin Kerja

Dalam pelaksanaan kami di sini Juga menerapkan standarisasi prosedur sesuai dengan system mutu yang dimiliki serta memberitahukan / ijin setiap akan melaksanakan tahapan pekerjaan, agar kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan serta untuk menghindari terjadinya pekerjaan bongkar pasang yang berakibat pada keterlambatan dan penambahan biaya.

b. Gambar kerja (shop drawing), as built drawing dan dokumentasi - Pelaksanaan tiap-tiap jenis pekerjaan diawali dengan pembuatan usulan

shop drawing untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. - Shop Drawing dibuat oleh Site Engineer dan disetujui oleh DIreksi sebelum

diserahkan ke Konsultan Pengawas. - Shop Drawing yang telah disetujuin Konsultan Pengawas didistribusikan ke pelaksana proyek untuk dijadikan acuan pelaksanaan tiap jenis pekerjaan. - Hasil pelaksanaan tiap-tiap jenis pekerjaan dituangkan dalam as built

drawing - Setiap tahapan suatu jenis pekerjaan dibuat dokumentasinya untuk

keperluan laporan pelaksanaan proyek

- Kegiatan pembuatan shop drawing, as built drawing, dokumentasi berlangsung sejak proyek dimulai hingga berakhirnya masa pelaksanaan proyek.

c. Material/Bahan

Guna menjaga mutu hasil pelaksanaan, material / bahan yang akan dipergunakan dijadikan contoh untuk mendapat persetujuan dari MK / pengawas. Semua material yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini dilengkapi dengan spesifikasi dari produsen sesuai dengan brosur serta mengacu kepada persyaratan / RKS dan ketentuan teknik. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan diberikan sample yang dipersiapkan sesuai dengan standard yang dipersyaratkan.

4.2. Pekerjaan Tanah dan Pondasi

4.2.1. Pekerjaan Galian Tanah sedalam 1 mtr

Pekerjaan Galian Tanah biasanya dimaksudkan untuk membuat pondasi pada bangunan, jalur saluran pipa, dan pekerjaan lainnya. Banyak konraktor menganggap pekerjaan ini mudah namun tidak sedikit yang mengalamai kesulitan, contoh gangguan alam semisal hujan. Tidak semua pekerjaan galian tanah dapat dikerjakan dengan alat berat, hal ini dikarenakana wilayah sekitar pekerjaan yang tidak memiliki ruang yang lebar

Pekerjaan Galian Tanah Menggunakan Excavator Pekerjaan Galian Tanah Manual

Metode pengerjaan Galian Tanah:  Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan galian tanah

untuk pondasi.  Persiapan Lahan Kerja

 Persiapan alat bantu kerja, antara lain: meteran, waterpass, cangkul,

belincong, pengki, benang, dll  Setelah posisi titik ukur tetap ditentukan, berdasarkan titik tetap tersebut dilakukan pengukuran terhadap titik dan elevasi galian tanah.  Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi warna

cat.  Untuk galian yang berbatasan dengan bangunan lain perlu disiapkan turap untuk dapat menahan tanah di sekelilingnya dan mencegah terjadinya

kelongsoran seperti sheet pile, continuous pile, H pile dan lain-lain.

 Pekerjaan galian tanah dengan menggunakan alat manual cangkul dan belincong, apabila kondisi lahan memungkiknkan pekerjaan galian tanah dapat menggunakan alat bantu excavator

 Pasang patok dan benang untuk acuan galian  Gali tanah dengan acuan patok dan benang yang telah dipasang  Buang tanah sisa galian pada area yang telah ditentukan dan tidak

mengganggu pelaksanaan pekerjaan  Galian tanah untuk pondasi dilakukan sampai kedalaman dan lebar sesuai

rencana  Pada setiap periode tertentu kedalaman galian tanah selalu diperiksa dengan

menggunakan alat ukur manual  Bila ada genangan air dalam galian maka disediakan pompa drainase secukupnya supaya air dapat segera dipompa ke luar, sehingga tidak

mengganggu proses pekerjaan  Saat penggalian tanah sangay memungkinkan ditemukannya lokasi bekas pembuangan sampah, banyak potongan kayu, atau tanah yang berlumpur. Bila

hal ini dijumpai, baiknya benda-benda tersebut diangkat  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan penggalian tanah selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan

Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.2.2. Urugan Kembali (tanah bekas galian)

Tanah yang telah digali layaknya akan diurug kembali setelah pekerjaan pondasi dan beton pondasi telah mencapai umurnya. Jika memungkinkan, sebagian besar urugan kembali ini menggunakan tanah bekas galian.

Metode pengerjaan urugan kembali:  Menyiapkan alat bantu kerja dan peralatan untuk pemadatan seta alat ukur

untuk  Untuk urugan yang berbatasan dengan lereng perlu disiapkan turap untuk

dapat menahan tanah  Menyiapkan area urugan

 Membersihkan lokasi yang akan diurug dari kayu, semak-semak, sampah, dll  Menyediakan tanah urug  Lokasi yang akan diurug dipersiapkan terlebih dulu supaya terdapat hubungan

yang baik antara tanah dasar dengan tanah urugan  Urugan tanah dilakukan lapis demi lapis sesuai spesigikasi dan setiap lapis

diikuti dengan pemadatan  Dilakukan tes kepadatan tanah di lapangan sesuai spesigikasi. Kekuatan

penahan tanah di sekeliling urugan harus selalu diperiksa

 Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi

kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.2.3. Urugan Tanah dari Luar (peninggian lantai)

Setelah melakukan pemasangan pondasi dan pondasi sudah sesuai dengan gambar dan petunjuk teknis, dilanjutkan dengan urugan untuk peninggian lantai setebal seperti dalam gambar.

Metode Pengerjaan urugan tanah dari luar:  Menyiapkan alat bantu kerja dan peralatan untuk pemadatan seta alat ukur

untuk  Untuk urugan yang berbatasan dengan lereng perlu disiapkan turap untuk

dapat menahan tanah  Menyiapkan area urugan  Membersihkan lokasi yang akan diurug dari kayu, semak-semak, sampah, dll  Menyediakan tanah urug  Lokasi yang akan diurug dipersiapkan terlebih dulu supaya terdapat hubungan

yang baik antara tanah dasar dengan tanah urugan  Urugan tanah dilakukan lapis demi lapis sesuai spesigikasi dan setiap lapis

diikuti dengan pemadatan  Dilakukan tes kepadatan tanah di lapangan sesuai spesigikasi. Kekuatan

penahan tanah di sekeliling urugan harus selalu diperiksa  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi

kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.2.4. Pasang Pondasi Batu Tela 1 : 4

Pemasangan batu tela merupakan pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Dalam pemasangannya, disamping kerapian pekerjaan, harus diperhatikan dari segi kekuatan, kelurusan pasangan, ketegakan dan pengaruh kesikuan terhadap ruangan dan yang perlu dipehatikan juga adalah keamanan sewaktu pemasangan dan juga keegesienan pemakaian material.

Pasang Batu Tela

Metode Pengerjaan Pasang pondasi batu tela 1:4:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pasang batu tela  Approval material yang akan digunakan  Persiapan lahan kerja  Pengukuran dengan menggunakan alat ukur seperti waterpass  Lokasi ditentukan dan ditandai yang akan dipasang batu  Batu yang akan dipasang direndam atau dibasahi hingga jenuh air  Buat Adukan sebagai pasangan yang digunakan seperti yang diperintahkan

adalah 1:4  Pasang profil dan benang serta unting-unting untuk acuan pasangan dinding

 Pasang dan susun batu pada area yang telah diberi tanda marking dengan

menggunakan perekat adukan  Lakukan pengecekan leveling diatas batu bata yang sudah terpasang dan

pastikan semua pasangan batu dalam keadaan rata.  Jika sudah rata maka ini adalah menjadi panduan untuk memasang ketingkat

berikutnya.  Harus dipastikan ketebalan mortar harus tetap sama dan demikian juga

pengisian mortar antar batu harus sama  Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian batu, maka untuk mendapatkan kerataan dapat dilakukan dengan memukul ujung batu dengan

pelan sampai batu tetap rata, pemukulan dapat dilakukan dengan kondisi adukan masih dalam keadaan basah.

 Jika adukan/mortar sudah kering maka mortar harus diambil dan diganti

dengan adukan baru  Jika batu sudag diapsangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan ada

yang berlebih atau sampai meleleh hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika itu terjadi adukan berlebih harus segera di ratakan dengan menggunakan sendok semen supaya permukaan tetap rata. Hang biarkan sempat mongering karena hal ini sangan mempegaruhi kerapaian dan kerataan

 Jika pemasangan batu sudah selesai sampai level yang diinginkan, pasangan harus dipelihara dari benturan atau pembebanan smpai kondisi ikatan sudah benar benar kering.

 Jika ada bekas adukan dibawah pasangan yang menumpuk harus segera

dibersihkan  Jika pemasangan baru selesai dilakukan, perlu juga membuat pengaman atau tanda supaya pasangan tersebut tidak disentuh atau di bentur  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.2.5. Pasangan pondasi umpak/titik, cor beton tumbuk 1PC : 3Psr : 5Kr

Pada bangunan rumah tinggal sederhana, umumnya menggunakan pondasi umpak/titik sebagai system pondasinya. Bentuk/ukuran dari pondasi tersebut biasanya tidak terlalu besar mengingat beban untuk rumah sederhana tidak sebesar dibandingkan bangunan bertingkat 2 atau lebih.

Metode Pengerjaan pasangan pondasi umpak/titik:  Peralatan yang diperlukan harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Galian tanah lobang pondasi umpak/titik berdasarkan volume dan kedalaman

yang telah ditetapkan dalam gambar kerja  Galian lobang pondasi titik harus tetap kering dan bersih

 Membuat wadah hasil pengecoran yang dibuat dari kayu  Membuat adukan dengan batuan mollen (mixew) dengan perbandingan !PC : 3

Psr : 5Kr  Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna, adukan dituangkan kedalam

kotak spesi  Dilakukan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk dengan baik  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.2.6. Pekerjaan Pasangan Sloff Beton 15/20, Campuran Beton Bertulang 1:2:3

Sloff adalah rangka besi kearah horizontal yang dipasang setelah pondasi batu selesai. Tepatnya di atas pondasi batu. Sloff biasanya menyambungkan antara kolom yang satu dengan yang lainnya. Fungsi sloff adalah untuk mengikat dan menyalurkan beban secara merata yang dipukul oleh kolom. Sloff akan mengikat Sloff adalah rangka besi kearah horizontal yang dipasang setelah pondasi batu selesai. Tepatnya di atas pondasi batu. Sloff biasanya menyambungkan antara kolom yang satu dengan yang lainnya. Fungsi sloff adalah untuk mengikat dan menyalurkan beban secara merata yang dipukul oleh kolom. Sloff akan mengikat

Sloff pondasi rumah

Metode Pengerjaan Sloff:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Terlebih dahulu menentukan letak dan menghitung volume sloff sesuai dengan

pengukuran bouwplank dan gambar kerja.  Bekisting sloff dibuat dari papan cor dipasang dengan kokoh dan tegar pada sisi

jalur-jalur sesuai gambar kerja  Anyaman sloff dibuat langsung diatas pondasi

 Jika papan bekisting telah dibuat, simpanlah papan bekisting diatas pondasi batu. Posisi besi sloff harus ditengah papan bekisting, sehingga coran bisa menutupi besi sloof.

 Pergunakan juga papan kaso untuk menyetel posisi papan bekisting sloof dan semua celah pada bekisting harus ditutup agar coran sloof tidak akan keluar  Setelah papan bekisting dipasang, selanjutnya adalah membuat coran. Takarannya adalah 1:2:3 seperti yang diminta pada gambar. Satu untuk semen,

dua untuk split dan 3 untuk pasir. Pergunakan air secukupnya.  Saat coran masuk kedalam papan bekisting sloof pergunakan palu dari kayu untuk diketuk-ketuk. Pergunakan pula besi untuk ditusuk-tusuk gunanya agar

coran memasuki setiap ruang dari sloff  Rencana pengecoran sloff lantai hingga bekistingnya dilepas adalah selama

 Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas

 Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3. Pekerjaan Atap, Rangka Atap, Kusen Pintu, Jendela, Tiang, Rangka

4.3.1. Pekerjaan Pemasangan Tiang Kolom 10/10, Kayu Klas I

Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya seluruh struktur bangunan. Oleh karena itu, dalam pembangunan rumah ini, kayu yang digunakan harus dipilih dengan seksama dan yang dipakan adalah kayu kelas I dengan ukuran 10/10.

Metode pemasangan tiang kolom:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Sebeum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola lay-out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-

detail sesuai gambar  Shop drawing harus di buat terlebih dahulu dan disetujui oleh direksi

 Tiang kolom dari kayu ini harus bediri tegak di atas sloof dan pondasi setempat  Lalu diberikan angkur ke tulang sloof untuk memperkuat sambungan antara

sloof dan tiang kolom  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.2. Pasang Ring Balok 5/10, Kayu Klas I

Fungsi ring balok adalah sebagai pengikat kolom. Ring balok dipasang melintang guna menghubungkan tiang-tiang utama dan tiang-tiang penyangga. Dalam pekerjaan ini, ring balok yang digunakan adalah yang berukuran 5/10 dan merupakan kayu klas I Metode Pengerjaan Ring Balok:

 Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Sebelum dilanjutkan pekerjaan pemasangan ring balok, perlu disesuaikan segala ukuran, penempatan, dan sambungan yang akan dilakukan dgn gambar kerja, dan disetujui oleh pihak direksi.

 Kayu Kelas I dengan ukuran 5/10 diposisikan pada tempatnya untuk mengikat

tiap tiang yang ada

 Untuk setiap sambungan antara tiang kolom dan ring balok akan menggunakan

minimal 4 buah paku  Sambungan ring balok dan kolom harus dipastikan kuat sebelum pekerjaan

lainnya dilanjutkan  Setelah terpasang, kelurusan bidang ring balok dicek dengan bantuan unting-

unting, waterpass dan alat ukur.  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.3. Pasang Kap / Kuda-kuda, Kayu Klas I

Kuda-kuda kayu adalah balok kayu dengan ukuran tertentu yang dirakit dan dibentuk sehingga membentuk segitiga sama kaki. Kuda-kuda diletakkan pada ring balok disudut tertentu dengan fungsi sebagai pembentuk model atap bangunan, tumpuan balok gording, rangka atap kaso, reng dan atap genteng. Dalam hal ini balok kuda-kuda yang digunakan berukuran 5/10 cm dan merupakan kayu kelas I.

Metode pekerjaan pemasangan wallpaper:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, tidak bengkok dan mempunyai derajad kelembaban kurang dari 15%  Kuda-kuda yang akan dipasang di rangkai sebelum dinaikan ke atas atap

 Rangka kuda-kuda di sambungkan ke kolom dengan angkur  Kuda-kuda akan diletakkan pada ring balok  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.4. Pasang Gording 5/10, Kayu Klas II

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horizontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angina, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Kayu yang kana digunakan untuk gording berukuran 5/10 cm.

Metode pekerjaan pemasangan gording:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu

 Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.  Kayu yang digunakan sebagai gording diposisikan di atas kuda-kuda  Bentangan gording sesuai dengan gambar kerja  Pemasangan gording harus di lakukan secara hati-hati dan memastikan

bentangan antar gording tetap konsisten  Sambungan antara gording dan kuda-kuda dipastikan harus kuat dan konsisten  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.5. Kusen Pintu & Jendela 5/10, Kayu Klas I

Untuk meletakkan daun pintu atau jendela pada dinding, dipasang rangka yang disebut kusen. Kusen yang akan digunakan dalam pekerjaan ini terbuat dari kayu berukuran 5/10 cm yang merupakan kayu kelas I.

Metode Pekerjaan Pemasangan Kusen Pintu & Jendela:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as bouwplank

untuk menentukan kedudukan kusen  Pasang angker pada kusen secukupnya

 Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu  Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan

unting-unting  Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh

 Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan menjadi

kokoh  Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai tempatnya,

ketinggian dan ketegakan dari kusen  Pasangan batu harus sudah terlebih dahulu ada sebagai dasar dari kusen

jendela  Tentukan ketinggian kusen jendela sesuai dengan gambar kerja

 Pasang kusen jendela sampai betul-betul tegak dengan pertolongan unting-

unting  Pastikan kedudukan kusen jendela sudah sesuai tempatnya, ketinggan dan

ketegakan.  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi

kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas

 Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.6. Rangka dinding papan 5/10, Kayu Kelas II

Rumah yang akan dibangun ini merupakan rumah sederhana yang dindingnya tebuat dari pasangan batu tela dan serangkaian papan. Sebelum dipasangnya papan-papan kecil yang berguna sebagai dinding, lebih dahulu dipasang rangka dinding yang tebuat dari kayu 5/10 dan merupakan kayu kelas II.

Metode pekerjaan rangka dinding:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja  Pontong rangka dinding dengan ukuran sesuai dengan gambar kerja

 Pastikan permukaan kayu yang dipakau sudah bertekstus halus karena akan

mempengaruhi tingkat kerapian.  Pasang rangka pada bagian yang sudah ditentukan dalam gambar dengan

bentangan jarak yang sudah disetujui oleh pihak DIreksi  Pastikan dan cek rangka sudah terpasang tegak lurus menggunakan alat yang

tersedia  Sambungan antara rangka harus dipastikan sudah kuat dan tidak akan

menimbulkan masalah di kemudian hari.  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.7. Atap Seng Gelombang BJLS 0.20

Dalam Pekerjaan kali ini, jenis atap yang digunakan merupakan atap seng gelombang BJLS dengan ketebalan 0.20 dengan ukuran 90/180 cm.

Seng Gelombang BJLS Metode Pekerjaan pemasangan atap seng gelombang:

 Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja

 Penyambungan penutup atap seng dari kiri dan kanan adalah sekurang- kurangnya satu setengah gelombang seng dan apabila dilihad dari bawah tidak ada kelihatan cahaya dari bawah. Sedangkan penyambungan dari atas dan bawah minimal 15 cm

 Seng akan dipakukan pada gording yang sudah terpasang menggunakan pagu

seng dan dibutuhkan 6 buah pada setiap 1 lembar seng  Setiap lembaran material atap yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan dan tidak melengkung  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.8. Nok atap, papan 2/20 kayu klas II + Seng Plat BJLS 0.20

Nok atap yang akan digunakan terbuat dari seng plat BJLS 0.20 dengan ukuran 45 cm, dan pada bagian bawah seng plat akan dipasn papan kayu kelas II dengan ukuran 2/20 sebanyak 2 buah.

Metode pekerjaan pengecatan kusen:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja

 Sebelum pemasangan seng plat, papan kayu diletakkan di posisi sesuai pada

gambar kerja  Papan kayu ini akan difungsikan sebagai dudukan nok seng plat

 Nok dipasang di atas papan lalu dipakukan menggunakan paku seng agar tidak

ada kebocoran atau celah untuk air masuk  Seng plat harus dibentuk oleh para pekerja sebaik mungkin agar papan not tidak

muncul (tertutup/terlindungi)  Kerapian pemasangan nok harus dijaga agar tidak terjadi kebocoran dan hal

buruk lainnya  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.9. Pemasangan Lisplank 2.5/25, Kayu Klas I

Kayu yang digunakan sebagai lisplank adalah papan berukuran 2.5/25 cm dan merupakan kayu kelas I.

Metode pekerjaan pasang lisplank:

 Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja  Papan lisplank dipaku pada rangka listplank  Pada sambungan papan lisplank dibuat sambungan bibir lurus  Pemakuan dilaksanakan pada setiap jarak 1 m panjang dengan jumlah paku

minimal 2 buah pada setiap tempat pemakuan  Setelah selesai pemasangan tahap berikutnya yaitu dilakukan pendempulan dan

pengecatan  Kerapian listplank harus diperhatikan dengan seksama  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.  Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, pelaksana hendaknya berkoordinasi kembali dengan surveyor dan melaporkannya kepada Konsultan Pengawas  Dokumentasi pekerjaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

berlangsung

4.3.10. Jalusi/Ventilasi Pintu & Jendela Kayu 2/10, Kayu Klas II

Salah satu hal yang tidak kalah penting di dalam sebuah rumah ialah adanya ventilasi udara atau angina. Ventilasi termasuk kebutuhan utama yang diperlukan oleh setiap penghuni rumah. Hal ini dikarenakan ventilasi merupakan alur sirkulasi udara ataupun jalan untuk keluar masuknya udara sehingga penghuni rumah didalmnya tidak akan kehabisan udara dan tetap sehat. Kayu yang akan digunakan sebagai ventilasi adalah kayu dengan ukuran 2/10 cm.

Metode pemasangan ventilasi:  Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan di

lokasi pekerjaan terlebih dahulu  Peralatan yang diperlukan pun harus dipersiapkan di lokasi kerja.

 Sebelum melangkah ke pemasangan ventilasi, kontraktor harus memperhatikan gambar kerja untuk menentukan lokasi, ketinggian dan ketegakan dari ventilasi

yang akan di pasang.  Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kayu ventilasi terhadap as

bouwplank untuk menentukan kedudukan ventilasi  Pasang angker pada ventilasi secukupnya

 Dirikan ventilasi dan tentukan tinggi kedudukan ventilasi  Setel kedudukan ventilasi sehingga berdiri tegak dengan menggunakan unting-

unting  Cek kembali kedudukan ventilasi, apakah sudah sesuai tempatnya, ketinggian

dan ketegakan dari ventilasi  Rangka dinding, dan kusen harus sudah terlebih dahulu ada sebagai dasar dari

ventilasi  Pelaksanaan pekerjaan harus selalu memperhatikan prosedur keselamatan

kerja.