PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA MAHASISWA AKBID CITRA MEDIKA SURAKARTA
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP
PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA MAHASISWA
AKBID CITRA MEDIKA SURAKARTA
Nabilatul Fanny
APIKES Citra Medika Surakarta
ABSTRAK
Pengetahuan dan pendidikan orang tua berpengaruh besar dalam mengatasi berbagai masalah remaja yang muncul saat ini. Dengan adanya penelitian ini diharapkan perhatian dan bekal yang diterima oleh remaja dari orang tua atau orang dewasa di sekitarnya dapat dilakukan dengan maksimal. Sehingga kasus-kasus yang disebabkan oleh ketidaktahuan masalah kesehatan reproduksi dapat diminimalisir. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta.
Penilitian ini merupakan penelitian jenis observasional analitik. Rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian 94 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling.
Hasil uji statistik spearman’s coefficient of correlation menunjukkan nilai maka hasil pada penelitian ini dinyatakan tidak
p(0,239) lebih besar dari nilai α(0,05),
ada pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan orang tua terhadap
pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta .
Kata kunci : latar belakang pendidikan orang tua, pengetahuan kesehatan reproduksi mahasiswa penelitian yang telah dilakukan olehPENDAHULUAN
Salisa (2010) diantaranya adalah 1) Perilaku seks pranikah sudah
Kegagalan fungsi keluarga, hal ini menjadi fenomena di kalangan remaja, memicu mereka untuk berperilaku bebas tak terkecuali di Kota Surakarta. Faktor- bahkan melanggar norma sekalipun, faktor penyebab munculnya perilaku karena merasa tidak ada yang peduli seks pranikah beradasarkan hasil
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
atau mencegah hal tersebut. 2) Pengaruh media, hal tersebut menunjukkan bahwa media sangat berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah. 3) Rendahnya pendidikan nilai-nilai agama.
Orang tua mempunyai pengaruh besar terhadap setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi pada anaknya. Mereka umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak, seperti mengajarkan sopan santun, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain. Sari (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan kualitas komunikasi orang tua-remaja. Hal tersebut berarti semakin tinggi kualitas komunikasi orang tua dengan remaja, maka pengetahuan kesehatan reproduksi remaja semakin baik.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Widyastuti, 2009).
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolecere (kata belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
2000). Istiliah adosecence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Piaget dalam Hurlock (2000), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah masa dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia diman anak tidak merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Lebih lanjut Hurlock (2000) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanan-kanan ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja ini berlangsung dari usia 13 tahun hingga 19 tahun.
Peningkatan minat pada seks, membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap mengetahu mengenai seluk beluk seks dari orangtuanya. Oleh karena itu remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya disekolah, membahas dengan teman-teman, buku- buku tentang seks, atau melakukan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Pada masa akhir remaja sebagian besar remaja baik laki-laki maupun perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka (Hurlock, 2000).
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa (orang tua) dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara" (UU RI, 2003).
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
pertama pada tahun 1930 yang menyebutkan pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk menunjukkan bertambahnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter) pikiran (intelektual) dan tubuh anak. Pendidikan secara umum yaitu meliputi semua perbuatan dan usaha manusia dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, serta keterampilanya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan diri agar dapat memenuhi hidupnya baik jasmani maupun rohani (Ihsan, 2004).
Mahasiswa merupakan individu yang memasuki masa kuliah. Masa mahasiswa tergolong ke dalam kelompok remaja yang meliputi rentang umur 18/19 tahun sampai 24/25 tahun (Winkle, 2004). Menurut Siti Pariani (2009) dalam BKKBN (2011) mengungkapkan bahwa potensi terjadinya perilaku seksual di luar nikah di kalangan mahasiswa lebih besar, karena belum tahu dampak perilaku seks di luar nikah dan seks tidak aman. Perilaku tersebut dapat dapat berakibat fatal bagi remaja karena berisiko tinggi terhadap timbulnya kehamilan di luar nikah, tertular penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, aborsi yang tidak aman, hingga kematian.
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa di AKBID Citra Medika Surakarta. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa di AKBID Citra Medika Surakarta.
METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian
Penilitian ini merupakan penelitian jenis observasional analitik. Rancangan yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang).
Populasi dan Sampel
Sebagai populasi penelitian adalah semua mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta semester II, IV dan VI yang berjumlah 190 mahasiswa. Pemilihan
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
Salah satu formula yang sering digunakan untuk menentukan ukuran sampel adalah formula dari Isaac dan Mechael, yaitu dengan cara menghitung besarnya populasi yang terpilih sebagai sampel. Penulis menggunakan rumus yang didasarkan pada presisi estimasi statistik 5% sebagai berikut: Dimana: S = ukuran sampel yang diperlukan N = jumlah anggota populasi P = proporsi populasi (0,50) d = tingkat akurasi (0,05)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi dan kuesioner. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta semester II, IV, dan VI, profil dan struktur organisasi AKBID Citra Medika Surakarta.
Teknik Pengumpulan Data
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (quota) yang diinginkan.
quota sampling , yaitu dengan
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan sampel yang harus diteliti yaitu sebesar 94 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
= tabel nilai chi-square sesuai tingkat kepercayaan 0,95 = 1,841 (Muhidin & Somantori, 2006)
2
b. Mahasiswa yang tidak bersedia sebagai subjek penelitian.
ISSN : 2407 - 2656
e. Bersedia sebagai subjek penelitian. Kriteria ekslusi meliputi: a. Usia <17 tahun dan >19 tahun.
d. Masih memiliki orang tua.
c. Usia 17-19 tahun.
b. Masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif di AKBID Citra Medika Surakarta.
a. Mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta semester II, IV, dan VI.
eksklusi . Kriteria inklusi meliputi:
sampel dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria inklusi dan kriteria
Sedangkan Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi tentang latar belakang pendidikan orang tua dan tingkat pengetahuan mahsiswa AKBID Citra Medika Surakarta semester II, IV, dan VI.
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
Surakarta ditentukan dengan skor
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan dibawah ini.
alat atau fasilitas yang digunakan oleh Tabel 2. Skor Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi peneliti dalam mengumpulkan data.
No Skor Keterangan
Dalam penelitian ini instrumen yang 1 >21 Tinggi 2 8 – 21 Sedang digunakan adalah kuesioner tertutup 3 <8 Rendah yang bertujuan untuk mengetahui data tentang latar belakang pendidikan
Perhitungan dan analisis data pendidikan orang tua dan tingkat dimaksudkan untuk mengetahui makna pengetahuan kesehatan reproduksi pada dari data yang diperoleh dalam rangka mahasiswa AKBID Citra Medika memecahkan masalah penelitian. Surakarta. Untuk latar belakang
Analisis data dilakukan secara univariat pendidikan orang tua, dapat ditentukan dan bivariat. Analisis univariat yaitu melalui skor di bawah ini. menyajikan data secara deskriptif yang
Tabel
1. Skor Latar Belakang membahas satu variabel yang dalam Pendidikan Orang Tua penyajiannya berbentuk tabel distribusi
Latar Belakang frekuensi dan analisis persentase. No Skor Pendidikan Orang Tua
Analisis bivariat dilakukan untuk
1 SD
6
2 SMP
9 mengetahui hubungan variabel bebas
3 SMA
12 dan variabel terikat yang diduga
4 D1
13
5 D2 14 memiliki korelasi. Uji statistik yang
6 D3
15 digunakan untuk membantu analisis
7 S1
16 adalah uji spearman’s coefficient of
8 S2
18
9 S3
21
correlation dengan tabulasi bantuan
komputer program SPSS versi 17.0 Sedangkan untuk tingkat dengan interpretasi hasil sebagai pengetahuan kesehatan reproduksi pada berikut : Jika p value
≤ 0,05 maka hasil mahasiswa AKBID Citra Medika uji dinyatakan signifikan. Jika p value
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
94 100 Sumber : Data Primer Penelitian
Dari hasil kategorisasi yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa latar belakang pendidikan orang tua yang termasuk dalam kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (3,2%), sedang sebanyak 69 orang (73,4%), tinggi sebanyak 22 orang (23,4%).
Sumber : Data Primer Penelitian
3 3,2 Rendah ∑ 94 100
1 15,75-21,00 22 23,4 Tinggi 2 10,50-15,74 69 73,4 Sedang 3 00,00-10,49
No Rentang Skor Frekue nsi (%) Kategori
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat di ketahui kecenderungan latar belakang pendidikan orang tua yang dibedakan berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi sebagaimana pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Kategori Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
3 3,2 8 18,9 – 20,5 1 1,1 ∑
ISSN : 2407 - 2656
9 9,6 5 13,8 – 15,4 22 23,4 6 15,5 – 17,1 17 18,1 7 17,2 – 18,8
1 1,1 3 10,4 – 12,0 39 41,5 4 12,1 – 13,7
No Interval Frekuensi Persentase (%) 1 7,0 – 8,6 2 2,1 2 8,7 – 10,3
Penilaian pada pernyataan untuk variabel Latar Belakang Pendidikan Orang Tua menggunakan lama tahun orang tua tersebut menempuh pendidikan, skor latar belakang pendidikan orang tua pada penelitian ini adalah rata-rata pendidikan ayah dan ibu. Dari hasil penelitian, maka didapat distribusi latar belakang pendidikan orang tua sebagaimana pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Distribusi Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat
> 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.
Kuesioner tentang kesehatan reproduksi dilakukan untuk mengeahui seberapa banyak mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta yang tahu dan memahami kesehatan reproduksi. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka didapatkan gambaran tentang distribusi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
Tabel
5. Persentase Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reroduksi
No Skor Frekuensi (%) Keterangan 1 >21 25 26,6 Tinggi 2 8-21
56 59,6 Sedang 3 <8 13 13,8 Rendah ∑ 94 100 Sumber : Data Primer Penelitian
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi mahasiswa yang masuk dalam kategori rendah adalah sebanyak 13 mahasiswa (13,8%), sedang sebanyak 56 mahasiswa (59,6%), tinggi sebanyak 25 mahasiswa (26,6%).
Hasil Analisis Bivariat
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang telah dirumusan oleh peneliti. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji spearman’s coefficient of correlation. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Hasil analisis menunjukkan ba h wa n ilai si gn i fi ka n si p a d a uji spearman’s
coefficient of correlation a d ala h sebesar 0,239, nilai ini lebih besar dibandingkan nilai α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini (Ha) ditolak, dalam artian latar belakang pendidikan orang tua tidak mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahsiswa AKBID Citra Medika Surakarta.
Pembahasan
Responden dalam penelitian ini berjumlah 94 mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta pada tingkat semester
II, IV, dan VI. Data yang diperoleh dari lapangan diwujudkan dalam deskripsi data masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa latar belakang pendidikan orang tua mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta sebesar 73,4 % berkategori sedang, dalam artian sebagian besar (69 orang) pendidikan orang tua mahasiswa tersebut sampai pada tingkat SD sederatan dan SMP sederajat. Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan pendidikan diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
diperlukan untuk kehidupan dalam kesehatan reproduksi tidak di tentukan bermasyarakat. Pendidikan dasar wajib oleh tinggi rendahnya/latar belakang diikuti oleh setiap warga negara guna pendidikan orang tua. membekali dengan pengetahuan dasar, Sesuai dengan teori yang telah di nilai dan sikap dasar, serta ketrampilan jelaskan oleh Hurlock ( 2000 ) bahwa dasar. Dengan pendidikan yang telah di perkembangan remaja yang penting tempuh, orang tua dapat menentukan adalah pembentukan hubungan- cara apa yang akan ditempuh untuk hubungan baru dan yang lebih matang membimbing anak-anak mereka dalam dengan lawan jenis, dan dalam menghadapai segala permasalahan yang memainkan peran yang tepat dengan dihadapi oleh anak-anak, baik itu seksnya. Dorongan untuk melakukan ini permasalahan dalam sekolah/kampus datang dari tekanan-tekanan sosial tetapi maupun diluar sekolah/kampus. terutama dari minat remaja pada seks
P a d a uji spearman’s coefficient of dan keingintahuannya (belajar) tentang
correlation menunjukkan nilai p(0,239) seks. Sukamadinata (2003)
mengemukakan bahwa terdapat
lebih besar dari nilai α(0,05). Jelas
terlihat bahwa latar belakang pendidikan beberapa faktor yang mempengaruhi
orang tua tidak mempunyai pengaruh belajar bersumber pada dirinya atau di
yang signifikan terhadap pengetahuan luar dirinya atau lingkungannya. kesehatan reproduksi pada mahasiswaa. Faktor-faktor dari dalam diri individu
AKBID Citra Medika Surakarta. Dalam yang menyangkut aspek jasmaniah
hal ini yang dimaksudkan adalah maupun rohaniah. Jasmani mencakup
pendidikan formal (SD, SMP, SMA, DI- kondisi dan kesehatan jasmani dari
DIII, S1-S3). Hasil penelitian individu. Aspek psikis atau rohaniah
menunjukkan 59,6% atau sebanyak 56 menyangkut kondisi kesehatan psikis,
mahasiswa mempunyai pengetahuan kemampuan-kemampuan intelektual,
yang cukup baik /sedang tentang sosial, psikomotor serta kondisi
kesehatan reproduksi. Tinggi rendahnya afektif dan konatif dari individu.
pengetahuan mahasiswa tentang Sedangkan kondisi intelektual
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
menyangkut tingkat kecerdasan,
a. Semester I : biologi dasar dan bakat-bakat, penguasaan siswa akan biologi perkembangan, pengetahuan atau pelajaran- keterampilan dasar kebidanan I, pelajarannya yang lalu. Kondisi konsep kebidanan. sosial menyangkut hubungan siswa
b. Semester II : komunikasi dalam dengan orang lain, baik dosen, teman, praktik kebidanan, ketrampilan orang tua maupun orang-orang yang dasar kebidanan II, etikolegal dalam lainnya. praktik kebidanan, obstetri b. Faktor-faktor lingkungan, yaitu gynekologi, praktik keterampilan faktor-faktor yang berasal dari luar dasar kebidanan diri mahasiswa, baik faktor fisik
c. Semester III :asuhan kebidanan maupun sosial-psikologis yang kehamilan, asuhan kebidanan berada pada lingkungan keluarga, persalinan dan bayi baru lahir, sekolah dan masyarakat. asuhan kebidanan nifas dan
AKBID Citra Medika Surakarta menyusui, asuhan kebidanan merupakan salah satu akademi/sekolah neonatus, bayi, balita, dan anak pra tinggi yang berkonsentrasi dibidang sekolah, praktik kebidanan I (hamil, kebidanan. Mereka akan memperoleh bersalin, nifas, neonatus, bayi, pengetahuan tentang reproduksi mulai balita, anak pra sekolah normal) dari semester satu sampai semester d. Semester IV :asuhan kebidanan akhir/enam. Mata kuliah pokok yang di kegawatdaruratan maternal berikan kepada mahasiswa sangat neonatus, asuhan kebidanan membantu mereka dalam mengetahui komunitas, kesehatan reproduksi dan memahami segala hal tentang dan keluarga berencana, praktik kesehatan reproduksi. Adapun mata kebidanan II (asuhan kebidanan kuliah pokok yang mereka dapatkan kesehatan reproduksi dan keluarga adalah: berencana dan kegawatdaruratan
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
maternal neonatal), gizi dalam kebidanan.
e. Semester V : mutu layanan kebidanan dan kebijakan kesehatan f. Semester VI : praktik klinik kebidanan III
Peningkatan minat pada seks, membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap mengetahu mengenai seluk beluk seks dari orangtuanya. Oleh karena itu remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya disekolah, membahas dengan teman-teman, buku- buku tentang seks, atau melakukan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Pada masa akhir remaja sebagian besar remaja baik laki-laki maupun perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi masa-masa remaja yaitu:
a. Pembinaan religius Pembinaan religius sangat diperlukan dalam hal mempersiapkan anak memasuki masa pubertas. Dalyono (2005) menyebutkan bahwa dalam mempersiapkan diri jalan teraman bagi orang tua adalah berpegang pada landasan agama. Penjelasan yang diberikan kepada anak mengenai kesehatan reproduksi senantiasa di bingkai dalam nuansa moral dan keagamaan.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Purwanto (2003) mengatakan bahwa orang tua kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga tidak mampu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi secara aktif. Pemahaman orang tua yang keliru tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi upaya dalam mempersiapkan anak menuju masa pubertas.
c. Interaksi orang tua dan anak.
Interaksi ini terjalin dalam komunikasi. Komunikasi adalah inti
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
suksesnya hubungan orang tua dan anak. Komunikasi di landasi rasa respek terhadap anak, langsung, dan proaktif (tidak perlu menunggu anak bertanya). Makin luas informasi yang diperoleh, makin besar kesiapan remaja menghadapi masa remaja dengan sebaik- baiknya.
d. Menanamkan konsep diri yang positif.
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.
e. Mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.
Salah satu upaya dalam mempersiapkan masa pubertas adalah menciptakan hubungan harmonis dalam keluarga. Hal ini mempermudah interaksi antar anggota keluarga. Dari berbagai studi dan pendapat para ahli memperlihatkan bahwa sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan oleh orang tua kepada remaja mampu membina pendidikan reproduksi dalam keluarga.
f. Pengawasan peer group.
Pada masa ini telah terbentuk peer group sesuai dengan tahap perkembangannya, dan anak-anak remaja umumnya percaya pada ucapan teman-temannya tersebut. Orang tua sama-sama dapat menunjukkan otoritas bila persoalan mengenai hal-hal yang prinsip yang tentu saja tetap dengan menggunakan tehnik yang tepat, tanpa prinsip duel sehingga ada pihak yang menang dan kalah.
g. Memfasilitasi tersedianya media massa yang terpercaya.
Salah satu ciri media pengajaran adalah mengandung atau membawa pesan atau informasi kepada penerima. Banyak media massa yang memberikan informasi
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
ISSN : 2407 - 2656
keliru tentang reproduksi. Begitu juga dengan mudahnya akses terhadap penyedia layanan yang cenderung merusak prilaku seksual remaja.
h. Partisipasi dalam program kesehatan reproduksi remaja dan
peer education di sekolah.
Program ini dilakukan dengan pendekatan komunikasi berkesinambungan antara keluarga dan sekolah. Pembinaan keluarga disekolah dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan metode pemecahan masalah pada siswa yang bermasalah. Penelitian Fuad menyebutkan bahwa sebaiknya peer education dipilih dari teman-teman yang suaranya didengar sehingga mempunyai nilai kepercayaan bagi teman-teman yang lain.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Latar belakang pendidikan orang tua mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta 73,4 % berkategori sedang, sampai pada tingkat SD sederatan dan SMP sederajat.
b. Mahasiswa mempunyai pengetahuan
yang cukup baik /sedang tentang kesehatan reproduksi sebesar 59,6% atau sebanyak 56 mahasiswa.
c. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan
orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada mahasiswa AKBID Citra Medika Surakarta. Uji spearman’s coefficient of correlation menunjukkan nilai p(0,239) lebih besar dari nilai α(0,05).
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, walaupun tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan orang tua terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi, saran yang dapat diberikan bagi orang tua adalah untuk tetap memperhatikan dan memberikan contoh
Volume 2 / Nomor 2 / November 2015
di Kalangan Remaja, Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta . [Skripsi]. Surakarta:
Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Maya Winkle, W. S., Hastuti, M.M. 2004.
Reproduksi . Yogyakarta: Fitra
2003. Jakarta. Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003
Bandung: RemajaRosdakarya. Undang – Undang RI. No. 20 Tahun
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN. Sukamadinata, N.S . 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan .
Reproduksi Ditinjau dari Persepsi Kualitas Komunikasi Orang Tua dan remaja . [Skripsi]. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS. Sari, K.P. 2010. Pengetahuan Kesehatan
Bandung: Remaja Rosdakarya. Salisa, A. 2010. Perilaku Seks Pranikah
ISSN : 2407 - 2656
Setia. Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan.
Aplikasi Statistika dalam Penelitian . Bandung: Pustaka
Cipta Muhudin, S.A., Somantri, A. 2006.
Kependidikan . Jakarta: Rineka
F. 2004. Dasar-dasar
Ihsan,
Anak . Jakarta: Erlangga
Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan
Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi. Jakarta Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan.
BKKBN. 2011. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja.
yang baik kepada anak-anak mereka, karena orang tua merupakan tempat interaksi pertama anak dan tempat dibentuknya sikap, perilaku dan kebiasaan yang diharapkan menjadi media stimulasi peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, disarankan untuk meneliti tentang hubungan gender terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi.
Yogyakarta. Media Abadi