Eksperimen mengenai emosi oleh musik bahagia dan sedih dengan volume tertentu - USD Repository

EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU

  Skripsi Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Disusun Oleh : Satria Sakti

  NIM : 069114012

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU

  Skripsi Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Disusun Oleh : Satria Sakti

  NIM : 069114012

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  mari berlari meraih mimpi menggapai langit yang tinggi jalani hari dengan berani tegaskan suara hati kuatkan diri dan janganlah kau ragu tak kan ada yang hentikan langkahmu ya..ya..kita kan terus berlari ya..ya..tak kan berhenti di sini ya..ya..larilah meraih mimpi ya..ya..hingga nafas tlah berhenti

  tak ada yang tak mungkin bila kita yakini pastilah engkau dapati

  ( J-Rocks – Meraih Mimpi )

  Skripsi ini saya persembahkan bagi Bapak , Ibu, Kakak,

dan keluarga besar yang telah mendukung saya.

  

Pernyataan Keaslian Karya

  Saya menyatakan yang sesungguhnya bahwa karya yang saya muat ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Juni 2010 Satria Sakti

  

EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA

DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU

Satria Sakti

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan musik

sedih pada volume yang berbeda. Subjek penelitian adalah 16 mahasiswa Fakultas Psikologi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang memberikan 64 data penelitian. Peneliti mengajukan

hipotesis bahwa dalam membangkitkan emosi oleh musik bahagia dan musik sedih terdapat

perbedaan yang signifikan antara volume musik bahagia dan volume musik sedih. Data dianalisis

dengan uji Willcoxon. Validitas eksternal yang digunakan pada penelitian eksperimen ini memakai

replikasi konseptual mengenai mekanisme musik untuk membangkitkan emosi. Mekanisme

tersebut adalah refleks batang otak yang merupakan mekanisme bebas budaya sehingga manipulasi

dalam eksperimen ini dapat digeneralisasikan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk

membangkitkan emosi bahagia dan sedih dengan musik, volume musik bahagia tidak berbeda

secara signifikan dari volume musik sedih. Dengan demikian, hipotesis penelitian tidak diterima.

Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa sebagian besar subjek mendengarkan musik dengan

volume keras yang melanggar peringatan The Occupational Safety and Health Administration

(OSHA). Perbedaan tidak signifikan antara volume musik bahagia dan musik sedih diduga

dikarenakan ambang pendengaran manusia yang makin tinggi.

  Kata kunci : emosi, musik, volume

  

EXPERIMENT ON THE EMOTIONS BY HAPPY

AND SAD MUSIC WITH A CERTAIN VOLUME

Satria Sakti

  

ABSTRACT

This study aimed to look at the emotions evoked by happy music and sad music at

different volumes. Subjects were 16 students of the Faculty of Psychology, University of Sanata

  

Dharma, Yogyakarta, which provided 64 research data. Research hypothesized that the emotion

evoked by the happy music and sad music had significant difference in terms of music

volume. Data were analyzed with Willcoxon test. External validity in this experimental research

employed a conceptual replication of the mechanics of music evoke emotions. These mechanism is

brain stem reflexes, which is free from cultural mechanisms. Therefore manipulation in this

experiment can be generalized. The experiment shows that in order to evoke happy and sad

emotions, happy music volume is not significantly different from the sad music volume. Thus,

research hypothesis is not accepted. The results also show that most subjects listened to music at

full volume in violation to the warning of The Occupational Safety and Health Administration

(OSHA). No significant difference between the volume of happy music and sad music is allegedly

caused by the higher level of human hearing threshold.

  Key words: emotion, music, volume

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Satria Sakti

  Nomor Mahasiswa : 069114012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

EKSPERIMEN MENGENAI EMOSI OLEH MUSIK BAHAGIA

DAN SEDIH DENGAN VOLUME TERTENTU

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan

Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 20 Juni 2010 Yang menyatakan, ( Satria Sakti )

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan atas jalan yang diberikan selama mengerjakan skripsi berjudul “Eksperimen mengenai emosi yang dibangkitkan oleh musik bahagia dan sedih dengan volume tertentu”. Tuhan telah memperkenalkan saya kepada orang-orang hebat yang tulus membantu dan memberikan dukungan saat saya mengerjakan skripsi. Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat tersebut, yakni:

  1. Dr. A. Priyono Marwan, S. J. selaku dosen pembimbing skripsi untuk segala kesabaran, waktu, dukungan, penerimaan dan pelajaran yang telah diberikan.

  2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. S.Psi., M.Si. selaku dekan dan Bapak Minta Istono S.Psi., M.Si. selaku Wakaprodi yang selalu mendorong kami agar cepat menyelesaikan skripsi.

  3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik untuk pendampingan dan masukan-masukannya.

  4. Ibu Agnes Indar S.Psi., M.Si. atas bimbingannya saat saya menjadi asisten Tes Kognitif.

  5. Bapak YB. Cahyo Widiyanto S.Psi., M.Si. atas kepercayaan dan saran saat saya menjadi asistennya dalam PPKM.

  6. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta atas pelajaran yang berharga selama saya menjalani masa kuliah.

  7. Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, dan Mas Boni yang telah menjadi teman para mahasiswa.

  8. Karyawan Fakultas Fisika, Mas Ngadiono yang telah membantu saya dalam menggunakan Sound Level Meter.

  9. Teman-teman BPMF 2006/2007 dan BEMF 2007/2008 yang memberikan pelajaran berorganisasi kepada saya.

  10. Teman-teman berbagai kepanitiaan di Fakultas Psikologi atas dinamikanya.

  11. Windi atas waktu dan dukungan bagi peneliti selama mengerjakan skripsi.

  12. Adit, Berto, Caca, Cika, Coro, Kesed, Nita, Nobi, Viany, dan teman- teman seperjuangan yang belum saya sebutkan.

  13. Teman-teman satu bimbingan, Endy, Hermin, Peni, Jenny, Yayak dan Wayan yang saling memberikan semangat.

  14. Bapak, Ibu, dan Mas Bimo atas doa dan dukungan agar saya dapat menyelesaikan kuliah.

  Saya merasa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti menerima saran dan kritik mengenai penelitian ini dengan senang hati.

  Yogyakarta, Juni 2010 Satria Sakti

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi ABSTRAK …………………………………………………………………. vii ABSTRACT ……………………………………………………………….. viii PERNYATAAN PUBLIKASI …………………………………………….. ix KATA PENGANTAR ……………………………………………………... x DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………...…. xvi DAFTAR GAMBAR …………...………………………………………… xvii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...……..... xviii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….

  1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………………..

  1 B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………..

  4 C. TUJUAN PENELITIAN …………………………………………...

  4 D. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………...

  4

  1. Manfaat Praktis ……………………………………………….…

  4 2. Manfaat Teoritis ………………………………………………....

  5

  BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………...

  6 A. EMOSI ……………………………………………………………...

  6 1. Pengertian ………………………………………………………..

  6 2. Aspek-Aspek …………………………………………………….

  8

  3. Penyebab ………………………………………………....…….…

  8 B. MUSIK …………………………………………………….………....

  9 1. Pengertian ……………………………………………….………...

  9 2. Elemen-Elemen ………………………………………………….

  10 C. PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI …………………….…

  12 1. Pengaruh Musik Terhadap Emosi Secara Umum ……………...….

  12 2. Pengaruh Musik Terhadap Emosi Secara Khusus ……………….

  14 3. Mekanisme Musik Membangkitkan Emosi ……………………....

  16 D. HIPOTESIS PENELITIAN …………………………………………

  19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………..

  20 A. JENIS PENELITIAN ………………………………………………

  20 B. IDENTIFIKASI VARIABEL ………………………………………

  21

  1. Variabel Bebas ……………………………………………………

  21 2. Variabel Tergantung ……………………………………………...

  21

  3. Variabel Ekstranous ………………………………………………

  21 C. DEFINISI OPERASIONAL ………………………………………..

  21 1. Emosi …………………………………………………………….

  21 2. Volume ……………………………………………………….….

  22 3. Stimulus Eksternal ……………………………………………….

  22

  D. SUBJEK PENELITIAN …………………………………………….

  30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………

  36 1. Faktor Eksternal ………………………………………………….

  35 D. PEMBAHASAN ……………………………………………………

  33 2. Uji Hipotesis ……………………………………………………..

  1. Uji Normalitas ……………………………………………………

  33

  32 C. HASIL PENELITIAN ………………………………………………

  31 B. PELAKSANAAN PENELITIAN …………………………………..

  31 2. Persiapan Alat Penelitian ………………………………………...

  1. Persiapan Materi Penelitian ………………………………………

  31

  31 A. PERSIAPAN PENELITIAN ………………………………………..

  30 6. Reliabilitas Alat Ukur …………………………………………….

  22 E. DESAIN PENELITIAN …………………………………………….

  29 5. Validitas Alat Ukur ……………………………………………….

  29 4. Reliabilitas Alat Eksperimen ……………………………………..

  28 3. Validitas Alat Eksperimen ………………………………………...

  26 2. Validitas Eksternal ………………………………………...……..

  1. Validitas Internal …………………………………………………

  26

  26 H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ………………………….…….

  26 2. Uji Hipotesis ……………………………………………………...

  26 1. Uji Normalitas …………………………………………………….

  24 G. ANALISIS DATA …………………………………………………..

  23 F. PROSEDUR PENELITIAN ………………………………………...

  37

  2. Faktor Internal ………………………………………………….…

  37 BAB V PENUTUP ………………………………………………………….

  39 A. KESIMPULAN ……………………………………………………..

  39 B. KETERBATASAN …………………………………………………

  39 C. SARAN ……………………………………………………………..

  40 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….

  41 LAMPIRAN …………………………………………………………….……

  47

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Bahagia … 33 Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pada Kelompok Sedih …… 34 Tabel 3 Uji Willcoxon ……..……..………………………..………………… 36

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Roda Emosi Plutchik ……………….…………..………………….. 7

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Prosedur Penelitian …………………………………………….... 47 Lampiran 2 Data Volume Pada Musik Bahagia dan Sedih ………………….. 49 Lampiran 3 Data Volume Pada Musik Bahagia dan Sedih dalam Satuan

  Desibell …………………………………………………………. 50 Lampiran 4 Uji Normalitas Pada Kelompok Musik Bahagia ……………....... 51 Lampiran 5 Uji Normalitas Pada Kelompok Musik Sedih ………………...… 52 Lampiran 6 Uji Hipotesis …………………………………………………….. 53 Lampiran 7 Inform Consent ………………………………………………….. 54

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini menyajikan empat bagian, yakni latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG Setiap orang tentu pernah mengalami berbagai emosi, seperti bahagia,

  sedih, takut, dan marah. Dari pengertiannya, emosi adalah perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Peretz, 2001).

  Emosi terjadi pada setiap orang karena dipicu oleh stimulus. Stimulus pembangkit emosi dikategorikan menjadi dua, yakni stimulus internal dan stimulus eksternal (Goleman dkk., 2002). Stimulus internal adalah kondisi yang berasal dari dalam diri individu, misalnya kondisi tubuh. Sedangkan stimulus eksternal merupakan kondisi yang berasal dari luar tubuh.

  Salah satu stimulus eksternal yang dapat menjadi pembangkit emosi adalah musik. Musik sebagai stimulus universal dialami oleh semua manusia.

  Musik menjadi bagian hidup manusia yang setiap hari selalu mendengarkannya. Sehari-hari kita mendengarkan musik baik melalui televisi, radio, maupun dari ringtone telepon genggam. Kenyataan tersebut tidak bisa lepas dari semakin banyaknya musisi yang muncul.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Musik tidak hanya sekedar komposisi nada yang dimainkan dan diperdengarkan. Musik mampu membuat pendengarnya merasakan emosi tertentu.

  Menurut Konecni (2003), penelitian musik dan emosi diawali oleh Hevner pada tahun 1936. Hevner (1936) meminta subjek penelitian menuliskan sebuah kata sifat yang hadir dalam pikirannya saat musik dimainkan. Dari penelitian tersebut, Hevner (1936) berpendapat bahwa musik membawa sebuah arti emosi. Musik sanggup membuat pendengarnya sedih, bahagia, takut, gelisah, tenang, bahkan geli (Bernstein dan Picker, 1972). Beberapa peneliti yakin bahwa musik dapat secara langsung menyebabkan munculnya emosi pada pendengar (Dibben, 2004; Gabrielsson, 2001-2002; Juslin dan Laukka, 2004; Juslin dan Sloboda, 2001).

  Berdasarkan ulasan mengenai musik dan emosi di atas, peneliti ingin meneliti mengenai musik yang menjadi stimulus pembangkit emosi.

  Penelitian ini mencakup dua jenis musik terkait emosi yang dibangkitkan, yakni musik emosi bahagia dan musik emosi sedih. Kedua emosi tersebut dipilih karena merupakan emosi yang paling mudah dibangkitkan oleh musik (Gabrielsson dan Juslin, 1996; Krumhansl, 1997).

  Musik terdiri dari beberapa eleman yaitu pulse, tempo, pitch, dinamik, struktur, timbre, tekstur, dan style (Kieran, 1999). Elemen-elemen ini menyebabkan musik mampu membuat pendengarnya merasakan emosi tertentu. Salah satu elemen yang penting dalam musik adalah dinamik.

  Dinamik merupakan merupakan keras-lemahnya suara. Dalam kehidupan sehari-hari, dinamik sering diganti dengan kata volume (dan selanjutnya pada penelitian akan disebut dengan volume).

  Volume merupakan elemen musik yang paling berpengaruh terhadap munculnya emosi (Huang, dkk., 2008; Livingstone, dkk., 2007). Dalam penelitian ini, volume dipilih karena volume merupakan satu-satunya elemen musik yang dapat dimanipulasi tanpa mengubah lagu. Mengubah elemen lain (pulse, tempo, pitch, struktur, timbre, tekstur, dan style) berarti mengubah lagu. Pendengar akan lebih berbahagia jika musik emosi bahagia diperdengarkan dengan volume keras. Sedangkan untuk musik emosi sedih, pendengar akan berlebih sedih jika musik diputar dengan volume yang lemah (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997). Dengan demikian untuk memunculkan emosi bahagia atau sedih dari musik diperlukan volume tertentu yang berbeda satu sama lain.

  Pada penelitian-penelitian tersebut (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997), keras lemahnya suara tidak diukur dengan satuan desibell sebagai standar satuan yang berlaku. Keras lemahnya suara secara subjektif ditentukan oleh peneliti. Hal tersebut membuat pembaca tidak mengetahui seberapa keras atau lemah volume yang disajikan dalam penelitian tersebut. Sejalan dengannya, penerapan hasil penelitian menjadi sulit karena keras lemah menjadi hal yang kualitatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkuantitatifkan volume yang sesuai untuk membangkitkan emosi dari musik dengan memakai standar satuan yang berlaku bagi keras lemahnya suara yakni desibell (dB).

  Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan sedih pada volume yang berbeda di antara mahasiswa/i Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah untuk membangkitkan emosi oleh musik bahagia dan sedih terdapat perbedaan volume?”

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembangkitan emosi oleh musik bahagia dan sedih pada volume yang berbeda.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Dalam bidang pelayanan psikologi, mengetahui pengaruh volume musik dalam menciptakan emosi bahagia atau sedih.

  b. Standardisasi volume yang sesuai untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih.

  2. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan ilmiah dalam mengkuantitatifkan pengukuran volume musik untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dari musik.

BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini menyajikan empat bagian, yakni emosi, musik, dan pengaruh musik terhadap emosi. A. EMOSI

  1. Pengertian Emosi merupakan keadaan pikiran atau perasaan dalam waktu singkat dari suatu organisme (Crow dan Crow, 1958). Emosi merupakan sarana komunikasi dengan sekelompok sinyal yang menggambarkan keadaan seseorang (Oatley dan Johnson, 1987). Peretz (2001) berpendapat bahwa emosi adalah respon spontan yang sulit untuk disembunyikan seseorang. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

  Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak serta merupakan reaksi terhadap stimulus dari luar dan dalam diri individu (Goleman dkk., 2002). Menurut Weiten, Lloyd, Dunn, dan Hammer (2009), emosi merupakan hal yang kuat, perasaan besar yang tak terkendali dan disertai perubahan fisiologis. Berdasarkan uraian tentang emosi tersebut, maka disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan pikiran dan perasaan seseorang yang mendorong individu untuk merespon stimulus baik yang berasal dari dalam maupun luar dirinya.

  Plutchik (1980) membagi emosi ke dalam beberapa kategori seperti pada gambar di bawah ini.

  Gambar 1

  Roda Emosi Plutchik

  Weiner dan Graham (1984) berpendapat bahwa terdapat dua emosi dasar, yakni bahagia dan sedih. Emosi dasar muncul pada seseorang setelah seseorang berulang kali mengalami situasi yang menimbulkan emosi yang sama (Ekman, 1992). Menurut Panksepp (2005), emosi dasar adalah bawaan lahir dan memiliki sinyal yang khas di otak manusia, serta memiliki ekspersi non-verbal yang universal. Sedangkan Fritz dkk (2009) memaparkan bahwa terdapat tiga emosi dasar, yakni senang, sedih, dan takut.

  Frijda (1993) mengatakan bahwa emosi pada umumnya memiliki durasi yang pendek dan berhubungan dengan stimulus tertentu. Emosi juga memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku yang spesifik. Emosi terkait dengan aspek mental dan perilaku fisik seseorang (Berkowitz, 2000).

  2. Aspek-Aspek Menurut Huffman (2000) emosi memiliki tiga aspek dasar, yakni kognitif, fisiologis, dan perilaku. Aspek kognitif merujuk pada pikiran, perasaan, dan harapan-harapan yang membedakan jenis dan intensitas dari respon emosi. Misalnya orang yang sedang gembira berkata kepada diri sendiri, “Hari ini adalah hari yang indah”. Aspek fisiologis mengacu pada proses yang terjadi di dalam fisik individu. Misalnya, saat individu mengalami emosi takut, maka denyut jantung dan nadi akan mulai meningkat. Sedangkan aspek perilaku merujuk pada tindakan yang diambil individu saat mengalami suatu emosi. Sebagai contoh, saat individu mengalami emosi takut akan sesuatu, maka kemungkinan ia akan menghindarinya.

  3. Penyebab Emosi disebabkan oleh adanya stimulus, baik dari luar maupun dari dalam diri individu (Goleman dkk., 2002). Emosi merupakan komponen utama dari reaksi manusia dalam menanggapi berbagai jenis stimulus (Lord, Klimoski, dan Kanfer, 2002). Stimulus yang sama dapat membuat emosi yang berbeda pada individu yang berbeda, dan individu yang sama dapat mengekspresikan emosi yang berbeda dalam menanggapi rangsangan yang sama, pada waktu yang berbeda (Fellous, 2007).

B. MUSIK

  1. Pengertian Bernstein dan Picker (1972) mengatakan bahwa musik adalah suara- suara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer ke pendengarnya. Musik sanggup membuat manusia sedih, gembira, takut, gelisah, tenang, bahkan geli. Menurut Seluler dan Balke (1990), musik merupakan hasil kreasi manusia yang dapat membantu hidup manusia. Musik pun bersifat universal dan terdapat dalam setiap kebudayaan (Pinker, 1997). Musik merupakan pesan universal yang mengandung ekspresi, pengalaman manusia yang puncak dan mendalam, dan berbagai perasaan (Natalia, 2000).

  Menurut Djohan (2003) musik adalah produk pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), musik juga didefinisikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan ala-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi). Dari beberapa definisi tadi, maka dapat dikatakan bahwa musik adalah komposisi nada yang merupakan hasil kreasi manusia dan sanggup membuat pendengarnya sedih, gembira, takut, gelisah, tenang, bahkan geli.

  Musik tidak menjadi musik jika tidak didengarkan oleh seseorang, baik dengan volume keras maupun lemah. Suara yang tidak didengar seorang pun, bahkan rekaman musik di luar jangkauan pendengaran manusia, hanya berpotensi dan tidak benar-benar menjadi musik (Tagg, 2002). Menurut Young (2003), musik dapat menghibur, memberikan kenikmatan, dan meningkatkan dampak dari seni lain. Seni musik lebih dahulu ditemukan sebelum tulisan. Alat musik yang pertama ditemukan yakni flute, yang ditemukan di Slovenia sekitar empat puluh tiga ribu tahun yang lalu (Huron, 2003).

  2. Elemen-Elemen Musik memiliki beberapa elemen (Griffin dan O’Reilly, 1999), yaitu:

  a. Pulse Pulse merupakan ketukan dari sebuah musik.

  b. Tempo Tempo merupakan cepat lambatnya sebuah musik.

  c. Pitch

Pitch mengacu pada kualitas tinggi rendahnya suara musik. d. Volume Volume merupakan keras-lemahnya suara yang dihasilkan. Keras lemahnya suatu suara diukur dengan satuan desibell (dB). Kuhn (2001) mengklasifikasikan keras lemahnya suara menjadi 7 tingkatan, yakni: 1) 0 dB : suara samar-samar 2) 30 dB : bisikan yang sangat lembut 3) 70 dB : suara saat berbicara normal 4) 80 dB : suara radio yang cukup keras 5) 90 dB : suara radio atau televisi yang keras 6) 120 dB : suara ruang dansa yang sangat keras, dan merupakan ambang batas yang menyebabkan sakit di telinga.

  7) 140 dB: suara mesin jet dari jarak seratus kaki (30,48 meter).

  Pada tahun 2002, OSHA (The Occupational Safety and Health Administration) dalam McAfee (2008) menetapkan peringatan mengenai kerasnya suara yang dapat merusak pendengaran manusia.

  Lembaga tersebut mengumumkan tingkat desibell tertentu agar telinga pendengarnya tidak mengalami kerusakan. Peringatan OSHA berbunyi sebagai berikut: 1) Suara 85 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu delapan jam. Misalnya suara rata-rata pada pabrik, suara alat pengering rambut, dan suara pisau cukur listrik,

  2) Suara 88 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu empat jam. Misalnya suara di tempat pembuangan sampah.

  3) Suara 91 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu dua jam. Misalnya suara mesin pemotong rumput dan suara bor.

  4) Suara 94 dB menyebabkan kerusakan pada pendengar dalam waktu satu jam. Misalnya suara gaduh di bar pada Sabtu malam, suara sirine ambulance, dan suara blender.

  e. Struktur Struktur adalah keseluruhan komposisi dalam musik.

  f. Timbre Timbre merupakan warna musik yang mengacu pada karakteristik suara yang dihasilkan oleh alat musik tertentu.

  g. Tekstur Tekstur mengacu pada kombinasi dari suara-suara.

  h. Style Style merupakan kombinasi dari tempo, timbre, dan dinamik.

C. PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI

  1. Pengaruh Musik Secara Umum Terhadap Emosi Beberapa peneliti yakin bahwa musik dapat secara langsung menyebabkan munculnya emosi (Dibben, 2004; Gabrielsson, 2001-2002;

  Hevner, 1936; Juslin dan Laukka, 2004; Juslin dan Sloboda, 2001). Koelsch (2005) mengemukakan bahwa proses musik memunculkan emosi terkait dengan otak manusia. Dia menyimpulkan bahwa musik dapat memunculkan emosi secara cukup konsisten pada semua subyek.

  Orang menggunakan musik untuk mengubah emosi, untuk melepaskan emosi, untuk mencocokkan emosi mereka saat ini, untuk menikmati atau menghibur diri, dan untuk mengurangi stres (Behne, 1997; Juslin dan Laukka, 2004; Sloboda dan O'Neill, 2001; Zillman dan Gan, 1997).

  Penelitian mengenai musik dan emosi dimulai oleh Hevner (1936). Dia melakukan penelitian mengenai musik dan emosi. Dalam eksperimennya, peneliti meminta subyek penelitian menuliskan sebuah kata sifat yang hadir dalam pikirannya saat musik dimainkan. Dari penelitian tersebut, Hevner (1936) berpendapat bahwa musik membawa sebuah arti emosi.

  Lewis, Dember, Schefft, dan Radenhausen (1995) melakukan penelitian menggunakan lagu dan video. Ternyata perbedaan video pada musik yang sama tidak merubah emosi subjek penelitian. Namun jika lagu diubah, maka emosi subjek juga berubah.

  Mendengarkan musik merupakan strategi yang paling efektif bagi mahasiswa dalam memunculkan emosi tertentu (Lee, Wu, Kuo, dan Wang, 1997). Hal itu disebabkan makin banyaknya rekaman dan keragaman musik dan musik telah menjadi bagian hidup mahasiswa. Emosi yang relatif mudah dibangkitkan oleh musik adalah emosi bahagia dan sedih (Gabrielsson dan Juslin, 1996; Krumhansl, 1997). Kedua emosi tersebut lebih mudah dibangkitkan oleh musik karena memiliki karakteristik emosional yang mudah dikomunikasikan daripada emosi yang lain.

  Krumhansl (2002) melakukan penelitian pada subjek dengan kerusakan otak. Saat subjek diperdengarkan musik, ternyata subjek bereaksi secara emosional. Walaupun memiliki pengenalan yang rendah terhadap musik, subjek bereaksi secara emosional yang sama dengan orang pada umumnya.

  Menurut Sloboda dan O’Neill (2001), mendengarkan musik secara efektif dapat mengurangi efek negatif dari stres. Penelitian dilakukan dengan mengukur kadar kortisol pada air liur pasien yang mengalami stress. Ternyata terdapat perbedaan kadar kortisol setelah pasien diperdengarkan musik.

  Ekspresi dasar emosi (senang, sedih, dan takut) dari musik berlaku secara universal (Fritz dkk., 2009). Fritz dkk (2009) memakai musik barat dan melakukan penelitian pada penduduk asli Afrika, yakni suku Mafa yang tidak memiliki pengetahuan terhadap musik barat. Musik barat yang disajikan ada tiga macam, yakni musik yang mencerminkan emosi bahagia, sedih, dan takut. Pada ketiga macam musik yang disajikan, subyek ternyata berekspresi secara emosional seperti orang barat.

  2. Pengaruh Musik Secara Khusus Terhadap Emosi Hevner (1937) berkesimpulan bahwa dari semua elemen musik ternyata tempo merupakan elemen yang paling berpengaruh. Anak-anak berusia empat hingga enam tahun telah mampu membedakan musik yang mengekspresikan beberapa emosi dasar (Cunningham dan Sterling, 1988). Kamenetsky, Hill, dan Trehub (1997) mempelajari pengaruh tempo dan volume pada persepsi emosi. Mereka menemukan bahwa variasi volume akan menghasilkan rating yang lebih tinggi dalam ekspresi emosional dan kesukaan pendengar, tapi variasi dalam tempo tidak memiliki efek seperti itu.

  Krumhansl (1997) melihat bahwa musik sedih terkait dengan tempo yang lambat, harmoni minor, dan cukup konstan pada pitch dan volume.

  Sedangkan untuk musik yang memiliki emosi bahagia terkait dengan tempo yang relatif cepat, harmoni mayor, dan cukup konstan pada pitch dan volume. Penelitian serupa dilakukan oleh Webster dan Weir (2005) yang menemukan bahwa respon emosi bahagia berhubungan dengan lagu yang memiliki kunci mayor, melodi yang non harmonis, dan tempo yang cepat. Sedangkan respon terkait emosi sedih memiliki hubungan dengan lagu berkunci minor, melodi harmonis, dan tempo yang lambat.

  Penelitian yang dilakukan oleh Livingstone, Mühlberger, Brown, dan Loch (2007) menunjukkan beberapa elemen musik yang memiliki pengaruh terhadap munculnya emosi. Elemen yang paling berpengaruh adalah tempo, diikuti dengan mode, volume, artikulasi, dan pitch. Sedangkan melalui penelitian yang dilakukan oleh Huang, Hu, Lin, dan Lin (2008) dengan memakai dua elemen musik, memperlihatkan bahwa tempo dan volume memiliki pengaruh dalam memunculkan emosi. Namun menurut mereka, volume lebih berpengaruh daripada tempo.

  Volume musik mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan lebih berbahagia jika musik bahagia diperdengarkan dengan volume keras. Untuk musik sedih, pendengar akan berlebih sedih jika musik diputar dengan volume yang lemah (Huang, dkk., 2008; Kamenetsky, Hill, dan Trehub, 1997). Dengan demikian untuk memunculkan emosi bahagia atau sedih dari musik diperlukan volume tertentu yang berbeda satu sama lain.

  3. Mekanisme Musik Membangkitkan Emosi Juslin dan Västfjäll (2008) dalam penelitiannya mencoba menguraikan mekanisme psikologis yang membuat musik dapat menyebabkan munculnya emosi. Kedua peneliti tersebut beranggapan bahwa banyak peneliti telah mempelajari emosi dan musik tanpa memperhatikan bagaimana mekanisme musik itu sendiri dapat membangkitkan emosi pendengarnya. Penelitian oleh Juslin dan Västfjäll (2008) ini mengambil beragam teori dan penemuan terkait musik dan emosi. Dalam penelitian tersebut, mereka menjelaskan adanya enam mekanisme di mana musik dapat mempengaruhi emosi. Keenam mekanisme tersebut yakni:

  a. Refleks Batang Otak Refleks batang otak mengacu pada proses satu atau lebih karakteristik musik yang menyebabkan emosi. Karakteristik musik dasar diterima oleh batang otak sebagai sinyal yang penting dan mendesak. Menurut mekanisme refleks batang otak, masing-masing elemen memiliki dampak yang sama pada semua orang. Suara yang tiba-tiba, suara yang keras, disonan, atau tempo yang cepat akan mendorong emosi tidak menyenangkan pada pendengar (Berlyne, 1971; Burt dkk., 1995; Foss dkk., 1989; Halpern dkk., 1986).

  b. Pengkondisian Evaluatif Mekanisme pengkondisian evaluatif menerangkan bahwa emosi oleh musik timbul karena sebagian atau sepotong musik telah beberapa kali dipasangkan dengan stimulus positif atau stimulus negatif. Sebagai contoh, sepotong musik yang dipasangkan dengan kejadian pertemuan dengan teman yang membahagiakan. Di lain waktu ketika sebagian musik diulang, maka musik tersebut akan mendatangkan kebahagiaan tanpa kehadiran dari teman.

  c. Penularan Emosi Penularan emosi mengacu pada proses di mana musik dapat menimbulkan emosi pada pendengarnya karena pendengar menerima ekspresi emosi dari musik.

  d. Citra Visual Mekanisme citra visual terjadi karena pendengar musik menciptakan bayangan visual saat mendengarkan musik, misalnya pemandangan yang indah. Citra visual didefinisikan sebagai pengalaman yang mirip dengan pengalaman perseptual. Namun citra visual terjadi tanpa kehadiran stimulus sensori yang relevan.

  e. Ingatan Episodik Mekanisme ingatan episodik menjelaskan proses dimana emosi timbul pada pendengar karena musik mendatangkan ingatan pendengar pada sebagian peristiwa dalam kehidupannya. Penelitian menunjukkan bahwa musik sering kali membangkitkan kenangan (Gabrielsson, 2001; Juslin dkk., 2006; Sloboda, 1992). Sehingga ketika ingatan akan peristiwa itu muncul, maka emosi yang berhubungan dengan peristiwa pun ikut muncul (Baumgartner, 1992).

  f. Harapan Akan Musik Mekanisme harapan akan musik menjelaskan proses ciri spesifik musik menyebabkan emosi. Ciri-ciri spesifik musik yang menyebabkan emosi adalah musik yang melanggar, tertunda, atau sesuai dengan harapan pendengar akan kelanjutan dari musik. Misalnya pendengar yang mempunyai harapan dari perubahan dari nada E – F# yang akan dilanjutkan ke G#. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pendengar akan terkejut. Sloboda (1989) menemukan bahwa anak-anak berusia lima tahun tidak dapat menolak kombinasi kunci yang salah. Berbeda dengan anak usia lima tahun, pada anak usia sembilan tahun, mereka menertawakan kejadian salah kunci pada suatu permainan musik.

  Penelitian ini merujuk kepada mekanisme refleks batang otak dengan pertimbangan bahwa mekanisme ini merupakan mekanisme yang bebas budaya sehingga dapat terjadi pada semua orang (Lipscomb dan Hodges, 1996 Plomp dan Levelt, 1965; Zentner dan Kagan, 1996). Selain itu, mekanisme ini mengandung unsur elemen musik yang dapat dimanipulasi (Berlyne, 1971; Burt dkk., 1995; Foss dkk., 1989.; Halpern dkk., 1986).

D. HIPOTESIS PENELITIAN

  Penelitian mengajukan hipotesis bahwa terdapat perbedaan volume musik untuk membangkitkan emosi bahagia dan sedih dari musik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menyajikan delapan bagian, yakni jenis penelitian,

  identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, analisis data, dan validitas dan reliabilitas.

A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen sejati (true experiment).

  Dalam penelitian ini variabel bebas dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat dengan variabel tergantung (Solso & MacLin, 2002; Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister, 2007).

  Penelitian eksperimen dipilih karena merupakan metode penelitian yang paling kuat dan dapat menggambarkan pengaruh antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan jelas karena memungkinkan untuk melaksanakan pengontrolan dengan tingkat yang relatif tinggi dalam sebuah situasi. Pengontrolan ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengatakan dengan yakin bahwa variabel bebas menyebabkan perubahan pada variabel tergantung (McGuigan, 1993; Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister, 2007). Menurut Latipun (2006), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling ideal.

  B. IDENTIFIKASI VARIABEL

  1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah sesuatu yang divariasi nilainya dan mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya nilai variabel lain