SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGARUH MASING-MASING FAKTOR KEPRIBADIAN FIVEFACTOR MODEL PADA COPING REMAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Amanda Febrianingtyas Siswanto
089114143

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2013

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Mereka yang berhasil adalah
mereka yang berpikiran
“ Pasti Bisa..!!! ”
(Erich Wat son)

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

S aya persembahkan karya sederhana ini untuk :

A llah S WT yang telah memberikan limpahan hidayah dan inayahNya kepada diri
dan hidup saya.

Nabi besar M uhammad S A W yang selalu menj adi teladan dan pedoman dalam
menj alani kehidupan.

Bapak dan ibuku tersayang yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian
skripsi. “ You are the best parents for me” .

M y brother and M y beloved sister I ndira yang tak henti- hentinya mengingatkan
untuk selalu berj uang mengerj akan skripsi.


Teman terdekat saya “ A rga” yang selalu menemani dan mendampingi .

S ahabat- sahabatku, dan semua orang yang telah mengaj ariku arti kehidupan.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juli 2013
Penulis


Amanda Febrianingtyas Siswanto

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGARUH MASING-MASING FAKTOR KEPRIBADIAN FIVEFACTOR MODEL PADA COPING REMAJA
Amanda Febrianingtyas Siswanto
ABSTRAK
Penelitian kuantitatif non-eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masingmasing faktor kepribadian five-factor model pada coping remaja Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah masing-masing faktor kepribadian berpengaruh signifikan pada coping.
Subjek penelitian adalah 71 remaja yang berdomisili di kecamatan Ngemplak Sleman Yogyakarta.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah lima faktor kepribadian yaitu opennes to experience,
conscientiousness, extravertion, agreeableness dan neuroticism. Sedangkan variabel tergantung

pada penelitian ini adalah engagement coping dan disengagement coping. Pengambilan data
dilakukan dengan pengisian skala kepribadian five-factor model dan skala coping. Uji reliabilitas
pada skala coping adalah 0,860. Sedangkan pada skala kepribadian five-factor model adalah 0,878
pada opennes to experience, 0,885 pada conscientiousness, 0,837 pada extravertion, 0,799 pada
agreeableness dan 0,902 pada neuroticism. Validitas skala ditentukan berdasarkan penilaian ahli.
Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa masing-masing faktor kepribadian berpengaruh signifikan pada engagement coping dan
disengagement coping. Dari kelima faktor kepribadian five-factor model, faktor extravertion
memberikan kontribusi paling besar yaitu 38,3 %.
Kata kunci : kepribadian five-factor model, engagement coping, disengagement coping, remaja

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


THE INFLUENCE OF EACH PERSONALITY FACTOR OF FIVE
FACTOR MODEL ON ADOLESCENT COPING
Amanda Febrianingtyas Siswanto
ABSTRACT
This quantitative non-experimental research aims to find out the influence of each
personality factor of five-factor model on adolescent coping. The hypothesis that is proposed in
this research is each personality factor influences to coping significantly. The research subjects
are 71 adolescents who live in Ngemplak Sleman Yogyakarta. The independent variables of this
research are openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness and
neuroticism. While dependant variables of this research are engagement and disengagement
coping. The gaining data was by filling personality factor of five-factor model and coping scale.
Reliability test on coping shows 0,860. Whereas, five-factor model of personality scale shows
0,878 for openness, 0,885 for conscientiousness, 0,837 for extraversion, 0,799 for agreeableness,
and 0,902 for neuroticism. Scale validity is determined by professional judgment. Data analysis
method uses multiple regression analysis. Data analysis result shows that each personality factor
influences to the engagement and disengagement coping. From those five personality factors,
extraversion factor contributes mostly which is 38, 3%.
Key words: five factor model of personality, engagement coping, disengagement coping,
adolescent.


viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama
Nomor Mahasiswa

: Amanda Febrianingtyas Siswanto
: 089114143

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH MASING-MASING FAKTOR KEPRIBADIAN FIVEFACTOR MODEL PADA COPING REMAJA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 15 Juli 2013

Yang menyatakan

(Amanda Febrianingtyas Siswanto)

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
inayah serta pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.

2.


Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik.

3.

Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4.

Dr. A. Priyono Marwan, S.J. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
membimbing, mengarahkan, mendukung dan menyemangati penulis selama
menyusun skripsi ini.

5.

Bapak Agung Santoso, S.Psi., M.A yang telah memberikan saran bagi
analisis data yang akan saya gunakan.

6.

Dr. Tjipto Susana, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7.

Debri Pristinella, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi.

8.

Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala
dukungan dan perhatiannya selama penulis belajar di Universitas Sanata
Dharma.

9.

Mas Gandung, Bu nanik, Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie atas bantuan,
keramahan, dan senyumannya.

10. Bapak Landung dan Ibu Landung yang sudah membesarkan aku, menyayangi
aku dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Kakakku Mbak Indi yang selalu memberikan nasehat-nasehat supernya ketika
aku mulai putus asa. Terimakasih ya.
12. Adikku Billy yang selalu mengajakku bercanda dan berantem. Terimakasih
sudah menghibur.
13. Pacarku Arga yang selalu menemani dan mendampingi di segala situasi dan
kondisi. Terimakasih.
14. Teman-teman terbaikku Kris, Vista, Ricky, Ditya Nicho. Tanpa kalian,
psikologi hampa.
15. Teman-teman seperjuangan Dewi, Sinto, Mengty, Jeje, Ratna, Wina, Andi,
Ithin yang selalu berjuang bersama untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
“ Kita Pasti Bisa ”.
16. Teman-temanku SMA Anggun, Shonia, Ratna yang tak henti-hentinya
memberikan motivasi untuk secepatnya wisuda.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17. Teman-temanku ELTI Mitha, Chicka, Alfi, Putri, Heny, Berto, PJ yang selalu
melontarkan ejekan-ejekannya agar aku segera menyelesaikan skripsi.
18. Teman-teman P2TKP Pak Tony, Mbak Jes, Dewi, Ayu, Mila, Puput, Bella,
Mbak Putri, Anju, Efrem, Vero, dll. Terimakasih atas kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Terima Kasih.

Yogyakarta, 15 Juli 2013
Penulis

Amanda Febrianingtyas Siswanto

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ...............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xvii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
1. Manfaat Bagi Remaja ............................................................................... 7
2. Manfaat Bagi Pendamping........................................................................ 7

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 8
A. Coping Stress ............................................................................................... 8
1. Pengertian Stres ........................................................................................ 8
2. Pengertian Coping .................................................................................... 9
3. Dimensi Coping...................................................................................... 10
4. Kategori Spesifik Coping........................................................................ 14
B. Kepribadian Five-Factor Model .................................................................. 17
1. Teori Trait Kepribadian .......................................................................... 17
2. Penjelasan Kepribadian Five-Factor Model ............................................ 18
3. Faset dalam Kepribadian Five-Factor Model .......................................... 23
4. Pengukuran Kepribadian Five-Factor Model .......................................... 24
C. Remaja ....................................................................................................... 26
1. Pengertian Remaja.................................................................................. 26
2. Ciri-ciri Masa Remaja ............................................................................ 27
3. Stres pada Remaja .................................................................................. 29
D. Pengaruh Faktor Kepribadian Five-Factor Model Pada Coping Remaja ...... 31
E. Skema Penelitian ........................................................................................ 36
F. Hipotesis ..................................................................................................... 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 39
A. Jenis Penelitian. ......................................................................................... 39
B. Variabel Penelitian..................................................................................... 39
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................... 40
1. Coping ................................................................................................... 40

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Kepribadian Five-Factor Model ............................................................. 40
D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 41
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 41
F. Alat Pengumpulan Data.............................................................................. 42
1. Skala Coping .......................................................................................... 42
2. Skala Kepribadian Five-Factor Model .................................................... 44
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ..................................................... 47
1. Uji Validitas .......................................................................................... 47
2. Seleksi Item ........................................................................................... 48
3. Uji Reliabilitas....................................................................................... 52
a. Skala Coping ................................................................................... 52
b. Skala Kepribadian Five-Factor Model ............................................. 53
H. Metode Analisis Data ................................................................................ 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 55
A. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................. 55
B. Deskripsi Subjek ....................................................................................... 55
1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................. 55
2. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 56
C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 58
1. Uji Asumsi ........................................................................................... 58
2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 63
D. Pembahasan ............................................................................................... 68

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 71
A. Kesimpulan ............................................................................................... 71
B. Saran ......................................................................................................... 73
1. Untuk Remaja ....................................................................................... 73
2. Untuk Pendamping ............................................................................... 73
3. Untuk Peneliti Selanjutnya.................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 75
LAMPIRAN ............................................................................................................ 79

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Item Positif Skala Coping ................................................................... 43
Tabel 2. Blueprint Skala Coping Sebelum Seleksi Item ............................................ 43
Tabel 3. Skor Item Positif Pada Skala Kepribadian Five-Factor Model .................... 46
Tabel 4. Skor Item Negatif Pada Skala Kepribadian Five-Factor Model................... 46
Tabel 5. Blueprint Skala Kepribadian Five-Factor Model Sebelum Seleksi Item ...... 46
Tabel 6. Blueprint Skala Coping Setelah Seleksi Item .............................................. 49
Tabel 7. Blueprint Sebaran Item Skala Coping ......................................................... 50
Tabel 8. Blueprint Skala Kepribadian Five-Factor Model Setelah Seleksi Item ........ 50
Tabel 9. Blueprint Sebaran Item Skala Kepribadian Five-Factor Model ................... 51
Tabel 10. Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................................... 56
Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 56
Tabel 12. Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test .............................. 59
Tabel 13. Uji Lineraritas (Test for Linearity) ............................................................ 59
Tabel 14. Uji Heteroskedastisitas Faktor Kepribadian-Engagement Coping ............. 60
Tabel 15. Uji Heteroskedastisitas Faktor Kepribadian-Disengagement Coping ......... 61
Tabel 16. Uji Multikolonieritas Model Regresi Y1 dan Model Regresi Y2 ............... 62
Tabel 17. Uji Hipotesis Faktor Kepribadian pada Engagement Coping .................... 63
Tabel 18. Uji Hipotesis Faktor Kepribadian pada Disengagement Coping ............... 66

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Skala Coping (Try Out) ....................................................................... 79
Lampiran B Skala Kepribadian Five-Factor Model (Try Out) .................................. 86
Lampiran C Uji Reliabilitas .................................................................................... 97
Lampiran D Skala Penelitian Coping ..................................................................... 108
Lampiran E Skala Penelitian Kepribadian .............................................................. 115
Lampiran F Uji Asumsi ......................................................................................... 123
Lampiran G Uji Hipotesis ...................................................................................... 138

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Abad XXI merupakan abad globalisasi dan informasi yang ditandai
dengan kompleksitas permasalahan kehidupan. Pandangan ini didukung oleh
Wiramihardja (2002) yang menyatakan bahwa abad XXI adalah abad
kekhawatiran mengenai kompleksnya permasalahan global yang memungkinan
individu untuk mengalami stres. Lazarus (dalam Carver & Connor-Smith,
2010) mendefinisikan stres sebagai keadaan individu ketika menghadapi situasi
yang menjadi beban atau melebihi kemampuannya. Stres dapat bersifat positif
(eustress) ataupun negatif (distress). Situasi stres dapat mengenai semua
individu, termasuk remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan fisik, kognitif dan psikososial
(Papalia,

Olds,

&

Feldman,

2009).

Perubahan-perubahan

tersebut

membutuhkan penyesuaian dan cenderung berdampak pada permasalahan
remaja. Hurlock (1996) menyebut masa remaja sebagai masa usia bermasalah.
Masalah dan konflik yang tidak ditangani dengan baik berdampak buruk dan
menjadi sumber stres pada remaja.

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Berbagai faktor dapat menyebabkan stres pada remaja abad XXI ini.
Needlman (2004) menyatakan bahwa stres remaja disebabkan oleh faktor
biologis, keluarga, sekolah atau akademik, teman sebaya dan lingkungan sosial.
Terkait faktor biologis, Konstanski dan Gullone (1998) menemukan 80%
remaja mengalami ketidakpuasan terhadap fisiknya. Penelitian di Baltimore US,
menyebutkan faktor orangtua berkontribusi sebesar 68%, saudara kandung
sebesar 64%, faktor sekolah berkontribusi sebesar 78%, permasalahan teman
sebaya sebesar 64%, dan hubungan romantik sebesar 64% terhadap stres
remaja (Center for Adolescent Health, 2006).
Survei yang dilakukan American Psycological Assosiation Survey
(2009) didapatkan bahwa 45% remaja (13-17 tahun) mengalami stres termasuk
kecemasan. Zimmer-Gembeck dan Skinner (2008) juga melaporkan bahwa
25% remaja paling sedikit mengalami satu peristiwa yang menyebabkan stres.
Fakta mencengangkan terjadi pada remaja Indonesia. Dorongan terbesar
remaja merokok disebabkan oleh stres dengan prosentase 54,59% (Hadi, 2008).
Selain itu, penghuni di RSJ Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh remaja
yang mengalami stres karena faktor pendidikan (Setiabudi, 2010).
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa stres dapat mengenai remaja.
Terkait dengan stres, peneliti memilih untuk meneliti coping stres pada remaja
karena keberhasilan remaja dari stressful life events tergantung pada bagaimana
remaja memahami, merespon dan bereaksi dalam mengatasi masalahnya
(Zimmer-Gembeck & Skinner, 2008). Apabila masalah dipandang negatif
maka respon perilakunya juga negatif dan bersifat patologis. Sebaliknya,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

apabila masalah dipandang positif maka respon perilaku yang ditampilkan
dalam bentuk pengaturan diri dan cara mengatasi masalah yang sehat. Cara
individu merespon dan menghadapi stres inilah yang disebut coping.
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengetahui perilaku coping.
Akan tetapi, kebanyakan penelitian coping berfokus pada individu dewasa.
Konsep penelitian coping juga berlandaskan model coping individu dewasa.
Dalam sejumlah penelitian coping, pengukuran coping yang dikembangkan
untuk individu dewasa diaplikasikan pada remaja dengan sedikit atau tanpa
adaptasi (Compas et al., 2001). Untuk itu, Compas (2001) mengembangkan
teori coping yang ditujukan bagi remaja. Compas dalam (Compas et a.l, 2001;
Miller & Kaiser, 2001; Thomsen et al., 2002) mendefinisikan coping sebagai
usaha kesadaran yang dikehendaki untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku,
fisiologi, dan merespon keadaan yang menyebabkan stres. Usaha-usaha
tersebut adalah usaha yang mempunyai orientasi untuk menghadapi sumber
stres

(engagement

coping)

atau

untuk

menghindari

sumber

stres

(disengagement coping). Penelitian ini menggunakan teori coping yang
dikembangkan oleh Compas (2001) karena model coping tersebut banyak
digunakan dalam penelitian coping remaja dan respon yang mengatur sebagian
besar dimensi tersebut menjadi model yang koheren dari model lain seperti
problem focused coping vs emotional focused coping (Miller & Kaiser, 2001).
Masing-masing remaja melakukan coping secara berbeda terhadap
sumber stres yang dialami. Tidak semua remaja dapat melakukan coping secara
sehat dan adaptif. Remaja yang tidak mempelajari cara sehat untuk mengatur

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

stresnya akan berdampak negatif pada kesehatan (American Psycological
Assosiation Survey, 2009). Sejalan dengan yang dikemukakan oleh ConnorSmith (2000) dan Compas (2001) yang menyatakan bahwa cara merespon stres
remaja

penting

untuk

memahami

perkembangan

kesehatan

remaja.

Perkembangan kesehatan tersebut melingkupi pemahaman psikopatologi
ataupun physical illness remaja.
Peneliti-peneliti coping juga beranggapan bahwa cara individu
menghadapi stresnya dapat mengurangi atau menambah efek yang merugikan
kondisi kehidupan. Hal ini dikarenakan cara individu mengahadapi stresnya
tidak hanya berpengaruh dalam jangka pendek, tetapi juga dalam jangka
panjang pada perkembangan fisik dan kesehatan mental (Skinner et al., 2003).
Penelitian terbaru yang dipublikasikan British Medical Journal menunjukkan
bahwa remaja mempunyai permasalahan perilaku yang mungkin akan
berkembang menjadi masalah mental pada saat dewasa (Manongga, 2012).
Dari penjelasan di atas, penelitian coping dapat dijadikan acuan untuk
berbagai rancangan intervensi psikologis yang ditujukan untuk pengobatan
ataupun pencegahan psikopatologi. Pencegahan psikopatologi dilakukan
dengan mengubah penilaian mereka terhadap stres atau meningkatkan
kapasitas mereka untuk mengatasi stres secara adaptif (Compas et al., 2001;
Zimmer-Gembeck, & Skinner, 2008). Individu yang memiliki coping yang
adaptif adalah individu

yang dapat mengatur

emosi dan perilaku,

merekonstruksi pikiran, mengkontrol tindakan pada lingkungan sosial dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

nonsosial untuk mengubah atau mengurangi sumber stres (Compas et al.,
2001).
Penggunaan coping antara individu satu berbeda dari individu lainnya.
Masing-masing individu bereaksi secara berbeda terhadap sumber stres yang
dialami. Segala sesuatu yang membuat individu berbeda dengan yang lainnya
ada pada kepribadian individu masing-masing (Carver & Connor-Smith, 2010).
Kepribadian terkait dengan tendensi biologis (genetik). Berhubung kepribadian
berakar dari biologis, faktor kepribadian merupakan dasar awal dalam
mempengaruhi

coping

sepanjang

masa

kehidupan (Connor-Smith

&

Flachsbart, 2007). Maka dari itu, peneliti memilih faktor kepribadian sebagai
faktor awal yang mempengaruhi coping. McCrae dan Costa (dalam Primaldhi,
2008) mengatakan bahwa faktor kepribadian adalah salah satu yang
menentukan kecenderungan coping yang digunakan individu. McCrae dan
Costa (dalam Pervin, Cervone, dan John, 2010) menyebutkan kelima faktor
kepribadian tersebut adalah Opennes to Experience (O), Conscientiousness (C),
Extraversion (E), Agreeableness (A) dan Neuroticism (N). Penelitian ini
menggunakan teori keribadian five-factor model karena teori ini mampu
memprediksi berbagai hal, termasuk kecenderungan coping.
Penelitian terkait pengaruh faktor kepribadian five-factor model pada
coping telah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Friedman-Wheeler (2008) yang meneliti pengaruh faktor neuroticism pada
coping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor neuroticism berpengaruh
positif dan signifikan dengan disengagement coping dan berpengaruh negatif

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

pada engagement coping. Hal ini membuktikan bahwa remaja dengan tingkat
neuroticism

tinggi,

memiliki

kecenderungan

untuk

menggunakan

disengagement coping.
Berdasar pada penelitian di atas, dikatakan bahwa kecenderungan
kepribadian neurotic mempengaruhi coping yang digunakan remaja. Peneliti
semakin tertarik untuk mengetahui pengaruh faktor kepribadian lainnya pada
coping remaja. Dengan mengetahui kecenderungan kepribadiannya, remaja
dapat mengetahui kecenderungan coping dalam dirinya, apakah adaptif atau
maladaptif. Untuk itu, penelitian ini berfokus pada pengaruh masing-masing
faktor kepribadian five-factor model pada coping remaja.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah apakah masing-masing faktor kepribadian five-factor
model berpengaruh pada engagement dan disengagement coping?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
faktor kepribadian five-factor model pada engagement dan disengagement
coping remaja.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat bagi remaja
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang
kepribadian sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi coping. Dari
penelitian ini, remaja dapat lebih menyadari bahwa kecenderungan
kepribadian akan mengarahkan coping yang digunakan. Apabila remaja
sadar terdapat kecenderungan kepribadian yang bersaifat patologis,
remaja diharapkan dapat belajar kemampuan coping yang adaptif.

2. Manfaat bagi pendamping
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pendamping (orangtua dan guru) mengenai pengaruh kepribadian pada
coping remaja. Dari penelitian ini, orangtua dan guru dapat mengarahkan
remaja pada penggunaan coping yang adaptif. Selain itu, orangtua dan
guru dapat mengajak dan membimbing remaja untuk melatih kemampuan
coping yang ia miliki apabila kecenderungan kepribadian yang dimliki
remaja bersaifat patologis.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

Bab landasan teori ini menguraikan sub-sub bab coping stress,
kepribadian five-factor model, remaja dan pengaruh kepribadian five-factor model
pada coping stress remaja.
A. COPING STRESS
Sub-bab ini menguraikan tentang pengertian stres, pengertian coping,
pengelompokan coping dan kategori spesifik coping.
1. Pengertian Stres
Lazarus (dalam Carver & Connor-Smith, 2010) mendefinisikan stres
sebagai keadaan individu ketika menghadapi situasi yang menjadi beban
atau melebihi kemampuannya. Dengan kata lain stres adalah pengalaman
individu saat mengalami kesulitan dalam menangani segala hambatan,
kehilangan, kerugian ataupun ancaman.
Stres terjadi karena adanya stressor. Lazarus (dalam Safaria, 2006)
mengatakan bahwa stressor adalah kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang
menyebabkan stres.
Stres dapat bersifat positif ataupun negatif bagi individu. Selye (dalam
Mclean et al., 2007) menggolongkan stres menjadi dua golongan.
Penggolongan ini didasarkan pada persepsi individu terhadap situasi stres
yang dialaminya, yaitu:

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

a. Eustress
Eustress

adalah

stres

yang

bersifat

positif

dan

dapat

meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi
individu. Eustress dianggap sebagai suatu pengalaman yang memuaskan.
Hal ini dikarenakan kehadiran stres dapat mendorong individu untuk
berkembang menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
b. Distress
Distress adalah stres yang bersifat negatif dan merusak
ketahanan diri individu. Distress terjadi karena adanya tuntutan sumber
stres dan sumber daya individu yang tidak cukup untuk mengurangi
ancaman, bahaya, dan kehilangan. Individu yang mengalami distress
mengalami rasa cemas, ketakutan, kekhawatiran atau gelisah. Hal ini
menyebabkan individu mengalami keadaan psikologis yang negatif,
gangguan fisik, dan gangguan kesehatan. Selain itu, individu yang
mengalami distress memiliki keinginan untuk menghindar dan menarik
diri dari lingkungan. Individu yang mengalami distress juga lebih
menyukai kesendirian, mudah marah dan tersinggung.

2.

Pengertian Coping
Compas (dalam Compas et al., 2001; Miller & Kaiser, 2001; Thomsen
et al., 2002) mengemukakan coping adalah usaha kesadaran yang dikehendaki
untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku, fisiologi, dan merespon keadaan
yang menyebabkan stres. Tidak semua respon individu dalam menghadapi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

stresnya dikatakan coping. Individu mungkin memiliki ketidaksengajaan atas
emosi, perilaku, fisiologis, kognitif dalam merespon stres, yang tidak
berfungsi untuk mengatur atau memodifikasi stres. Ketidaksengajaan respon
tersebut dialami jauh di luar kendali individu. Saedangkan coping mengacu
pada usaha-usaha pengaturan secara sadar dan sengaja diperankan dalam
merespon stres (Connor-Smith et al., 2000).

3.

Dimensi Coping
Banyak dimensi yang digunakan untuk mengkategorikan coping
(Compas et al., 2001; Connor-Smith dan Flachsbart, 2007). Dimensi coping
tersebut adalah problem versus emotion focused coping, primary versus
secondary control coping, dan engagement versus disengagement coping.
Zeidner dan Endler (dalam Miller & Kaiser, 2001) mengatakan bahwa
konsensus mengenai dimensi coping untuk menggambarkan respon stres
belum tercapai. Respon coping yang dianggap mewakili satu dimensi sering
mengalami tumpang tindih dengan dimensi lain. Meninjau keragaman respon
coping yang ada, Compas dan rekan-rekannya mengusulkan dimensi coping
dan respon yang mengatur sebagian besar dimensi tersebut menjadi model
yang koheren (Connor-Smith et al., 2000; Miller & Kaiser, 2001). Dimensi
coping yang diusulkan Compas (2001) adalah engagement coping dan
disengagement coping.
Penelitian ini menggunakan teori coping yang dikembangkan oleh
Compas (2001) karena model coping ini banyak digunakan dalam penelitian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

coping remaja. Selain itu, teori coping tersebut mendeskripsikan responrespon stres yang lebih baik daripada model- model coping yang lain. Model
coping lain tersebut misalnya model coping populer yang dikemukakan oleh
Lazarus (1984) yaitu problem-focused coping (PFC) versus emotion focused
coping (EFC) (Miller & Kaiser, 2001). Model coping PFC dan EFC dianggap
tidak cukup untuk menggambarkan struktur coping untuk young people (Ayers,
1996; Walken, 1997 dalam Compas et al., 2001). Model coping tersebut juga
dipandang terlalu luas. Dimensi emotional focused coping mencakup strategi
relaksasi, emotional suppresion dan mencari dukungan emosi dari orang lain.
Dikatakan bahwa salah satu strategi tersebut mungkin dapat berhadapan
langsung dengan dimensi problem focused coping dan emotional focused
coping. Misalnya saja, individu pergi mencari teman untuk menghindari
masalahnya. Mungkin saja, individu tersebut pergi untuk menenangkan diri
dengan temannya (emotional focused coping ) atau bisa juga individu tersebut
pergi untuk membicarakan masalah dengan temannya (problem focused
coping). Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, peneliti memilih
menggunakan model coping yang dikemukakan oleh Compas (2001).
Perbedaan dimensi engagement dan disengagement coping yang
dikemukakan Compas (2001) terletak pada orientasi kedua dimensi yang
menuju atau menjauhi sumber stres. Engagement coping meliputi usahausaha aktif untuk mengatur situasi atau emosi yang terkait dengan stres.
Sedangkan disengagement coping meliputi jarak seseorang dari sumber stres.
Penjelasan kedua bentuk coping tersebut adalah sebagai berikut:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

a. Engagement coping
Engagement coping adalah coping yang bertujuan untuk
menghadapi sumber stres yang menghasilkan distress. Connor-Smith dan
Compas (2004) mengatakan bahwa engagement coping diprediksi
memiliki penyesuaian yang lebih baik dalam menghadapi stres.
Berdasarkan tujuannya, engagement coping terdiri dari dua faktor yaitu:
1) Primary control engagement coping.
Compas et al., (2012) mengemukakan primary control coping
adalah usaha untuk mengubah secara langsung situasi stressful atau
sumber stres. Primary control coping ditujukan langsung untuk mengubah
kondisi objektif seperti mengatur situasi atau respon emosional yang
terkait dengan sumber stres.
Strategi-strategi dalam primary control coping meliputi pemecahan
masalah, pengaturan emosi berupa pengekspresian emosi secara tepat.
2) Secondary control engagement coping
Secondary control engagement coping adalah usaha untuk
menyesuaikan diri pada situasi stressfull (Compas dalam Compas et al.,
2012; Miller & Kaiser, 2001). Secondary control engagement coping
meliputi strategi-strategi yang menekankan pada adaptasi terhadap stres.
Strategi tersebut adalah penerimaan, restrukturisasi kognitif, berpikir
positif dan distraction atau selingan yang menyenangkan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

b. Disengagement coping
Disengagement coping adalah usaha yang berorientasi untuk
menghindar dari sumber stres atau reaksi yang menghasilkan distress
(Compas et al., 2012). Disengagement coping meliputi penghindaran,
wishful thinking, dan penyangkalan. Wishful thinking dan berfantasi akan
menjauhkan individu dari sumber stres. Sedangkan denial atau
penyangkalan akan menciptakan batas diantara realitas dan pengalaman
individu. Sebagai contoh, jika sesorang mengalami ancaman nyata dalam
hidupnya, kemudian orang tersebut menanggapi dengan pergi ke bioskop
untuk menyangkal situasi yang sedang dialami.
Disengagement coping umumnya tidak efektif dalam mengurangi
tekanan dalam jangka panjang. Tipe ini dapat meningkatkan gangguan
pikiran tentang sumber stres dan peningkatan suasana hati negatif serta
kecemasan. Disengagement coping menciptakan masalah bagi individu
sendiri. Sebagai contoh, individu yang mengkonsumsi alkohol dan obatobatan sebagai bentuk pelarian akan berdampak pada masalah kesehatan
dan sosial. Perilaku tersebut termasuk dalam perilaku avoidance yang
merupakan strategi disengagement coping. (Carver & Connor-Smith,
2010).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

4. Kategori Spesifik Coping
Sub-bab ini menguraikan kategori spesifik coping dalam engagement
dan disengagement coping yang dikemukakan oleh Compas (2001 dalam
Miller & Kaiser, 2001). Kategori spesifik coping dalam engagement coping
terdiri dari dua bagian yaitu primary control engagement coping dan
secondary control engagement coping.
Kategori-kategori spesifik dalam primary control engagement coping
adalah sebagai berikut:
a. Problem solving
Problem solving

adalah usaha-usaha aktif individu untuk

memecahkan sumber stres, melalui perencanaan, kemungkinan solusi yang
mungkin terjadi, analisa logis dan pilihan-pilihan evaluasi, penerapan
solusi dan pengorganisasian tugas. Dalam kuesioner Responses to Stress
Questionaire (RSQ), individu meminta bantuan orang lain untuk
menyelesaikan masalahnya termasuk dalam kategori ini (Connor-Smith et
al., 2000)
b. Emotion regulation
Emotion regulation adalah usaha aktif untuk mengurangi emosi
negatif melalui penggunaan kontrol dalam strategi, seperti relaksasi atau
olahraga, dan mengatur ekspresi emosi untuk meyakinkan bahwa perasaan
dapat diekspresikan pada waktu yang tepat dalam cara yang konstruktif.
Kategori-kategori spesifik dalam secondary control engagement
coping adalah sebagai berikut:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

c. Distraction
Distraction adalah upaya mengambil waktu untuk beristirahat dari
situasi stressful dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Distraction tidak termasuk usaha untuk menyangkal atau menghindari
masalah. Distraction mengacu pada usaha-usaha aktif untuk mengatasi
situasi stressful dengan melakukan sebuah aktifitas yang menyenangkan.
Contohnya, melakukan hobi dengan berolahraga, nonton televisi, bertemu
dengan teman ataupun membaca (Miller & Kaiser, 2001). Penelitian yang
dilakukan

Connor-Smith

(2000)

menunjukkan

bahwa

distraction

berhubungan dengan engagement coping, tidak dengan disengagement
coping.
d. Acceptance
Acceptance merupakan usaha

individu untuk mempelajari,

memahami atau menerima dan menyesuaikan diri dengan hal-hal yang
berkaitan dengan sumber stres.
e. Cognitive restructuring
Cognitive restructuring adalah penemuan cara yang lebih positif
atau realistik tentang situasi buruk dengan melihat sisi positif,
mengidentifikasi keuntungan dari timbulnya situasi, dan menemukan sisi
lain yang bersifat humorous

pada sumber stres (Connor-Smith &

Flachsbart, 2007). Yang termasuk dalam cognitive restructuring adalah
dengan berfokus pada hal positif, berpikir positif, optimisme, dan
meminimalisir distress atau konsekuensi negatif (Skinner et al., 2003)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

Sedangkan yang termasuk dalam kategori spesifik disengagement
coping adalah:
a. Avoidance
Avoidance adalah usaha individu untuk menghindar dari masalah,
pikiran-pikiran pada masalah tersebut dan emosi yang berkaitan pada
masalah tersebut.
b. Denial
Denial adalah usaha-usaha aktif untuk menyangkal atau melupakan
masalah, meniadakan masalah, dan menyembunyikan respon emosional
dari diri sendiri atau orang lain.
c. Wishful thinking
Wishful thinking merupakan keadaan individu ketika berharap
dapat diselamatkan secara magic dari situasi atau harapan agar situasi
tersebut hilang. Selain itu individu cenderung berfantasi tentang hasil yang
tidak mungkin dan individu berharap situasinya akan berbeda secara
radikal.
Keterangan kategori-kategori coping spesifik di atas digunakan dalam
pembuatan alat ukur Responses to Stress Questionaire (RSQ). Maka dari itu
peneliti juga menggunakan kategori-kategori coping spesifik tersebut dalam
pembuatan skala coping dalam penelitian.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

B. KEPRIBADIAN FIVE-FACTOR MODEL
Bagian ini menguraikan tentang teori trait kepribadian, penjelasan
kepribadian five-factor model, faset-faset dalam kepribadian five-factor model dan
pengukuran kepribadian five-factor model.
1. Teori Trait Kepribadian
Psikologi memiliki berbagai teori kepribadian dengan masing-masing
perspektifnya. Teori-teori kepribadian tersebut adalah teori kepribadian
psikodinamis, teori kepribadian fenomenologis, teori kepribadian trait atau
sifat, teori kepribadian behaviorisme, teori kepribadian kognitif dan teori
kepribadian sosial-kognitif. Penelitian ini menggunakan teori trait karena teori
ini memberikan cara sederhana untuk mengetahui bagaimana individu berbeda
dengan yang lain. Trait merupakan unit dasar kepribadian yang merupakan
kecenderungan individu untuk merespon dengan cara tertentu. Dapat
diasumsikan bahwa kepribadian dicirikan berdasarkan kecenderungan
konsisten individu dalam bertindak, merasa atau berpikir dengan caranya
masing-masing. (Pervin dkk., 2010)
Teori kepribadian trait dikembangkan oleh Allport, Eysenk, dan Cattel
(dalam Pervin dkk., 2010). Ketiga tokoh tersebut mengakui bahwa sifat
merupakan unit dasar kepribadian. Akan tetapi, ketiga ahli tersebut memiliki
pandangan yang berbeda terkait dengan penggunaan analisis faktor dan jumlah
serta karakteristik alamiah dimensi dasar sifat kepribadian. Isu tersebut belum
terpecahkan, tidak teratur dan tidak tersusun. Untuk itu, sejak tahun 1980-an,
perbaikan kualitas dan metode, khususnya analisis faktor telah menghasilkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

awal konsensus yang lebih besar dikalangan periset sifat. Konsensus tersebut
adalah adanya teori big five atau model lima faktor. Banyak peneliti yang
sekarang setuju bahwa perbedaan individual dapat diorganisir dalam lima
dimensi yang luas dan bipolar ( McCrae & Costa dalam Pervin dkk., 2010).
Teori Big five disebut juga dengan five-factor model. Dari aneka teori
trait, penelitian ini memilih untuk menggunakan teori trait five-factor model
(FFM) yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae (dalam Pervin dkk., 2010).
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa banyak hal mampu diprediksi
dengan trait-trait kepribadian FFM seperti minat kerja dan kinerja, kesehatan,
usia serta perawatan psikologis (Pervin dkk., 2010). Selain itu, teori FFM juga
bersifat human universal karena teori ini konsisten pada budaya yang berbeda
(Costa & McCrae, 1992; De Raad et al., 1998) termasuk di Indonesia
(Widhiarso, 2004). Yang membedakan teori kepribadian FFM dengan teori
kepribadian lain adalah teori kepribadian FFM bergantung pada pengukuran
statistik objektif sedangkan teori kepribadian lain (teori kepribadian Freud,
Jung, dan Rogers dalam Pervin dkk., 2010) sangat bergantung pada intuisi.
Berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan

tersebut,

penelitian

ini

menggunakan teori kepribadian FFM.

2. Penjelasan Five-factor Model of Personality
McCrae dan John (1992) menjelaskan five-factor model (FFM) sebagai
sebuah kesepakatan di antara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima
faktor dasar kepribadian. Kelima faktor tersebut terdiri dari Opennes to

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Experience (O), Conscientiousness (C), Extraversion (E), Agreeableness (A)
dan Neuroticism (N). Untuk memudahkan mengingatnya, kelima faktor
tersebut disingkat menjadi OCEAN (Pervin dkk., 2010).
Costa

dan

McCrae

(dalam

Pervin

dkk.,

2010)

mencoba

mendeskripsikan kelima faktor tersebut, termasuk individu yang memiliki
tingkatan tinggi atau rendah untuk masing-masing faktor.
1. Opennes to Experience
Faktor ini mengindikasikan pencarian proaktif dan penghargaan
terhadap pengalaman untuk dirinya sendiri. Selain itu, faktor ini juga
menunjukkan bagaimana individu menggali sesuatu yang baru dan tidak
biasa. Terkait dengan faktor ini, individu dapat dikelompokkan menjadi
individu yang memiliki tingkat opennes tinggi dan opennes rendah.
a.

Individu dengan tingkat opennes tinggi
Individu dengan opennes tinggi memiliki minat yang besar dan
rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu. Individu tersebut
cenderung kreatif, orisinil, tidak tradisional, benar-benar sensitif,
pintar dan memiliki pandangan luas dan imajinatif.

b.

Individu dengan tingkat opennes rendah
Individu dengan opennes to experience rendah memiliki minat
yang sempit terhadap sesuatu, sederhana, konvensional, kurang
imajinatif dan kurang analitis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

2. Conscientiousness
Faktor ini mengindikasikan tingkat organisasi, ketekunan dan
motivasi dalam perilaku yang berarah tujuan. Berkaitan dengan faktor ini,
individu dapat dikelompokkan menjadi individu yang memiliki tingkat
conscientiousness tinggi dan conscientiousness rendah.
a. Individu dengan tingkat conscientiousness tinggi
Individu dengan conscientiousness tinggi adalah individu yang
dapat diandalkan, teratur, disiplin, tepat waktu, pekerja keras, rapi, tekun
dan teliti serta memiliki ambisi yang tinggi. Selain itu, individu tersebut
cenderung mendengarkan kata hati dan mengejar sedikit tujuan dalam
cara yang terarah. Individu dengan conscientiousness tinggi juga
memiliki sifat bertanggungjawab, kuat bertahan, dan berorientasi pada
prestasi (Robbins dalam Mastuti, 2005)
b. Individu dengan tingkat conscientiousness rendah
Individu dengan conscientiousness rendah adalah individu yang
cenderung kurang teratur, tidak dapat dipercaya, malas, ceroboh dan
sembrono, serta memiliki kemauan yang lemah.
3. Extraversion
Faktor ini menunjukkan kuantitas dan intensitas dari interaksi
interpersonal individu, tingkat aktivitasnya, kebutuhan untuk mendapatkan
dukungan, dan kapasitas untuk menikmati kebahagiaan. Faktor ini juga
menunjukkan tingkat kesenangan individu dalam menjalin hubungan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

Terkait dengan faktor ini, individu dapat dikelompokkan menjadi individu
yang memiliki tingkat extraversion tinggi dan extraversion rendah.
a. Individu ekstravert (tingkat extraversinya tinggi)
Individu ekstravert cenderung mudah bersosialisasi, aktif,
bersemangat, talkative, memiliki emosi yang positif, antusias, optimis,
fun loving, dan affectionate. Selain itu individu tersebut cenderung ramah,
terbuka dan memiliki banyak waktu untuk mempertahankan dan
menikmati hubungan.
b. Individu introvert (tingkat extraversinya rendah)
Individu yang introvert cenderung menahan diri, bijaksana,
berorientasi pada tugas, pendiam, tenang dan pemalu. Selain itu, individu
yang introvert juga lebih senang dengan kesendirian dan memiliki
hubungan yang lebih sedikit dengan dunia luar.
4. Agreeableness
Faktor ini mengindikasikan individu yang berhati lembut dan patuh
pada orang lain dengan individu yang kejam dan tidak patuh pada orang lain
(Costa & McCrae dalam Pervin dkk., 2010). Terkait dengan faktor ini,
individu dapat dikelompokkan menjadi individu yang memiliki tingkat
agreeableness tinggi dan agreeableness rendah.
a. Individu dengan tingkat agreeableness tinggi
Individu dengan agreeableness tinggi memiliki sifat lebih mudah
percaya pada orang lain, suka menolong, pemaaf, jujur, kooperatif dan
apa adanya. Selain itu, individu juga cenderung lembut, ramah dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

dipercaya oleh orang lain. Akan tetapi, individu dengan agreeableness
tinggi cenderung mudah tertipu atau mudah terbujuk oleh orang lain.
b. Individu dengan tingkat agreeableness rendah
Individu dengan agreeableness rendah memiliki sifat kasar, suka
mencurigai, tidak kooperatif, pendendam, k