ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

IKA KHOIROTUL AFIFAH 0711010042/FE/IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tugas penyusunan skripsi ini dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA“ Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian skripsi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN” Jawa Timur di Surabaya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan, bimbingan, serta motivasi yang sangat berharga dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : Ibu Dra .Ec . Niniek Imaningsih ,MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan ,masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. IR. Teguh Soedarto, MP Selaku Rektor Utama Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur di Surabaya, yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas perijinan guna guna pelaksanaan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN “ Jawa Timur di Surabaya.

3. Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana, MT Selaku Kepala Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur.


(3)

sebaik-baiknya.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Pembanguna Nasional “ VETERAN “ Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Dan Semua Pihak yang namanya tidak dapat disebutkan yang telah banyak membantu penulis dalam memudahkan penyusunan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasn, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Besar harapan bagi penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya , Maret 2011 Penulis


(4)

Ika Khoirotul Afifah

Abstraksi

Jumlah uang beredar pada 1 periode merupakan hasil prilaku penguasa

moneter yang dalam hal ini adalah bank sentral , bank-bank umum dan

masyarakat (termasuk lembaga keuangan bukan bank) .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kurs Valuta Asing, Investasi, Impor dan Produk Domestik Bruto berpengaruh terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia dan untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan kurun waktu lima belas tahun (1995-2009), dimana data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia Jawa Timur. Model analisis ini menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian secara simultan diperoleh Fhitung sebesar 62,608 > Ftabel sebesar 3,48

maka H0 ditolak dan Hi diterima. Sedangkan uji pengaruh masing-masing variabel

bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan uji t, yaitu variabel Kurs Valuta Asing thitung sebesar 4,910 > ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial

Kurs Valuta Asing (X1) yang berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Uang

Beredar Di Indonesia (Y). Variabel Investasi (X2) thitung sebesar 2,443 > ttabel

sebesar 2,228 yang berarti secara parsial Investasi (X2) yang berpengaruh secara

nyata positif terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia (Y). Variabel Impor (X3) thitung sebesar -1,246 < ttabel sebesar 2,228 yang berarti secara parsial Impor

(X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia

(Y). Variabel Produk Domestik Bruto (X4) thitung sebesar 8,710 > ttabel sebesar

2,228 yang berarti secara parsial Produk Domestik Bruto (X4) yang berpengaruh

secara nyata terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia (Y).

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan, maka diketahui bahwa Kurs Valuta Asing (X1), Investasi (X2), Impor (X3),dan Produk

Domestik Bruto (X4) berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Uang Beredar Di

Indonesia (Y). Dan dari semua variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah Kurs Valuta Asing (X1).

Kata Kunci : Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, Kurs Valuta Asing , Investasi , Impor , Produk Domestik Bruto .


(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan ... 9

2.2.1.1. Jenis Bank... ... 10

2.2.1.2. Fungsi Bank... ... 11

2.2.2. Uang ... ... 12


(6)

2.2.4. Teori Permintaan Uang... 18

2.2.4.1. Teori Kuantitas Uang..……… 18

2.2.4.2. Teori Permintaan Keynes………... 19

2.2.5. Teori Penawaran Uang..……… 21

2.2.5.1. Teori Penawaran Uang…………. …... 21

2.2.5.2. Teori Penawaran Uang Modern……… 23

2.2.6. Gross Domestik Bruto……… 24

2.2.6.1. Dua Alur Produk Nasional : Alur Barang Dan Alur Penghasilan……… 26

2.2.6.2. Pendekatan Alur Produk……….. 27

2.2.6.3. Pendekatan Penghasilan atau Pendekatan Biaya………. 28

2.2.7. Kurs Valuta Asing………. 28

2.2.7.1. Hubungan Kurs Valuta Asing Terhadap Jumlah Uang Beredar……… 32

2.2.8. Investasi………. 33

2.2.8.1. Pengertian Investasi……….. 33

2.2.8.2. Teori Investasi………... 34

2.2.8.3. Macam-macam Investasi………. 36


(7)

2.2.9.3. Dampak-dampak Pemberlakuan Impor.. 44

2.2.10. Produk Domesti Bruto……….… 44

2.3. Kerangka Pikir……… 47

2.4. Hipotesis ………...… 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 50

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 51

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 51

3.3.1. Jenis Data... 51

3.3.2. Sumber Data... 52

3.3.3. Pengumpulan Data... 52

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 53

3.4.1. Teknik Analisis ... 53

3.4.2. Uji Hipotesis... 55

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………... 62


(8)

4.2.1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar... 65

4.2.2. Perkembangan Kurs Valuta Asing ... 65

4.2.3. Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing... 66

4.2.4. Perkembangan Impor ...………... 67

4.2.5. Perkembangan Produk Domestik Bruto………... 68

4.3. Hasil Analisis Asumsi regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator) ... .... 69

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 74

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ………..…... 75

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ………...…... 77

4.3.4. Pembahasan………...………... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan... 85

5.2.Saran... 87

DAFTAR PUSTAKA


(9)

Gambar 1 : Kurva Permintaan Keynes ...19

Gambar 2 : Kurva Penawaran Uang………...22

Gambar 3 : Kurva Alur Melingkar dari Kegiatan Ekonomi Makro...26

Gambar 4 : Kurva Sistem Kurs Tetap... 30

Gambar 5 : Kurva Nilai Tukar Mengambang Bebas……… 31

Gambar 6 : Kurva Suku Bunga dan Pengeluaran Investasi……… 39

Gambar 7 : Kerangka Pikir………... ...49

Gambar 8 : Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis Secara Simultan………. 56

Gambar 9 : Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis Secara Parsial……….. 57

Gambar 10 : Kurva Durbin Watson……….. 59

Gambar 11 : Kurva Statistik Durbin Watson... 71

Gambar 12 : Kurva Distribusi Kreteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan Atau Keseluruhan... 76

Gambar 13 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valas Asing (X1) Terhadap Jumlah Uang Beredar (Y)………. 78

Gambar 14 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Investasi (X2) Terhadap Jumlah Uang Beredar(Y)……… 79


(10)

Produk Domestik Bruto(X4) Terhadap Jumlah Uang


(11)

2009... 65 Tabel 2 : Perkembangan Kurs Valuta Asing tahun

1995-2009... 66 Tabel 3 : Perkembangan Investasi Tahun

1995-2009……...………... 67 Tabel 4 : Perkembangan Impor 1995 – 2009... 83 Tabel 5 : Perkembangan Produk Domestik Bruto Tahun 1995-

2009... 69 Tabel 6 : Tes Multikolinier... 71

Tabel 7 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman

Korelasi... 73 Tabel 8 : Analisis Varian (ANOVA)………...… 75 Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel X Terhadap Y... 77


(12)

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Untuk Y(Descriptive Statistics, Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)

Lampiran 3 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Coefficients, Collinearity Diagnostics)

Lampiran 4 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai t


(13)

1.1LATAR BELAKANG

Salah satu penemuan yang paling menakjubkan dalam sejarah peradaban manusia adalah uang.Tidak perlu di perdebatkan apakah uang merupakan penemuan ilmiah atau bukan.Satu hal yang pasti ialah bahwa dengan di temukannya uang, hidup manusia menjadi lebih mudah di banding dengan masa lalu sebelum di temukannya uang.Dengan adanya uang, transaksi yang dilakukan oleh manusia menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak terlalu di batas oleh waktu. Dewasa ini uang sebagai institusi ekonomi dan komoditas mempunyai peran penting dalam perekonomian.(Manurung dan Rahardja,2004:33)

Pengertian uang sebagai institusi adalah uang telah diterima sebagai alat pembayaran maupun alat penyimpanan nilai. Dengan demikian penggunaan kehidupan sehari-hari sudah menjadi pola pikir yang baku. Mengingat fungsi utama dari sebuah intuisi adalah mempermudah kehidupan manusia, baik secara individu atau sekelompok, maka dapat dikatakan siapapun yang hidup di zaman moderen akan mengalami kesulitan jika tak mau menerima uang.

Uang sebagai institusi ekonomi mempunyai fungsi untuk meningkatkan kemampuan manusia melakukan alokasi sumber daya ekonomi.ini berkaitan dengan fungsi-fungsi uang sebagai alat pembayaran, penyimpan nilai, standar


(14)

nilai, dan standar pembayaran di masa mendatang. Dengan fungsi-fungsi tersebut manusia semakin mampu meningkatkan kualitas hidupnya melalui peningkatan efisiensi alokasi sumber daya ekonomi.

Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya jumlah uang beredar di Indonesia baik dalam arti luas ( M2 ) maupun arti sempit ( M1 ), antara lain suku bunga kredit , tingkat inflasi , investasi , pengeluaran pemerintahan dan cadangan devisa ( Murtono Soenhadji, 2002:57 )

Dengan menganggap bahwa kedua perbandingan (rasio) tersebut konstan untuk satu dekade tertentu, maka penguasa moneter bisa mengendalikan secara langsung dengan cadangan perbankan. Namun kenyataanya tidak sesederhana itu. Jumlah uang beredar pada satu periode merupakan hasil perilaku penguasa moneter yang dalam hal ini adalah bank sentral, bank-bank umum dan masyarakat (termasuk lembaga keuangan bukan bank). Secara bersama-sama bank sentral menentukan besarnya uang inti. (anonim, 2001 :8)

Perubahan dalam jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian di berbagai sektor. Dengan demikian pengelolaan terhadap jumlah uang beredar harus selalu di lakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan pengaruh yang akan terjadi. Dijelaskan bahwa pengaruh uang dalam masyarakat telah melenyapkan sifat tolong menolong yang merupakan karakteristik dalam masyarakat. Uang telah memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Pada umumnya setiap orang berusaha untuk mengumpulkan uang sebanyak banyaknya dengan segala upaya.


(15)

Nampaknya uang telah menjadi tujuan setiap orang dengan segala macam kegiatannya. (Manullang, 1980:6)

Undang-undang nomor 23 tahun 1999 memberikan wewenang kepada bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan moneter terutama dalam rangka mengendalikan dan menjaga kesetabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing untuk menjaga kesetabilan rupiah, bank sentral dapat mengadakan penjualan mata uang rupiah dengan melakukan pembelian valuta asing seperti dolar amerika. Penambahan jumlah dolar Amerika akan meningkatkan cadangan internasional sehingga akan meningkatkan jumlah uang beredar (sasana, 2006:32)

Dengan memberikan kredit kepada beberapa sektor perekonomian, baik melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, bank merupakan pemasok (supplier) dari sebagian besar uang beredar di mana dapat di gunakan sebagai alat tukar dan alat pembayaran sehingga mekanisme kebijakan moneter dapat berjalan. (Suyatno,dkk,1993,Xi)

Kurs valuta asing dalam periode waktu dapat saja tetap nialinnya. Artinya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu dari waktu tersebut. Akan tetapi pada umumnya biasanya kurs mata uang itu seringa mengalami fluktuasi, bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau gejolak yang besar.

Investasi di artikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman – penanaman modal dan perlengkapan produksi untuk membeli barang barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan


(16)

memproduksi barang - barang dan jasa – jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 1998 : 106)

Impor merupakan proses memesukkan barang dari luar Negri ke dalam wilayah dalam negri dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Produk Domestik Bruto merupakan jumalah barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan di nyatakan dalam harga pasar .

Dapat di lihat bahwa Kurs, Investasi, Impor dan Produk Demostik Bruto merupakan hubungan dari beredarnya uang .

Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem moneter dan perbankan di Indonesia.

1.2PERUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut

1. Apakah Kurs Valuta Asing , Jumlah Investasi, , Impor, dan Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Jumlah Uang Yang Beredar di Indonesia?

2. Faktor apakah yang dominan dalam mempengaruhi jumlah uang yang beredar di Indonesia?


(17)

1.3TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah di kemukakan di atas, maka tujuan yang hendak di capai sehubungan dengan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh Kurs Valuta Asing, Jumlah Investasi ,Impor dan Produk Domestik Bruto terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia.

2. Untuk mengetahui faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia.

1.4MANFAAT PENELITIAN

Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah di kemukakan diatas, maka manfaat yang hendak di capai sehubungan dengan penelitian adalah: Manfaat penelitian:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di Indonesia.

2. Bagi institusi yang terkait Sebagai bahan masukan untuk pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan kebijaksanaan dalam mengontrol jumlah uang yang beredar dan mencapai tujuan stabilitas ekonomi. Dan sebagai tambahan informasi bagi pihak-pihak yang terkait


(18)

3. Bagi mahasiswa

Sebagai masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah moneter dan Jumlah Uang Yang Beredar. 4. Bagi universitas

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat khususnya bagi fakultas Ekonomi UPN “Veteran” guna melengkapi perbendaharaan perpustakaan.


(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubugan dengan Jumlah Uang Beredar pernah disampikan oleh beberapa penelitian, antara lain :

1. Ani purwati (2005 :13 ) dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di Indonesia “ Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pengujian secara keseluruhan atau simultan (uji F), (X1) pendapatan nasional, (X2) tingkat bunga kredit (X3) inflasi dan (X4) jumlah kantorbank dengan variable terikat (Y) jumlah uang beredar dimana, F hitung (989,125)> F table (3,48).

2. Wijoyo (2002:60) dalam penelitian yang berjudul “Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar Di Indonesia”. Hasil penelitian secara kuantitatif statistik menunjukan bahwa tingkat suku bunga kredit (X1), pendapatan nasional (X2), suku bunga SBI (X3) secara simultan bersama-sama berpengaruh positif terhadap variabel terikat jumlah uang beredar (Y) dimana ,F hitung (588,255)>F tabel (4,76). Secara parsial pendapatan nasional dan suku bunga SBI berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar dimana t hitung (14,534)>t tabel (2,447) untuk X1 t hitung (7,592)>t tabel (2,447) untuk X2, sedangkan tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar karena t hitung (-0,829)< t tabel (2,447).

3. Pratomo (2004:x) “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar Di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan suku bunga deposito,


(20)

pengeluaran pemeritah, investasi dan kurs valuta asing di dalam model cukup bermakna memberikan kontribusi pengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia, sedangkan uji secara parsial diketahui suku bunga deposito dan investasi tidak berpengaruh pada jumlah uang beredar di indonesia. Untuk lain diantara pengeluaran pemerintah dan kurs valuta asing dinyatakan berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia.

4. Febriane (2004:x) “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar Di Indonesia”. Secara simultan menunjukan adanya hubungan secara nyata antara suku bunga kredit investasi (X1), nilai pembelian SPBU (X2), jumlah kantor bank (X3) dan inflasi (X4) terhadap jumlah uang beredar (Y). Dari analisis uji t, variabel suku bunga kredit investasi tidak berpengaruh terhadap jumlah uang beredar, hal ini dikarenakan keadaan perekonomian Indonesia masih kurang stabil membuat masyarakat enggan untuk memegang uang dalam bentuk riil. Variabel nilai pembelian SPBU berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar dimana. Variabel jumlah kantor bank berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar.

Penelitan terdahulu dengan penelitian sekarang memang berbeda, namun memiliki persamaan yaitu berkaitan dengan variabel terikat Jumlah Uang Beredar tetapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar arti luas yakni M3 (uang kartal dan uang giral ditambah dengan uang kuasi ) dan penelitian ini menggunakan variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya serta dilakukan pada tahun yang berbeda.


(21)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Bank menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Pengertian bank yang terdapat pada pasal 1 undang – undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang – undang nomor 7 tahun 1992 tetang perbakan yakni bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan mengeluarkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Dendawijaya,2003:17)

Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber lain :

1. Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,baik dengan alat – alat pembayaranya sendiri atau dengan uang yang di perolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat – alat penukar baru berupa uang giral (Simorangkir, 1991:18)

2. Bank adalah lembaga perantara keuangan yang mentrasfer dana dari para pemberi pinjaman kepada para peminjam. (chendler, 1998:144)

3. Menururut Undang – undang nomor 14 tahun 1967 tentang dasar- dasar perkreditan, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Suyatno 1991:3)

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat di simpulkan bawasanya bank ialah lembaga keuangan yang bertujuan untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada


(22)

masyarakat dalam bentuk kredit maupun dengan jalan mengedarkan alat – alat penukar baru berupa uang giral serta jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

2.2.1.1. Jenis Bank

Berdasarkan Undang – Undang nomor 4 tahun 1998 terhadap berbagai macam bank, namun hanya membagi dalam dua jenis, yaitu dilihat dari fungsinya, dan dari segi kepemilikanya.

A. Dilihat dari segi fungsinya:

1. Bank sentral (Central Bank) adalah Bank Indonesia sebagaimana yang di maksud dalam undang – undang 1945 dan berdasarkan Undang – undang nomor 13 tahun 1968.

2. Bank Umum (Comercial Bank) adalah bank dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

3. Bank Tabungan (Saving Bank) adalah bank yang dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam bentuk surat berharga.

4. Bank Pembangunan (Development bank) adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan mengeluarkan surat berharga jangka menengah dan jangka panjang dalam bidang pembangunan.


(23)

5. Bank Desa (Rural Bank) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk uang dan natura (padi, jagung, palawija) dan dalam usahanya memberikan natura kepada sektor pertanian dan pedesaan. (Suyatno dkk, 1997:15)

B. Dilihat dari segi kepemilikanya:

1. Bank Umum milik pemerintah, yaitu bank yang hanya dapat di dirikan berdasarkan Undang – Undang.

2. Bank Umum milik Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dengan menjalankan usaha setelah mendapat izin dari menteri keuangan dengan pertimbangan dari Bank Indonesia.

3. Bank Koperasi, yaitu bank yang modalnya berasal dari perkumpulan – perkumpulan koperasi (Suyatno dkk, 1997:15)

2.2.1.2. Fungsi Bank

Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkanya kembali pada masyarakat untuk berbagi tujuan atau sebagai financial intermediary.

Secara spesifik fungsi bank adalah sebagai berikut: a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah Trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila di landasi oleh unsur kepercayaan.


(24)

b. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu moneter dan sektor riil, tidak dapat di pisahkan. Keda sektor tersebt berinteraksi saling mempengaruhi sat dengan yang lain.

c. Agent of Services

Disamping melakkan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa – jasa yang di tawarkan bank ini erat kaitanya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum (Susilo dkk, 2000:6)

2.2.2. Uang

2.2.2.1. Pengertian Uang

Berdasarkan definisi uang menurut penulis ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang-barang (Robertson dalam Manulang,1983:13)

2. Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar hutang (Sayers dalam Manulang 1983:13).

3. Uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat penukar (Pigou dalam Manulang, 1983:14).

4. Uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima umum dalam pembayaran pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk pembayaran hutang (Thomas dalam Manulang,1983:14).


(25)

5. Uang adalah kekayaan dengan mana (dimana) atau pemilik kekayaan dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah tertentu pada waktu itu juga (Hart dalam Manulang,1983:14)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan , uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, pembayaran hutang dan penimbunan kekayaan.

2.2.2.2. Fungsi Uang

Menurut Iswardono (1996:6-9), uang merupakan beberapa fungsi yaitu:

1. Satuan hitung (unit of account)

Dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai alat yang digunakan untuk menunjukan nilai dari barang-barang dan jasa di jual (beli), besarnya kekayaan serta menghitung besar kecilnya kredit atau utang dapat dikaitkan sebagai alat yang di gunakan dalam menentukan barang dan jasa.

2. Alat penukar

Sebagai alat mandasari adanya spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi masing-masing barang dengan uang, orang tidak harus menukar barang yang diinginkan dengan barang yang di produksinya di pasar sebagai alat penukar.

3. Penimbun kekayaan

Dengan menyimpan uang berarti menimbun kekayaan dalam bentuk uang kas. Penyimpanan uang ini dimaksud untuk


(26)

mempermuda penukaran atau transaksi di saat atau pun di masa yang akan datang.

4. Standar pencicilan utang

Begitu uang diterima umum sebagai alat penukar atau satuan hitung maka secara langsung uang akan bertindak sebagai unit atau satuan pembayaran cicilan utang ataupun juga untuk menyatakan besaran utang kita. Dengan menggunakan uang tersebut kita dapat melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan cepat baik secara kontan atau angsuran.

2.2.2.3. Jenis-jenis Uang

Banyaknya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dipengaruhi oleh pemerintah, tetapi peranan dalam pengeluaran uang bukan hanya dipengaruhi oleh pemerintah tetapi juga badan-badan kredit. Hal ini yang menimbulkan dalam masyarakat terlihat berbagai jenis uang yaitu:

1) Full Bodied Money,Merupakan mata uang yang nilai materinya sama dengan nilai yang tertulis di dalam mata uangnya. Jadi mata uang yang nilai materinya sama dengan nilai nominalnya disebut

full bodied money. Hal ini hanya mugkin terdapat pada mata uang yang terbuat dari logam-logam mulia dan jika didalam masyarakat tersebut dipenuhi dua syarat yaitu:

a) Ada kebebasan masing-masing orang untuk menempa mata uang, melebur, menjual atau memakainya.


(27)

b) Tiap orang mempunyai hak yang terbatas dalam menyimpan uang logam.

Adanya dua syarat tersebut, dapat menyebabkan terjadi kesamaan dua nilai, maka orang cenderung melebur mata uang ini berakibat cenderung turunnya harga logam dipasar.

2) Token Money

Token Money adalah mata uang yang nilai nominalnya (nilai moneter ) lebih tinggi dari intrintiknya. Contoh dari token money adalah uang yang dibuat dari kertas. Jadi baik uang kertas bank maupun uang kertas pemerintah adalah token money.

Perbedaan full bodied money dengan token money adalah jika pada token money mata uang hanya dibuat oleh badan-badan tertentu seperti Bank sentral, pemerintah dan bank-bank deposito, maka dalam full bodied money pencipta uang itu menjadi milik masyarakat. (manulang, 1993:28)

3) Uang kertas

Umumnya negara-negara mata uang yang terbuat dari kertas. Uang kertas dapat disebuat Folding money, karena uang kertas dapat dilipat oleh pemegangnya.

Sebab-sebab banyak negara mempunyai mata uang yang terbuat dari kertas:

a. Ongkos pembuatan mata uang kertas itu tidak seberapa, jika dibandingkn dangan pembuat mata uang logam.


(28)

b. Uang kertas mudah dibawa dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.

c. Jika mata uang bertambah maka mudah untuk mendapataknya.

4) Uang giral

Uang giral atau biasa disebut bank deposit money, adalah hutang sesuatu bank kepada seseorang atau kepada suatu badan perusahaan. Bank deposit money merupakan uang giral.

5) Near money

Time deposit money dan obligasi pemerintah disebut near money, karena dalam waktu dekat kedua jenis uang tersebet dapat menjadi uang. Karena dalam waktu dekat ia akan menjadi uang biasa. Demikian obligasi pemerintah dianggap sebagai near money,

karena obligasi pemerintah dapat segarah menjadi uang dengan menjual obligasi kepada anggota masyarakat atau kepada bank. . (Manulang, 1993:28) .

2.2.3. Jumlah Uang Beredar

Jumlah Uang Beredar adalah setiap uang yang beredar selalu pergi ke suatu tempat. Bila uang tidak di belanjakan, uang akan di hitung sebagai bagian dari konsumsi yang di tahan. Dengan demikian dalam internal

balance, perekonomian moneter selalu dalam keadaan yang seimbang . Uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah uang kartal ditambah

uang giral sedangkan dalam arti luas adalah M1 ditambah deposito berjangka atau


(29)

uang beredar lebih luas (M3) adalah M1 ditambah dengan uang kuasi. (Boediono, 1985:3-6)

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas maka diambil suatu batasan mengenai pengertaian Uang Beredar, yaitu:

1. Menurut Budiono (1985:4) uang beredar yang didefinisikan sebagai uang

kartal plus (atau currency plus Demand Deposit ) disebut uang dalam arti sempit atau narrow money (M1).

M1 = C + DD Dimana, C = currency ( uang kartal )

DD = demand deposit ( uang giral ).

2. Menurut Budiono (1985:6) uang dalam arti luas atau uang M2 adalah

kewajiban moneter sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang diatas terdiri atas uang M1 ditambah deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank.

M2 = M1 + TD +SD

Dimana, TD = time deposits (deposito berjangka ) SD = saving deposits (saldo tabungan )

3. Menurut Budiono (1985:6) definisi uang beredar yang lebih luas adalah

M3, yang mencakup semua TD dan SD, besar kecil, rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non bank.

M3 = M1 + QM Dimana QM = quasi money


(30)

Uang kuasi merupakan aktiva milik sektor swasta domestik yang dapat memenuhi sebagian fungsi uang atau sementara kehilangan fungsinya sebagai media pertukaran.(Insukindro,1993:78)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa uang beredar adalah jumlah uang yang ada ditangan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasi”Quasi money” (M3)

2.2.4. Teori Permintaan Uang

2.2.4.1. Teori Kuantitas Uang

Menurut Sukirno (2000:410) dalam menerangkan teori kuantitas yang dilakukan oleh Irving Fisher digunakan persamaan aljabar yang dimana persamaan pertukaran. Persamaan pertukaran tersebut dinyatakan sebagai berikut :

MV = PT

Dimana :

M = Uang beredar

V = Kelakuan peredaran uang P = Tingkat harga-harga

T = Jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan didalam suatu tahun tertentu.

Didalam persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang sempit. Ini berarti M adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. Kelajuan peredaran uang, yaitu V ditentukan berdasarkan keseringan (beberapa seringnya)


(31)

uang beredar yang terdapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun. Dalam menentukan nilai P yang perlu diketahui adalah indeks harga. Faktor yang terakhir dalam persamaan pertukaran diatas, yaitu menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan setengah jadi yang diperjual belikan. (Sukirno, 1985 : 221).

2.2.4.2. Teori Permintaan Keynes

Pada hakekatnya Keynes mengemukakan fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini dikenal dengan nama teori liquidity preference. (Boediono, 1985 : 27).

Keynes menggolongkan sebab-sebab keinginan untuk memegang uang tunai dalam 3 golongan, yaitu :

1. Motif transaksi (transaction motive)

Alasan memiliki uang tunai dan tidak membelanjakannya ialah untuk membiayai pembayaran-pembayaran atau kewajiban yang harus dilakukan agar usahanya dapat berjalan terus. Alasan menyimpan uang tunai untuk kebutuhan disebut dengan

transaction

2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)

Permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran yang tidak reguler atau yang di luar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran tidak terduga lainnya. (Boediono, 1985 : 28).


(32)

3. Motif spekulasi (speculative motive)

Keynes memberi definisi speculative motive sebagai tujuan untuk mendapatkan keuntungan karena mengetahui dengan lebih baik dari pasar apa yang akan terjadi didalam masa depan.

Gambar 1 :

Sumber : Boediono , 2001 , Ekonomi Makro ,Penerbit BPEP, UGM, Yogjakarta , Hal 156

0 Dt1 Dt2 r1

ro Tingkat bunga

0 Ds1 Ds2

Ds Tingkat bunga

Permintaan uang (a) Transaksi dan berjaga-jaga

Permintaan uang (b) Spekulasi

Dm(y2) Dm(y1) Tingkat bunga

ro

Dm1

Permintaan uang (c) Jumlahpermintaan uang


(33)

Kurva (a) menggambarkan permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga. Kedua jenis permintaan kedua tersebut tidak dipengaruhi tingkat bunga yaitu jumlahnya tetap tidak dipengaruhi tingkat bunga Kurva Dt1 menggunakan permintaan untuk transaksi berjaga-jaga apabila pendapatan nasional (Y1). Kedua jenis permintaan tersebut tergantung pada pendapatan nasional, makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga.

Kurva (B) menggambarkan permintaan untuk spekulasi. Pada ro peremintaan uang spekulasi adalah sebanyak Ds1 semakin menurun tingkat bunga, semakin banyak permintaan uang untuk spekulasikarena orang – orang akan lebih suka memegang uangnya dari pada obligasi. Pada tingkat bunga r1 permintaan uang untuk spekulasi telah menjadi sebanyak Ds2

Kurva (C) adalah kurva permintaan uang dalam perekonomian yang merupakan gabungan antara permintaan untuk transaksi dan berjaga – jaga dengan permintaan uang untuk spekulasi. Kurva Dm (y1) adalah permintaan uang dalam perekonomian pada pendapatan nasional sebanyak ro di bentuk dengan menjumlahkan Dm(y1) dengan Dm(y2).

2.2.5. Teori Penawaran Uang

2.2.5.1. Teori Penawaran Uang

Teori penawaran uang yang paling sederhana adalah merupakan gambaran dari sistem standar emas. Disini emas dianggap sebagai satu-satunya alat pembayaran. Uang Beredar atau uang yang ditawarkan di masyarakat.


(34)

Jumlah uang (emas) beredar bisa turun apabila, misalnya emas dikirim keluar negeri untuk menutup defisit neraca pembayaran yaitu untuk membayar barang-barang yang diekspor atau karena industri-industri yang menggunakan emas dalam proses produksinya menyedot emas yang ada sehingga mengurangi jumlah emas yang tersedia untuk alat pembayaran atau karena produksi emas meningkat (misalnya ditemukannya tambang baru).

Dalam sistem moneter seperti ini uang beredar benar-benar ditemukan oleh proses pasar. Pada suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat pembayaran, penawaran uang hanya bertambah apabila orang memproduksi emas (baru). semakin bertambahnya jumlah emas yang tersedia dan sesuai dengan hukum pasar, akan menyebabkan turunnya harga emas begitu sebaliknya. Apabila harga emas turun, produksi emas berkurang atau berhenti dan ini cenderung untuk menghentikan penurunan harga. (Boediono, 1998 : 117-118).

Gambar 2 : Kurva Penawaran Uang Tingkat bunga (%)

LM

0 y0 y1 Pendapatan Nasional (Y)

Sumber : Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter. Buku 1 hal 137 r1


(35)

2.2.5.2. Teori Penawaran Uang Modern

Dalam perekonomian modern, para produsen emas tidak lagi mempunyai peranan moneter yang penting seperti dahulu dalam sistem standar emas. Dalam sistem standar kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah Otorita Moneter (pemerintah dan bank sentral) dan lembaga keuangan (keduanya bersama-sama disebut sebagai “sistem moneter”).Otorita moneter keuangan (perbankan) merupakan supplier

uang sekunder bagi masyarakat.

Proses penciptaan uang beredar adalah merupakan “proses pasar” artinya hasil interaksi permintaan dan penawaran dan bukan sekedar pencetakan uang atau suatu keputusan pemerintah belaka. Misalnya pada suatu waktu permintaan akan uang inti tidak “klop” dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan di sub-pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. (Boediono, 1998: 121).

Tindakan-tindakan ini tidak lain berupa usaha dari para pelaku tersebut untuk mengubah struktur dan komposisi dari kekayaan yang ia pegang menuju ke arah struktur dan komposisi yang ia inginkan.

Seandainya pasar uang inti dari otorita moneter kepada masyarakat, misalnya pemerintah tiba-tiba menaikkan pembelanjaa karena kenaikan gaji pegawai Negeri. Pada putaran pertama, tambahan uang inti tersebut akan diterima oleh masyarakat dalam bentuk tambahan uang tunai (kartal) yang mereka pegang. Tindakan penyesuaian mereka adalah menyimpan


(36)

kelebihan uang tunai berarti cadangan bank menjadi lebih besar dari sebelumnya. Bank merasa kelebihan cadangan (uang tunai), kemudahan mereka mungkin menanamkan kelebihan cadangan tersebut untuk membeli SBI.

Kita lihat bahwa tambahan-tambahan uang inti yang berawal dari pemerintah (otorita moneter), kembali kepada Bank Indonesia (otorita moneter)meskipun tidak seluruhnya. (Boediono,1998: 122).

Tambahan uang inti dalam contoh diatas akhirnya akan menambah jumlah uang beredar (M1 dan M2) setelah terjadi banyak kali putaran penyesuaian. Beberapa besar tambahan jumlah uang beredar yang akhirnya tercipta, tergantung pada sifat dari putaran-putaran penyesuaian tersebut. Biasanya, tambahan uang beredar yang akhirnya diakibatkan oleh tambahan uang inti adalah besar daripada tabungan uang inti tersebut. Melalui proses penyesuaian portofolio tersebut sebenarnya telah terjadi semacam “pelipatan” uang beredar atau terjadi proses multiplier. Proses inikah yang merupakan inti dari teori mengenai penawaran uang. (Boediono, 1998 : 76).

2.2.6. GDP (Gross Domestic Product)

GDP (Gross Domestic Product) adalah salah satu faktor ekonomi makro yang merupakan suatu indikasi pertumbuhan ekonomi suatu Negara yang di hitung berdasarkan nilai produk dari seluruh hasil industri suatu negara. Dengan demikian GDP ini bisa di artikan sebagai indikasi kemakmuran masyarakat suatu Negara. Disamping itu sebagai Negara pengimpor, pertumbuhan ekonomi dalam


(37)

Negeri yang tercermin dalam GDP sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya konsumsi masyarakat. (Boediono, 1981 :12)

Menurut Nodharus (2004:99) GDP (Gross Domestic Product) merupakan pengukuran yang paling luas dari total out put barang dan jasa suatu Negara. Ini merupakan jumlah nilai konsumsi ( C ), investasi Bruto ( I ), Pembelanjaan Pemerintah atas barang dan jasa ( G ), dan Ekspor netto ( X ) yang di hasilkan di dalam suatu Negara selama satu tahun tertentu.

Rumus GNP = C + I + G + X

GDP (Gross Domestic Product) adalah cara yang di gunakan untuk mengukur perkembangan perekonomian berdasarkan nilai pasar barang dan jasa akhir yang di produksi selama satu tahun oleh sumber daya yang ada di suatu Negara.

Dari beberapa pengertian diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa

Gross Domestic Product (GDP) ialah indikasi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat yang di hitung berdasarkan nilai produksi ( out put ) dari seluruh hasil barang dan jasa suatu Negara dalam suatu periode tertentu dan biasanya ialah satu tahun.


(38)

Gambar 3 : Alur Melingkar dari Kegiatan Ekonomi Makro $

Belanja Untuk Konsumsi (a)

Barang – barang jadi dan jasa – jasa (roti,computer,potong rambut, dll)

(b) Jasa – jasa

(Tenaga kerja, tanah, dll) Gaji, sewa, keuntungan, dll

$

Gambar : Gross Domestic Product dapat diukur sebagai (a) Alur Produk – produk Jadi, atau secara Ekuivalen sebagai (b) Alur Biaya

Pada putaran bagian atas, para pembeli membeli barang jadi dan jasa. Total aliran dolar dari pembelanjaan mereka setiap tahun merupakan satu ukuran dari Produk Domestik Bruto. Putaran bagian bawah mengukur aliran tahunan dari biaya output: penghasilan yang di bayarkan bisnis balam upah, uang sewa, bunga deviden, dan keuntungan.

2.2.6.1. Dua Ukuran Produk Nasional: Alur Barang dan Alur Penghasilan Seperti di tunjukkan dalam gambar, GDP dapat di ukur baik sebagai alur produk maupun sebagai jumlah penghasilan.

Penjual Rumah Tangga


(39)

Untuk menunjukkan cara yang berbeda dalam mengukur GDP kita mulai dengan membayangkan dunia yang amat di sederhanakan di mana tidak ada pemerintahan, perdagangan asing, atau investasi. Untuk saat ini, perekonomian kita yang kecil hanya menghasilkan barang – barang konsumsi, yang merupakan barang barang yang di beli oleh rumah tangga untuk memuaskan keinginan mereka.(catatan penting: Contoh pertama di sederhanakan untuk menunjukkan gagasan dasar. Dalam contoh – contoh realistis selanjutnya, kita akan menambahkan investasi, pemerintahan, dan sektor asing) .

2.2.6.2. Pendekatan Alur Produk.

Setiap tahun masyarakat mengkonsumsi berbagai ragam barang jadi dan jasa: seperti apel, perangkat lunak computer, dan blue jeans; jasa seperti perawatan medis dan pangkas rambut.dalam kasus ini kita hanya memasukkan barang jadi (barang yang dibeli dan di gunakan langsung oleh konsumen). Rumah tangga membelanjakan pendapatan mereka untuk barang – barang konsumen ini, seperti nampak pada putaran bagian atas gambar 1. dengan menambahkan semua anggaran konsumsi yang di belanjakan pada barang – barang jadi, kita akan sampai pada total GDP ekonomi yang di sederhanakan ini.

Jadi, dalam perekonomian kita yang sederhana, kita dapat dengan mudah menghitung pendapatan atau produk nasional dengan jumlah alur tahunan dari barang – barang jadi dan jasa: ( harga Blue jeans X jumlah Blue Jeans). Di tambah ( Harga apel X Jumlah apel) dan seterusnya untuk


(40)

semua barang jadi lainya.PDB di tetapkan sebagai total nilai uang dari alur barang jadi yang di hasilkan oleh Negara tersebut.

2.2.6.3. Pendekatan Penghasilan atau Pendekatan Biaya

Cara kedua dan yang sama untuk menghitung GDP adalah pendekatan penghasilan atau pendekatan biaya. Hal tersebut terlihat pada putaran bagian bawah gambar 1. lewat pendekatan ini mengalir semua biaya dalam upah yang di bayarkan kepada tenaga kerja, uang sewayang di bayarkan kepada tanah, keuntungan yang di bayarkan kepada capital, dan seterusnya. Tetapi biaya – biaya bisnis ini juga merupakan penghasilan yang di terima rumah tangga dari perusahaan- perusahaan. Dengan mengukur alur tahunan penghasilan atau pendapatan ini, para ahli statistic kembali akan sampai pada GDP.

Oleh karena itu, cara kedua untuk menghitung GDP adalah sebagai total penghasilan faktor (upah, uang sewa, dan laba) yang merupakan biaya dalam menghasilkan produk – produk jadi masyarakat. (Samuelson dan Nordhaus,2004).

2.2.7 Kurs valuta asing

Perbandingan antara dua mata uang beredar di sebut kurs valuta asing (Foreign Exchange Rate ) (Nopirin, 1993 : 139 )

Kurs sebagai harga sifatnya sama saja dengan pembentukan harga barang2 yaitu pembentukan berdasaran kekuatan permintaan dan penawarn. Harga atau nilai tukar mata uang di tentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang tersebut , dan dalam hal ini kondisi di Indonesia penawaran mata uang asing pada umumnya


(41)

US Dollar pada khususnya, jauh lebih kecil di banding permintaannya, sehinga harga mata uang asing menjadi mahal .

Perbedaan tingkat kurs timbul karena perbedaan hal antara lain: (Nopirin , 1993 :164 )

1 .Perbedaan tingkat kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valas/bank. Kurs beli adalah kurs yang di pakai apabila para pedagang valas/bank membeli valas.

Sedangkan kurs jual adalah pada saat mereka menjual valas . Dan selisih antara Kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang .

2. Perbedaan kurs yang di akibatkan oleh perbedaannya di dalam pembayarannya valuta asing yang lebih cepat akan memilikikurs yang lebih tinggi .

3. Perbedaan karena tingkat keamanaan dalam penerimaan hak pembayaran. Kebijakan kurs mata uang asing, di hubungkan dengan tiga system dan kebijakan tentang kurs mata uang yaitu : ( Jamli, 1996 : 189 )

1. Sistem Nilai tukar Tetap ( Fixed Rate System )

Dalam system dan kebijaksanaan nilai tukar tetap , pemerintah atau otoritas moneter negara yang bersangkutan turut campur tangan secara aktif dalm bursa valas dengan membeli atau menjual mata uang dalam negeri atau valuta asing bilamana kurs mata uangnya menyimpang dari nilai tertentu telah di tetapkan .


(42)

Gambar 4 : Kurva System Kurs Tetap

S0

D2 SI = SO + I

Do D1

L1 = $2,82 Titik intervensi atas

L1 = $2,80 Nilai Par

0 Q0 Q1 Q2=Q1+11 £

Sumber : Jamli, Ahmad 1996, Keuangan Internasional , BPFE, UGM, Yogjakarta, hal 192.

Pada gambar 4 yang di sebabkan oleh peningkatan ekspor inggris ke US atau modal aliran modal masuk dari US kenaikan kurs dari titik ( B ) ke titik ( C ) . Yang terletak di luar titik intervensi atas sebesar 1 = $2.82 . Otoritas harus campur tangan di pasar untuk mencegah perubahan di luar titik tersebut dengan memberikan bantuan pemerintah berupa peningkatan penawaran poundsterling . Hal tersebut di tunjukkan dengan pergeseran kurva penawaran ke kanan ( SI ), yang sekarang menjadi kurva penawaran pasar ( SO ) di tambah intervensi

pemerintah (I ) dan berperan mempertahankan kurs pada titik intervensi atas ( D ) menjadi lebih besar .


(43)

2.Sistem Nilai Tukar Menggambang Bebas ( Free Floating Rate System )

Berdasarkn gambar 5 di bawah ini, dimana permintaan valuta asing Do dan penawaran So urs valuta dollar akan mencapai ekuilibrium setinggi 0Ko . Pada kurs setinggi 0Ko ini jumlah valuta asing yang di hasilkan oleh penduduk negara tersebut persatuan waktunya waktunya adalah sebanyak 0Vo. Jumlah ini akan sama dengan jumlah valuta asing dolar yang diminta oleh penduduk Negara tersebut.dengan adanya kesamaan jumlah valuta asing yang ditawarkan dengan jumlah valuta asing yang berarti kurs valuta asing maupun neraca pembayaran berada dalam keadaan ekuilibrium.

Gambar 5

Apabila suatu Negara memakai system nilai tukar mengambang bebas , Bank sentral tidak melakukan campur tangan secara aktif di dalam valas . Disini nilai tukar suatu mata uang relative terhadap mata uang Negara lain di tentukan sepenuhnya oleh permintaan dan penawaran yang berlangsung

di bursa valas .

Sumber, 2000, Ekonomi Internasional; Pengantar Lalu Lintas Pembayaran Internasional, Penerbit, Liberty, Yogyakrta, hal 167 .


(44)

Adapun pengertian valas/bursa valas adalah pasar pertukaran kurs valas yang mempunyai fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional antara lain :

1. Mempermudah penukaran valas serta pemindahan dana dari suatu Negara ke Negara lain .

2. Memberikan kemudahan untuk di laksanakan perjanjian / kontrak jual beli dengan kredit .

3. Mempermudah di lakukannya hedging yaitu membantu pedagang yang melakukan transaksi jual beli valas di pasar yang berbeda, yang bertujuan untuk menghilangkan / mengurangi resiko akibat kerugian perbandingan kurs

( Nopirin, 1995 : 165-166 )

2.2.7.1 Hubungan Kurs Valuta Asing Terhadap Jumlah Uang Beredar

Makin tinggi tingkat pertumbuhan ( relative terhadap Negara lain ), makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing, Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendri turun). Dengan juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang mengakibatkan kurs valuta asing naik . Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung menarik modal masuk dari luar negeri . Kurs valuta asing akan turun ( nilai mata uang sendiri naik relative terhadap valuta asing ) . (Nopirin, 19993:173-174 ) .


(45)

2.2.8. Investasi

2.2.8.1.Pengertian Investasi

Kata Investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia Investasi adalah “penanaman modal” Investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah Investasi (Rosyidi, 1994: 158).

Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan atau mmpertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1995: 46).

Menurut Sukirno (2001: 107), investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investor (atau pembentukan modal atau penanaman modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:


(46)

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2001: 107).

Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi Investasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

2.2.8.2. Teori Investasi

Masalah Investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya Investasi menurut Suparmoko (2000: 84) terdapat 2 teori, yaitu:


(47)

a.Teori Klasik

Teori klasik tentang Investasi didasarkan atas teori produktivitas batas

(marginal productivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga Investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari Investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak di Investasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah Investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Suatu Investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari Investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari Investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari Investasi itu.


(48)

b. Teori Keynes

Masalah Investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan Investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep

Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi dari pada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu (Suparmoko, 2000: 84):

1. Bahwa semakin banyak Investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal Investasi itu, semakin banyak Investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak Investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi.

2.2.8.3. Macam-Macam Investasi

Macam-macam Investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1.Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment ( Investasi otonomi ) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi


(49)

seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya.

Sedangkan Induced Investment atau ( Investasi terpengaruh ) adalah investasi yang besar kecilnya sangat di pengaruhi oleh tingkat pendapatan , makin tinggi tingkat pendapatan maka makin tinggi pula investment .

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public Investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, Investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume Investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestic investment adalah penanaman modal di dalam Negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang


(50)

dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4.Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh Investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada Investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara Investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya Investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti bahwa Investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta. (Rosyidi, 1994: 161).

2.2.8.4Faktor – Faktor Yang Menentukan Investasi

a. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan apabila Investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau menimbulkan kerugian,


(51)

maka para pemilik modal harus membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang.

b.Tingkat bunga.

Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi beropeasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya Investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

Menurut Ari Sudarman terdapat hubungan berkebalikan antara tingkat suku bunga dan pengeluaran, yaitu semakin tinggi suku bunga pinjaman, maka semakin rendah keinginan pengusaha untuk melakukan Investasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga rendah. Secara grafis, hubungan antara tingkat suku bunga dan pengeluaran Investasi dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6 : Hubungan antara Suku Bunga dan Pengeluaran Investasi

r2 A

r1 B Kurva Investasi

12 11 pengeluaran Investigasi

Sumber : Sudarman, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, hal 47.


(52)

Keterangan :

Pada saat Tingkat suku Bunga sebesar r1, pengeluaran konsumsi hádala I1. tingkat Suku Bunga mengalami kenaikan menjadi r2, maka pengeluaran Investasi akan mengalami penurunan sebesar I2. Tingkat Suku Bunga perbankan disuatu negara merupakan salah satu cerminan baiknya sistem perbankan di Negara yang bersangkutan. Dengan tingginya tingkat suku bunga akan berdampak pada rendahnya minat investor untuk melakukan Investasi sehingga akan mengakibatkan kelesuan disektor riil yang pada akhirnya mengurangi jumlah barang dan jasa yang dihasilkan.

b. Perubahan dan perkembangan teknologi.

Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha lain, maka hal demikian itu ditanamkan ditanamkan mengadakan pembaharuan. Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha.

c. Tingkat pendapatan Nasional dan perubahan-perubahannya.

Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir-akhir ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan Investasi merupakan cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional


(53)

semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya, apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai Investasinya juga rendah. d. Keuntungan yang dicapai perusahaan.

Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor penting yang dapat menentukan untuk kegiatan atau pengembangan Investasi adalah keuntungan yang diperolehnya. Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan Investasi dengan menggunakan tabungannya atau modal kas, maka perusahaan yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti disamping mengurangi biaya Investasi yang akan dilakukan secara otomatis akan menambah modal atau keuntungan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. (Rosyidi, 1994: 165).

2.2.9 Impor

2.2.9.1 Pengertian Impor

Impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah kedalam peredaran dalam masyarakat yang di bayar dengan menggunakan valuta asing, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dan di luar negeri .jenis volume kebutuhan masyarakat berbeda dari waktu ke waktu .( Amir MS ,1995 :183 ).


(54)

Menurut Michael B Smith menyebutkan Impor adalah memasukkan barang dan jasa ke pasar negara untuk di konsumsi .Pertukaran perdagangan merupakan kegiatan Importer melalui perbatasan ( pabean ) untuk mendapatkan kualitas barang dan jasa yang bagus dari produk dalam Negara .( Smith, 1999 : 57 ) .

Impor merupakan aliran keluar dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri . Oleh karena itu, pendapatan yang timbulkan aliran karena proses produksi dapat di gunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam Negeri .Atau keluar dari aliran pendapatan sebagai tabungan dari pendapatan. Faktor lain juga mempengaruhi, seperti misalnya daya saing produksi dalam Negeri, selera dan sebagainya .( Sukirno, 1994 : 57 ) .

Jadi kesimpulan adalah Impor merupakan perdagangan dengan memasukkan barang dari luar Negeri ke dalam wilayah pabean dalam Negeri sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Negara pengimpor Ekonomi . Dimana Impor tergantung kepada pendapatan nasional dan hubungan antara keduanya bersifat positif ( searah ) .

Ditinjau berdasarkan negara asal atau komposisi impor Indonesia mirip dengan komposisi ekspor menurut Negara tujuan . Jepang dan Amerika Serikat tercatat sebagai Negara-negara asal negara impor yang utama . Lebih dari sepertiga impor kita berasal dari keduanya tak pelak lagi merupakan mitra dagang utama di Indonesia. Keduanya juga menjadi mitra dagang utama bagi banyak negara lain di dunia.


(55)

Hal ini menunjukkan Amerika Serikat dan Jepang merupakan Negara-negara supra ekonomi yang senantiasa harus di perhitungkan dan di jalin oleh Negara-negara lain sejagat (Dumairy, 1997 : 192 ) .

Ketidakstabilan impor yang ditimbulkan oleh Impor yang melebihi ekspor dapat menimbulkan kemunduran dalam investasi dalam negeri dan menyebabkan pelarian modal le luar negeri . Keadaan seperti ini di sebabkan oleh faktor, pertama: ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh impor yang melebihi ekspor akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk menginvestasikan uangnya di dalam negeri. Disamping itu, Penurunan mata uang yang di simpan di luar negeri memberikan keuntungan yang lebih besar dari pada uang yang di simpan di dalam negeri .

Selanjutnya pelarian modal ke luar negeri di dorong oleh keinginan untuk mempertahankan nilai rill dan kekayaan yang di miliki. Dan akhirnya, pemilik modal yang berasal dari luar negeri enggan masuk dan menginvestasikan uangnya, dan ini akan mengurangi jumlah investasi yang mungkin di laksanakan di negara itu (Sukirno, 2002 : 391 ) .

2.2.9.2 Kuota Impor

Kuota merupakan bentuk hambatan perdagangan non tarif yang paling penting. Kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah ekspor atau impor. Batas tersebut sama sekali tidak boleh dilanggar, kecuali jika pengusaha yang bersangkutan mau menanggung


(56)

saksinya. Kuota bisa berupa pembatasan kuantitas pasokan misalnya sekian ton atau sekian unit per tahun atau bisa juga pembatasan ini diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk yang jumlahnya langsung dibatasi itu (Salvatore, 1997:316).

2.2.9.3 Dampak-dampak Pemberlakuan Kuota Impor

Kuota Impor dapat digunakan untuk melindungi sektor industri domestik tertentu atau bisa juga untuk melindungi sektor pertanian. Kuota impor juga sering dimanfaatkan untuk melindungi neraca pembayaran suatu negara. Di negara berkembang menerapkan hal ini demi untuk melindungi sektor industri manufakturnya juga untuk melindungi kondisi neraca pembayarannya yang acap kai dirundung defisit akibat lebih besarnya impor ketimbang ekspornya (Salvatore, 1997:3 ) .

2.2.10 .Produk Domestik Bruto ( PDB )

Produk Domestik Bruto senantiasa di pakai sebagai alat pengukur pendapatan nasional dan juga sebagai gambaran dari kemajuan perekonomian suatu barang penting untuk di pikirkan bahwa menghasilkan seluruh barang dan jasa di suatu negara itu, Bukanlah mutlak hanya warna Negara itu sendiri tetepi juga orang asing.

Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh berbagai untuk produksi di wilayah suatu negara dalam waktu jangka setahun menurut pendekatan pendapatan .


(57)

Produk dommestik bruto adalah jumlah balas jasa yang di terima oleh faktor-faktor yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu Negara dalam jangka waktu satu tahun, Adapun menurut pendekatan pengeluaran .

Produk Domestik Bruto adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir . ( Arsyat , 1992 :16 ) .

Produk Domestik Bruto Merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan di nyatakan dalam harga pasar produk domestik ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat pengukuran yang tepat , karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat sesungguhnya .

Pendapatan Nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang di gunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam satu tahun tertentu (Sukirno, 1998 : 34).

Produk Nasional Bruto atau GNP di definisikan sebagai arus seluruh produk yang di hasilkan oleh seluruh masyarakat , dan di nyatakan dalam nilai uang , GNP mencakup nilai uang dari konsumsi (C) , investasi swasta bruto (1) . Pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (G) , serta export neto (X) .

Rumusnya

GNP = C + I + G + X ( Samuelson dan Nourdhaus 1997 : 119 ). Dimana :

A. Konsumsi (C) adalah pengeluaran konsumsi rumahb tangga untuk barang dan jasa .

B . Investasi Bruto (I) adalah seluruh jumalah investasi yang di lakukan sebelum di kurangi dari penyusutan dari barang-barang modal penyisihan


(58)

untuk penyusutan modal , yang termasuk ke dalam investasi bruto adalah seluruh mesin , pabrik , dan rumah yang di bangun selama 1 tahun , walaupun sebagian merupakan penggantian barang modal lama yang di buang ke tempat sampah .

C .Pengeluaran pemerintah (G) di sini mencakup semua pengeluaran pemerintah untuk upah gaji pegawai negeri di tambah dengan biaya pembelian barang-barang .

D . Ekspor Net (X) adalah selisih antara ekspor dan impor barang serta jasa . (Samuelson dan Nordhaus , 1997 : 113 ) .

Dengan adanya pembentukan dan penggunaan dari hasil tersebut , terwujutlah suatu arus yang disebut sebagai peredaran atau sirkulasi pendapatan nasional maka jumlah uang beredar (JUB) akan meningkat (Iswardono , 1994 : 3 ) .

2.3 Kerangka pikir

Jumlah uang beredar, tidak boleh terlalu berlebih ataupun kurang. kontrol terhadap jumlah uang yang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi, serta kontrol terhadap kegiatan kredit. Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat penting artinya untuk mengurangi atau menekan tingkat inflasi. (Judisseno, 2002:21)

Pada dasarnya Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh banyak faktor namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada faktor-faktor antara lain :Kurs Valuta Asing, Investasi, Impor dan Produk Domestik Bruto Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara variable maka dapat di jelaskan dalam uraian sebagai berikut :


(59)

1 .Kurs valuta asing

Perkembangan moneter di tandai oleh melonjaknya besar-besaran bidang moneter akibat melemahnya nilai tukar rupiah khususnya terhadap dollar Amerika dan merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan . Selain itu juga peningkatan kebutuhan rupiah sebagai akibat tingginya kenaikan tingkat harga. Kondisi tersebut mendorong masyarakat memilih alat pembayaran memilih alat pembayaran yang paling likuid yaitu uang kartal ( uang kertas dan logam ) .

2. Investasi

Dengan adanya hubungan yang penting antara skedul permintaan Investasi menghubungkan tingkat pembelanjaan investasi dengan permintaan akan uang. Mengakibatkan adanya hubungan positif dengan jumlah uang beredar. Apabila investasi naik maka mengakibatkan modal dalam negeri menjadi naik.Dengan adanya kenaikan modal dalam Negeri maka akan membuka kesempatan kerja baru, dan dengan banyakny tenaga kerja yang terserap maka pendapatan masyarakat juga akan meningkat dan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat tentu akan meningkatkan konsumsinya hal inilah yang nantinya akan menyebabkan meningkatnya Jumlah Uang Beredar. (Samuelson dan Nordhaus,2004:145)

3.Impor

Dengan kata lain , Apabila Impor menurun maka kurs valas akan meningakat, sehubungan dengan di lakukannya kebijakan salah satunya melalui devaluasi (penurunan mata uang asing), valuta asing diperlukan untuk melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Makin tinggi tingkat pertumbuhan


(60)

pendapatan (relatif terhadap negara lain), makin besar kemampuan untuk impor makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun. dengan hal ini maka menyababkan jumlah uang beredar akan meningkat .

4.Produk Domestik Bruto

Dengan meningkatnya produk domestik bruto, secara tidak langsung pendapatan nasional akan meningkat maka JUB di masyarakat akan meningkat juga . Artinya apabila pendapatan nasional cukup tinggi maka keinginan untuk melakukan konsumsi juga semakin tinggi , yang berdampak pada meningkatnya jumlah uang yang beredar . Pengaruh dengan Kurs Valuta Asing , Investasi , Impor , dan produk domestik bruto terhadap jumlah uang beredar di gambarkan dalam bagan kerangka pemikiran .

Gambar 7 : Kerangka Konseptual Paradigma Penelitian

Sumber : Peneliti Kurs valuta asing

(X1) Investasi (X2) Impor (X4) Permintaan terhadap rupiah Jumlah permintaan barang Kurs Valas/Kurs Rupiah terhadap dollar Jumlah Uang Beredar (Y) Produk Domestik Bruto (X5) Konsumsi barang dan jasa


(61)

2.4 Hipotesis

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan kerangka pikir diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

1. Di duga bahwa Kurs Valuta Asing, Investasi, Impor dan Produk DomestiK Bruto sebagai variable bebas mempunyai pengaruh terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.

2. Di duga bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi Jumlah uang beredar Adalah Kurs Valuta Asing .


(62)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel “penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris.”

Sedangkan definisi pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, antara lain terdiri dari :

a. Variabel tidak bebas atau variabel terikat

1. Jumlah Uang Beredar (Y)

Yang di maksud dengan uang beredar adalah jumlah uang yang ada ditanggan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasi”Quasi money” (M3) dengan satuan Milyar Rupiah

b. Variabel bebas atau variabel tidak terikat

1. Kurs valuta asing (X1)

Kurs valuta asing adalah sebagai harga sifatnya sama saja dengan pembentukan harga barang-barang yaitu pembentukannya kekuatan permintaan dan penawaran dan permintaan .

2. Investasi (X2)

Investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal dan perlengkapan produksi untuk membeli


(63)

barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian, yang di nyatakan dalam Milyar Rupiah.

3. Impor (X3)

Impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah kedalam peredaran dalam masyarakat yang di bayar dengan menggunakan valuta asing , dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengn cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dan di luar negeri .

4. Produk Domestik Bruto (X4)

Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa akhir yang di

hasilkan oleh berbagai berbagai produksi di wilayah Indonesia dalam jangka waktu satu tahun yang menurut harga berlaku , variable ini di nyatakan dalam satuan miliar rupiah .

3.2. Teori Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berkala (Times Series Data) dalam periode tahunan selama 15 tahun yaitu dari tahun 1994-2008.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang bisa dikumpulkan atau diperoleh dari instansi yang


(64)

ada hubungannya dengan penelitian ini atau data yang sudah terlampir dan bisa diambil dari instansi yang bersangkutan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari : a. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur

b. Bank Indonesia cabang Surabaya c. Departemen yang terkait

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan dengan :

a. Study kepustakaan

Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur-literatur yang sesuai dengan usaha penelitian ini.

b. Study lapangan

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan, pencatatan terhadap obyek atau masalah yang diteliti. Study lapangan ini dilaksanakan guna menunjang pengumpulan data yang diperoleh untuk diolah dan dianalisis. Dalam hal ini adalah Bank Indonesia cabang Surabaya. Bank Umum dan Badan Pusat Statistik Jawa Timur melalui studi kepustakaan.


(65)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan dari usulan penelitian ini, maka digunakan suatu model regresi linier berganda. Analisis regresi merupakan alat analisis yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Bentuk model tersebut adalah :

Y = β0 + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4+ μi...(Sudrajat, 1988 : 112)

Dimana :

Y = Jumlah uang beredar X1 = Kurs valuta asing X2 = Investasi

X3 = Impor

X4 = Produk domestik bruto

β0 = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

μi = Variabel pengganggu, merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat mempengaruhi penyaluran kredit usaha kecil, namun tidak dimasukkan dalam model karena diasumsikan sama dengan nol. Sedangkan untuk mengetahui model analisis tersebut cukup layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat,


(66)

maka perlu diketahui nilai-nilai koefisien determinasi dengan menggunakan rumus :

JK regresi R2 =

JK total (Sudrajad, 1988 : 84)

Dimana :

R = Koefisien determinasi JK = Jumlah kuadrat

JK Regresi = b1∑yiX1 + b2∑y2X2 + b3∑yiX3 +... bn∑ynXn JK total = ∑yi2 atau ∑yi – (∑y)2

n Jadi :

b1∑yiX1 + b2∑y2X2 + b3∑yiX3 R2 =

∑yi2 (Sudrajad, 1988 : 84) Karakteristik utama dari R2 adalah :

1. Tidak mempunyai nilai negatif

2. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Dimana kecocokan model dikatakan “lebih baik” jika R2 semakin dekat dengan 1.

3. Salah satu sifat penting dari R2 adalah bahwa nilai tadi merupakan fungsi yang tidak pernah menurun (noncreasing function) dari banyaknya variabel yang menjelaskan yang ada dalam model seiring dengan meningkatnya jumlah variabel yang menjelaskan, R2 hampir selalu meningkat dan tak pernah menurun. (Gujarati, 1995 : 101).


(67)

3.4.2. Uji Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji hipotesisnya menggunakan cara sebagai berikut :

a. Uji F (secara simultan)

Untuk menguji hubungan regresi antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), maka digunakan uji F.

Pengujian ini ditentukan dengan rumus :

KT regresi ... (Sudrajad, 1988 : 123)

F hitung =

KT Galat

Dengan derajat bebas = (k, n-k-1) Keterangan :

K = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel

KT = Kuadrat tengah Galat = Error (Residual)


(68)

Kriteria uji F akan ditunjukkan pada gambar

Gambar 8

Daerah Kritis H0 melalui kurva distribusi F

Sumber : Gujarati, Damodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain. 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta hal 80

H0 = β1= β2= β3= β4 = 0 (tidak ada pengaruh) H0 = β1≠ β2≠ β3≠ β4 ≠ 0 (ada pengaruh) Kaidah keputusannya adalah :

1. Jika F hitung≤ F tabel, maka H0 diterima 2. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak

b. Uji t

Digunakan untuk menguji hubungan regresi secara terpisah dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya dengan persamaan sebagai berikut :

βi t hitung =

Se(βi) ...(Sudrajad, 1988 : 122) Derajat bebas = (n-k-1)

Dimana :

Daerah tolak H0


(69)

βi = Koefisien regresi Se = Standar error n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel bebas

Kriteria uji t akan ditunjukkan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 9

Daerah kritis H0 melalui kurva distribusi t

-t hitung - t tabel t tabel

Sumber : Gujarati, Damodar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain. 1999, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta hal 116

H0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh nyata)

Hi : βi ≠ 0 (ada pengaruh nyata)

Kaidah keputusannya adalah :

1. H0 diterima jika -thitung ≤ ttabel, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2. H0 ditolak jika --ttabel < thitung > ttabel, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.5. Uji Asumsi Klasik (BLUE)

Persamaan regresi yang dipergunakan haruslah bersifat BLUE, yang artinya pengambilan melalui uji F atau uji t tidak boleh bias. Untuk

Daerah tolak H0

Daerah terima H0

Daerah tolak H0


(1)

dan pemanfaatan impor tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan dan kalau dibiarkan akan menjadi kendala bagi produksi dalam negeri dimana import akan menjadi pesaing dan menurunkan produksi dalam Negeri.

Produk Domestik Bruto berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah Uang Beredar. Hal ini disebabkan karena kemudahaan bagi kalangan pengusaha dan iklim yang kondusif didalam hal pengembangan dan meningkatkan produktifitas usaha sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat dan akan mempengaruhi Jumlah Uang Yang Beredar.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Kurs Valuta Asing (X1), Investasi (X2), Import (X3)

dan Produk Domestik Bruto (X4) terhadap variabel terikatnya Jumlah Uang

Beredar (Y) diperoleh F hitung = 62,608 > F tabel = 3,48 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Jumlah Uang Beredar.

2. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valuta Asing (X1) terhadap

Jumlah Uang Beredar (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 4,910 > t tabel = 2,228, maka Ho ditolak dan Ha diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Kurs Valuta Asing (X1) berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Uang Beredar (Y).

Hal ini disebabkan karena untuk menjaga kestabilan harga dalam Negeri, maka otoritas moneter melalui kebijakannya di harapkan dapat menjaga kestabilan rupiah terhadap dollar dalam batas yang wajar dan aman.

3. Pengujian secara parsial atau individu Investasi (X2) terhadap Jumlah Uang


(3)

= 2,443 > t tabel = 2,228, maka Ho ditolak dan Ha diterima, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Investasi (X2) berpengaruh secara

nyata positif terhadap Jumlah Uang Beredar (Y). Hal ini disebabkan sudah banyak pembinaan dan iklim terhadap para pelaku Usaha yang berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha, banyaknya sarana promosi, jaringan pemasaran baik industri kecil dan menengah agar semakin banyak jumlah unit usaha yang didirikan sehingga akan banyak menyerap tenaga kerja sehingga akan mempengaruhi Jumlah Uang Beredar.

4. Pengujian secara parsial atau individu Impor (X3) terhadap Jumlah Uang

Beredar (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = -1,246 < t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan Ha ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Impor (X3) tidak berpengaruh secara

nyata terhadap Jumlah Uang Beredar (Y). Hal ini disebabkan karena adanya peraturan pemerintah untuk mengatasi atau mengawasi barang Impor yang masuk dimana jumlah dan pemanfaatan Impor tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan dan kalau dibiarkan akan menjadi kendala bagi produksi dalam negeri dimana Impor akan menjadi pesaing dan menurunkan produksi dalam negeri.

5. Pengujian secara parsial atau individu Produk Domestik Bruto (X4)

terhadap Jumlah Uang Beredar (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 8,710 > t tabel = 2,228, maka Ho diterima dan


(4)

87

Ha ditolak pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Produk Domestik Bruto (X4) berpengaruh secara nyata terhadap Jumlah Uang

Beredar (Y). Hal ini disebabkan karena kemudahaan bagi kalangan pengusaha dan iklim yang kondusif di dalam hal pengembangan dan meningkatkan produktifitas usaha sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat dan akan mempengaruhi Jumlah Uang Yang Beredar.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Hendaknya pemerintah mengurangi ketergantungan Impor dan hutang luar Negeri.

2. Otoritas moneter secara lebih intensif melakukan kontrol dalam mengendalikan Jumlah Uang Yang Beredar.


(5)

Anonim, 2001, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta Boediono,1985, Pengantar Ilmu Ekonomi, edisi keempat, BPFE, Yogyakarta 1990, Ekonomi Moneter, edisi ke tiga, BPFE-UGM, yogyakarta

1998, Ekonomi Moneter, edisi ke-3, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta Chandler, Lester, 1990, Ekonomi Uang dan Bank, edisi kesembilan, Penerbit

Erlangga,Jakarta.

Denda Wijaya, Lukman, 2003, Manajemen Perbankan,Cetakan kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

Gozali, 2001, Aplikasi Analisis Multivariabel Dengan Program SPSS, Semarang: BP-UNDIP

Gujarati Damodar, 1995, Basic Econometrics, Third Edition, MC Graw-Hill Iswardono, 1991, Uang dan Bank, edisi IV, BPFE-UGM, Yogyakarta

1996, Uang dan Bank, edisi IV, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta 1997, Uang dan Bank, Cetakan Kelima, BPFE-UGM, Yogyakarta Judisseno, Rimsky K, 2002, Sistem Moneter dan Perbankan Indonesia, Gramedia

Pustaka Tama, Jakarta

Lipsey R. dkk, 1990, Pengantar Makro Ekonomi, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Manulang,1980,Ekonomi Moneter, Penerbit Ghalia Indonesia

Manurung, Mandala; Pratama Rahardjo, 2004, Uang, Perbankan dan Ekonomi

Moneter (Kajian Konseptual Indonesia) Penerbit FE UI, Jakarta

Nopirin, 2000,Ekonomi Moneter,Buku II, Cetakan Kesepuluh, BPFE-UGM, Yogyakarta

Samuelson, Nordharus, 2004, Ilmu Makro Ekonomi, Edisi Tujuh Belas, Penerbit PT Media Global Edukasi, Jakarta.


(6)

Sasana, Hadi, 2006, Jurnal Ventura “Analisis Variabel Ekonomi Yang

Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar Di Indonesia”, Vol 9, no1

Siamat Dahlan, 1995, Manajemen Lembaga Keuangan, Cetakan Pertama, Penerbit CV. Intermedia, Jakarta

Sihombing, Anton, 1990, Ekonomi Moneter: Pengantar Jurnalis Manajemen

untuk Perbankan, Penerbit LPPI, Jakarta

Simorangkir, 1991, Manajemen Perbankan, Cetakan ketujuh, penerbit Aksara Persada Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah, 1991, Uang dan Bank, Cetakan ketiga, Penerbit CV Intermedia, Jakarta

Sudrajat, 1988, Mengenal Ekonometrika Pemula, Cetakan Kedua, Penerbit CV Armico, Bandung

Sukirno, Sadono, 1985, Ekonomi pembangunan, Jakarta: LPFE 2000, Makro

Ekonomi Modern, Penerbit PT Corafindo Persada, Jakarta

Suparmoko, 2000, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik Edisi Kelima, BPFE.Yogyakarta

Susilo, dkk, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan lain, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suroso, 1993, Perekonomian Indonesia, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suyatno, dkk, 1997, Kelembagaan Perbankan, edisi kedua, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suyatno, Thomas, 1991, Kelembagaan Perbankan, edisi kedua, Penerbit Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.