Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stimulasi Senam Otak (Brain Gym) pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Studi Kasus pada Anak ADHD T1 462012084 BAB II

(1)

8 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Perkembangan Anak

2.1.1 Pengertian Perkembangan

Menurut Santrock dalam Soetjiningsih (2012) perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan dan terus berlanjut disepanjang rentang kehidupan individu. Menurut Harlimsyah (2007) perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan). Sedangkan menurut Wong (2000) mengatakan bahwa perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).


(2)

2.1.2 Ciri-ciri Perkembangan

Berikut ciri-ciri perkembangan menurut Soetjiningsih (1995) :

2.1.2.1 Perkembangan merupakan proses yang bersifat continue (berkelanjutan) dari konsepsi sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak didalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana perkembangan dapat mudah diamati.

2.1.2.2 Dalam periode tertentu ada masa percepatan atau masa perlambatan. Tiga masa pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.

2.1.2.3 Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda.

2.1.2.4 Perkembangan dipengaruhi kematangan sistem saraf pusat. Bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut.


(3)

2.1.2.5 Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal (perkembangan dari atas ke bawah).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

2.1.3.1 Faktor Internal (alami)

Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi dari dalam individu itu sendiri (Perry & Potter, 2005).

a. Genetika/Herediter

Faktor herediter merupakan faktor turunan secara genetik dari orang tua kepada anak. Contoh herediter adalah jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya identitas dan kecepatan dalam pembelahan berhentinya pertumbuhan tulang (Hidayat & Aziz, 2005).

b. Pengaruh Hormon

Pengaruh hormon terjadi sejak masa pranatal, yaitu pada usia 4 bulan. Hormon yang paling berpengaruh adalah hormon somatotropin. Kemudian kelenjar tiroid yang menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak (Nursalam dkk, 2005).


(4)

c. Temperamen

Temperamen ditandai dengan alam perasaan psikologis dimana anak dilahirkan dan termasuk dalam tipe perilaku yang mudah, lambat, hangat atau sulit. Hal tersebut berpengaruh pada interaksi antara individu dan lingkungan (Kozier, 2004).

2.1.3.2 Faktor Eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal merupakan faktor yang diperoleh dari luar individu.

a. Keluarga

Keluarga memberi pengaruh melalui nilai, kepercayaan, adat istiadat dan pola spesifik dari interaksi dan komunikasi (Perry & Potter, 2005).

b. Kelompok dan Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya memberi pelajaran lingkungan yang baru dan berbeda dalam hal interaksi dan komunikasi serta perilaku (Kozier, 2004).

c. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu berkembang dengan


(5)

mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada kebutuhan yang perlu dipelajari (Perry & Potter, 2005).

d. Kesehatan Lingkungan

Tingkat kesehatan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungan dan respon orang lain pada individu tersebut. Sehingga proses perkembangan dapat terganggu bila kesehatan lingkungan tidak kondusif (Perry & Potter, 2005).

e. Nutrisi

Nutrisi yang adekuat mempengaruhi apa dan bagaimana kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dipenuhi (Nursalam dkk, 2005).

f. Istirahat, Tidur dan Olahraga

Keseimbangan antara istirahat atau tidur dan olahraga merupakan hal yang penting untuk memudahkan tumbuh dan berkembang. Gangguan yang menghambat pertumbuhan, sedangkan keseimbangan mendorong kesehatan fisiologi dan psikologi (Perry & Potter, 2005).


(6)

g. Status Kesehatan

Sakit atau cedera yang berkepanjangan bisa menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi dan menjawab kebutuhan dan tugas tahap perkembangan (Hidayat & Aziz, 2005).

h. Iklim dan Cuaca

Iklim atau cuaca menjadi salah satu faktor tumbuh kembang anak. Pada musim tertentu, makanan bergizi dapat mudah diperoleh, atau sebaliknya justru menjadi sulit (Hidayat & Aziz, 2005).

2.1.4 Gangguan Pada Anak

Gangguan atau kelainan dimasa anak-anak berpotensi terjadi pada usia 0-12 tahun pada dasarnya, tiap-tiap tahap perkembangan yang berbeda-beda, tergantung pada fase perkembangan yang dialami setiap usia anak (Fadhli A, 2010).

Pada usia sekolah dimana aktivitas anak mencapai puncaknya, sangat tinggi kemungkinan terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan motorik. Gangguan perkembangan lain yang muncul pada masa anak antara


(7)

lain gangguan bicara, keterlambatan mental, autis, lambat belajar dan gangguan pamusatan perhatian Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Fadhli A, 2010).

Masa anak-anak merupakan masa emas untuk mempersiapkan seorang individu menghadapi tuntutan zaman sesuai potensinya. Jika terjadi gangguan perkembangan, apapun bentuknya, deteksi sedini mungkin merupakan kunci penting keberhasilan program intervensi atau koreksi atas gangguan yang terjadi. Semakin dini gangguan terdeteksi, maka semakin tinggi pula kemungkinan tercapainya tujuan intervensi (Fadhli A, 2010).

2.2 Konsep Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

2.2.1 Pengertian

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak. ADHD merupakan gangguan perkembangan yang mengakibatkan


(8)

ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relatif tidak mampu menahan diri bahkan benar-benar tidak bisa menunggu (Martin G.L, 2008).

2.2.2 Tipe dan Gejala ADHD

2.2.2.1 Tipe Hiperaktivitas-impulsif

Anak dengan tipe ini menunjukkan kelakuan yang agresif, perilaku yang aneh, tanpa rasa bersalah atau tidak disukai, dan berprestasi buruk di sekolah. Mereka akan menunjukkan pengendalian diri yang lemah dan impulsifvitas yang lebih besar. Anak hiperaktif lebih berisik, kacau, berantakan, tidak tanggung jawab, dan tidak matang (Martin G.L, 2008).

2.2.2.2 Kurang Memperhatikan, Mudah Mengalami Gangguan

Anak-anak yang kurang perhatian yang dominan tidak acuh cenderung cemas, malu, menarik diri dari pergaulan, agak kurang disukai, buruk dalam olahraga, dan memiliki prestasi akademik


(9)

buruk. Anak dengan tipe ini digambarkan seorang yang pemalas dan sering tenggelam dalam pikirannya sendiri, apatis dan lesu. Ia kurang agresif, impulsif dan hiperaktif di rumah maupun di sekolah dan lebih sedikit memiliki masalah dalam pergaulan (Martin G.L, 2008).

2.2.2.3 Kombinasi

Anak pada tipe ini memiliki sebagian besar manifestasi perilaku tidak acuh, seperti kegagalan untuk fokus dalam hal-hal detail, kesalahan-kesalahan yang ceroboh, dan mudah terganggu oleh stimulus-stimulus luar. Selain itu anak suka menggerakkan tangan dan kaki, tidak tahan duduk berlama-lama dan selalu sibuk, mengganggu orang lain serta tidak sabar menunggu giliran. Perilaku-perilaku tersebut diatas sering terjadi di lingkungan sekolah, tempat ibadah dan tempat berbelanja seperti halnya di rumah (Martin G.L, 2008).


(10)

2.2.3 Teori-teori Penyebab ADHD

Penyebab utama munculnya gejala ADHD belum ditemukan pasti, namun menurut Martin G.L (2008) terdapat beberapa gagasan yang menjelaskan penyebab ADHD.

2.2.3.1 Faktor Keturunan dan Neurologis

Keturunan adalah faktor tunggal yang dipercaya sebagai nominator umum pada anak ADHD. Anak-anak yang mengidap ADHD empat kali lebih mungkin memiliki satu dara kandung dan orangtua yang juga mengidap ADHD daripada anak normal.

2.2.3.2 Cedera Otak

ADHD diperkirakan terjadi sebagai efek dari infeksi, luka berat, cedera, atau komplikasi lainnya yang terjadi pada otak selama masa kehamilan atau persalinan. Kerusakan pada otak dapat menyebabkan gejala hiperaktivitas, ketiadaan perhatian dan impulsivitas.

2.2.3.3 Kematangan Otak yang Tertunda

Perilaku sosial anak-anak ADHD yang tidak matang sering ditemukan pada


(11)

pemeriksaan-pemeriksaan neurologis, dan terdapat kesamaan antara kurang perhatian, pengendalian impuls, dan pengaturan diri anak ADHD dan anak normal. Gagasan diatas belum ada bukti neurologi yang mendukung sehingga sifatnya masih hipotesis.

2.2.3.4 Penyakit Medis

Penyakit bisa menyebabkan perhatian yang buruk dengan cara yang tidak spesifik. Penyakit-penyakit tertentu yang telah dihubungkan dengan gejala-gejala ADHD mencakup kekurangan zat besi, anemia, hipertiroidisme, cacing kremi, hipoglisemia dan petit mal epilepsy.

2.2.3.5 Obat-obatan

Obat yang dikonsumsi juga bisa memicu gejal-gejala ADHD, contohnya mencakup anti konvulsan, seperti fenobarbital dan dilantin, serta obat-obat penenang yang bisa mengurangi pemusatan perhatian dan konsentrasi. Jenis-jenis obat asma, flu atau alergi juga bisa bertindak sebagai penenang. Meskipun obat-obat tersebut tidak menjadi penyebab utama ADHD, namun jika


(12)

mengonsumsi seperti obat alergi dan obat epilepsi bisa mengakibatkan ketiadaan perhatian.

2.2.3.6 Merokok

Risiko ADHD lebih tinggi pada bayi yang ibunya merokok selama masa kehamilan. Ibu yang merokok mungkin sedang mengalami gangguan perhatian, oleh karena itu risiko ADHD yang meningkat pada keturunannya bisa terjadi karena pengaruh genetis bukan karena merokok.

2.2.3.7 Bahan Tambahan Pada Makanan

Pada tahun 1974 Dr. Benjamin Feingold, seorang dokter ahli alergi anak, mengatakan bahwa separuh lebih dari semua hiperaktivitas disebabkan oleh zat pewarna, perasa buatan dan MSG (Monosodium Glutamat). Namun belum terdapat bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak normal dapat mengidap ADHD dengan mengonsumsi zat-zat tersebut.

2.2.4 Patofisiologi

Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area kortek frontal, seperti


(13)

frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu atau lebih seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD (Tanoyo D.P, 2015).

Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari, serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek berfungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain (Tanoyo DP, 2015).

Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”dis-inhibitor disorder” seperti


(14)

perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut (Tanoyo D.P, 2015).

Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan aktivasi. Selama pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga menunjukkan aktivitas yang melemah pada korteks prefrontal inferior kanan dan kaudatum kiri. Neurotransmiter utama yang teridentifikasi lewat fungsi lobus frontal adalah katekolamin (Tanoyo D.P, 2015).


(15)

2.2.5 Penatalaksanaan ADHD

Terapi umum pada anak ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan non farmakologi seperti konseling, terapi perilaku dan stimulasi senam otak (brain gym) yang berguna untuk meringankan efek gejala ADHD (Tanoyo D.P, 2015).

2.2.5.1 Farmakologi

Obat-obat yang paling umum digunakan untuk terapi ADHD di Indonesia yaitu Methilphenidate dan Dekstroamfetamin. Obat ini bersifat psikostimulan yang dapat memperbaiki gejala-gejala inti. Namun obat ini hanya bekerja dengan waktu terbatas. Jika penggunaan jangka panjang dapat berfungsi 6-12 jam dan jangka pendek hanya 4 jam. Karena fungsi obat bertahan dalam jangka pendek, maka obat ini bersifat ketergantungan dalam penggunaannya (Tanoyo D.P, 2015)

2.2.5.2 Non Farmakologi

Terapi non farmakologi adalah terapi yang digunakan untuk menangani anak ADHD tanpa


(16)

menggunakan obat-obatan. Berikut ini beberapa terapi non farmakologi pada anak ADHD menurut Tanoyo D.P (2015) :

2.2.5.2.1 Terapi Konseling

Terapi konseling atau yang biasa disebut psikoterapi adalah terapi yang dilakukan oleh seorang dokter spesialis, psikiater maupun tenaga ahli di bidangnya. Terapi ini sangat bermanfaat karena dapat mengurangi perilaku negatif pada anak tersebut. Namun terapi ini sangat membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena ditangani oleh tenaga ahli dibidangnya secara langsung.

2.2.5.2.2 Terapi Perilaku

Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi konflik orang tua dan anak serta mengurangi ketidakpatuhan anak. Terapi ini dilakukan oleh orang tua dan dapat melibatkan psikolog atau dokter spesialis tumbuh kembang anak, dan pekerja sosial. Terapi ini juga dapat


(17)

membantu menormalisasi gangguan dan membantu penderita agar fokus pada informasi umum.

2.2.5.2.3 Stimulasi Senam Otak/Brain Gym

Penanganan terpenting untuk ADHD adalah edukasi dan pelatihan (edu feed back). Hal tersebut dibutuhkan bertujuan agar keluarga memahami dengan benar penyebab, gejala dan penanganannya. Salah satu contoh edukasi yang diberikan ke keluarga dan anak adalah dengan memberikan stimulasi senam otak (brain gym).

Memberikan stimulasi senam otak pada anak ADHA sangat bermanfaat, selain mudah dilakukan dimana saja, penerapan stimulasi brain gym juga tidak membutuhkan biaya. Jadi, orang tua diharapkan mampu menerapkan stimulasi tersebut kepada anaknya.


(18)

2.3 Konsep Senam Otak (Brain Bym)

2.3.1 Pengertian Senam Otak (Brain Gym)

Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan pertama kali digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology Foundation (Edu-K), USA untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak dan aktivitas gerakan-gerakan guna menarik keluar seluruh potensi seseorang (Dennison PE & Dennison GE, 2002).

2.3.2 Mekanisme Brain Gym

(Dennison PE & Dennison GE, 2002) mengatakan bahwa, otak dibagi ke dalam 3 fungsi yakni, dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan belakang), serta dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan bervariasi, diantaranya yaitu :

2.3.2.1 Dimensi Lateralitas

Tubuh manusia dibagi dalam sisi kanan dan sisi kiri. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kiri atau


(19)

kanan, dan juga untuk integrasi ke dua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh untuk bekerja di bidang tengah. Bila keterampilan ini sudah dikuasai, orang akan mampu memproses linear, simbolis tertulis (misalnya tulisan), dengan dua belahan otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau kanan ke kiri, yang merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik.

Ketidakmampuan untuk menyebrangi garis tengah mengakibatkan ketidakmampuan belajar (learning disabled) seperti sulit menulis dan cenderung menulis huruf terbalik (disgrafia) dan sulit membaca (disleksia). Beberapa gerakan untuk dimensi ini adalah Lazy Eight’s dan The Elephant (Dennison PE & Dennison GE, 2002).

2.3.2.2 Dimensi Pemfokusan

Pemfokusan adalah kemampuan menyebrangi “garis tengah partisipasi” yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Informasi diterima oleh otak bagian


(20)

belakang (batang otak atau brainstem) yang merekam semua pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian depan utnuk diekspresikan sesuai tuntutan dan keinginannya.

Ketidaklengkapan perkembangan refleks menghasilkan ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam proses belajar. Sebagai contoh anak yang mengalami fokus-kurang (underfocused) seperti “kurang perhatian”, “kurang pengertian”, dan “hiperaktif”. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah burung hantu (Dennison PE & Dennison GE, 2002).

2.3.2.3 Dimensi Pemusatan

Pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian dan bawah otak, bagian tengah sisten limbis (midbrain) yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar (cerebrum) untuk berpikir abstrak. Apa yang dipelajari benarbenar harus dapat dihubungkan dengan perasaan dan


(21)

memberi arti (Dennison PE & Dennison GE, 2002).

Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh bereaksi “berjuang atau melarikan diri” atau ketidakmampuan untuk merasakan atau menyatakan emosi. Gerakan yang membuat sistem badan menjadi relaks dan membantu untuk mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau bertumpu pada dasar yang kokoh (Dennison PE & Dennison GE, 2002).

2.3.3 Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym

Gerakan-gerakan senam otak sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana dan kapan saja oleh siapa saja. Waktu latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit. Bila melakukan senam otak untuk kemampuan tertentu dan sering, maka dapat memperbaiki perilaku atau prestasi. Sebagian orang akan mengakui bahwa senam otak sangat membantu dalam waktu singkat untuk mencapai perilaku tertentu (Dennison PE & Dennison GE, 2002).


(22)

2.3.4 Tahap-tahap dalam Pelaksanaan Brain Gym

2.3.4.1 Persiapan

Sebelum melakukan brain gym pada anak ADHD perlu dilakukan beberapa persiapan seperti termasuk didalamnya membuat kontrak waktu dengan orangtua maupun anak tersebut dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan brain gym seperti air putih, kursi dan lain-lain.

2.3.4.2 Orientasi

Strategi komunikasi yang baik dengan orang tua dan anak ADHD sangat dibutuhkan sebelum pelaksanaan brain gym, karena melalui komunikasi peneliti dapat membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud tujuan diadakannya pelaksanaan brain gym pada anak ADHD dan menanyakan kesiapan anak tersebut. 2.3.4.3 Tahap Kerja

Sebelum memulai senam otak harus menjalani tahap PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan untuk dapat belajar dan berfikir dengan menggunakan seluruh otak. PACE merupakan singkatan dari Positif, Aktif, Clear (jelas) dan


(23)

Energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus memulainya dengan energetis (minum air), clear (melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat rileks) dan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang lain.

a. E (Energetis), Minum Air Putih

Air mempunyai banyak fungsi dalam tubuh untuk menunjang belajar anak dan orang dewasa. Sebelum melakukan senam otak, anak atau siapapun harus minum air putih secukupnya untuk meningkatkan konsentrasi dan stamina dalam mengikuti senam otak. b. C (Clear), Memijat Saklar Otak

Cara melakukan gerakan ini, adalah letakkan satu tangan di atas pusar, dengan ibu jari dan jari-jari tangan yang lain. Raba kedua lekukan di antara rusuk tepat di bawah tulang selangka dan kirakira 2-3 cm kiri kanan dari tulang dada. Pijat daerah ini selama 30 detik sampai 1 menit, sambil melirik mata dari kiri ke kanan dan sebaliknya.


(24)

c. A (Aktif), Melakukan Gerakan Silang

Dalam gerakan silang ini, anak menggerakkan secara bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di tempat. Gerak Silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyebrangan garis tengah bagian lateral tubuh. Lakukan latihan beberapa kali dalam sehari selama 2-3 menit. Mulailah dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan bagian tubuh mana yang bergerak dan tidak bergerak. Gerakan Silang mengaktifkan otak untuk garis tengah penglihatan, pendengaran, kinestetik, perabaan, sentuhan, gerakan mata dari kiri ke kanan, dan meningkatkan kebersamaan penglihatan kedua mata (binokular).

d. P (Positif), Melakukan kiat Rileks

Merupakan gerakan yang menghubungkan lingkungan elektris ditubuh dalam kaitannya dengan pemusatan perhatian dan kekacauan energi. Gerakan ini bisa dilakukan dengan


(25)

menyilangkan pergelangan kaki kiri ke atas kaki kanan, kemudian menjulurkan tangannya ke depan dan menyilangkan pergelangan tangan kirinya ke atas tangan kanan, lalu menjalin jari-jari, menarik kedua tangan dan meletakkan didada. Sambil menutup mata bernafas dalam dan relaks selama 1 menit. 2.3.4.4 Tahap Inti (Melakukan Gerakan Brain Gym)

Gerakan-gerakan senam otak meliputi gerakan menyeberangi garis tengah (the midline movement), gerakan meregangkan otot (lengthening activities), dan gerakan meningkatkan energi dan sikap penguatan (energy exercise and deeping attitudes). Gerakan senam otak yang sederhana dan menyenangkan bisa dilakukan pada saat bekerja dan bermain serta dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan masalah anak ADHD.


(26)

Tabel 2.3 Gerakan Senam Otak

Cross crawl (gerakan silang)  Untuk mengaktifkan indera

kinestetik, sentuhlah tiap tangan ke lutut dari depan yang berlawanan dan tumit dari belakang berlawanan yang berlawanan pula.

 Kemampuan akademik:

mengeja, menulis,

mendengarkan, membacar dan memahami/mengerti.

 Perilaku dan sikap tubuh: meningkatkan koordinasi

kiri-kanan, memperbaiki

pernapasan dan stamina, koordinasi dan kesadaran tentang ruang gerak serta memperbaiki pendengaran dan penglihatan.


(27)

Lazy eight's ( 8 Tidur)  Gerakan tangan mulai dari titik

tengah ke arah atas, melingkar ke kiri bawah naik ke titik tengah lagi dan terus ke kanan atas, berputar ke kanan bawah, kembali ke titik tengah, demikian seterusnya.

 Kemampuan akademik:

mekanisme membaca,

pengenalan simbol dan pengertian membaca.

 Perilaku dan sikap tubuh: melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada saat memusatkan perhatian, meningkkatkan kedalaman persepsi, pemusatan keseimbangan dan koordinasi.


(28)

The Elephant (Gajah)  Gerakan gajah mengaktifkan

bagian dalam telinga untuk

keseimbangan dan

kesetimbangan yang lebih baik, juga mengintegrasikan otak untuk mendengar dengan kedua telinga, membuat relaks otot tengkuk yang tegang akibat dari terlalu banyak membaca misalnya. Pegang telinga sebelah kanan menggunakan tangan kiri, kemudian tangan kanan lurus keatas sejajar kepala. Kemudian buatlah seperti angka delapan menggunakan tangan kanan.

 Kemampuan akademik: pemahaman mendengar, berbicara, mengeja, dan mengingat secara berurutan.


(29)

kemampuan gerakan kepala kiri dan kanan, penglihatan binokuler, tengkuk tetap relaks saat konsentrasi, koordinasi tubuh atas dan bawah, dan mengaktifkan telinga bagian dalam untuk keseimbangan khususnya membantu saat mengalami jet lag atau mabuk perjalanan.

The Owl (Burung Hantu)  Anak memijat satu bahu untuk

membuat relaks otot leher yang tegang sambil menggerakkan kepala perlahan.

 Kemampuan akademik: mendengar dan pemahaman, pidato atau laporan lisan, perhitungan matematika, ingatan, atau kerja yang menggunakan papan tombol seperti komputer.


(30)

 Perilaku dan sikap tubuh: kemampuan menggerakkan kepala ke kiri dan kenan, kekuatan dan keseimbangan otot leher dan tengkuk, mengurangi kebiasaan juling.

The active arm (Mengaktifkan Tangan)  Mengaktifkan satu tangan dan

kepala tetap relaks. Pada saat melakukan gerakan anak menghembuskan napas dalam hitungan delapan atau lebih.  Kemampuan akademik: menulis

kreatif dan mengeja.

 Perilaku dan sikap tubuh: meningkatkan durasi perhatian, meningkatkan fokus dan konsentrasi, pernapasan lebih lancar dan sikap lebih santai, lebih mampu mengungkapkan gagasan, meningkatkan energi


(31)

pada tangan dan jari. The gravitational glider

(Luncuran Gravitasi)

 Gerakan ini untuk merelakskan daerah pinggang, pinggul dan seitarnya serta dapat dilakukan dengan duduk maupun berdiri.

 Kemampuan akademik: pemahaman waktu membaca dan pemikiran abstrak.

 Perilaku dan sikap tubuh: keyakinan diri, percaya diri, stabilitas, ekspresi diri, sikap tubuh relaks meskipun duduk lama.

Brain buttons (Sakelar Otak)  Sakelar otak (jaringan lunak di

bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada) dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar.


(32)

 Kemampuan akademik:

kemampuan membaca,

koordinasi tubuh.

 Perilaku dan sikap tubuh: keseimbangan tubuh kiri-kanan, tingkat energy lebih baik, meningkatkan kerja sama kedua mata, merelakskan otot tengkuk dan bahu.

Earth buttons (Tombol Bumi)  Ujung jari satu tangan

menyentuh bawah bibir, ujung lainnya di pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar).

 Kemampuan akademik:

kemampuan membaca,

organisasi, ketrampilan penglihatan dekat dan jauh.  Perilaku dan sikap tubuh:

kesiagaan mental, pinggul simetris, kepala tegak, mata


(33)

terbuka.

Balance buttons (Tombol Imbang)

 Biarkan anak menyentuh tombol imbang yang terdapat di belakang telinga, pada sebuah lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkuk (4-5 cm kek iri dan kekanan dari garis tengah tulang belakang). Sementara tangan yang satunya menyentuh pusar selama 30 detik, lalu ganti dengan tangan satunya lagi. Dagu relaks dan kepala dalam posisi normal menghadap ke depan.

 Kemampuan akademik: pengertian hal-hal tersirat, mengenali berbagai sudut pandang, penilaian kritik dan pengambilan keputusan,


(34)

ketrampilan mengeja dan matematika.

 Perilaku dan sikap tubuh: perasaan enak dan nyaman, sikap terbuka dan mau menerima, mata, telinga dan kepala lebih tegak lurus pada bahu, mengurangi fokus berlebihan dan memperbaiki refleks-refleks.

Space buttons (Tombol Angkasa)  Letakkan satu tangan di atas bibir di garis tengah depan, yang lain di garis tengah belakang pada tulang ekor atau lebih ke atas agar aman dan sopan.

 Kemampuan Akademik: keterampilan mengatur,

kemampuan membaca,

konsentrasi pada


(35)

motivasi.

 Perilaku dan sikap tubuh: kemampuan untuk relaks dan duduk dengan nyaman dan tegak di kursi, meningkatkan lamanya perhatian.

The Thinking Cap (Pasang Telinga)

 Dengan ibu jari dan telunjuk, pijat secara lembut daun telinga sambil menariknya keluar, mulai dari ujung atas, menurun sepanjang lengkungan dan berakhir di cuping.

 Kemampuan akademik: pemahaman ketika mendengar, berbicara, menyanyi, tampil di depan umum dan penyampain lisan dan mengeja.

 Perilaku dan sikap tubuh: energi, napas, meningkatkan fokus perhatian, keseimbangan


(36)

lebih baik, jangkauan pendengaran dan penglihatan ke sekeliling lebih luas.

Hook-ups (Kait Relaks)  Sambil duduk, anak

menyilangkan pergelangan kaki kiri ke atas kanan. Silangkan pergelangan tangan kirinya ke atas tangan kanan, lalu menjalinkan jari-jari, menarik

kedua tangan, dan

melakukannya di dada. Sambil menutup mata, bernapas dalam dan relaks selama 1 menit.  Kemampuan akademik:

mendengar dan berbicara lebih jelas, menghadapi tes dan tantangan sejenis, belajar dengan papan ketik.

 Perilaku dan sikap tubuh: pengendalian diri dan lebih menyadari batas-batas,


(37)

meningkatkan koordinasi dan keseimbangan, serta perasaan nyaman terhadap lingkungan.

The Energyc Yawn (Menguap Berenergi)  Menguap baik jika dibarengi

dengan menyentuh tempat tegang di rahanag yang dapat menolong menyeimbangkan tulang tengkorak, meghilangkan ketegangan dikepala dan rahang.

 Kemampuan akademik: membaca dengan suara, menulis kreatif, berbicara di depan umum.

 Perilaku dan sikap tubuh: resonasi vokal lebih dalam, penglihatan relaks, meningkatkan kreativitas, ekspresi dan keseimbangan.


(38)

2.3.4.5 Tahap Terminasi

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan brain gym seperti memberi pujian kepada anak atau orang dewasa yang diberikan brain gym dan menanyakan perasaan dari orang tersebut. Kemudian yang terakhir adalah melakukan kontrak waktu selanjutnya untuk pemberian stimulasi brain gym berikutnya.


(39)

2.4 Kerangka Teori

Perkembangan anak Gangguan pada anak 1. Ciri-ciri

perkembangan anak 2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak

 Internal  Eksternal

 Autis

 Keterlambatan mental

 Tunawicara  ADHD  dll

Tipe 1. Hiperaktivitas-

impulsivitas 2. Kurang

memperhatikan, mudah mengalami gangguan 3. Kombinasi

 Keturunan  Cidera Otak  Kematangan Otak

Tertunda  Penyakit Medis  Obat-obatan  Merokok

 Bahan Tambahan pada Makanan Teori Penyebab Non farmakologi Penanganan Brain Gym

1. Mekanisme Brain gym

2. Gerakan-gerakan Brain gym

Manfaat :

 Meningkatkan fokus  Meningkatkan

konsentrasi  Meningkatkan

durasi perhatian  Pengendalian diri  dll

Farmakologi

Keterangan : Tanda panah adalah arah pembahasan peneliti


(40)

(1)

motivasi.

 Perilaku dan sikap tubuh: kemampuan untuk relaks dan duduk dengan nyaman dan tegak di kursi, meningkatkan lamanya perhatian.

The Thinking Cap (Pasang Telinga)

 Dengan ibu jari dan telunjuk, pijat secara lembut daun telinga sambil menariknya keluar, mulai dari ujung atas, menurun sepanjang lengkungan dan berakhir di cuping.

 Kemampuan akademik: pemahaman ketika mendengar, berbicara, menyanyi, tampil di depan umum dan penyampain lisan dan mengeja.

 Perilaku dan sikap tubuh: energi, napas, meningkatkan fokus perhatian, keseimbangan


(2)

lebih baik, jangkauan pendengaran dan penglihatan ke sekeliling lebih luas.

Hook-ups (Kait Relaks)  Sambil duduk, anak

menyilangkan pergelangan kaki kiri ke atas kanan. Silangkan pergelangan tangan kirinya ke atas tangan kanan, lalu menjalinkan jari-jari, menarik

kedua tangan, dan

melakukannya di dada. Sambil menutup mata, bernapas dalam dan relaks selama 1 menit.  Kemampuan akademik:

mendengar dan berbicara lebih jelas, menghadapi tes dan tantangan sejenis, belajar dengan papan ketik.

 Perilaku dan sikap tubuh: pengendalian diri dan lebih menyadari batas-batas,


(3)

meningkatkan koordinasi dan keseimbangan, serta perasaan nyaman terhadap lingkungan.

The Energyc Yawn (Menguap Berenergi)  Menguap baik jika dibarengi

dengan menyentuh tempat tegang di rahanag yang dapat menolong menyeimbangkan tulang tengkorak, meghilangkan ketegangan dikepala dan rahang.

 Kemampuan akademik:

membaca dengan suara, menulis kreatif, berbicara di depan umum.

 Perilaku dan sikap tubuh: resonasi vokal lebih dalam,

penglihatan relaks,

meningkatkan kreativitas, ekspresi dan keseimbangan.


(4)

2.3.4.5 Tahap Terminasi

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan brain gym seperti memberi pujian kepada anak atau orang dewasa yang diberikan brain gym dan menanyakan perasaan dari orang tersebut. Kemudian yang terakhir adalah melakukan kontrak waktu selanjutnya untuk pemberian stimulasi brain gym berikutnya.


(5)

2.4 Kerangka Teori

Perkembangan anak Gangguan pada anak 1. Ciri-ciri

perkembangan anak 2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak

 Internal  Eksternal

 Autis  Keterlambatan mental  Tunawicara  ADHD  dll Tipe 1. Hiperaktivitas-

impulsivitas 2. Kurang

memperhatikan, mudah mengalami gangguan 3. Kombinasi

 Keturunan  Cidera Otak  Kematangan Otak

Tertunda  Penyakit Medis  Obat-obatan  Merokok

 Bahan Tambahan pada Makanan Teori Penyebab Non farmakologi Penanganan Brain Gym

1. Mekanisme Brain gym

2. Gerakan-gerakan Brain gym

Manfaat :

 Meningkatkan fokus  Meningkatkan

konsentrasi  Meningkatkan

durasi perhatian  Pengendalian diri  dll

Farmakologi

Keterangan : Tanda panah adalah arah pembahasan peneliti


(6)

Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25