Sahabat Senandika
Yayasan Spiritia
No. 7, Juni 2003
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Konsultasi Internasional
Pemimpin Islam dalam HIV/
AIDS ke-2
Oleh ST
Konsultasi Internasional Pemimpin Islam
dalam HIV/AIDS ke-2, diadakan pada tanggal
19-23 Mei 2003 di Kuala Lumpur. Pesertanya
kurang lebih 300 orang dari 34 negara. Spiritia
diundang atas rekomendasi Unicef dan
mengirimkan 2 Odha perempuan muslim.
Acaranya adalah presentasi tentang prevalensi
HIV/AIDS di dunia, Stigma dan Diskriminasi,
Sex from Allah, HIV dan IDU yang di
tindaklanjuti dengan workshop yang dibagi
beberapa kelompok, kuliah malam dan juga
kunjungan.
Selama konsultasi, kami mengikuti semua sesi
yang diadakan. Di dalam workshop kebetulan
kami berbeda kelompok. Satu dari kami tidak
selalu mengungkapkan statusnya. Dia hanya
berbicara tentang status bila ada suatu masalah
yang dibahas, yang berkenaan dengan apa yang
dia alami dan berbicara tentang solusi juga
kegiatan yang telah dan sedang Spiritia lakukan.
Respon anggota kelompok lainnya sangat
positif karena mereka memandang kami
bukanlah orang yang harus disingkirkan tapi
kami mampu berbuat sesuatu untuk
penanggulangan HIV/AIDS dan meminimalisasi
stigma dan diskriminasi. Seperti teman lain
lakukan, dia selalu berbicara statusnya lebih
dulu. Dan hasilnya dia yang selalu pertama
ditanya oleh anggota kelompok lainnya, apa
yang telah dia dan Spiritia lakukan.
Disamping mengikuti acara yang begitu padat,
kami juga bertemu dengan Odha dari negara
lain. Kami berbagi pengalaman, pengobatan dan
kegiatan yang telah kami lakukan. Kami juga
memperoleh pengetahun yang lebih jauh
tentang HIV dalam pandangan muslim dari
ungkapan pengalaman peserta ataupun dari hasil
diskusi yang mengangkat pro dan kontra
terhadap HIV/AIDS. Seperti halnya : sebagai
umat beragama Islam, harus berpegang teguh
kepada Al Qur’an dan Al Hadist untuk amalan
hidup kita. Tapi kita tidak bisa memungkiri
keberadaan guy, lesbian, waria dan pekerja sex
komersial. Tugas kita adalah mengarahkan
mereka hidup yang taqwa kepada Allah SWT
dan lebih bertanggung jawab dalam
penanggulangan HIV/AIDS. Ini bukan masalah
moral tapi ini masalah virus dan semua orang
Kunjungan Penguatan
Daerah Mataram
Oleh Daniel Marguari
Waktu
: 18-22 Mei 2003
Team
: Yayasan Spiritia & Jaringan
Odha Nasional 4 orang (3 odha dari Jakarta,
Bali dan Jogja & 1 ohidha dari Spiritia)
Dukungan : IHPCP & Ford Foundation
Kunjungan kami di Mataram dibantu oleh dr.
Reny Bunyamin Pimpinan Pusat Informasi
Kesehatan & Perlindungan Keluarga (PIKPK).
Propinsi Nusa Tenggara Timur diperkirakan
berpenduduk sekitar 3,8 juta dan di Kotamadaya
Mataram sekitar 338 ribu, ada sekitar 3 kasus
AIDS yang telah resmi dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan (Dinkes). Sebetulnya ada 3 kasus HIV
dan 3 AIDS yang di data Dinas Kesehatan.
Daftar Isi
Konsultasi Internasional Pemimpin Islam
dalam HIV/AIDS ke-2
1
Kunjungan Penguatan Daerah Mataram 1
Ucapan Terima Kasih Executive Director
UNAIDS Genewa Kepada Yayasan
Spiritia
3
Kunjungan ke Lapas Paledang, Bogor.
3
Rangkuman dari Pertemuan WHO tentang
Meningkatkan Perawatan HIV/AIDS
termasuk Terapi ARV
4
Tanya-Jawab
6
Tips untuk Orang dengan HIV No. 18
6
Laporan Keuangan Positif fund
6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Selama kami disana mendapatkan kabar ada 5
kasus HIV lagi.
Dalam diskusi kami dengan 5 lsm dan 4
wartawan, terlihat bahwa masalah HIV/AIDS
jarang diangkat dan sebahagian besar lsm lebih
fokus kepada program pemberdayaan
masyarakat dan masalah anak. Sebahagian besar
lsm menjangkau banyak kabupaten dan desa
sehingga tidak hanya berfokus di Mataram.
Kami berdiskusi dengan jajaran Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Mataram, di RSUD
sudah ada Pokja AIDS yang dibentuk beberapa
tahun yang lalu. RSUD telah 3 kali merawat
pasien AIDS. Diskusi ini mendapat sambutan
baik dari pihak Manajemen dr. SDA
Soebandoro (Direktur) yang mendukung
sepenuhnya pemberlakuan universal precaution,
membuka hotline HIV/AIDS kembali yang
sudah terhenti dan memberlakukan VCT bagi
semua pasien yang diindikasi AIDS serta
mendorong Pokja AIDS untuk melakukan
pelatihan konseling, perawatan pada pasien
AIDS. Bapak Soebandrio mengatakan dana
rumah sakit cukup untuk mendukung semua
program yang direncanakan.
Ketertarikan jajaran rumah sakit terbukti
semakin besar dengan mengundang kembali
kami untuk berdiskusi dengan sekitar 15 dokter
(1 profesor) spesialis dari berbagai bidang di
RSUD. Kami membahas tentang universal
precaution, perawatan pada odha yang
bersahabat dan obat ARV. Belum ada odha yang
menggunakan ARV disana. Kesempatan ini
kami gunakan dengan menceritakan kasus –
kasus perlakuan yang tidak wajar yang dialami
oleh odha yang berhubungan dengan dokter dan
rumah sakit. Cerita ini menyentuh mereka dan
mendorong ketertarikan yang lebih mendalam
dari para dokter tersebut tentang hidup positif
dengan HIV.
Kami berkunjung ke Laboratorium Hepatika
yang memproduksi alat tes Entebe.
Laboratorium tersebut memproduksi sampai
sekitar 200 ribu pada tahun 2003 yang dipesan
oleh Depkes. Saat ini Laboratorium Hepatika
sudah memproduksi jenis tes baru yang semula
Entebe jenis comb sekarang jenis stick (dalam
proses pengajuan untuk dapat persetujuan dari
Depkes).
Kami mendapat penjelasan dari dr. Sumarsidi
(Direktur) bahwa sensitivitas Entebe HIV
Dipstick berdasarkan uji coba yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan (Sensitivitas dan
spesifisitas reagensia S/R dibandingkan hasil
Western Blot) telah mencapai 98,03% sementara
2
Determine HIV ½ mencapai 98,68% dengan
jumlah specimens sebanyak 152. (Daftar
terlampir jika dibutuhkan). Laboratorium ini
juga punya alat tes Elisa dan Western Blood.
Diskusi tersebut membuka pikiran kami
karena selama ini beberapa kota lain yang kami
kunjungi sebelumnya mengatakan bahwa hasil
alat tes Entebe tidak dapat dipercaya..
Kami berdiskusi dengan Kepala PMI dalam 2
tahun ini telah menemukan 3 kantong darah
yang tercemar HIV. Sebahagiannya rutin
menyumbang darah. Dalam diskusi kami
dengan seorang psikiater yang mendampingi 2
Odha pengguna narkoba. Sayangnya disaat kami
datang kedua odha tersebut sedang berada di
luar kota. Kami juga berdiskusi dengan 2
mantan pengguna narkoba, kami mengusulkan
agar mulai membentuk kelompok dukungan
sebaya IDU. Dua orang dari team kami yang
juga mantan pengguna narkoba memberikan
penjelasan tentang Narcotic Annonymous (NA)
dengan 12 langkah.
Pertemuan kami dengan anggota DPRD
Kotamadya merupakan pertemuan yang cukup
berkesan. Selain Ketua Komisi E dan
anggotanya juga dihadiri Panitia Anggaran.
Cerita dan penjelasan kami mampu menyentuh
hati mereka sehingga malam harinya disaat rapat
anggaran semua orang anggota DPRD setuju
dikeluarkan dana untuk penanggulangan HIV/
AIDS periode 2003 dana I sebesar Rp. 50,000,00.
Pada tahun ini juga masih akan dikeluarkan lagi
dana II untuk kegiatan HIV/AIDS.
Diskusi kami dengan Dinkes menunjukkan
bahwa persoalan jarum bersih masih menjadi
kendala. Kelihatannya masalah kesehatan
menjadi hal yang serius di NTB, seperti TBC,
Malaria dan Hepaitits tergolong tinggi
Dinkes Propinsi juga mengalami kesulitan
dalam melakukan sero surveylans karena
kelompok resiko tinggi sulit dijangkau. Tidak
ada lokalisasi resmi di NTB. Sewaktu kami
mengelilingi daerah Senggigi sebetulnya banyak
sekali pekerja seks. Umumnya selalu dalam
kelompok kecil 10-25 orang tetapi
kelompoknya banyak sekali rata-rata usia15-22
tahun. Sebahagian janda muda karena
pernikahan dan perceraian dini tergolong tinggi
di NTB.
Di Senggigi ada sebuah perumahan yang
mempunyai lebih dari 200 kapling dan 75
persennya dihuni oleh para pekerja seks.
Hampir semua pekerja seks di Senggigi belum
dijangkau oleh lsm.
Dalam penyuluhan kami ke lembaga
Sahabat Senandika No. 7
pemasyarakatan yang dihuni 157 orang dan 30
diantaranya adalah IDU. Salah satu dari kami
memang fokus melakukan penjangkauan di 2
lapas di Bali sehingga diskusi jadi lebih
interaktif. Saat mengakhiri penyuluhan kami
bertanya kesediaan penghuni lapas untuk tes,
sekitar 30 orang menunjuk tangan berkeinginan
dites. Kami sampaikan ini ke dr. Reny agar
ditindaklanjuti dengan VCT.
Kami juga melakukan penyuluhan di Kampus
Mataram yang belum ada fakultas kedokteran,
antusiasme para mahasiswa untuk belajar
tentang HIV/AIDS tinggi sekali karena waktu
diskusi 2 jam ternyata tidak cukup, sebahagian
besar orang bertanya dan lebih dari 1
pertanyaan. Karena kami harus segera kembali
ke Jakarta maka diskusi dihentikan, sebahagian
mahasiswa merasa tidak puas.
Ucapan Terima Kasih
Executive Director UNAIDS
Genewa Kepada Yayasan
Spiritia
Pada Tanggal 10 Mei 2003 lalu, Mr. Peter Piot,
Direktur Eksekutif UNAIDS berkunjung ke
Indonesia. Dari padat acaranya, beliau masih
menyempatkan untuk berkunjung ke Yayasan
Spiritia dan bertemu dengan beberapa Odha.
Acara pertemuan berlangsung dengan santai
dan akrab. Kami berbicara tentang kegiatan
yang dilakukan Spiritia, stigma dan
Diskriminasi terhadap Odha juga susahnya akses
obat Antiretroviral di Indonesia. Di Sahabat
Senandika bulan ini kami juga melampirkan
ucapan terima kasih Mr. Peter Piot kepada
Yayasan Spiritia.
Kunjungan ke Lapas
Paledang, Bogor.
Oleh Bajoe Odon
Pada tanggal 26 Juni 2003, Daniel, Hertin dan
Bayu (Yayasan Spiritia) mengunjungi Lapas
Paledang bersama KKI (Komite Kemanusiaan
Indonesia), ASA-FHI dan Jajang C. Noor.
Kegiatan kami menindaklanjuti pemberitaan
koran Kompas tanggal 10-11 Juni 2003 mengenai
hasil sero-surveilan, bahwa di lapas tersebut ada
Juni 2003
21 orang yang terinfeksi HIV. Sebelumnya kami
sudah mengontak ke kepala lapas tersebut dan
beliau mengatakan perlunya penyuluhan dan
pemberian informasi tentang HIV/AIDS agar
mengurangi dampak yang terjadi di dalam lapas
tersebut yaitu keresahan dari para napi yang
takut tertular dikarenakan minimnya informasi
tentang HIV. Kami datang pagi hari sekitar
pukul 08.30 WIB, lalu kami memulai
penyuluhan, pertama kali penyuluhan dibuka
oleh Bp. Didi dari KKI yang memaparkan
informasi dasar tentang HIV/AIDS dengan
menggunakan proyektor, sehingga para napi
dapat lebih mudah mengerti materi yang
disampaikan. Lalu kami bertiga melanjutkan
penyuluhan untuk melengkapi materi pertama
yang disampaikan Bp. Didi. Diantara kami juga
ada yang odha, sehingga kami juga memberikan
pengalaman hidup kami sendiri. Pada
penyuluhan tersebut juga di moderatori oleh
mbak Jajang C. Noor, yang membuat suasana
lebih menarik karena diselingi dengan lagu-lagu
yang dinyanyikannya dan diikuti semua napi,
selain itu kegiatan ini juga diliput oleh media
televisi Trans TV, dan beberapa media cetak.
Sebenarnya penghuni lapas tersebut berjumlah
1127 orang tetapi karena kapasitas gedung aula
hanya cukup untuk satu blok yaitu sekitar 300
orang, jadi penyuluhan ini akan dilanjutkan
dengan peserta napi dari blok yang berbeda, dan
karena kapasitas itu juga, para napi dari blok
lain banyak yang mengintip dan ikut
mendengarkan lewat jendela karena rasa
keingintahuan mereka. Setelah kurang lebih dua
jam, kami istirahat makan siang bersama,
diselingi beberapa lagu oleh para napi, diakhir
penutupan kami melontarkan satu pertanyaan
penting yaitu,” Setelah mendapat penyuluhan
ini apakah ada yang mempunyai keinginan
untuk tes darah secara sukarela dan tentunya
melalui prosedur konseling dan kerahasian?”,
dari kurang lebih 300 orang ternyata diluar
dugaan, hampir 80% mengangkat tangannya
tanda setuju. Dari hal inilah membuktikan
bahwa mereka sudah mulai mengerti dan
dengan kesadaran yang tinggi tentang HIV dan
perilaku mereka sebelumnya. Tentu saja hal ini
merupakan kebahagian tersendiri bagi kami.
Dan sekarang yang menjadi pertanyaan adalah
“siapa yang menindaklanjuti VCT di sana?”
3
Rangkuman dari Pertemuan
WHO tentang Meningkatkan
Perawatan HIV/AIDS
termasuk Terapi ARV
12-15 Mei 2003, Chiangmai, Thailand
Pertemuan WHO Dua Wilayah tentang
Meningkatkan Perawatan HIV/AIDS termasuk
Terapi Antiretroviral (ART) dilakukan 12-15
Mei 2003 di Chiang Mai, Thailand. Pertemuan
dihadiri 70 peserta termasuk wakil negara dari
Bangladesh, Kamboja, Cina, Indonesia, India,
Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam;
organisasi komunitas, kelompok Odha, WHO
dan lembaga PBB lain.
Tujuan pertemuan adalah:
• Meninjau kembali kebutuhan akan dan
tanggapan terhadap perawatan HIV/AIDS
termasuk ART di negara Asia dan Pasifik, dan
membagi informasi tentang perkembangan
mutakhir dalam ART;
• Menentukan strategi-strategi dan mekanismemekanisme untuk memperkuat rangkaian
perawatan HIV/AIDS secara terpadu,
termasuk ART, dalam kerja sama erat dengan
program kesehatan terkait; dan
• Menentukan petunjuk kunci tentang
perawatan HIV/AIDS untuk memantau dan
mengevaluasi kemajuan menuju pencapaian
sasaran UNGASS.
Para peserta didorong oleh asas dasar
pertemuan, yaitu untuk menyelidiki sarana
untuk meningkatkan akses pada layanan
perawatan dan pengobatan terkait HIV di Asia
dan Pasifik, dan untuk memperkuat keterlibatan
yang berarti oleh orang dan komunitas,
terutama mereka yang terinfeksi dan
terpengaruh langsung oleh HIV/AIDS.
Pertemuan mengusulkan tindakan pada masalah
berikut oleh pihak terkait:
Tindakan oleh WHO:
1. WHO harus menguatkan advokasinya
dengan pemerintah-pemerintah, dan lembaga
wilayah dan internasional, untuk
memperbaiki layanan perawatan kesehatan,
psikososial, dan dukungan termasuk
ketersediaan dan akses pada obat
antiretroviral (ARV) untuk orang yang
terpengaruh oleh HIV/AIDS agar mencapai
sasaran nasional dan wilayah untuk ART.
2. WHO harus bekerja dengan mitra yang
berpengalaman untuk mengejar
perkembangan sistem pembelian global
4
3.
4.
5.
6.
7.
untuk obat merek dan generik, bahan baku
dan bahan diagnostik, dengan memanfaatkan
pengalaman Global TB Drug Facility,
Global Alliance for Vaccines and
Immunization (GAVI) dan program
pembelian global lain.
WHO harus bekerja sama dengan negaranegara untuk meningkatkan ketersediaan
obat terkait HIV melalui pemasukan usaha
penjagaan kesehatan masyarakat dalam
undang-undang paten nasional, memadukan
obat HIV dan ARV dalam daftar obat
nasional, pendaftaran secara cepat untuk
ARV yang terprakualifikasi, dan pemberian
bantuan teknis untuk pembelian obat yang
terprakualifikasi.
WHO harus bekerja sama dengan negaranegara untuk mendukung produsen lokal
dengan baku Good Manufacturing Practices
(GMP), dan harus mempercepat proses
prakualifikasi untuk obat HIV.
WHO harus bekerja sama dengan negaranegara untuk mengembangkan strategistrategi nasional untuk perawatan HIV/
AIDS, dan menguatkan kemampuan untuk
pemantauan, pengawasan dan evaluasi
program perawatan dan pengobatan, dan
memantau pekerjaan TRIPS Council WTO
yang berhubungan dengan implikasi undangundang paten pada akses terhadap obatobatan.
WHO harus menyediakan keahlian dan
sumber daya teknis yang berhubungan
dengan pemasukan usaha penjagaan
kesehatan masyarakat yang efektif dalam
undang-undang paten nasional, dan
memantau implikasi undang-undang paten
pada akses terhadap obat-obatan.
WHO harus meyakinkan ketersediaan, dan
mendorong penggunaan, alat dan pedoman
yang bertujuan untuk memperbaiki mutu
tes HIV secara sukarela disertai konseling
(Voluntary Counselling and Testing/VCT),
penatalaksanaan klinis (khususnya
pencegahan terhadap infeksi oportunistik
dan ART), pemantauan pasien,
penatalaksanaan penyediaan obat; dukungan
psikososial dan sosial-ekonomis, dan
dukungan sebaya, dan menurunkan stigma
(cap buruk) dan perlakuan tidak adil dalam
sarana kesehatan. Hal ini dapat tercapai
melalui menyediakan keahlian dan sumber
daya untuk membangun kemampuan
melatih petugas perawatan kesehatan, teknisi
laboratorium, apoteker, LSM, sektor swasta,
Sahabat Senandika No. 7
komunitas dan organisasi agama, dan
kelompok Odha dan individu yang hidup
dengan HIV/AIDS.
8. WHO harus meningkatkan dukungan
teknisi pada negara untuk membuat
proposal dan melaksanakan proyek
GFATM, serta proyek yang didukung oleh
lembaga donor lain. WHO harus bekerja
agar ada sinergi antara proyek donor dan
kerangka WHO.
9. WHO harus membangun kemitraan melalui
Asian Care Task Force WHO dan
menguatkan kerja sama antara program dan
unitnya.
Tindakan oleh negara-negara anggota:
1. Negara-negara anggota harus membentuk
sasaran nasional untuk jumlah Odha yang
harus menerima ART pada 2005, sesuai
dengan sasaran global yang disetujui untuk
mencapai tiga juta orang pada 2005.
2. Strategi-strategi nasional tentang perawatan
dan pengobatan terpadu untuk HIV/AIDS
harus terbentuk dan terlaksana, sesuai
dengan sasaran yang dijanjikan pada
Deklarasi Perjanjian UNGASS. Strategi
tersebut harus termasuk mendorong
keterlibatan yang berarti oleh Odha, LSM
dan masyarakat sipil dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi perawatan HIV/
AIDS termasuk ARV di tingkat nasional dan
lokal, dengan tekanan pada akses yang adil.
3. Ketersediaan obat-obatan HIV, termasuk
ARV, harus ditingkatkan melalui:
meyakinkan ada pendanaan untuk
pembelian obat HIV termasuk ARV;
mencabut bea dan cukai terhadap obat HIV
dan ARV; persetujuan secara cepat untuk
ARV yang terprakualifikasi, dan
memasukkan ARV dalam daftar obat
esensial nasional; memasukkan usaha
penjagaan kesehatan masyarakat pada
undang-undang paten nasional, misalnya
compulsory licensing, parallel importation dan
bolar provision; mencabut dan mengubah
undang-undang yang ada yang menghambat
didirikan kelompok pembelian (buyers’ club)
obat HIV/AIDS; menentukan pilihan
pembelian terbaik beserta ahli pembelian
obat.
4. Negara-negara anggota harus menguatkan
layanan perawatan HIV/AIDS, termasuk
ARV, melalui: mendorong layanan VCT
dengan sumber daya yang cukup dan
ditingkatkan secara efektif, dengan
dukungan pada konselor yang sesuai dan
Juni 2003
berbakti; menentukan mekanisme yang jelas
untuk pemberian perawatan HIV/AIDS
yang melibatkan layanan kesehatan
masyarakat dan medis, Odha, LSM,
masyarakat sipil sesuai dengan konteks
lokal; memadukan perawatan HIV/AIDS
termasuk penatalaksanaan infeksi
oportunistik, perawatan paliatif dan ART
dalam layanan kesehatan yang ada di sektor
pemerintah dan swasta, kebijakan tempat
kerja, sebagai paket perawatan terpadu;
memasukkan perawatan HIV/AIDS dalam
program asuransi kesehatan; membangun
kemampuan petugas perawatan kesehatan,
Odha, keluarga, LSM dan masyarakat sipil
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
perawatan HIV/AIDS.
5. Negara-negara anggota harus menciptakan
sarana yang mendukung penerimaan layanan
perawatan melalui: mendorong
pembentukan kelompok komunitas dan
kelompok dukungan sebaya untuk Odha;
memberi dukungan dan sumber daya untuk
menentukan kesiapan komunitas untuk
akses layanan perawatan dan pengobatan
yang ditingkatkan; melaksanakan tindakan
untuk menghadapi stigma dan perlakuan
tidak adil terhadap orang yang terpengaruh
oleh HIV/AIDS, dan komunitas yang
rentan dan tersingkir dalam sektor
kesehatan, media massa, sektor agama dan
masyarakat umum; menentukan pendanaan
dan akses yang adil terhadap perawatan dan
pengobatan HIV/AIDS tidak menghiraukan
status sosial dan ekonomis, perilaku,
orientasi seksual, jender atau usia.
Sumber: Milis SEA-AIDS, 16 Juni 2003
5
Tanya-Jawab
Kutil Dubur
T: Teman saya HIV-positif, dan mengalami
kutil di sekitar duburnya, yang baru dicabut.
Apa yang harus dia lakukan setelah pencabutan
ini? Apakah dia harus dites setiap tahun untuk
memantau kambuhnya kutil ini?
J: Kutil dubur disebabkan virus yang disebut
HPV (human papilloma virus, juga dikenal
sebagai virus kutil). Walaupun kutil teman Anda
dicabut, kemungkinan dia terinfeksi HPV.
Infeksi HPV adalah kronis (bersfiat terusmenerus), dan sebagian besar pasien, terutama
yang terinfeksi HIV, tidak dapat sembuh dari
infeksi ini. Semakin rendah jumlah CD4,
semakin besar risiko akan muncul gejala dan
penyakit yang disebabkannya. Oleh karena ini,
teman Anda sebaiknya dipantau sedikitnya
setiap tahun. Tergantung pada keahlian di
daerah Anda, pemantauan ini dapat mencakup
tes Pap (Pap smear), anoskopi, atau dua-duanya.
Pada tes Pap, kain penyeka diraba-raba dalam
dubur, dan sel kulit diperiksa dengan mikroskop
untuk tanda ada kanker. Dengan anoskopi,
sebuah alat dimasukkan pada dubur yang
memungkinkan dokter lihat sel yang melapisi
dubur. Pemantauan ini, terutama untuk Odha,
adalah sangat penting.
Laporan Keuangan Positif
Fund
Periode Juni 2003
Saldo awal 1 Juni 2003
9,139,124
Penerimaan di bulan Juni 2003
250,000
Total penerimaan
9,389,124
Pengeluaran selama bulan Juni:
Item
Jumlah
Pengobatan
184,050
Transportasi
125,000
Komunikasi
-
Peralatan / Pemeliharaan
-
Modal Usaha
-
Total pengeluaran
309,050
Saldo akhir Positive Fund per 30 Juni
9,080,074
Sumber: The Body, 8 Nov 2002
URL: http://www.thebody.com/Forums/AIDS/Cancer/
Current/Q142763.html
Sahabat Senandika
Tips untuk Orang dengan
HIV No. 18
Jika kita memakai obat apa pun, selalu
membawa persediaan secukupnya waktu
berpergian. Ini terutuam penting bila kita
memakai obat antiretorviral. Jangan
memasukkan obatnya ke dalam koper jika naik
peseawat—karena ada kemungkinan bagasi salah
terkirim atau hilang.
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
T H E FORD
AT I ON
DA
FOU N D
Kantor Redaksi:
Jl Radio IV/10
Kebayoran Baru
Jakarta 12130
Telp: (021) 7279 7007
Fax: (021) 726-9521
E-mail: [email protected]
Editor:
Hertin Setyowati
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
6
Sahabat Senandika No. 4
No. 7, Juni 2003
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Konsultasi Internasional
Pemimpin Islam dalam HIV/
AIDS ke-2
Oleh ST
Konsultasi Internasional Pemimpin Islam
dalam HIV/AIDS ke-2, diadakan pada tanggal
19-23 Mei 2003 di Kuala Lumpur. Pesertanya
kurang lebih 300 orang dari 34 negara. Spiritia
diundang atas rekomendasi Unicef dan
mengirimkan 2 Odha perempuan muslim.
Acaranya adalah presentasi tentang prevalensi
HIV/AIDS di dunia, Stigma dan Diskriminasi,
Sex from Allah, HIV dan IDU yang di
tindaklanjuti dengan workshop yang dibagi
beberapa kelompok, kuliah malam dan juga
kunjungan.
Selama konsultasi, kami mengikuti semua sesi
yang diadakan. Di dalam workshop kebetulan
kami berbeda kelompok. Satu dari kami tidak
selalu mengungkapkan statusnya. Dia hanya
berbicara tentang status bila ada suatu masalah
yang dibahas, yang berkenaan dengan apa yang
dia alami dan berbicara tentang solusi juga
kegiatan yang telah dan sedang Spiritia lakukan.
Respon anggota kelompok lainnya sangat
positif karena mereka memandang kami
bukanlah orang yang harus disingkirkan tapi
kami mampu berbuat sesuatu untuk
penanggulangan HIV/AIDS dan meminimalisasi
stigma dan diskriminasi. Seperti teman lain
lakukan, dia selalu berbicara statusnya lebih
dulu. Dan hasilnya dia yang selalu pertama
ditanya oleh anggota kelompok lainnya, apa
yang telah dia dan Spiritia lakukan.
Disamping mengikuti acara yang begitu padat,
kami juga bertemu dengan Odha dari negara
lain. Kami berbagi pengalaman, pengobatan dan
kegiatan yang telah kami lakukan. Kami juga
memperoleh pengetahun yang lebih jauh
tentang HIV dalam pandangan muslim dari
ungkapan pengalaman peserta ataupun dari hasil
diskusi yang mengangkat pro dan kontra
terhadap HIV/AIDS. Seperti halnya : sebagai
umat beragama Islam, harus berpegang teguh
kepada Al Qur’an dan Al Hadist untuk amalan
hidup kita. Tapi kita tidak bisa memungkiri
keberadaan guy, lesbian, waria dan pekerja sex
komersial. Tugas kita adalah mengarahkan
mereka hidup yang taqwa kepada Allah SWT
dan lebih bertanggung jawab dalam
penanggulangan HIV/AIDS. Ini bukan masalah
moral tapi ini masalah virus dan semua orang
Kunjungan Penguatan
Daerah Mataram
Oleh Daniel Marguari
Waktu
: 18-22 Mei 2003
Team
: Yayasan Spiritia & Jaringan
Odha Nasional 4 orang (3 odha dari Jakarta,
Bali dan Jogja & 1 ohidha dari Spiritia)
Dukungan : IHPCP & Ford Foundation
Kunjungan kami di Mataram dibantu oleh dr.
Reny Bunyamin Pimpinan Pusat Informasi
Kesehatan & Perlindungan Keluarga (PIKPK).
Propinsi Nusa Tenggara Timur diperkirakan
berpenduduk sekitar 3,8 juta dan di Kotamadaya
Mataram sekitar 338 ribu, ada sekitar 3 kasus
AIDS yang telah resmi dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan (Dinkes). Sebetulnya ada 3 kasus HIV
dan 3 AIDS yang di data Dinas Kesehatan.
Daftar Isi
Konsultasi Internasional Pemimpin Islam
dalam HIV/AIDS ke-2
1
Kunjungan Penguatan Daerah Mataram 1
Ucapan Terima Kasih Executive Director
UNAIDS Genewa Kepada Yayasan
Spiritia
3
Kunjungan ke Lapas Paledang, Bogor.
3
Rangkuman dari Pertemuan WHO tentang
Meningkatkan Perawatan HIV/AIDS
termasuk Terapi ARV
4
Tanya-Jawab
6
Tips untuk Orang dengan HIV No. 18
6
Laporan Keuangan Positif fund
6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Selama kami disana mendapatkan kabar ada 5
kasus HIV lagi.
Dalam diskusi kami dengan 5 lsm dan 4
wartawan, terlihat bahwa masalah HIV/AIDS
jarang diangkat dan sebahagian besar lsm lebih
fokus kepada program pemberdayaan
masyarakat dan masalah anak. Sebahagian besar
lsm menjangkau banyak kabupaten dan desa
sehingga tidak hanya berfokus di Mataram.
Kami berdiskusi dengan jajaran Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Mataram, di RSUD
sudah ada Pokja AIDS yang dibentuk beberapa
tahun yang lalu. RSUD telah 3 kali merawat
pasien AIDS. Diskusi ini mendapat sambutan
baik dari pihak Manajemen dr. SDA
Soebandoro (Direktur) yang mendukung
sepenuhnya pemberlakuan universal precaution,
membuka hotline HIV/AIDS kembali yang
sudah terhenti dan memberlakukan VCT bagi
semua pasien yang diindikasi AIDS serta
mendorong Pokja AIDS untuk melakukan
pelatihan konseling, perawatan pada pasien
AIDS. Bapak Soebandrio mengatakan dana
rumah sakit cukup untuk mendukung semua
program yang direncanakan.
Ketertarikan jajaran rumah sakit terbukti
semakin besar dengan mengundang kembali
kami untuk berdiskusi dengan sekitar 15 dokter
(1 profesor) spesialis dari berbagai bidang di
RSUD. Kami membahas tentang universal
precaution, perawatan pada odha yang
bersahabat dan obat ARV. Belum ada odha yang
menggunakan ARV disana. Kesempatan ini
kami gunakan dengan menceritakan kasus –
kasus perlakuan yang tidak wajar yang dialami
oleh odha yang berhubungan dengan dokter dan
rumah sakit. Cerita ini menyentuh mereka dan
mendorong ketertarikan yang lebih mendalam
dari para dokter tersebut tentang hidup positif
dengan HIV.
Kami berkunjung ke Laboratorium Hepatika
yang memproduksi alat tes Entebe.
Laboratorium tersebut memproduksi sampai
sekitar 200 ribu pada tahun 2003 yang dipesan
oleh Depkes. Saat ini Laboratorium Hepatika
sudah memproduksi jenis tes baru yang semula
Entebe jenis comb sekarang jenis stick (dalam
proses pengajuan untuk dapat persetujuan dari
Depkes).
Kami mendapat penjelasan dari dr. Sumarsidi
(Direktur) bahwa sensitivitas Entebe HIV
Dipstick berdasarkan uji coba yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan (Sensitivitas dan
spesifisitas reagensia S/R dibandingkan hasil
Western Blot) telah mencapai 98,03% sementara
2
Determine HIV ½ mencapai 98,68% dengan
jumlah specimens sebanyak 152. (Daftar
terlampir jika dibutuhkan). Laboratorium ini
juga punya alat tes Elisa dan Western Blood.
Diskusi tersebut membuka pikiran kami
karena selama ini beberapa kota lain yang kami
kunjungi sebelumnya mengatakan bahwa hasil
alat tes Entebe tidak dapat dipercaya..
Kami berdiskusi dengan Kepala PMI dalam 2
tahun ini telah menemukan 3 kantong darah
yang tercemar HIV. Sebahagiannya rutin
menyumbang darah. Dalam diskusi kami
dengan seorang psikiater yang mendampingi 2
Odha pengguna narkoba. Sayangnya disaat kami
datang kedua odha tersebut sedang berada di
luar kota. Kami juga berdiskusi dengan 2
mantan pengguna narkoba, kami mengusulkan
agar mulai membentuk kelompok dukungan
sebaya IDU. Dua orang dari team kami yang
juga mantan pengguna narkoba memberikan
penjelasan tentang Narcotic Annonymous (NA)
dengan 12 langkah.
Pertemuan kami dengan anggota DPRD
Kotamadya merupakan pertemuan yang cukup
berkesan. Selain Ketua Komisi E dan
anggotanya juga dihadiri Panitia Anggaran.
Cerita dan penjelasan kami mampu menyentuh
hati mereka sehingga malam harinya disaat rapat
anggaran semua orang anggota DPRD setuju
dikeluarkan dana untuk penanggulangan HIV/
AIDS periode 2003 dana I sebesar Rp. 50,000,00.
Pada tahun ini juga masih akan dikeluarkan lagi
dana II untuk kegiatan HIV/AIDS.
Diskusi kami dengan Dinkes menunjukkan
bahwa persoalan jarum bersih masih menjadi
kendala. Kelihatannya masalah kesehatan
menjadi hal yang serius di NTB, seperti TBC,
Malaria dan Hepaitits tergolong tinggi
Dinkes Propinsi juga mengalami kesulitan
dalam melakukan sero surveylans karena
kelompok resiko tinggi sulit dijangkau. Tidak
ada lokalisasi resmi di NTB. Sewaktu kami
mengelilingi daerah Senggigi sebetulnya banyak
sekali pekerja seks. Umumnya selalu dalam
kelompok kecil 10-25 orang tetapi
kelompoknya banyak sekali rata-rata usia15-22
tahun. Sebahagian janda muda karena
pernikahan dan perceraian dini tergolong tinggi
di NTB.
Di Senggigi ada sebuah perumahan yang
mempunyai lebih dari 200 kapling dan 75
persennya dihuni oleh para pekerja seks.
Hampir semua pekerja seks di Senggigi belum
dijangkau oleh lsm.
Dalam penyuluhan kami ke lembaga
Sahabat Senandika No. 7
pemasyarakatan yang dihuni 157 orang dan 30
diantaranya adalah IDU. Salah satu dari kami
memang fokus melakukan penjangkauan di 2
lapas di Bali sehingga diskusi jadi lebih
interaktif. Saat mengakhiri penyuluhan kami
bertanya kesediaan penghuni lapas untuk tes,
sekitar 30 orang menunjuk tangan berkeinginan
dites. Kami sampaikan ini ke dr. Reny agar
ditindaklanjuti dengan VCT.
Kami juga melakukan penyuluhan di Kampus
Mataram yang belum ada fakultas kedokteran,
antusiasme para mahasiswa untuk belajar
tentang HIV/AIDS tinggi sekali karena waktu
diskusi 2 jam ternyata tidak cukup, sebahagian
besar orang bertanya dan lebih dari 1
pertanyaan. Karena kami harus segera kembali
ke Jakarta maka diskusi dihentikan, sebahagian
mahasiswa merasa tidak puas.
Ucapan Terima Kasih
Executive Director UNAIDS
Genewa Kepada Yayasan
Spiritia
Pada Tanggal 10 Mei 2003 lalu, Mr. Peter Piot,
Direktur Eksekutif UNAIDS berkunjung ke
Indonesia. Dari padat acaranya, beliau masih
menyempatkan untuk berkunjung ke Yayasan
Spiritia dan bertemu dengan beberapa Odha.
Acara pertemuan berlangsung dengan santai
dan akrab. Kami berbicara tentang kegiatan
yang dilakukan Spiritia, stigma dan
Diskriminasi terhadap Odha juga susahnya akses
obat Antiretroviral di Indonesia. Di Sahabat
Senandika bulan ini kami juga melampirkan
ucapan terima kasih Mr. Peter Piot kepada
Yayasan Spiritia.
Kunjungan ke Lapas
Paledang, Bogor.
Oleh Bajoe Odon
Pada tanggal 26 Juni 2003, Daniel, Hertin dan
Bayu (Yayasan Spiritia) mengunjungi Lapas
Paledang bersama KKI (Komite Kemanusiaan
Indonesia), ASA-FHI dan Jajang C. Noor.
Kegiatan kami menindaklanjuti pemberitaan
koran Kompas tanggal 10-11 Juni 2003 mengenai
hasil sero-surveilan, bahwa di lapas tersebut ada
Juni 2003
21 orang yang terinfeksi HIV. Sebelumnya kami
sudah mengontak ke kepala lapas tersebut dan
beliau mengatakan perlunya penyuluhan dan
pemberian informasi tentang HIV/AIDS agar
mengurangi dampak yang terjadi di dalam lapas
tersebut yaitu keresahan dari para napi yang
takut tertular dikarenakan minimnya informasi
tentang HIV. Kami datang pagi hari sekitar
pukul 08.30 WIB, lalu kami memulai
penyuluhan, pertama kali penyuluhan dibuka
oleh Bp. Didi dari KKI yang memaparkan
informasi dasar tentang HIV/AIDS dengan
menggunakan proyektor, sehingga para napi
dapat lebih mudah mengerti materi yang
disampaikan. Lalu kami bertiga melanjutkan
penyuluhan untuk melengkapi materi pertama
yang disampaikan Bp. Didi. Diantara kami juga
ada yang odha, sehingga kami juga memberikan
pengalaman hidup kami sendiri. Pada
penyuluhan tersebut juga di moderatori oleh
mbak Jajang C. Noor, yang membuat suasana
lebih menarik karena diselingi dengan lagu-lagu
yang dinyanyikannya dan diikuti semua napi,
selain itu kegiatan ini juga diliput oleh media
televisi Trans TV, dan beberapa media cetak.
Sebenarnya penghuni lapas tersebut berjumlah
1127 orang tetapi karena kapasitas gedung aula
hanya cukup untuk satu blok yaitu sekitar 300
orang, jadi penyuluhan ini akan dilanjutkan
dengan peserta napi dari blok yang berbeda, dan
karena kapasitas itu juga, para napi dari blok
lain banyak yang mengintip dan ikut
mendengarkan lewat jendela karena rasa
keingintahuan mereka. Setelah kurang lebih dua
jam, kami istirahat makan siang bersama,
diselingi beberapa lagu oleh para napi, diakhir
penutupan kami melontarkan satu pertanyaan
penting yaitu,” Setelah mendapat penyuluhan
ini apakah ada yang mempunyai keinginan
untuk tes darah secara sukarela dan tentunya
melalui prosedur konseling dan kerahasian?”,
dari kurang lebih 300 orang ternyata diluar
dugaan, hampir 80% mengangkat tangannya
tanda setuju. Dari hal inilah membuktikan
bahwa mereka sudah mulai mengerti dan
dengan kesadaran yang tinggi tentang HIV dan
perilaku mereka sebelumnya. Tentu saja hal ini
merupakan kebahagian tersendiri bagi kami.
Dan sekarang yang menjadi pertanyaan adalah
“siapa yang menindaklanjuti VCT di sana?”
3
Rangkuman dari Pertemuan
WHO tentang Meningkatkan
Perawatan HIV/AIDS
termasuk Terapi ARV
12-15 Mei 2003, Chiangmai, Thailand
Pertemuan WHO Dua Wilayah tentang
Meningkatkan Perawatan HIV/AIDS termasuk
Terapi Antiretroviral (ART) dilakukan 12-15
Mei 2003 di Chiang Mai, Thailand. Pertemuan
dihadiri 70 peserta termasuk wakil negara dari
Bangladesh, Kamboja, Cina, Indonesia, India,
Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam;
organisasi komunitas, kelompok Odha, WHO
dan lembaga PBB lain.
Tujuan pertemuan adalah:
• Meninjau kembali kebutuhan akan dan
tanggapan terhadap perawatan HIV/AIDS
termasuk ART di negara Asia dan Pasifik, dan
membagi informasi tentang perkembangan
mutakhir dalam ART;
• Menentukan strategi-strategi dan mekanismemekanisme untuk memperkuat rangkaian
perawatan HIV/AIDS secara terpadu,
termasuk ART, dalam kerja sama erat dengan
program kesehatan terkait; dan
• Menentukan petunjuk kunci tentang
perawatan HIV/AIDS untuk memantau dan
mengevaluasi kemajuan menuju pencapaian
sasaran UNGASS.
Para peserta didorong oleh asas dasar
pertemuan, yaitu untuk menyelidiki sarana
untuk meningkatkan akses pada layanan
perawatan dan pengobatan terkait HIV di Asia
dan Pasifik, dan untuk memperkuat keterlibatan
yang berarti oleh orang dan komunitas,
terutama mereka yang terinfeksi dan
terpengaruh langsung oleh HIV/AIDS.
Pertemuan mengusulkan tindakan pada masalah
berikut oleh pihak terkait:
Tindakan oleh WHO:
1. WHO harus menguatkan advokasinya
dengan pemerintah-pemerintah, dan lembaga
wilayah dan internasional, untuk
memperbaiki layanan perawatan kesehatan,
psikososial, dan dukungan termasuk
ketersediaan dan akses pada obat
antiretroviral (ARV) untuk orang yang
terpengaruh oleh HIV/AIDS agar mencapai
sasaran nasional dan wilayah untuk ART.
2. WHO harus bekerja dengan mitra yang
berpengalaman untuk mengejar
perkembangan sistem pembelian global
4
3.
4.
5.
6.
7.
untuk obat merek dan generik, bahan baku
dan bahan diagnostik, dengan memanfaatkan
pengalaman Global TB Drug Facility,
Global Alliance for Vaccines and
Immunization (GAVI) dan program
pembelian global lain.
WHO harus bekerja sama dengan negaranegara untuk meningkatkan ketersediaan
obat terkait HIV melalui pemasukan usaha
penjagaan kesehatan masyarakat dalam
undang-undang paten nasional, memadukan
obat HIV dan ARV dalam daftar obat
nasional, pendaftaran secara cepat untuk
ARV yang terprakualifikasi, dan pemberian
bantuan teknis untuk pembelian obat yang
terprakualifikasi.
WHO harus bekerja sama dengan negaranegara untuk mendukung produsen lokal
dengan baku Good Manufacturing Practices
(GMP), dan harus mempercepat proses
prakualifikasi untuk obat HIV.
WHO harus bekerja sama dengan negaranegara untuk mengembangkan strategistrategi nasional untuk perawatan HIV/
AIDS, dan menguatkan kemampuan untuk
pemantauan, pengawasan dan evaluasi
program perawatan dan pengobatan, dan
memantau pekerjaan TRIPS Council WTO
yang berhubungan dengan implikasi undangundang paten pada akses terhadap obatobatan.
WHO harus menyediakan keahlian dan
sumber daya teknis yang berhubungan
dengan pemasukan usaha penjagaan
kesehatan masyarakat yang efektif dalam
undang-undang paten nasional, dan
memantau implikasi undang-undang paten
pada akses terhadap obat-obatan.
WHO harus meyakinkan ketersediaan, dan
mendorong penggunaan, alat dan pedoman
yang bertujuan untuk memperbaiki mutu
tes HIV secara sukarela disertai konseling
(Voluntary Counselling and Testing/VCT),
penatalaksanaan klinis (khususnya
pencegahan terhadap infeksi oportunistik
dan ART), pemantauan pasien,
penatalaksanaan penyediaan obat; dukungan
psikososial dan sosial-ekonomis, dan
dukungan sebaya, dan menurunkan stigma
(cap buruk) dan perlakuan tidak adil dalam
sarana kesehatan. Hal ini dapat tercapai
melalui menyediakan keahlian dan sumber
daya untuk membangun kemampuan
melatih petugas perawatan kesehatan, teknisi
laboratorium, apoteker, LSM, sektor swasta,
Sahabat Senandika No. 7
komunitas dan organisasi agama, dan
kelompok Odha dan individu yang hidup
dengan HIV/AIDS.
8. WHO harus meningkatkan dukungan
teknisi pada negara untuk membuat
proposal dan melaksanakan proyek
GFATM, serta proyek yang didukung oleh
lembaga donor lain. WHO harus bekerja
agar ada sinergi antara proyek donor dan
kerangka WHO.
9. WHO harus membangun kemitraan melalui
Asian Care Task Force WHO dan
menguatkan kerja sama antara program dan
unitnya.
Tindakan oleh negara-negara anggota:
1. Negara-negara anggota harus membentuk
sasaran nasional untuk jumlah Odha yang
harus menerima ART pada 2005, sesuai
dengan sasaran global yang disetujui untuk
mencapai tiga juta orang pada 2005.
2. Strategi-strategi nasional tentang perawatan
dan pengobatan terpadu untuk HIV/AIDS
harus terbentuk dan terlaksana, sesuai
dengan sasaran yang dijanjikan pada
Deklarasi Perjanjian UNGASS. Strategi
tersebut harus termasuk mendorong
keterlibatan yang berarti oleh Odha, LSM
dan masyarakat sipil dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi perawatan HIV/
AIDS termasuk ARV di tingkat nasional dan
lokal, dengan tekanan pada akses yang adil.
3. Ketersediaan obat-obatan HIV, termasuk
ARV, harus ditingkatkan melalui:
meyakinkan ada pendanaan untuk
pembelian obat HIV termasuk ARV;
mencabut bea dan cukai terhadap obat HIV
dan ARV; persetujuan secara cepat untuk
ARV yang terprakualifikasi, dan
memasukkan ARV dalam daftar obat
esensial nasional; memasukkan usaha
penjagaan kesehatan masyarakat pada
undang-undang paten nasional, misalnya
compulsory licensing, parallel importation dan
bolar provision; mencabut dan mengubah
undang-undang yang ada yang menghambat
didirikan kelompok pembelian (buyers’ club)
obat HIV/AIDS; menentukan pilihan
pembelian terbaik beserta ahli pembelian
obat.
4. Negara-negara anggota harus menguatkan
layanan perawatan HIV/AIDS, termasuk
ARV, melalui: mendorong layanan VCT
dengan sumber daya yang cukup dan
ditingkatkan secara efektif, dengan
dukungan pada konselor yang sesuai dan
Juni 2003
berbakti; menentukan mekanisme yang jelas
untuk pemberian perawatan HIV/AIDS
yang melibatkan layanan kesehatan
masyarakat dan medis, Odha, LSM,
masyarakat sipil sesuai dengan konteks
lokal; memadukan perawatan HIV/AIDS
termasuk penatalaksanaan infeksi
oportunistik, perawatan paliatif dan ART
dalam layanan kesehatan yang ada di sektor
pemerintah dan swasta, kebijakan tempat
kerja, sebagai paket perawatan terpadu;
memasukkan perawatan HIV/AIDS dalam
program asuransi kesehatan; membangun
kemampuan petugas perawatan kesehatan,
Odha, keluarga, LSM dan masyarakat sipil
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
perawatan HIV/AIDS.
5. Negara-negara anggota harus menciptakan
sarana yang mendukung penerimaan layanan
perawatan melalui: mendorong
pembentukan kelompok komunitas dan
kelompok dukungan sebaya untuk Odha;
memberi dukungan dan sumber daya untuk
menentukan kesiapan komunitas untuk
akses layanan perawatan dan pengobatan
yang ditingkatkan; melaksanakan tindakan
untuk menghadapi stigma dan perlakuan
tidak adil terhadap orang yang terpengaruh
oleh HIV/AIDS, dan komunitas yang
rentan dan tersingkir dalam sektor
kesehatan, media massa, sektor agama dan
masyarakat umum; menentukan pendanaan
dan akses yang adil terhadap perawatan dan
pengobatan HIV/AIDS tidak menghiraukan
status sosial dan ekonomis, perilaku,
orientasi seksual, jender atau usia.
Sumber: Milis SEA-AIDS, 16 Juni 2003
5
Tanya-Jawab
Kutil Dubur
T: Teman saya HIV-positif, dan mengalami
kutil di sekitar duburnya, yang baru dicabut.
Apa yang harus dia lakukan setelah pencabutan
ini? Apakah dia harus dites setiap tahun untuk
memantau kambuhnya kutil ini?
J: Kutil dubur disebabkan virus yang disebut
HPV (human papilloma virus, juga dikenal
sebagai virus kutil). Walaupun kutil teman Anda
dicabut, kemungkinan dia terinfeksi HPV.
Infeksi HPV adalah kronis (bersfiat terusmenerus), dan sebagian besar pasien, terutama
yang terinfeksi HIV, tidak dapat sembuh dari
infeksi ini. Semakin rendah jumlah CD4,
semakin besar risiko akan muncul gejala dan
penyakit yang disebabkannya. Oleh karena ini,
teman Anda sebaiknya dipantau sedikitnya
setiap tahun. Tergantung pada keahlian di
daerah Anda, pemantauan ini dapat mencakup
tes Pap (Pap smear), anoskopi, atau dua-duanya.
Pada tes Pap, kain penyeka diraba-raba dalam
dubur, dan sel kulit diperiksa dengan mikroskop
untuk tanda ada kanker. Dengan anoskopi,
sebuah alat dimasukkan pada dubur yang
memungkinkan dokter lihat sel yang melapisi
dubur. Pemantauan ini, terutama untuk Odha,
adalah sangat penting.
Laporan Keuangan Positif
Fund
Periode Juni 2003
Saldo awal 1 Juni 2003
9,139,124
Penerimaan di bulan Juni 2003
250,000
Total penerimaan
9,389,124
Pengeluaran selama bulan Juni:
Item
Jumlah
Pengobatan
184,050
Transportasi
125,000
Komunikasi
-
Peralatan / Pemeliharaan
-
Modal Usaha
-
Total pengeluaran
309,050
Saldo akhir Positive Fund per 30 Juni
9,080,074
Sumber: The Body, 8 Nov 2002
URL: http://www.thebody.com/Forums/AIDS/Cancer/
Current/Q142763.html
Sahabat Senandika
Tips untuk Orang dengan
HIV No. 18
Jika kita memakai obat apa pun, selalu
membawa persediaan secukupnya waktu
berpergian. Ini terutuam penting bila kita
memakai obat antiretorviral. Jangan
memasukkan obatnya ke dalam koper jika naik
peseawat—karena ada kemungkinan bagasi salah
terkirim atau hilang.
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
T H E FORD
AT I ON
DA
FOU N D
Kantor Redaksi:
Jl Radio IV/10
Kebayoran Baru
Jakarta 12130
Telp: (021) 7279 7007
Fax: (021) 726-9521
E-mail: [email protected]
Editor:
Hertin Setyowati
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
6
Sahabat Senandika No. 4