Sahabat Senandika
Yayasan Spiritia
No. 33, Agustus 2005
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan
Pelatihan menjadi
Fasilitator perempuan
positif se-Asia Tenggara
Jakarta, 14-20 Agustus 2005
Dilatarbelakangi oleh minimnya perempuan
positif yang menjadi fasilitator, APN+ mengadakan
pelatihan untuk perempuan positif dengan topic
bagaimana menjadi fasilitator yang baik. Pesertanya
15 orang dari 4 negara: Indonesia, China, Philippina
dan Vietnam. Fasilitatornya adalah Susan Paxton
perwakilan dari APN+ di Australia dan Frika dari
Indonesia sebagai co-fasilitator.
Pada hari pertama dan kedua kami diberi tehniktehnik bagaimana memfasilitasi suatu sesi dan
bagaimana menghadapi tipe-tipe peserta yang
berbeda-beda. Hari ketiga dan keempat adalah
praktek menjadi fasilitator. Setiap peserta akan
praktek dan diberi masukan oleh peserta yang lain
dan fasilitator, jika peserta dianggap kurang dalam
memfasilitasi sesi maka akan diulang lagi.
Dalam pelatihan ini, kami benar-benar merasa
satu bagian. Hari pertama peserta masih malu-malu,
hari kedua dan seterusnya kami sudah saling
berbagi, bercerita dan yang tidak bisa bahasa
Inggris sama sekali, kami hanya tersenyum dan
berpelukan. Ada satu sesi sharing yang menjadikan,
sesi ini paling mengharukan dan mendekatkan kita
yaitu sesi sharing pengalaman.
Kebanyakan dari peserta tidak bisa berbahasa
Inggris, itu bukanlah halangan bagi peserta dan
fasilitator dalam berkomunikasi meskipun ada
interpreter. Ini dibuktikan oleh sesi kerjasama yang
dibawakan oleh 2 peserta dari Indonesia. Dalam
sesi ini dibagi 3 kelompok, 1 kelompok dari
Indonesia, 1 kelompok dari Vietnam, serta
Philippina dan China dijadikan 1 kelompok. Tugas
dalam sesi ini bagaimana membuat menara yang
tertinggi dan paling kuat dengan bahan tusuk sate,
benang dan gunting. Ternyata yang berhasil
membuat menara tertinggi dan yang paling kuat
adalah kelompok campuran dari Philippina dan
China.
Pada malam hari keempat fasilitator juga
mengundang para stakeholder dan aktivis HIV di
Jakarta untuk malam keakraban antara peserta dan
LSM-LSM yang ada di Jakarta. Semoga dengan
adanya pelatihan ini, makin banyak perempuanperempuan positif yang berani tampil untuk
memfasilitasi baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok yang lebih besar.
Daftar Isi
Laporan Kegiatan
Pelatihan menjadi Fasilitator perempuan
positif se-Asia Tenggara
Pengetahuan adalah Kekuatan
1
1
2
Persalinan melalui Vagina yang
Direncanakan Aman untuk Odha
Perempuan dengan Viral Load Tidak
Terdeteksi
2
Limfosit total, anemia, menambah gejala
untuk menentukan siap membutuhkan
pengobatan di Thailand
3
Mungkin Takaran Nevirapine Lebih Tinggi
Bermanfaat untuk Anak
4
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Tips...
Tips untuk Odha
5
5
5
5
Tanya jawab
6
Tanya jawab
6
Positive Fund
Laporan keuangan Positive Fund
6
6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Pengetahuan
adalah Kekuatan
Persalinan melalui Vagina
yang Direncanakan Aman
untuk Odha Perempuan
dengan Viral Load Tidak
Terdeteksi
Oleh Michael Carter, 25 April 2005
Persalinan normal/melalui vagina yang
direncanakan (planned vaginal delivery) tampaknya
menjadi pilihan yang aman untuk Odha perempuan
dengan viral load yang tidak terdeteksi pada waktu
melahirkan. Ini menurut presentasi poster pada
Konferensi British HIV Association ke-11 di
Dublin, Irlandia.
Tidak ada satu bayi pun dilahirkan oleh ibu
dengan viral load yang tidak terdeteksi pada saat
melahirkan ternyata terinfeksi HIV. Ini menurut
bukti yang dipresentasikan oleh para peneliti di
Chelsea and Westminster Hospital, London,
Inggris.
“Dengan pemantauan secara hati-hati pada
perempuan selama kehamilan dan waktu persalinan,
risiko penularan HIV dengan persalinan melalui
vagina yang direncanakan adalah sangat rendah”,
dilaporkan peneliti.
Terapi antiretroviral (ART) yang sesuai, cara
persalinan, dan menghindari menyusui dapat
mengurangi risiko penularan HIV dari ibu-ke-bayi
menjadi di bawah 1 persen. Namun persalinan
melalui bedah sesar pilihan, seperti semua tindakan
bedah, menimbulkan risiko, dan dapat
menambahkan masalah untuk perempuan yang
ingin menjadi hamil kemudian.
Oleh karena ini, perempuan yang diramalkan
akan mempunyai viral load di bawah 50 pada
minggu 36 kehamilan ditawarkan pilihan persalinan
vagina direncanakan oleh dokter di rumah sakit.
Antara 1999 dan 2004, sejumlah 24 perempuan
HIV-positif yang dirawat pada rumah sakit itu
melahirkan 32 bayi melalui vagina. Penatalaksanaan
kehamilan dilakukan oleh sebuah tim termasuk
dokter spesialis HIV, dokter kandungan, dokter
penyakit menular anak, dan bidan spesialis HIV.
Selain mempunyai viral load tidak terdeteksi,
2
perempuan yang ditawarkan pilihan persalinan
vagina diramalkan akan mulai persalinan pada
minggu ke-41 kehamilan, tidak melakukan bedah
rahim atau sesar pilihan sebelumnya, tidak
mempunyai infeksi kelamin, dan tidak mempunyai
indikasi bahwa persalinan yang lebih panjang.
Tidak satu pun dari 24 perempuan yang
melakukan persalinan vagina didiagnosis AIDS dan
semuanya memakai ART pada waktu persalinan.
Jumlah yang memakai ART yang mengandung
NNRTI sama dengan jumlah yang memakai ART
yang mengandung protease inhibitor. Kebanyakan
perempuan sudah mulai terapi sebelum kehamilan,
tetapi mereka yang belum memakainya memulai
terapi antara minggu 22 dan 24.
Lamanya kehamilan rata-rata 39 minggu. Pada
saat persalinan semua perempuan mempunyai viral
load di bawah 50 dan jumlah CD4 rata-rata 344.
Persalinan berlanjut rata-rata sedikit lebih dari
lima setengah jam, dan berat badan bayi rata-rata
sedikit di bawah 3kg. Namun, akibat komplikasi
dalam persalinan, lima bedah sesar darurat
dilakukan. Semua bayi diberikan profilaksis dengan
AZT, walaupun profilaksis diubah pada beberapa
bayi untuk menyesuaikannya dengan rejimen ARV
ibunya atau pola resistansi.
Tidak satu pun bayi terinfeksi HIV.
Walaupun 75 persen ibu melahirkan bayinya pada
masa kehamilan penuh, seperempat persalinan
terjadi lebih dini, dan para peneliti menekankan
bahwa hal ini menunjukkan bahwa adalah penting
untuk mulai ART paling lambat minggu 22-24
dalam kehamilan untuk memungkinkan waktu yang
cukup lama untuk meyakinkan penekankan virus
secara penuh agar memungkinkan persalinan
vagina.
“Kami beranggapan bahwa perempuan dengan
viral load di bawah 50 dan tidak ada indikasi
obstetris untuk bedah sesar pilihan sebaiknya
ditawarkan persalinan vagina bila ini pilihannya”,
menulis para peneliti.
Referensi: Browne R et al. Outcomes of planned vaginal delivery of
HIV-positive women managed in a multi-disciplinary setting.
Eleventh Annual Conference of the British HIV Association, Dublin
April 20 – 23, abstract P45, 2005
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/675C6282-39484011-8821-B07B084CE9AA.asp
Sahabat Senandika No.33
Limfosit total, anemia,
menambah gejala untuk
menentukan siap
membutuhkan pengobatan
di Thailand
Oleh Keith Alcorn, 1 Juni 2005
Pedoman WHO saat ini yang menuntun cara
mendeteksi tekanan berat pada kekebalan bila tidak
ada tes CD4 dapat meremehkan sejumlah besar
orang yang segera membutuhkan terapi
antiretroviral (ART). Ini menurut penemuan dari
penelitian AS/Thailand yang diterbitkan di Journal
of Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi 1
Juni.
Penelitian tersebut menemukan bahwa, bila tes
laboratorium yang mudah terjangkau dipakai untuk
melengkapi saran WHO saat ini yang mengusulkan
semua pasien dengan penyakit HIV bergejala
diobati, hal ini meningkatkan secara bermakna
kemampuan dokter untuk mengetahui pasien yang
berisiko tinggi terhadap kelanjutan penyakit,
walaupun tidak diketahui jumlah CD4.
Masalah
Pedoman WHO saat ini untuk pengobatan HIV
di rangkaian sumber daya terbatas mengusulkan
bahwa siapa pun dengan penyakit HIV bergejala
harus menerima ART. Namun memakai kriteria
klinis sendiri dapat menyebabkan dokter tidak
mengobati orang yang mungkin berisiko tinggi
terhadap kelanjutan penyakit - mereka dengan
gejala ringan dan jumlah CD4 di bawah 200.
Tes CD4 umumnya tidak terjangkau di sebagian
besar rangkaian terbatas sumber daya karena tes ini
membutuhkan alat laboratorium yang khusus. Tes
limfosit total lebih mudah dilakukan, dan dapat
dianggap sebagai pengganti yang cukup sesuai
untuk jumlah CD4.
Namun masih ada keraguan mengenai ambang
limfosit total yang dapat dianggap serupa dengan
jumlah CD4 200.
Penelitian AS/Thailand
Peneliti AS dan Thailand berusaha untuk
menentukan apakah mereka dapat memperbaiki
saran WHO saat ini dengan melihat data dari 519
pasien Thailand dan menyelidiki hubungan antara
jumlah CD4 dan limfosit total, hemoglobin (Hb tanda anemia), gejala fisik dan indeks massa badan
(body mass index/BMI).
Pasien dalam dua kelompok jumlah CD4 (di
bawah 200 dan di bawah 350) dinilai untuk
menentukan apakah sejumlah kriteria diagnostik
Agustus 2005
lain juga dapat memprediksikan tingkat tekanan
kekebalan.
Mereka menemukan bahwa batas limfosit total
1500 mendeteksikan hampir dua kali lipat orang (43
persen laki-laki, 33 persen perempuan) yang
seharusnya memenuhi kriteria untuk diobati
berdasarkan jumlah CD4 di bawah 200 bila
dibandingkan dengan batas 1200 yang saat ini
diusulkan (23 persen laki-laki, 16 persen
perempuan). Namun dengan memakai batas
limfosit total 1500 masih tidak menemukan 57
persen orang yang memenuhi kriteria untuk diobati
bila CD4 tersedia.
Para peneliti melaporkan bahwa sensitivitas yang
lebih tinggi dapat dicapai dengan memakai Hb
bersama dengan limfosit total. Anemia,
digabungkan dengan limfosit total di bawah 2000
lebih peka secara bermakna dibandingkan dengan
pedoman WHO saat ini yang mengusulkan pasien
dengan jumlah CD4 di bawah 200 sebaiknya mulai
ART. Algoritme yang paling sensitif menggabung
pedoman WHO (penyakit HIV simptomatis)
dengan anemia dan limfosit total di bawah 2000;
algoritme ini hampir dua kali lipat lebih sensitif
dibandingkan dengan pedoman WHO saat ini.
Penemuan ini memberi kesan bahwa tes
laboratorium yang mudah terjangkau dapat
membantu dokter mengetahui pasien yang segera
membutuhkan ART, terutama dalam rangkaian
yang tidak memungkinkan pengobatan langsung
untuk semua pasien.
Referensi: Costello C et al. Predictors of low CD4 count in resourcelimited settings. J Acquir Immune Defic Syndr 39: 242-248, 2005.
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/6793640B-E0B941DA-9E32-F1B3B7B9AC50.asp
3
Mungkin Takaran
Nevirapine Lebih Tinggi
Bermanfaat untuk Anak
Oleh Chris Gadd, 28 November 2004
Anak HIV-positif menunjukkan hasil virologis
dan imunologis yang lebih baik bila diobati dengan
takaran nevirapine yang lebih tinggi dibanding yang
disarankan oleh produsen, Boehringer Ingelheim.
Hal ini menurut analisis retrospektif data
farmakokinetis yang dikajikan pada International
Congress on Drug Therapy in HIV Infection ke-7
di Glasgow, Inggris.
Pedoman takaran nevirapine untuk anak saat ini
menyarankan 120mg/m2 per hari untuk anak di
bawah usia delapan tahun. Pada anak berusia
delapan tahun ke atas, takaran awal 120mg/m2 per
hari disarankan untuk dua minggu pertama,
kemudian ditingkatkan menjadi 150mg/m2 per
hari. Namun pedoman ini didasari penemuan dari
dua penelitian kecil, yang hanya melibatkan 46
pasien. Penelitian retrospektif ini, yang
dipresentasikan oleh mahasiswa kedokteran Anet
Alexanian dari Imperial College, London, Inggris,
dilakukan untuk membandingkan takaran obat
dengan tingkat nevirapine dalam darah dan hasil
klinis.
Para peneliti memperoleh hasil dari 111
pengukuran nevirapine dari 51 anak berusia antara
dua bulan dan 15 tahun dari pangkalan data di
Liverpool Therapeutic Drug Monitoring Service.
Tingkat nevirapine diukur empat jam setelah obat
diminum, jadi kepekatan paling rendah (‘trough
concentration’) dihitung dengan memakai masa
paro yang ditentukan dengan penelitian
farmakokinetis pada orang dewasa.
Tingkat nevirapine yang paling rendah adalah
lebih tinggi pada pasien yang memakai takaran obat
yang lebih tinggi (p < 0,001). Namun anak yang
memakai takaran yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang disarankan oleh produsen kurang
mungkin mengalami kepekatan paling rendah di
bawah kepekatan yang dibutuhkan agar obat dapat
bekerja secara efektif (p = 0,001).
Ada hubungan antara kepekatan paling rendah
yang lebih tinggi dengan viral load yang lebih
rendah (p = 0,012) dan jumlah CD4 yang lebih
tinggi, dilihatkan sebagai skor-z yang disesuaikan
untuk usia (p = 0,002). Lagi pula, anak dengan viral
load yang tidak terdeteksi mempunyai kepekatan
paling rendah nevirapine yang lebih tinggi
dibandingkan mereka yang tidak pernah mencapai
viral load yang tidak terdeteksi. (p = 0,026)
4
Selain itu, juga pasien yang minum nevirapine
sekali sehari cenderung mempunyai kepekatan
paling rendah yang lebih rendah dibandingkan
mereka yang minum obatnya dua kali sehari sesuai
dengan pedoman dari produsen, walaupun ini tidak
bermakna secara statistik untuk (p = 0,064).
Para peneliti menemukan peningkatan enzim hati
pada tujuh anak, tetapi kejadian ini tidak
berhubungan dengan kepekatan paling rendah
nevirapine. Hal ini memberi kesan bahwa takaran
nevirapine yang lebih tinggi yang diterima oleh
beberapa pasien tidak menyebabkan kejadian
toksisitas hati yang lebih tinggi. Tidak ada laporan
kasus ruam angka 3 atau 4, atau pun
granulositopenia, yaitu tingkat granulosit (sejenis sel
darah putih) yang rendah.
“Takaran nevirapine yang lebih tinggi
dihubungkan dengan kepekatan paling rendah
dalam darah yang lebih tinggi, yang juga
berhubungan dengan hasil virologis dan imunologis
yang lebih baik, tanpa ada hepatotoksisitas terkait
takaran,” para peneliti menyimpulkan. “Data ini
mendukung penggunaan takaran nevirapine yang
lebih tinggi daripada yang takaran yang saat ini
disarankan oleh produsen.”
Walaupun penemuan ini, para peneliti tidak
sampai menyarankan perubahan takaran untuk
dipakai oleh anak. Penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk menentukan takaran nevirapine
yang cocok, baik untuk anak di negara maju
maupun untuk anak di negara berkembang.
Terutama dibutuhkan penelitian farmakokinetis
untuk menentukan takaran yang cocok untuk
dipakai oleh anak yang kurang bergizi, dengan berat
badan yang lebih rendah pada usia dibandingkan
anak di negara barat, serta penelitian terhadap
ukuran tablet yang berbeda yang seharusnya
disediakan untuk anak yang lebih tua, dan
bagaimana takaran seharusnya disesuaikan dengan
berat badan bila berat badan anak di bawah yang
seharusnya sesuai dengan usianya.
Referensi: Alexanian A et al. Higher nevirapine doses correlate with
improved outcomes in a paediatric population. Seventh International
Congress on Drug Therapy in HIV Infection, Glasgow, abstract
PL11.2, 2004.
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/69629CC2-E8104851-ABCF-1754E64D6EB7.asp
Sahabat Senandika No.33
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Pada Agustus 2005, Yayasan Spiritia telah
menerbitkan tiga lagi lembaran informasi untuk Odha,
sbb:
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 442—Ritonavir
Lembaran Informasi 443—Saquinavir
Lembaran Informasi 446—Lopinavir/Ritonavir
Dengan ini, sudah diterbitkan 115 lembaran
informasi dalam seri ini.
Juga ada lima lembaran informasi yang direvisi:
• Informasi Dasar
Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran
Informasi
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 400—Penggunaan Obat
Antiretroviral
Lembaran Informasi 410—Terapi Antiretroviral
• Topik Khusus
Lembaran Informasi 622—Masalah Mulut
• Referensi
Lembaran Informasi 900—Daftar Istilah
Untuk memperoleh lembaran baru/revisi ini atau
seri Lembaran Informasi komplet, silakan hubungi
Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman
belakang. Anggota milis WartaAIDS dapat akses
file ini dengan browse ke:
Agustus 2005
Tips...
Tips untuk Odha
Bakteri ada dimana-mana. Ketika kita menyentuh
pegangan pintu, memegang buku, mengusap
binatang kesayangan kita, tangan kita juga
bersentuhan dengan kuman. Beberapa kuman
memiliki efek yang tidak terlalu besar namun E.Coli
dan Salmonela bisa membuat orang sangat sakit.
Bagi orang dengan HIV ditubuhnya, hal ini akan
menjadi berbahaya. Untuk melindungi diri kita dari
kuman yang berbahaya, sebaiknya kita mencuci
tangan yang benar terutama pada saat: setelah
menggunakan kamar mandi, setelah memegang
binatang, setelah mengganti popok, sebelum dan
setelah mempersiapkan makanan, sebelum makan,
sebelum dan sesudah menyikat gigi, dan setelah
memegang apa saja yang kotor. Mencuci tangan
juga sangat penting ketika kita berdekatan dengan
orang yang kena flu.
Cara mencuci tangan yang baik adalah: basahi
tangan dengan air yang mengalir, taruh busa dan
buat busa tanpa percikan, gosok telapak tangan,
punggung tangan, sela jari, ibu jari dan pergelangan
tangan selama 15 detik kemudian bilas dengan air
sampai bersih dan keringkan dengan kertas/tisu/
handuk katun sekali pakai dan kemudian matikan
keran dengan kertas atau tisu.
Jika air bersih dan sabun tidak tersedia, kita bisa
menggunakan produk pembersih tangan (hand
sanitizer). Cari yang mengandung etil alkohol dan
yang tidak mengandung triklosan. Triklosan
merupakan bahan anti bakteri yang juga dapat
membunuh sel kulit manusia.
Kadang-kadang kita terlalu sering mencuci tangan
karena takut terinfeksi kuman. Hal ini boleh saja
namun hindari kekeringan yang berlebihan pada
tangan karena dari goresan luka yg disebabkan kulit
kering ini kuman juga dapat masuk, jadi sebaiknya
siapkan pelembab tangan.
5
Tanya jawab
Positive Fund
Tanya jawab
Laporan Keuangan Positive Fund
Yayasan Spiritia
Periode A gustus 2005
T: Bisakah Odha mengkonsumsi vitamin secara
berlebihan mengingat daya tahan tubuh Odha
kurang dari orang pada umumnya?
J: Tubuh kita memerlukan vitamin supaya bisa
melakukan beberapa kegiatan. Vitamin juga
berguna untuk membangun dan mempertahankan
jaringan dan organ tubuh kita. Selain itu, vitamin
menyediakan tenaga, meningkatkan daya tahan
tubuh, mempertahankan kesehatan kulit dan
membantu otak dan sistem saraf kita untuk
berfungsi secara baik.
Jika tubuh kita tidak mendapat vitamin yang
cukup, kita bisa mendapatkan beberapa gejala. Jika
tubuh kita terus menerus kekurangan vitamin
dalam jangka waktu yang panjang, gejala-gejala
tersebut akan menjadi lebih gawat dan kita
kemungkinan akan mendapatkan beberapa
penyakit.
Ada kemungkinan jika kita memakan terlalu
banyak vitamin dan menjadi overdosis. Jika kita
terlalu banyak mengkonsumsi vitamin A, kita
beresiko tinggi terhadap patah tulang (permanen).
Jika kita mengkonsumsi vitamin B6 secara
berlebihan, kita bisa mengalami kesemutan di
bagian lengan dan kaki yang parah (peripheral
neuropathy) namun gejala ini bisa dibalikkan ke
keadaan semula jika kita mengurangi jumlah asupan
vitamin B. Jika kita berlebihan mengkonsumsi
vitamin C, kita bisa mengalami diare dan sakit
perut, namun gejala ini juga dapat dikurangi jika
kita mengurangi jumlah asupan vitamin C.
Bagaimana cara saya untuk memastikan bahwa
kita mendapatkan vitamin yang cukup dari
makanan yang kita konsumsi sehingga kita tidak
perlu lagi memakan suplemen tambahan?
Makanlah paling tidak 5 porsi buah dan sayuran
setiap hari, pilihlah berbagai macam buah untuk
mendapat vitamin dari setiap buah dan untuk
mengurangi kebosanan. Masukkan daging has dan
minyak ikan dalam makanan kita. Vitamin yang
larut dalam air sebaiknya di kukus/tim atau di bakar
karena jika makanan tersebut direbus, vitaminnya
akan berkurang atau bahkan hilang. Jika kita suka
menkonsumsi makanan ringan, sebaiknya kita
mengkonsumsi makanan berupa kacang-kacangan
dan biji-bijian daripada makanan ringan yang
mengandung banyak lemak. Jika kita vegetarian
(tidak mengkonsumsi daging sama sekali),
sebaiknya kita memasukkan kacang-kacangan dalam
menu kita.
6
Saldo awal 1 Agustus 2005
11,355,675
Penerimaan di bulan
Agustus 2005
300,000
__________+
Total penerimaan
11,655,675
Pengeluaran selama bulan Agustus :
Item
Pengobatan
Transportasi
Komunikasi
Peralatan / Pemeliharaan
Modal Usaha
Total pengeluaran
Jumlah
650,000
0
0
0
0
________+
650,000-
Saldo akhir Positive Fund
per 31 A gustus 2005
11,005,675
Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
T H E FORD
AT I ON
DA
FOU N D
Kantor Redaksi:
Jl Radio IV/10
Kebayoran Baru
Jakarta 12130
Telp: (021) 7279 7007
Fax: (021) 726-9521
E-mail: [email protected]
Editor:
Hertin Setyowati & Caroline Thomas
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
Sahabat Senandika No. 33
No. 33, Agustus 2005
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan
Pelatihan menjadi
Fasilitator perempuan
positif se-Asia Tenggara
Jakarta, 14-20 Agustus 2005
Dilatarbelakangi oleh minimnya perempuan
positif yang menjadi fasilitator, APN+ mengadakan
pelatihan untuk perempuan positif dengan topic
bagaimana menjadi fasilitator yang baik. Pesertanya
15 orang dari 4 negara: Indonesia, China, Philippina
dan Vietnam. Fasilitatornya adalah Susan Paxton
perwakilan dari APN+ di Australia dan Frika dari
Indonesia sebagai co-fasilitator.
Pada hari pertama dan kedua kami diberi tehniktehnik bagaimana memfasilitasi suatu sesi dan
bagaimana menghadapi tipe-tipe peserta yang
berbeda-beda. Hari ketiga dan keempat adalah
praktek menjadi fasilitator. Setiap peserta akan
praktek dan diberi masukan oleh peserta yang lain
dan fasilitator, jika peserta dianggap kurang dalam
memfasilitasi sesi maka akan diulang lagi.
Dalam pelatihan ini, kami benar-benar merasa
satu bagian. Hari pertama peserta masih malu-malu,
hari kedua dan seterusnya kami sudah saling
berbagi, bercerita dan yang tidak bisa bahasa
Inggris sama sekali, kami hanya tersenyum dan
berpelukan. Ada satu sesi sharing yang menjadikan,
sesi ini paling mengharukan dan mendekatkan kita
yaitu sesi sharing pengalaman.
Kebanyakan dari peserta tidak bisa berbahasa
Inggris, itu bukanlah halangan bagi peserta dan
fasilitator dalam berkomunikasi meskipun ada
interpreter. Ini dibuktikan oleh sesi kerjasama yang
dibawakan oleh 2 peserta dari Indonesia. Dalam
sesi ini dibagi 3 kelompok, 1 kelompok dari
Indonesia, 1 kelompok dari Vietnam, serta
Philippina dan China dijadikan 1 kelompok. Tugas
dalam sesi ini bagaimana membuat menara yang
tertinggi dan paling kuat dengan bahan tusuk sate,
benang dan gunting. Ternyata yang berhasil
membuat menara tertinggi dan yang paling kuat
adalah kelompok campuran dari Philippina dan
China.
Pada malam hari keempat fasilitator juga
mengundang para stakeholder dan aktivis HIV di
Jakarta untuk malam keakraban antara peserta dan
LSM-LSM yang ada di Jakarta. Semoga dengan
adanya pelatihan ini, makin banyak perempuanperempuan positif yang berani tampil untuk
memfasilitasi baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok yang lebih besar.
Daftar Isi
Laporan Kegiatan
Pelatihan menjadi Fasilitator perempuan
positif se-Asia Tenggara
Pengetahuan adalah Kekuatan
1
1
2
Persalinan melalui Vagina yang
Direncanakan Aman untuk Odha
Perempuan dengan Viral Load Tidak
Terdeteksi
2
Limfosit total, anemia, menambah gejala
untuk menentukan siap membutuhkan
pengobatan di Thailand
3
Mungkin Takaran Nevirapine Lebih Tinggi
Bermanfaat untuk Anak
4
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Tips...
Tips untuk Odha
5
5
5
5
Tanya jawab
6
Tanya jawab
6
Positive Fund
Laporan keuangan Positive Fund
6
6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Pengetahuan
adalah Kekuatan
Persalinan melalui Vagina
yang Direncanakan Aman
untuk Odha Perempuan
dengan Viral Load Tidak
Terdeteksi
Oleh Michael Carter, 25 April 2005
Persalinan normal/melalui vagina yang
direncanakan (planned vaginal delivery) tampaknya
menjadi pilihan yang aman untuk Odha perempuan
dengan viral load yang tidak terdeteksi pada waktu
melahirkan. Ini menurut presentasi poster pada
Konferensi British HIV Association ke-11 di
Dublin, Irlandia.
Tidak ada satu bayi pun dilahirkan oleh ibu
dengan viral load yang tidak terdeteksi pada saat
melahirkan ternyata terinfeksi HIV. Ini menurut
bukti yang dipresentasikan oleh para peneliti di
Chelsea and Westminster Hospital, London,
Inggris.
“Dengan pemantauan secara hati-hati pada
perempuan selama kehamilan dan waktu persalinan,
risiko penularan HIV dengan persalinan melalui
vagina yang direncanakan adalah sangat rendah”,
dilaporkan peneliti.
Terapi antiretroviral (ART) yang sesuai, cara
persalinan, dan menghindari menyusui dapat
mengurangi risiko penularan HIV dari ibu-ke-bayi
menjadi di bawah 1 persen. Namun persalinan
melalui bedah sesar pilihan, seperti semua tindakan
bedah, menimbulkan risiko, dan dapat
menambahkan masalah untuk perempuan yang
ingin menjadi hamil kemudian.
Oleh karena ini, perempuan yang diramalkan
akan mempunyai viral load di bawah 50 pada
minggu 36 kehamilan ditawarkan pilihan persalinan
vagina direncanakan oleh dokter di rumah sakit.
Antara 1999 dan 2004, sejumlah 24 perempuan
HIV-positif yang dirawat pada rumah sakit itu
melahirkan 32 bayi melalui vagina. Penatalaksanaan
kehamilan dilakukan oleh sebuah tim termasuk
dokter spesialis HIV, dokter kandungan, dokter
penyakit menular anak, dan bidan spesialis HIV.
Selain mempunyai viral load tidak terdeteksi,
2
perempuan yang ditawarkan pilihan persalinan
vagina diramalkan akan mulai persalinan pada
minggu ke-41 kehamilan, tidak melakukan bedah
rahim atau sesar pilihan sebelumnya, tidak
mempunyai infeksi kelamin, dan tidak mempunyai
indikasi bahwa persalinan yang lebih panjang.
Tidak satu pun dari 24 perempuan yang
melakukan persalinan vagina didiagnosis AIDS dan
semuanya memakai ART pada waktu persalinan.
Jumlah yang memakai ART yang mengandung
NNRTI sama dengan jumlah yang memakai ART
yang mengandung protease inhibitor. Kebanyakan
perempuan sudah mulai terapi sebelum kehamilan,
tetapi mereka yang belum memakainya memulai
terapi antara minggu 22 dan 24.
Lamanya kehamilan rata-rata 39 minggu. Pada
saat persalinan semua perempuan mempunyai viral
load di bawah 50 dan jumlah CD4 rata-rata 344.
Persalinan berlanjut rata-rata sedikit lebih dari
lima setengah jam, dan berat badan bayi rata-rata
sedikit di bawah 3kg. Namun, akibat komplikasi
dalam persalinan, lima bedah sesar darurat
dilakukan. Semua bayi diberikan profilaksis dengan
AZT, walaupun profilaksis diubah pada beberapa
bayi untuk menyesuaikannya dengan rejimen ARV
ibunya atau pola resistansi.
Tidak satu pun bayi terinfeksi HIV.
Walaupun 75 persen ibu melahirkan bayinya pada
masa kehamilan penuh, seperempat persalinan
terjadi lebih dini, dan para peneliti menekankan
bahwa hal ini menunjukkan bahwa adalah penting
untuk mulai ART paling lambat minggu 22-24
dalam kehamilan untuk memungkinkan waktu yang
cukup lama untuk meyakinkan penekankan virus
secara penuh agar memungkinkan persalinan
vagina.
“Kami beranggapan bahwa perempuan dengan
viral load di bawah 50 dan tidak ada indikasi
obstetris untuk bedah sesar pilihan sebaiknya
ditawarkan persalinan vagina bila ini pilihannya”,
menulis para peneliti.
Referensi: Browne R et al. Outcomes of planned vaginal delivery of
HIV-positive women managed in a multi-disciplinary setting.
Eleventh Annual Conference of the British HIV Association, Dublin
April 20 – 23, abstract P45, 2005
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/675C6282-39484011-8821-B07B084CE9AA.asp
Sahabat Senandika No.33
Limfosit total, anemia,
menambah gejala untuk
menentukan siap
membutuhkan pengobatan
di Thailand
Oleh Keith Alcorn, 1 Juni 2005
Pedoman WHO saat ini yang menuntun cara
mendeteksi tekanan berat pada kekebalan bila tidak
ada tes CD4 dapat meremehkan sejumlah besar
orang yang segera membutuhkan terapi
antiretroviral (ART). Ini menurut penemuan dari
penelitian AS/Thailand yang diterbitkan di Journal
of Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi 1
Juni.
Penelitian tersebut menemukan bahwa, bila tes
laboratorium yang mudah terjangkau dipakai untuk
melengkapi saran WHO saat ini yang mengusulkan
semua pasien dengan penyakit HIV bergejala
diobati, hal ini meningkatkan secara bermakna
kemampuan dokter untuk mengetahui pasien yang
berisiko tinggi terhadap kelanjutan penyakit,
walaupun tidak diketahui jumlah CD4.
Masalah
Pedoman WHO saat ini untuk pengobatan HIV
di rangkaian sumber daya terbatas mengusulkan
bahwa siapa pun dengan penyakit HIV bergejala
harus menerima ART. Namun memakai kriteria
klinis sendiri dapat menyebabkan dokter tidak
mengobati orang yang mungkin berisiko tinggi
terhadap kelanjutan penyakit - mereka dengan
gejala ringan dan jumlah CD4 di bawah 200.
Tes CD4 umumnya tidak terjangkau di sebagian
besar rangkaian terbatas sumber daya karena tes ini
membutuhkan alat laboratorium yang khusus. Tes
limfosit total lebih mudah dilakukan, dan dapat
dianggap sebagai pengganti yang cukup sesuai
untuk jumlah CD4.
Namun masih ada keraguan mengenai ambang
limfosit total yang dapat dianggap serupa dengan
jumlah CD4 200.
Penelitian AS/Thailand
Peneliti AS dan Thailand berusaha untuk
menentukan apakah mereka dapat memperbaiki
saran WHO saat ini dengan melihat data dari 519
pasien Thailand dan menyelidiki hubungan antara
jumlah CD4 dan limfosit total, hemoglobin (Hb tanda anemia), gejala fisik dan indeks massa badan
(body mass index/BMI).
Pasien dalam dua kelompok jumlah CD4 (di
bawah 200 dan di bawah 350) dinilai untuk
menentukan apakah sejumlah kriteria diagnostik
Agustus 2005
lain juga dapat memprediksikan tingkat tekanan
kekebalan.
Mereka menemukan bahwa batas limfosit total
1500 mendeteksikan hampir dua kali lipat orang (43
persen laki-laki, 33 persen perempuan) yang
seharusnya memenuhi kriteria untuk diobati
berdasarkan jumlah CD4 di bawah 200 bila
dibandingkan dengan batas 1200 yang saat ini
diusulkan (23 persen laki-laki, 16 persen
perempuan). Namun dengan memakai batas
limfosit total 1500 masih tidak menemukan 57
persen orang yang memenuhi kriteria untuk diobati
bila CD4 tersedia.
Para peneliti melaporkan bahwa sensitivitas yang
lebih tinggi dapat dicapai dengan memakai Hb
bersama dengan limfosit total. Anemia,
digabungkan dengan limfosit total di bawah 2000
lebih peka secara bermakna dibandingkan dengan
pedoman WHO saat ini yang mengusulkan pasien
dengan jumlah CD4 di bawah 200 sebaiknya mulai
ART. Algoritme yang paling sensitif menggabung
pedoman WHO (penyakit HIV simptomatis)
dengan anemia dan limfosit total di bawah 2000;
algoritme ini hampir dua kali lipat lebih sensitif
dibandingkan dengan pedoman WHO saat ini.
Penemuan ini memberi kesan bahwa tes
laboratorium yang mudah terjangkau dapat
membantu dokter mengetahui pasien yang segera
membutuhkan ART, terutama dalam rangkaian
yang tidak memungkinkan pengobatan langsung
untuk semua pasien.
Referensi: Costello C et al. Predictors of low CD4 count in resourcelimited settings. J Acquir Immune Defic Syndr 39: 242-248, 2005.
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/6793640B-E0B941DA-9E32-F1B3B7B9AC50.asp
3
Mungkin Takaran
Nevirapine Lebih Tinggi
Bermanfaat untuk Anak
Oleh Chris Gadd, 28 November 2004
Anak HIV-positif menunjukkan hasil virologis
dan imunologis yang lebih baik bila diobati dengan
takaran nevirapine yang lebih tinggi dibanding yang
disarankan oleh produsen, Boehringer Ingelheim.
Hal ini menurut analisis retrospektif data
farmakokinetis yang dikajikan pada International
Congress on Drug Therapy in HIV Infection ke-7
di Glasgow, Inggris.
Pedoman takaran nevirapine untuk anak saat ini
menyarankan 120mg/m2 per hari untuk anak di
bawah usia delapan tahun. Pada anak berusia
delapan tahun ke atas, takaran awal 120mg/m2 per
hari disarankan untuk dua minggu pertama,
kemudian ditingkatkan menjadi 150mg/m2 per
hari. Namun pedoman ini didasari penemuan dari
dua penelitian kecil, yang hanya melibatkan 46
pasien. Penelitian retrospektif ini, yang
dipresentasikan oleh mahasiswa kedokteran Anet
Alexanian dari Imperial College, London, Inggris,
dilakukan untuk membandingkan takaran obat
dengan tingkat nevirapine dalam darah dan hasil
klinis.
Para peneliti memperoleh hasil dari 111
pengukuran nevirapine dari 51 anak berusia antara
dua bulan dan 15 tahun dari pangkalan data di
Liverpool Therapeutic Drug Monitoring Service.
Tingkat nevirapine diukur empat jam setelah obat
diminum, jadi kepekatan paling rendah (‘trough
concentration’) dihitung dengan memakai masa
paro yang ditentukan dengan penelitian
farmakokinetis pada orang dewasa.
Tingkat nevirapine yang paling rendah adalah
lebih tinggi pada pasien yang memakai takaran obat
yang lebih tinggi (p < 0,001). Namun anak yang
memakai takaran yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang disarankan oleh produsen kurang
mungkin mengalami kepekatan paling rendah di
bawah kepekatan yang dibutuhkan agar obat dapat
bekerja secara efektif (p = 0,001).
Ada hubungan antara kepekatan paling rendah
yang lebih tinggi dengan viral load yang lebih
rendah (p = 0,012) dan jumlah CD4 yang lebih
tinggi, dilihatkan sebagai skor-z yang disesuaikan
untuk usia (p = 0,002). Lagi pula, anak dengan viral
load yang tidak terdeteksi mempunyai kepekatan
paling rendah nevirapine yang lebih tinggi
dibandingkan mereka yang tidak pernah mencapai
viral load yang tidak terdeteksi. (p = 0,026)
4
Selain itu, juga pasien yang minum nevirapine
sekali sehari cenderung mempunyai kepekatan
paling rendah yang lebih rendah dibandingkan
mereka yang minum obatnya dua kali sehari sesuai
dengan pedoman dari produsen, walaupun ini tidak
bermakna secara statistik untuk (p = 0,064).
Para peneliti menemukan peningkatan enzim hati
pada tujuh anak, tetapi kejadian ini tidak
berhubungan dengan kepekatan paling rendah
nevirapine. Hal ini memberi kesan bahwa takaran
nevirapine yang lebih tinggi yang diterima oleh
beberapa pasien tidak menyebabkan kejadian
toksisitas hati yang lebih tinggi. Tidak ada laporan
kasus ruam angka 3 atau 4, atau pun
granulositopenia, yaitu tingkat granulosit (sejenis sel
darah putih) yang rendah.
“Takaran nevirapine yang lebih tinggi
dihubungkan dengan kepekatan paling rendah
dalam darah yang lebih tinggi, yang juga
berhubungan dengan hasil virologis dan imunologis
yang lebih baik, tanpa ada hepatotoksisitas terkait
takaran,” para peneliti menyimpulkan. “Data ini
mendukung penggunaan takaran nevirapine yang
lebih tinggi daripada yang takaran yang saat ini
disarankan oleh produsen.”
Walaupun penemuan ini, para peneliti tidak
sampai menyarankan perubahan takaran untuk
dipakai oleh anak. Penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk menentukan takaran nevirapine
yang cocok, baik untuk anak di negara maju
maupun untuk anak di negara berkembang.
Terutama dibutuhkan penelitian farmakokinetis
untuk menentukan takaran yang cocok untuk
dipakai oleh anak yang kurang bergizi, dengan berat
badan yang lebih rendah pada usia dibandingkan
anak di negara barat, serta penelitian terhadap
ukuran tablet yang berbeda yang seharusnya
disediakan untuk anak yang lebih tua, dan
bagaimana takaran seharusnya disesuaikan dengan
berat badan bila berat badan anak di bawah yang
seharusnya sesuai dengan usianya.
Referensi: Alexanian A et al. Higher nevirapine doses correlate with
improved outcomes in a paediatric population. Seventh International
Congress on Drug Therapy in HIV Infection, Glasgow, abstract
PL11.2, 2004.
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/69629CC2-E8104851-ABCF-1754E64D6EB7.asp
Sahabat Senandika No.33
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Pada Agustus 2005, Yayasan Spiritia telah
menerbitkan tiga lagi lembaran informasi untuk Odha,
sbb:
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 442—Ritonavir
Lembaran Informasi 443—Saquinavir
Lembaran Informasi 446—Lopinavir/Ritonavir
Dengan ini, sudah diterbitkan 115 lembaran
informasi dalam seri ini.
Juga ada lima lembaran informasi yang direvisi:
• Informasi Dasar
Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran
Informasi
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 400—Penggunaan Obat
Antiretroviral
Lembaran Informasi 410—Terapi Antiretroviral
• Topik Khusus
Lembaran Informasi 622—Masalah Mulut
• Referensi
Lembaran Informasi 900—Daftar Istilah
Untuk memperoleh lembaran baru/revisi ini atau
seri Lembaran Informasi komplet, silakan hubungi
Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman
belakang. Anggota milis WartaAIDS dapat akses
file ini dengan browse ke:
Agustus 2005
Tips...
Tips untuk Odha
Bakteri ada dimana-mana. Ketika kita menyentuh
pegangan pintu, memegang buku, mengusap
binatang kesayangan kita, tangan kita juga
bersentuhan dengan kuman. Beberapa kuman
memiliki efek yang tidak terlalu besar namun E.Coli
dan Salmonela bisa membuat orang sangat sakit.
Bagi orang dengan HIV ditubuhnya, hal ini akan
menjadi berbahaya. Untuk melindungi diri kita dari
kuman yang berbahaya, sebaiknya kita mencuci
tangan yang benar terutama pada saat: setelah
menggunakan kamar mandi, setelah memegang
binatang, setelah mengganti popok, sebelum dan
setelah mempersiapkan makanan, sebelum makan,
sebelum dan sesudah menyikat gigi, dan setelah
memegang apa saja yang kotor. Mencuci tangan
juga sangat penting ketika kita berdekatan dengan
orang yang kena flu.
Cara mencuci tangan yang baik adalah: basahi
tangan dengan air yang mengalir, taruh busa dan
buat busa tanpa percikan, gosok telapak tangan,
punggung tangan, sela jari, ibu jari dan pergelangan
tangan selama 15 detik kemudian bilas dengan air
sampai bersih dan keringkan dengan kertas/tisu/
handuk katun sekali pakai dan kemudian matikan
keran dengan kertas atau tisu.
Jika air bersih dan sabun tidak tersedia, kita bisa
menggunakan produk pembersih tangan (hand
sanitizer). Cari yang mengandung etil alkohol dan
yang tidak mengandung triklosan. Triklosan
merupakan bahan anti bakteri yang juga dapat
membunuh sel kulit manusia.
Kadang-kadang kita terlalu sering mencuci tangan
karena takut terinfeksi kuman. Hal ini boleh saja
namun hindari kekeringan yang berlebihan pada
tangan karena dari goresan luka yg disebabkan kulit
kering ini kuman juga dapat masuk, jadi sebaiknya
siapkan pelembab tangan.
5
Tanya jawab
Positive Fund
Tanya jawab
Laporan Keuangan Positive Fund
Yayasan Spiritia
Periode A gustus 2005
T: Bisakah Odha mengkonsumsi vitamin secara
berlebihan mengingat daya tahan tubuh Odha
kurang dari orang pada umumnya?
J: Tubuh kita memerlukan vitamin supaya bisa
melakukan beberapa kegiatan. Vitamin juga
berguna untuk membangun dan mempertahankan
jaringan dan organ tubuh kita. Selain itu, vitamin
menyediakan tenaga, meningkatkan daya tahan
tubuh, mempertahankan kesehatan kulit dan
membantu otak dan sistem saraf kita untuk
berfungsi secara baik.
Jika tubuh kita tidak mendapat vitamin yang
cukup, kita bisa mendapatkan beberapa gejala. Jika
tubuh kita terus menerus kekurangan vitamin
dalam jangka waktu yang panjang, gejala-gejala
tersebut akan menjadi lebih gawat dan kita
kemungkinan akan mendapatkan beberapa
penyakit.
Ada kemungkinan jika kita memakan terlalu
banyak vitamin dan menjadi overdosis. Jika kita
terlalu banyak mengkonsumsi vitamin A, kita
beresiko tinggi terhadap patah tulang (permanen).
Jika kita mengkonsumsi vitamin B6 secara
berlebihan, kita bisa mengalami kesemutan di
bagian lengan dan kaki yang parah (peripheral
neuropathy) namun gejala ini bisa dibalikkan ke
keadaan semula jika kita mengurangi jumlah asupan
vitamin B. Jika kita berlebihan mengkonsumsi
vitamin C, kita bisa mengalami diare dan sakit
perut, namun gejala ini juga dapat dikurangi jika
kita mengurangi jumlah asupan vitamin C.
Bagaimana cara saya untuk memastikan bahwa
kita mendapatkan vitamin yang cukup dari
makanan yang kita konsumsi sehingga kita tidak
perlu lagi memakan suplemen tambahan?
Makanlah paling tidak 5 porsi buah dan sayuran
setiap hari, pilihlah berbagai macam buah untuk
mendapat vitamin dari setiap buah dan untuk
mengurangi kebosanan. Masukkan daging has dan
minyak ikan dalam makanan kita. Vitamin yang
larut dalam air sebaiknya di kukus/tim atau di bakar
karena jika makanan tersebut direbus, vitaminnya
akan berkurang atau bahkan hilang. Jika kita suka
menkonsumsi makanan ringan, sebaiknya kita
mengkonsumsi makanan berupa kacang-kacangan
dan biji-bijian daripada makanan ringan yang
mengandung banyak lemak. Jika kita vegetarian
(tidak mengkonsumsi daging sama sekali),
sebaiknya kita memasukkan kacang-kacangan dalam
menu kita.
6
Saldo awal 1 Agustus 2005
11,355,675
Penerimaan di bulan
Agustus 2005
300,000
__________+
Total penerimaan
11,655,675
Pengeluaran selama bulan Agustus :
Item
Pengobatan
Transportasi
Komunikasi
Peralatan / Pemeliharaan
Modal Usaha
Total pengeluaran
Jumlah
650,000
0
0
0
0
________+
650,000-
Saldo akhir Positive Fund
per 31 A gustus 2005
11,005,675
Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
T H E FORD
AT I ON
DA
FOU N D
Kantor Redaksi:
Jl Radio IV/10
Kebayoran Baru
Jakarta 12130
Telp: (021) 7279 7007
Fax: (021) 726-9521
E-mail: [email protected]
Editor:
Hertin Setyowati & Caroline Thomas
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
Sahabat Senandika No. 33